Anda di halaman 1dari 25

PENGGUNAAN TEKNOLOGI KOMPUTASI DALAM OPTIMASI FASAD

BANGUNAN TROPIS
(STUDI KASUS: GEDUNG HENRICUS CONSTANT)
Winson Christian Anggoro
winsonchristian@gmail.com

Abstrak- Fasad memiliki peranan yang optimal serta efisien dalam menghadang panas
penting dalam suatu bangunan berkenaan dengan dari sinar matahari.
menghadang sinar matahari terutama di daerah
beriklim tropis seperti Indonesia. Sinar matahari Kata kunci: Fasad, optimisasi,
yang masuk secara langsung dan berlebihan dapat komputasi, grasshopper
menimbulkan dampak-dampak buruk seperti
glare atau silau, panas yang berlebih sehingga I. PENDAHULUAN
menganggu aktivitas yang ada di dalamnya, juga
1.1. Latar Belakang Masalah
dapat merusak material-material tertentu pada
Sebagai negara beriklim tropis serta
eksterior bangunan. Fasad dengan perancangan
letaknya yang berada di garis khatulistiwa,
yang benar dan tepat memiliki kemampuan untuk
Indonesia merupakan negara yang terus
menghindarkan bangunan dari dampak-dampak
menerima paparan sinar matahari sepanjang
buruk tersebut.
tahun. Sinar matahari merupakan kawan
Rancangan atau design fasad memiliki
sekaligus lawan. Keberadaannya membawa
peran sangat penting dalam menentukan kinerja
dampak positif namun dengan intensitas yang
fasad untuk merespon sinar matahari terhadap
berlebihan dan pertemuan langsung (direct
bangunan. Kinerja atau performance tersebut
contact) dapat membawa dampak yang buruk
dapat dioptimalisasi dengan metode komputasi
serta bersifat destruktif. Dampak buruk tersebut
menggunakan program Rhino dan Grasshopper
antara lain adalah munculnya efek glare atau
serta plug-innya seperti DIVA dan Galapagos
silau yang mengganggu kenyamanan visual, suhu
yang digunakan secara terintegrasi. Dengan
udara yang tinggi di dalam bangunan, serta dapat
algoritma yang tepat dan analisis yang
merusak atau mengurangi usia penggunaan
terkomputasi, program tersebut dapat
material-material yang terdapat pada sisi luar atau
menentukan sisi bangunan mana yang memiliki
eksterior dari bangunan tersebut.
kecenderungan menerima panas terbanyak dan
mendapatkan bentuk dari fasad yang paling Permasalahan tentang matahari ini
sebelumnya telah terpecahkan dengan

1
penggunaan metode sun-shading konvensional Berdasarkan parameter-parameter yang
berupa teritisan. Namun solusi tadi hanya efektif digunakan, maka hasil dari teknologi komputasi
untuk diaplikasikan pada rumah tinggal ini umumnya berupa parametric design. Dengan
sederhana dengan jumlah lantai maksimal dua penggunaan parametric design tersebut dapat
lantai saja. Fakta tersebut bertentangan dengan dihasilkan suatu fasad yang efisien untuk
kondisi saat ini dimana semakin banyaknya menghasilkan pembayangan sebanyak-
keberadaan bangunan-bangunan tinggi banyak banyaknya dengan material yang sesedikit-
lantai (medium rise hingga high rise). Untuk itu sedikitnya.
digunakan pendekatan sun-shading pada fasad
Studi kasus yang diangkat pada penelitian
yang berbeda, yaitu menggunakan secondary
ini adalah Gedung Henricus Constant pada
skin.
Universitas Katolik Soegijapranata. Gedung
Penggunaan secondary skin cukup penting Henricus Constant merupakan gedung dengan
untuk bangunan berlantai banyak. Selain fungsi enam lantai yang telah menerapkan penggunaan
utamanya sebagai sun-shading, secondary skin sun-shading berupa secondary skin sejak awal
juga dapat menambah nilai estetika suatu dibangun pada tahun 1996. Namun pada
bangunan. Namun penerapan secondary skin kenyataannya, sinar matahari langsung masih
kerap kali kurang optimal kinerjanya dalam kerap masuk dan menganggu aktivitas di dalam
menaungi bangunan dari paparan sinar matahari gedung. Maka dari itu, penggunaan secondary
langsung. Hal ini disebabkan oleh beberapa skin pada Gedung Henricus Constant perlu dikaji
faktor, salah satunya pemilihan bentuk secondary kembali mengenai tingkat efektivitas bentuknya
skin yang kurang tepat. Permasalahan ini dapat dalam menyaring sinar matahari.
diselesaikan dengan sistem pembuatan sun-
1.2. Perumusan Masalah
shading menggunakan metode komputasi.
Gedung Henricus Constant di Universitas
Metode komputasi adalah suatu metode Soegijapranata merupakan gedung berlantai
yang menggunakan generative algorithm melalui banyak yang telah menggunakan sun-shading
komputer untuk memperoleh bentuk yang berupa secondary skin. Penggunaan secondary
diinginkan berdasarkan pada parameter- skin tersebut seharusnya dapat membantu
parameter yang ditetapkan. Metode komputasi menciptakan pembayangan agar sinar matahari
jauh lebih efektif dan relatif lebih cepat jika langsung (direct sunlight) tidak masuk ke dalam
dibandingkan dengan metode pembuatan sun- gedung dan mengganggu aktivitas penghuninya.
shading secara manual yang terikat pada human- Namun yang terjadi adalah sinar matahari masih
factor dari sang perancang itu sendiri. dapat masuk dan mengganggu aktivitas yang ada

2
di dalamnya terutama pada saat pagi hari dan sore
har Dari latar belakang diatas maka dapat
dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

 Bagaimana kondisi penerimaan panas


Gedung Henricus Constant terhadap
paparan matahari? Gambar 1 : Bagan Alur Kerangka Pikir Penelitian
 Bagaimana algoritma yang tepat dalam Sumber : Dokumen Pribadi (2017)
proses komputasi untuk menghasilkan
secondary skin yang optimal?
1.5. Lingkup Penelitian
 Bagaimana hasil desain secondary skin
Penyusunan penelitian ini berdasarkan
untuk Gedung Henricus Constant yang
pada rumpun arsitektur yang dikhususkan pada
teroptimisasi melalui proses komputasi?
teknologi komputasi. Penggunaan program
Rhino, Grasshopper, DIVA dan Galapagos untuk
1.3. Tujuan Penelitian
menghasilkan fasad secondary skin dengan fokus
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
kajian penggunaan material seminimal mungkin
berikut:
untuk menghasilkan pembayangan semaksimal
 Mengetahui kondisi penerimaan panas mungkin menjadi batasan dari penilitian ini.
Gedung Henricus Constant terhadap 1.6. Metode Penelitian
paparan matahari; Hasil penelitian ini diharapkan dapat
 Mengetahui algoritma yang tepat dalam membantu para arsitek, baik praktisi maupun
proses komputasi untuk menghasilkan akademisi, dalam penggunaan teknologi
secondary skin yang optimal; komputasi untuk menghasilkan fasad bangunan
 Mendapatkan hasil desain secondary skin yang lebih optimal dan efisien.
untuk Gedung Henricus Constant yang
1.7. Metode Penelitian
teroptimisasi melalui proses komputasi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
membantu para arsitek, baik praktisi maupun
1.4. Kerangka Berpikir Penelitian
akademisi, dalam penggunaan teknologi
Adapun secara garis besar, kerangka dari
komputasi untuk menghasilkan fasad bangunan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
yang lebih optimal dan efisien.

3
II. KAJIAN LITERATUR  Suhu 33,5°C TE–35,5 °C TE:
2.1. Teori Tentang Bangunan Tropis
Kondisi lingkungan mulai sukar.
2.1.1 Pengertian Bangunan Tropis
 Suhu 35°C TE–36°C TE: Kondisi
Bangunan tropis dapat diartikan
lingkungan tidak lagi
sebagai bangunan yang terletak pada
memungkinkan.
tempat yang memiliki iklim tropis. Suatu
Temperatur dalam ruangan yang sehat
Negara dikatakan beriklim tropis apabila
berdasarkan MENKES NO.261/MENKES
Negara tersebut secara geografis berada di
/SK/II/1998 adalah temperatur ruangan
sekitar ekuator, yaitu yang dibatasi oleh
yang berkisar antara 18°C-26°C. Selain
dua garis lintang 23.5 derajat LS dan 23.5
itu, berdasarkan standar yang ditetapkan
derajat LU.
oleh SNI 03-6572- 2001, ada tingkatan
Secara klasik iklim tropis dibagi dua:
temperatur yang nyaman untuk orang
tropis basah dan tropis kering. De Wall
Indonesia atas tiga bagian yang dapat
membagi iklim tropis menjadi 10
dilihat pada tabel berikut:
klasifikasi berdasarkan suhu harian rata-
rata dan perbedaan antara suhu siang dan
malam. Dalam pengelompokan ini, hanya
kota atau wilayah yang memiliki suhu
udara harian rata-rata 28˚c atau lebih
dimasukan dalam katagori iklim tropis.

2.1.2 Kenyamanan Thermal pada Bangu- Tabel 1 : Suhu Nyaman menurut Standar Tata
nan Tropis Cara Perencanaan Teknis Konservasi
Energi Pada Bangunan Gedung
Lippsmeier (1997) menyatakan
bahwa batas kenyamanan untuk kondisi Sumber : Talarosha B., 2005
khatulistiwa berkisar antara 19°C TE -
26°C TE (Temperatur Efektif) dengan 2.1.3 Kenyamanan Visual pada Bangunan
pembagian berikut: Tropis
 Suhu 26°C TE: Umumnya penghuni Kenyamanan visual ditentukan
sudah mulai berkeringat. dengan kuat penerangan di dalam suatu
 Suhu 26°C TE–30°C TE: Daya tahan ruangan dengan satuan Lux. Pada siang
dan kemampuan kerja penghuni hari, alam telah menyediakan matahari
mulai menurun. sebagai sumber penerangan dengan

4
kapasitas 100.000 Lux apabila langit 100% 1. Curtain Wall
cerah (Szokolay, 2004). Curtain wall adalah jenis fasad yang
Namun dikarenakan Indonesia terletak di luar lapisan dinding terluar
merupakan daerah dengan kondisi iklim suatu bangunan, tidak menempel, dan
tropis lembab, kondisi langit sering umumnya bersifat non-struktural. Curtain
diliputi awan, sehingga terang langit pada wall biasanya merupakan konstruksi kaca
bidang datar di lapangan terbuka yang berfungsi untuk memasukkan cahaya
berdasarkan SNI ditentukan sebesar ke dalam bangunan.
10.000 Lux.
2. Cladding
Cladding adalah suatu jenis fasad
2.2. Fasad
dimana sebuah material ditutupi dengan
2.2.1 Pengertian Fasad
lapisan material lain. Fasad jenis cladding
Secara etimologis, fasad berasal dari
biasanya berfungsi untuk menciptakan
kata “facies” dalam bahasa Latin yang
insulasi termal atau perlindungan terhadap
berarti wajah. Maka dari itu fasad dapat
kondisi cuaca.
diartikan sebagai wajah atau muka
bangunan, atau sisi luar dari suatu 3. Double-skin Façade
bangunan. Double-skin façade merupakan suatu
jenis fasad dimana suatu bangunan
Fasad memiliki beberapa fungsi
memiliki dua kulit luar dan terdapat ruang
terhadap suatu bangunan, antara lain:
rongga di antara kedua kulit tersebut. Jenis
1. Menampilkan karakter dari suatu
ini memiliki fasad bangunan asli (kulit
bangunan;
utama bangunan) dan secondary skin (kulit
2. Menggambarkan isi atau interior dari
kedua bangunan).
suatu bangunan;
3. Menciptakan pembayangan pada 2.2.3 Pengertian Secondary Skin
bangunan; Menurut arti katanya, secondary
4. Menambah nilai estetika suatu memiliki arti kedua dan skin berarti kulit.
bangunan. Maka dari itu, dalam kaitannya dengan
fasad, dapat disimpulkan bahwa secondary
2.2.2 Jenis Fasad
skin berarti elemen fasad yang berupa kulit
Fasad suatu bangunan memiliki
kedua dari bangunan itu sendiri. Secondary
beberapa jenis, namun secara garis besar
skin umumnya tidak menempel dan
terdapat 3 jenis fasad, yaitu:
memiliki celah atau rongga di antara

5
secondary skin dengan dinding eksterior 2.3. Teknologi Komputasi
suatu bangunan. Secondary skin ini 2.3.1 Pengertian Komputasi
memiliki fungsi sebagai penahan sinar Ditinjau dari arti katanya, komputasi
matahari. berasal dari bahasa inggris computation.
2.2.4 Pengertian Optimasi Fasad Menurut kamus Merriam-Webster, kata
Berdasarkan terminologinya, istilah computation memiliki arti “the act or
optimisasi diangkat dari kata dalam bahasa action of computing; the use or operation
inggris yaitu optimization. Optimization of computer” sedangkan computing
memiliki arti “an act process, or sendiri memiliki arti “to determine
methodology of making something (such as especially by mathematical means of a
a design, system, or decision) as fully computer”.
perfect, functional, or effective as Berdasarkan definisi kata dalam
possible” dengan tambahan “the bahasa inggrisnya, maka komputasi dapat
mathematical procedures (such as finding didefinisikan sebagai suatu tindakan untuk
the maximum of a function) involved in mengkaji sesuatu secara matematis oleh
this” (Kamus Merriam-Webster) komputer”. Titik berat dari komputasi
Jika diterjemahkan secara praktis, adalah penggunaan komputer untuk
maka kata optimisasi memiliki arti sebagai mengkaji data dengan komputer sebagai
suatu proses untuk mencapai hasil yang operator secara langsung.
ideal atau optimal (nilai efektif yang dapat
dicapai). Kata optimisasi lebih sering 2.3.2 Program yang Digunakan
dijumpai dalam disiplin ilmu matematika. Terdapat berbagai macam program
Dalam disiplin matematika, optimisasi yang dapat digunakan untuk melakukan
merujuk pada studi permasalahan yang komputasi, di antaranya adalah sebagai
mencoba untuk mencari nilai maksimal berikut:
dari suatu fungsi yang riil. 1. Rhino
Atas pengertian tersebut maka Rhino atau Rhinoceros merupakan
optimisasi fasad dapat diartikan sebagai salah satu program yang digunakan
suatu proses untuk mencapai hasil yang sebagai perangkat untuk melakukan 3D
ideal dan optimal dari suatu fasad modelling yang sering digunakan oleh
berkenaan dengan fungsinya yaitu desainer dan arsitek. Rhino dikembangkan
melindungi bangunan dari sinar matahari. oleh sebuah perusahaan bernama Robert
McNeel & Associates. Program Rhino

6
sendiri pertama kali diluncurkan pada desain namun dapat berdampak jauh dalam
tahun 1998. pengembangannya.
Fungsi dari Rhino seperti yang telah
disinggung sebelumnya adalah untuk 3. Grasshopper
membuat model 3 dimensi. Rhino dapat Grasshopper merupakan sebuah
menciptakan, menyunting, merender, program yang dikembangkan oleh Robert
mendokumentasikan, membuat animasi McNeel & Associates dan terintegrasi
karya melalui pembuatan titik, garis, dengan Rhino. Grasshopper digunakan
bidang atau bentuk-bentuk geometris, dan untuk membuat bentuk-bentuk “baru”
objek bervolume. dengan menggunakan generative
Kelebihan Rhino yang lain adalah ia algorithms.
bersifat open-source, yang berarti para Penggunaan Grasshopper secara
pengguna dapat mengembangkan sendiri advance dapat juga menghasilkan
program Rhino menggunakan platform parametric modelling untuk sistem
C++ SDK dan Rhinoscript. Potensi inilah struktur, arsitektur, dan fabrikasi, serta
yang membuat Rhino berbeda dan menganalisis kinerja pencahayaan untuk
memiliki kelebihan dibandingkan dengan arsitektur yang ramah lingkungan, serta
program 3D modelling lain. mengatur tingkat penggunaan energi suatu
bangunan.
2. Ecotect
Ecotect atau Autodesk Ecotect 4. DIVA for Rhino
Analysis merupakan sebuah perangkat DIVA for Rhino merupakan sebuah
analisis lingkungan yang membantu untuk plug-in dari program Rhinoceros yang
mensimulasikan kinerja bangunan memiliki fungsi spesifik untuk
(building performance) beserta menganalisis dan mengoptimasi
lingkungannya dan menghasilkan hasil daylighting dan energi pada model
yang bersifat analitis. bangunan. Program ini diciptakan oleh
Sejak Juni 2008, Ecotect telah Graduate School of Design Harvard
dikembangkan oleh Autodesk University yang kemudian dikembangkan
(sebelumnya Square One Research). oleh Solemma LLC.
Ecotect berbeda dengan program analisis DIVA for Rhino dapat
lain karena ia berfokus pada proses awal mengoperasikan segala bentuk analisis dan
evaluasi yang berhubungan dengan

7
lingkungan (environmental performance)
pada sebuah bangunan sampai kawasan.
Pengoperasian terebut melingkupi
pemetaan radiasi (radiation maps),
penciptaan gambar fotorealistis
(photorealistic renderings), metrik
pencahayaan alami berbasis iklim
(climate-based daylighting metrics),
analisis kesilauan (annual and individual
time step glare analysis), Penyesuaian
pencahayaan berdasarkan LEED dan
CHPS, dan penghitungan termal, energy,
dan beban (Single Thermal Zone Energy Gambar 2: Bagan Tahapan Metode Komputasi
and Load Calculations). dalam Optimasi Fasad
Sumber : Perkins + Will, 2016
5. Galapagos Evolutionary Solver
Galapagos merupakan sebuah Tahap yang akan ditempuh dalam
program yang diciptakan oleh David penelitian ini adalah tahap pre-design
Rutten sebagai pendukung program (kotak hijau) hingga digital design models
Grasshopper untuk menerapkan algoritma (kotak merah) saja. Adapun pada tahap
untuk menghasilkan sebuah sasaran yang pre-design yang dilakukan adalah
diinginkan berdasarkan permasalahan pengumpulan data-data mengenai gedung,
yang spesifik secara komputasi. termasuk data mengenai iklim juga
dimensi-dimensi dari bangunan itu sendiri.
2.3.3 Tahapan Metode Komputasi dalam Data ini merupakan data-data yang
Optimisasi Fasad berhubungan dengan fokus kajian
Secara garis besar, tahapan penilitian untuk selanjutnya dikembangkan
optimisasi desain dapat ditunjukan dengan melalui proses komputasi.
gambar berikut:
Tahap selanjutnya adalah
pembuatan model 3 dimensi dari bangunan
yang akan diteliti dengan menggunakan
Rhino. Setelah model 3 dimensi selesai,
tahap selanjutnya adalah menjalankan
8
simulasi, dalam hal ini simulasi matahari sangat sulit jika dilakukan secara manual
terhadap bangun, dengan menggunakan atau tradisional.
program Ecotect Analysis. Setelah hasil
III. METODE PENELITIAN
data yang bersifat analitik didapatkan, 3.1. Deskripsi Penelitian
langkah selanjutnya adalah mengolah data- Dalam penelitian mengenai penggunaan
data tersebut sebagai parameter pada teknologi komputasi dalam optimisasi fasad
Grasshopper untuk kemudian menjadi bangunan tropis dengan studi kasus Gedung
dasar pembuatan fasad yang baru. Henricus Constant ini menggunakan

2.3.4 Pengertian Generative Algorithm pengambilan data primer dengan metode

Generative Algorithm adalah suatu deskriptif, gambar, dan foto melalui survey

pendekatan berbasis komputer dalam lokasi. Sedangkan proses pengambilan data

mendesain untuk menghasilkan bentuk- sekunder dilakukan dengan studi literatur.

bentuk yang rumit dengan menggunakan Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dalam

algoritma (Terzidis, 2003). Algorithmic pemaparan data-data yang diperoleh baik data

design sendiri adalah proses penelusuran primer maupun sekunder.

bentuk-bentuk rumit menggunakan aturan 3.2. Subjek Penelitian


yang sederhana yang ditetapkan terhadap Subjek penelitian dalam kajian yang terkait
kualitas tertentu atau parameter (Meredith, penggunaan teknologi komputasi dalam
2008). optimisasi fasad bangunan tropis ini dikhususkan

2.3.5 Pengertian Parametric Design hanya pada Gedung Henricus Constant Unika

Parametric design adalah suatu Soegijapranata Semarang. Program yang

metode pendekatan desain yang digunakan untuk proses komputasi juga hanya

menghasilkan bentuk berdasarkan nilai- merupakan program Rhino, Ecotect, dan

nilai yang ditentukan pada parameter Grasshopper.

tertentu (Barrios, 2005) sehingga 3.3. Pengambilan Data


membantu desainer dapat lebih melakukan Pengambilan data dilakukan dengan
eksplorasi ruang secara bebas sebagai hasil menggunakan beberapa cara yaitu:
penyelesaian dari penentuan parameter Data Primer : Observasi kunjungan lapangan,
tadi. Parametric design dapat membantu pengukuran dan pengamatan
arsitek untuk terus mengevaluasi beberapa Data Sekunder : Melalui studi literatur standar-
alternatif solusi, yang mana tentu saja akan standar dari jurnal, karya ilmiah, dan buku

9
Data primer merupakan data yang b) Variabel terikat: faktor-faktor yang diamati
diperoleh secara langsung di lapangan sehingga dan diukur dalam sebuah penelitian, untuk
dalam pengambilan data dapat diperoleh menentukan ada tidaknya pengaruh dari variabel
informasi yang bersifat kuantitatif serta ditunjang bebas;
juga dengan gambar-gambar foto kondisi yang c) Variabel kontrol: faktor-faktor pengendali
ada di lapangan. Data sekunder diperoleh melalui yang bersifat netral dan menjadi batas guna
studi literatur mengenai masalah terkait yang mengamati adanya keterkaitan antara variable
digunakan sebagai penunjang data primer dan bebas dan variable control.
sebagai kajian selanjutnya mengenai program
dan algoritma mengenai optimisasi fasad pada 3.5. Instrumen Penelitian
bangunan tropis. Sesuai dengan subjek pembahasan dan
metode pengambilan data maka, instrumen
3.4. Metode Eksperimental
penelitian yang dapat digunakan yaitu: kamera
Metode eksperimen adalah suatu metode untuk mendokumentasikan hasil survey, alat ukur
dalam penelitian yang bertujuan untuk untuk mengetahui dimensi material, alat tulis
mengidentifikasi hubungan sebab akibat dari satu untuk mencatat hasil pengamatan, computer
atau lebih variable terikat dengan melakukan sebagai alat pengolah informasi, program Rhino,
manipulasi variable bebas pada suatu keadaan Grasshopper, DIVA, Galappagos, dan juga buku
yang terkendali (variable kontrol). serta jurnal sebagai sumber data sekunder.

John L. Gay (1981) menyatakan bahwa


metode penelitian eksperimental merupakan satu- 3.6. Analisis Data

satunya metode penelitian yang dapat menguji Proses analisis data dilakukan setelah

secara benar hipotesis menyangkut hubungan proses pengumpulan data, baik primer maupun

kausal (sebab-akibat). Dalam penelitian sekunder, selesai. Analisis ini meliputi proses

eksperimental dilakukan manipulasi paling pengujian data primer (kondisi eksisting)

sedikit satu variable, mengontrol variable lain terhadap data sekunder (studi literature), dan

yang relevan dan mengobservasi efek atau pengidentifikasian perubahan-perubahan yang

pengaruhnya terhadap satu atau lebih variable terjadi dalam proses eksperimen berdasarkan

terikat. variable-variabel di dalamnya.

a) Variabel bebas: faktor-faktor yang akan 3.7. Prosedur Penelitian

diukur, dipilih, dan dimanipulasi oleh guna Berikut adalah prosedur penelitian yang

mengobservasi hubungan di antara fenomena dilakukan dalam pembuatan model fasad Gedung

atau peristiwa yang diteliti atau diamati; Henricus Constant secara komputasi:

10
• Melakukan studi literature mengenai
parametric façade optimation (optimasi
fasad secara parametrik);
• Mengumpulkan data primer yaitu
pengukuran dan dokumentasi kondisi fasad
Gedung Henricus Constant;
• Membuat model tiga dimensi menggunakan
program Rhino berdasarkan data primer
sebagai bahan utama proses eksperimen
melalui proses komputasi;
Gambar 3: Denah Parsial Gedung Henricus
• Melakukan simulasi pembayangan dan Constant Sayap A
penerimaan radiasi matahari dari model tiga Sumber : Data Pribadi, 2017
dimensi eksisting menggunakan program
Grasshopper dan DIVA;
• Melakukan optimasi purwarupa secondary
skin secara komputasi dengan empat
alternatif menggunakan Galapagos;
• Melakukan simulasi pembayangan dan
penerimaan radiasi matahari berdasarkan
empat simpulasi yang telah diperoleh
menggunakan DIVA;
• Menyusun dan menganalisis data yang
diperoleh sehingga mendapat kesimpulan
sebagai hasil utama dari eksperimen. Gambar 4: Potongan Parsial Gedung Henricus
Constant Sayap A

IV. DATA SURVEY Sumber : Data Pribadi, 2017


4.1. Data Fasad Eksisting
Fasad eksisting yang berada pada sisi barat
Gedung Hericus Constant sayap A ini merupakan
sebuah secondary skin beton dengan perlubangan
berbentuk persegi, berikut merupakan detail dari
secondary skin tersebut.

11
Gambar 6 :Gambar Simulasi Radiasi Matahari
pada Henricus Constant

Sumber :Data Pribadi, 2017

4.3. Data Pembayangan yang Terjadi Pada


Gambar 5: Tampak Fasad Gedung Henricus
Constant Sayap A Gedung Henricus Constant

Sumber : Data Pribadi, 2017 Berikut adalah simulasi dari pembayangan


yang terjadi di dalam koridor selasar Gedung
Henricus Constant sayap A bagian barat.
4.2. Data Radiasi yang Diterima oleh
Simulasi ini diperoleh menggunakan data
Gedung Henricus Constant
matahari Kota Semarang pada jam 12.00 hingga
Karena posisinya yang memanjang menghadap
17.00 rata-rata dalam satu tahun.
ke timur dan barat, Gedung Henricus Constant
menerima radiasi matahari pada permukaan yang
cukup luas. Berikut merupakan data mengenai
radiasi matahari sore yang diterima oleh sisi
bangunan yang menghadap ke barat.

Gambar 7 : Gambar Simulasi Pembayangan pada


Pukul 12.00
Sumber : Data Pribadi, 2017

12
Gambar 8 : Gambar Simulasi Pembayangan pada Gambar 11 : Gambar Simulasi Pembayangan
Pukul 13.00 pada Pukul 16.00
Sumber : Data Pribadi, 2017 Sumber : Data Pribadi, 2017

Gambar 9 : Gambar Simulasi Pembayangan pada Gambar 11 : Gambar Simulasi Pembayangan


Pukul 14.00 pada Pukul 17.00
Sumber : Data Pribadi, 2017 Sumber : Data Pribadi, 2017

4.4. Data Eksperimen Optimasi Fasad


Secara Komputasi
4.4.1. Fasad Model 1
Form finding
Dalam proses pencarian bentuk fasad
dilakukan menggunakan program Grasshopper
seperti berikut:
Gambar 10:Gambar Simulasi Pembayangan pada
Pukul 15.00
Sumber :Data Pribadi, 2017

13
merupakan algoritma yang berfungsi untuk
membagi kubus satuan yang telah dibuat dan
ditentukan sebelumnya. Angka yang berada di
gambar berarti bahwa kubus tersebut
didistribusikan menuju dua arah yaitu sejajar
sumbu y dan z, dengan rincian 6 kubus searah
sumbu Y (mendatar) dengan jarak masing-
masing 4 satuan, dan 10 kubus ke arah Z dengan
jarak masing-masing kubus 4 satuan pula.

Gambar 12: Bentuk Awal Fasad Optimasi yang Algoritma pada zona 2 pada gambar
Akan Dioptimasi memiliki fungsi sebagai pembagi delapan titik
Sumber : Data Pribadi, 2017 yang terdapat pada setiap kubus. Satu kubus yang
solid terebut dipecah delapan titiknya sehingga
titik ini dapat digerakkan dengan bebas.
Pertama kali dibuat sebuah kubus
Algoritma yang berada pada zona 3 merupakan
menggunakan program Grasshopper. Kubus ini
algoritma yang berfungsi untuk menggeser dua
merupakan kubus yang menjadi acuan dalam
titik yang dipilih, titik tersebut adalah titik A dan
perubahan bentuk yang akan dioptimasi secara
titik E (perhatikan gambar). Menggunakan
komputasi.
algoritma tersebut, titik A dapat bergeser antara
skala 50-100 pada number slider (kaitan dengan
perpindahan titik) searah sumbu Y dengan
mendekati maupun menjauhi titik B secara acak
atau random, begitu pula dengan titik E yang
dapat bergeser searah sumbu Y ke arah titik F
secara acak berdasarkan number slider.

Algoritma yang terdapat pada gambar


Gambar 13 : Susunan Algoritma dalam selanjutnya adalah Galapagos. Algoritma ini
Grasshopper berfungsi untuk mencari alternatif kemungkinan
Sumber : Data Pribadi, 2017 terbaik dari data yang dimasukkan, dalam hal ini
Gambar di atas merupakan algoritma yang adalah untuk mencari luas lubang bukaan
digunakan dalam program Grasshopper dalam maksimum menggunakan pergeseran titik A dan
upaya mengoptimasi fasad. Zona berangka 1 E pada shading secara random. Setelah proses

14
analisis dan optimasi tersebut selesai, algoritma Perbedaan terjadi hanya dalam analisis
yang berada pada zona 4 berfungsi untuk yang dilakukan oleh Galapagos. Jika pada fasad
menggabungkan tiga hingga empat titik menjadi model 1 optimasi yang dilakukan adalah untuk
satu bidang seperti bidang ACD, AEGC, dan mencari luas lubang bukaan maksimum
EGH. berdasarkan pergeseran titik A dan E, maka pada
fasad model 2 ini Galapagos mencari luas lubang
bukaan minimum. Sedangkan sisa dari algoritma
lainnya memiliki fungsi yang sama persis dengan
fasad model 1.

Gambar 14 : Hasil Pencarian Bentuk Fasad


Model 1 secara Komputasi
Sumber : Data Pribadi, 2017

4.4.2. Fasad Model 2


Fasad model 2 merupakan purwarupa Gambar 15 : Hasil Pencarian Bentuk Fasad
Model 2 secara Komputasi
pembuatan fasad dengan variable bebas lebar luas
pelubangan minimum. Pencapaian luas Sumber : Data Pribadi, 2017

pelubangan ini diperoleh secara komputasi


menggunakan program Grasshopper yang 4.4.3. Fasad Model 3
terintegrasi dengan Galapagos yang diatur untuk
Algoritma yang digunakan dalam optimasi
mencari luas pelubangan minimum. Secara garis
fasad model 3 hampir mirip dengan algoritma
besar, algoritma yang digunakan untuk
yang digunakan dalam optimasi fasad model 2.
melakukan optimasi fasad dan menghasilkan
Perbedaan algoritma terjadi pada pengurangan
fasad model 2 hampir sama persis dengan
jumlah bidang. Selain itu perbedaan algoritma
algoritma pada fasad 1.
terjadi dengan titik yang mengalami pergeseran
secara acak hanya pada satu titik yaitu titik A.

15
Optimasi yang dilakukan oleh Galapagos sama atau menggeser fasad, jadi tidak berpengaruh
dengan fasad model 2, yaitu mencari luas terhadap bentuk fasad maupun analisis dan proses
permukaan lubang secara maksimum. optimasi.

Gambar 16 : Hasil Pencarian Bentuk Fasad


Model 4 secara Komputasi
Gambar 15 : Gambar Hasil Pencarian Bentuk
V. ANALISIS DATA
Fasad Model 3 secara Komputasi
5.1. Data Fasad Eksisting
Sumber : Data Pribadi, 2017 Berdasarkan eksperimen mengenai radiasi
matahari yang dilakukan secara komputasi
4.4.4. Fasad Model 4 menggunakan program DIVA, didapatkan empat
Fasad model 4 merupakan versi hasil data yaitu sebagai berikut:
pengembangan dari fasad model 3 namun untuk 5.1.1 Radiasi Matahari pada Fasad Eksisting
mencari shading dengan luas permukaan shading
yang paling minimum.
Algoritma yang digunakan dalam
membuat fasad model 4 merupakan terusan dari
algoritma pembuatan fasad model 3. Perbedaan
terdapat pada peletakan Galapagos dalam
menganalisis dan melakukan proses optimasi
yang sebelumnya berdasarkan luas pelubangan,
Gambar 17 : Radiasi Matahari pada Fasad
namun pada model ini berdasarkan luas area dari Eksisting
fasad yang telah ditemukan (zona 2). Algoritma
Sumber : Data Pribadi, 2017
yang berada pada zona 1 hanya merupakan
algoritma yang berfungsi untuk memindahkan
16
Data tersebut merupakan data radiasi Jika dianalisis berdasarkan tingkat penerimaan
matahari rata-rata selama satu tahun (1 Januari radiasi mataharinya, maka fasad Gedung
hingga 31 Desember) yang disimulasikan dan Henricus Constant sayap A bagian barat ini
divisualisasikan menurut data riil menggunakan terbilang sudah berhasil, karena radiasi tertinggi
grasshopper yang terintegrasi dengan DIVA. diterima oleh secondary skin sesuai fungsinya,
Berdasarkan data tersebut tampak bahwa sedangkan radiasi yang masuk ke zona aktivitas
bagian yang menerima radiasi paling tinggi berada di bawah 15% (untuk plafon dan lantai
adalah secondary skin eksisting dari Gedung pada selasar) dan 15%-25% pada bagian dinding
Henricus Constant, bahkan radiasi tersebut yang di dalamnya merupakan ruang aktivitas
mencapai warna kuning yang mana berarti bahwa utama yaitu ruang kelas. Tingkat radiasi yang
radiasi yang diterima oleh dinding secondary skin tinggi dengan skala 70%-75% terdapat pada
tersebut sangat tinggi hingga mencapai angka dinding bagian barat pada Gedung Henricus
100% dari skala spektrum yang ada. Constant namun bagian ini merupakan dinding
Bagian lantai dan plafon menunjukkan terluar dan tidak ada aktivitas vital yang terjadi di
warna ungu-biru yang berarti bahwa radiasi yang dekatnya
diterima oleh lantai dan plafon ini terbilang
cukup rendah yaitu kurang dari 15% menurut 5.1.2 Radiasi Matahari pada Fasad Model 1
skala spektrum. Angka ini menunjukkan bahwa
radiasi matahari yang diterima oleh dinding dan
plafon terkategori sangat rendah.
Sedangkan bagian dinding dalam pada
kondisi eksisting ini memiliki warna biru tua
hingga biru muda yang mana menujukkan angka
15-25% menurut skala spektrum yang tersedia.
Angka ini menunjukkan bahwa radiasi yang
Gambar 18 : Gambar Radiasi Matahari pada
diterima oleh dinding bagian dalam terkategori Fasad Model 1
rendah.
Sumber : Data Pribadi, 2017
Dinding yang berada pada sisi barat (ujung
selasar) memiliki warna merah yang
Data di atas merupakan kondisi fasad
menunjukkan bahwa dinding bagian barat ini
Henricus Constant yang telah dioptimasi
menerima radiasi sekitar 70%-75% pada skala
menggunakan algoritma untuk mencari shading
spektrum yang ada. Angka ini termasuk ke dalam
dengan luas bukaan atau pelubangan maksimum.
kategori penerimaan radiasi matahari tinggi.
Hipotesis awal dari Fasad Model 1 ini adalah
17
radiasi yang masuk dan diterima berasal dari dengan kondisi penambahan shading pada fasad
cahaya langsung yang berasal dari matahari, model 2 ini.
maka dengan adanya penghalang berupa shading Dengan demikian maka hipotesis awal
baru cahaya yang masuk dan radiasi yang adalah valid, karena dengan adanya shading yang
diterima oleh bangunan menurun cukup berfungsi sebagai penghalang cahaya langsung
signifikan. (direct lighting) matahari berpengaruh pada
Berdasarkan data di atas, terlihat pada radiasi yang diterima oleh bangunan sehingga
dinding secondary skin yang mulanya berwarna berkurang secara signifikan.
kuning secara menyeluruh telah mengalami
perubahan warna. Terlihat muncul warna hijau 5.1.3 Radiasi Matahari pada Fasad Model 2
gelap hingga jingga yang menunjukkan adanya
penurunan tingkat radiasi yang terdapat di sekitar
pelubangan yang telah ditambah shading hasil
optimasi hingga ke angka 45% hingga 85%.
Sedangkan bagian dalam fasad sendiri memiliki
warna biru tua pada bagian atas yang
menunjukkan angka 15%, dan biru muda pada
bagian samping yang menunjukkan angka 25%
Gambar 19 : Gambar Radiasi Matahari pada
berdasarkan skala spektrum. Fasad Model 2
Bagian Lantai dan plafon menunjukkan Sumber : Data Pribadi, 2017
warna ungu yang menyeluruh dengan sedikit
gradasi, menunjukkan tingkat radiasi yang
Fasad model 2 merupakan fasad hasil
diterima berada pada angka 0%-3%. Angka ini
optimasi secara komputasi dari secondary skin
terkategorikan sebagai sangat rendah hingga
Gedung Henricus Constant yang menggunakan
tidak ada radiasi sama sekali.
algoritma untuk mencari shading dengan luas
Pada data terlihat warna yang terdapat
permukaan minimum. Hipotesis awal dari Fasad
pada dinding dalam bangunan menunjukkan
Model 2 ini adalah lubang bukaan pada shading
warna ungu dengan sedikit gradasi menuju biru.
memiliki daya untuk memasukkan cahaya
Warna ini menunjukkan angka radiasi berada
matahari yang berpengaruh dengan radiasi yang
pada 0%-5% sehingga masuk ke kategori sangat
diterima oleh bangunan, sehingga pencarian luas
rendah hingga tidak ada radiasi sama sekali. Pada
pelubangan minimum dapat mengurangi radiasi
bagian ini terlihat perubahan signifikan dari
matahari yang diterima bangunan namun tidak
kondisi eksisting tanpa shading (poin 5.1.2)
terlalu signifikan atau sedikit.
18
Pada penggunaan shading ini terlihat radiasi yang diterima oleh bangunan hingga ke
terjadi perubahan warna pada bagian dinding angka 0%. Dengan demikian maka dapat
secondary skin. Terjadi perluasan bidang gradasi dikatakan bahwa fasad model 2 memiliki tingkat
warna hijau gelap hingga jingga yang keberhasilan 100%. Namun dengan demikian
menunjukkan adanya penurunan tingkat radiasi muncul pertanyaan baru: bagaimana pengaruh
yang terdapat di sekitar pelubangan yang telah dari algoritma pembuatan fasad model 2, yaitu
ditambah shading hasil optimasi hingga ke angka pencarian shading dengan luas bukaan minimum,
45% hingga 85%. Hal ini menunjukkan bahwa jika dilakukan dengan bentuk yang lebih
perubahan shadding memberi pengaruh pada sederhana?
penerimaan radiasi pada luasan dinding
secondary skin. 5.1.4 Radiasi Matahari pada Fasad Model 3
Bagian dalam shading juga mengalami Pada dasarnya, fasad model 3 merupakan
perubahan yaitu pada bagian atas terjadi gradasi sebuah eksperimen yang berdasar pada
dari biru ke ungu yang mana menunjukkan bahwa pertanyaan yang muncul dari hasil pengujian
angka penerimaan radiasi matahari sebesar fasad model 2. Fasad ini menggunakan algoritma
kurang dari 10%. Pada bagian samping dan yang sama dengan fasad model 2 yaitu pencarian
bawah relatif sama dengan shading fasad model shading dengan luas bukaan yang minimum
1, hal ini dikarenakan arah datang sinar yang namun mengalami penyederhanaan bentuk.
relatif sama. Berikut adalah data radiasi dari fasad model 3:
Perubahan paling jelas terlihat pada bagian
lantai, plafon, bahkan dinding dalam bangunan
yang mana semuanya mencapai warna ungu
merata, tanpa gradasi ke biru. Hal ini
menunjukkan bahwa radiasi yang diterima
keseluruhan sisi dalam bangunan adalah 0% atau
tidak ada radiasi sama sekali. Hal ini dipengaruhi
oleh menyempitnya lubang bukaan pada shading
yang berpengaruh pada kesempatan masuknya Gambar 20 : Gambar Radiasi Matahari pada
Fasad Model 3
cahaya matahari yang membawa radiasi
Sumber : Data Pribadi, 2017
berkurang secara optimal.
Hipotesis awal dari perancangan fasad 2
ini valid, rupanya dengan mengatur lubang Dalam penggunaan fasad model 3 tampak

bukaan secara minimum dapat mengurangi terjadi perubahan pada radiasi matahari yang
diterima oleh bangunan. Dinding secondary skin
19
tampak didominasi warna kuning gradasi ke lantai dan plafon mencapai angka 0%, dinding
merah. Warna ini menunjukkan tingkat radiasi dalam mencapai angka 0%, dan bagian dinding
matahari yang diterima oleh bangunan berkisar secondary skin yang berkurang hingga ke angka
antara 80% di sekitar posisi bukaan hingga 100%. 45% hingga 85%. Hal ini diakibatkan
Angka radiasi ini tergolong sangat tinggi. berkurangnya salah satu sisi shading yang
Sedangkan pada bagian shading tampak bahwa sebelumnya ada di fasad model 2 namun
bagian atas shading memiliki warna biru dengan dihilangkan pada fasad model 3.
tingkat penerimaan radiasi 15%, sedangkan Dengan demikian maka dapat disimpulkan
bagian samping shading memiliki warna merah bahwa tingkat kemampuan atau performance dari
menuju jingga atau berkisar antara 80% hingga fasad model 3 dalam upaya mengurangi radiasi
90%. matahari tidak sebaik fasad model 2.
Pada bagian lantai dan plafon tampak
didominasi dengan warna ungu dengan sedikit 5.1.5 Radiasi Matahari pada Fasad Model 4
gradasi ke biru. Warna ini merupakan indikasi Fasad model 4 merupakan pengembangan
bahwa radiasi matahari yang diterima oleh lantai dari fasad model 3, menggunakan algoritma yang
dan plafon kurang dari 3% dan termasuk kategori sama dalam form finding, namun mengalami
sangat rendah hingga ke tidak ada radiasi sama penambahan algoritma yaitu mencari luas bidang
sekali. Sedangkan pada dinding dalam bangunan permukaan shading yang paling minimum. Hal
tampak terisi oleh warna ungu dan biru dengan ini bertujuan untuk menguji apakah shading
luasan yang hampir sama. Berdasarkan warna dengan performance fasad model 3 dapat
tersebut, maka dinding bagian dalam menerima dihasilkan menggunakan material sesedikit
tingkat radiasi di bawah 5% berdasarkan skala mungkin. Berdasarkan eksperimen tersebut,
spektrum. didapat data seperti berikut:
Berdasarkan data di atas, maka fasad
model 3 ini terbilang dapat mengurangi radiasi
matahari dari kondisi eksisting awal yaitu lantai
dan plafon yang awalnya <15% berkurang
menjadi <3%, dinding dalam yang awalnya 15%-
25% berkurang menjadi <5%, serta dinding
secondary skin sendiri yang awalnya 100%
mampu berkurang hingga angka 80%-90%.
Namun angka ini masih berada di bawah
angka yang diperoleh oleh fasad model 2 yaitu

20
5.2. Data Fasad Eksisting
Berdasarkan eksperimen yang dilakukan di
program grasshopper, didapatkan data mengenai
empat model yang menjadi bahan uji coba
sebagai berikut:

5.2.1. Pembayangan Pada Bangunan dengan


Fasad Eksising
Gambar 21 : Gambar Radiasi Matahari pada
Fasad Model 4 Berdasarkan data simulasi yang telah dipaparkan
terdapat tiga kondisi waktu dimana cahaya
Sumber : Data Pribadi, 2017
matahari langsung yang masuk terbilang berlebih
yaitu pukul 15.00, 16.00, dan 17.00.
Berdasarkan uji coba dan simulasi,
didapatkan data yang hampir identik dengan
fasad model 3, yaitu warna lantai dan plafon
menunjukkan warna ungu dan terdapat sedikit
gradasi ke biru, hal ini menunjukkan tingkat
radiasi matahari yang diterima oleh lantai dan
plafon kurang dari 3%, sedangkan dinding bagian
dalam gedung menerima radiasi sebesar 5%, dan
bagian dinding secondary skin menunjukan Gambar 22 : Gambar Simulasi Pembayangan
warna kuning dengan sedikit gradasi menuju ke Fasad Eksisting Pada Pukul 15.00

merah menunjukkan bahwa radiasi yang diterima Sumber : Data Pribadi, 2017
pada bagian ini sebesar 80% hingga 100%. Data
analisis ini sama persis dengan anaisis data pada
fasad model 3.
Berdasarkan analisis dan perbandingan
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kinerja
dari fasad model 3 dapat diperoleh oleh fasad
model 4 dengan tingkat pengurangan radiasi yang
sama persis namun dengan luas permukaan dan
penggunaan material yang lebih minimal. Gambar 23 : Gambar Simulasi Pembayangan
Fasad Eksisting Pada Pukul 16.00
Sumber : Data Pribadi, 2017
21
Gambar 24 : Gambar Simulasi Pembayangan Gambar 25 : Gambar Simulasi Pembayangan
Fasad Eksisting Pada Pukul 17.00 Fasad Model 1 Pada Pukul 15.00
Sumber : Data Pribadi, 2017 Sumber : Data Pribadi, 2017

Berdasarkan data tersebut tampak bahwa


cahaya matahari langsung bisa masuk dengan
bebas dilihat dari bentuk pola cahaya yang
mengikuti bentuk bukaan pada secondary skin
eksisting.

5.2.2. Pembayangan Pada Bangunan dengan


Fasad Model 1
Gambar 26 : Gambar Simulasi Pembayangan
Setelah dilakukan optimasi fasad dan Fasad Model 1 Pada Pukul 16.00
dihasilkan fasad model 1, proses simulasi Sumber : Data Pribadi, 2017
dilakukan dan menghasilkan hasil simulasi
pembayangan. Berikut adalah hasil dari simulasi
pada tiga kondisi waktu dengan tingkat cahaya
langsung matahari yang masuk yaitu pukul 15.00,
16.00, dan 17.00.

Gambar 27 : Gambar Simulasi Pembayangan


Fasad Model 1 Pada Pukul 17.00
Sumber : Data Pribadi, 2017

22
5.2.3. Pembayangan Pada Bangunan dengan
Fasad Model 2

Gambar 30 : Gambar Simulasi Pembayangan


Fasad Model 2 Pada Pukul 17.00
Sumber : Data Pribadi, 2017
Gambar 28 : Gambar Simulasi Pembayangan
Fasad Model 2 Pada Pukul 15.00 5.2.4. Pembayangan Pada Bangunan dengan

Sumber : Data Pribadi, 2017 Fasad Model 3

Gambar 31 : Gambar Simulasi Pembayangan


Fasad Model 3 Pada Pukul 15.00
Gambar 29 : Gambar Simulasi Pembayangan
Sumber : Data Pribadi, 2017
Fasad Model 2 Pada Pukul 16.00
Sumber : Data Pribadi, 2017

Gambar 32 : Gambar Simulasi Pembayangan


Fasad Model 3 Pada Pukul 16.00
Sumber : Data Pribadi, 2017

23
Gambar 33 : Gambar Simulasi Pembayangan
Fasad Model 3 Pada Pukul 17.00
Gambar 36 : Gambar Simulasi Pembayangan
Sumber : Data Pribadi, 2017 Fasad Model 4 Pada Pukul 17.00
Sumber : Data Pribadi, 2017
5.2.5. Pembayangan Pada Bangunan dengan
Fasad Model 4
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
6.1.1 Hasil Analisis Fasad Eksisting Gedung
Henricus Constant
Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan
secara komputasi beserta proses analisis maka
fasad eksisting Gedung Henricus Constant yang
berupa secondary skin sudah cukup optimal
karena meskipun bagian dinding secondary skin
Gambar 34 : Gambar Simulasi Pembayangan
Fasad Model 4 Pada Pukul 15.00 menerima radiasi maksimum yaitu 100% namun

Sumber : Data Pribadi, 2017 bagian dalam bangunan berhasil direduksi tingkat
penerimaan radiasinya seperti bagian selasar
yang hanya menerima radiasi kurang dari 15%
dan bagian dinding dalam yang hanya menerima
15% hingga 25%.

Akan tetapi fasad Gedung Henricus Constant saat


ini masih belum bisa menciptakan pembayangan
yang baik karena pada pukul 15.00, 16.00, dan
Gambar 35 : Gambar Simulasi Pembayangan 17.00 cahaya langsung matahari masih bisa
Fasad Model 4 Pada Pukul 16.00
Sumber : Data Pribadi, 2017
24
masuk dengan bebas dengan luas bidang Gallo, C., M. Salla, dan A.A.M. Sayigh. 1998.
Architecture: Comfort and Energy.
penyinaran yang cukup luas juga.
Oxford: Elsevier.
6.1.2 Hasil Analisis Algoritma Optimasi Fasad Glassman, Elliot J., dan Christoph Reinhart.
2013. Façade Optimization Using
Gedung Henricus Constant
Parametric Design and Future Climate
Scenarios. Harvard Graduate School of
Berdasarkan hasil simulasi dan eksperimen yang Design.
dilakukan secara komputasi, ditemukan hasil
Khabazi, Zubing. 2012. Generative Algorithms.
optimasi fasad yang paling baik dan optimal London: Morphogenesism.
adalah fasad model 2 yang diperoleh dengan Ming, Tang, dan Jeff Tyner. 2012. Perkins+Will
algoritma pencarian fasad dengan luas bidang Research Journal. Perkins+Will. Vol.
04.01.
bukaan yang paling minimum dan diatur secara
Shan, Rudai. 2014. Integrating
acak (random) pada model massa bangunan. Rhinoceros/Grasshopper with Genetic
Dengan algoritma tersebut didapatkan jenis Algorithm in Whole Building Energy
Simulation. University of Michigan.
shading yang mampu mereduksi baik radiasi
Torres, Santiago L., dan Yuzo Sakamoto. 2007.
matahari yang diterima bagian dalam bangunan Façade Design Optimization for
maupun cahaya langsung matahari. Daylight with a Simple Genetic
Algorithm. Ove Arup and Partners
6.2. Saran International. Vol 03.

Agar Fasad Gedung Henricus Constant Waal, H.B. De. 1993. New Recommendation for
Building in Tropical Climates. Elsevier.
lebih dapat bekerja dengan baik dalam Volume 28.
menciptakan pembayangan, maka diperlukan
shading tambahan pada secondary skin eksisting
yang telah ada. Shading tersebut dapat terdiri dari
material yang bervariasi. Namun untuk material
serta konstruksi shading tersebut ada baiknya
dilakukan studi terlebih dahulu melalui penelitian
lanjutan sebagai tindak lanjut dari penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Butera, Prof. Federico M. 2014. Sustainable
Building Design for Tropical Climates.
Nairobi: UN-Habitat.
Caetano, Inês, dan António Leitão. 2016. DrAFT:
an Algorithmic Frameworkfor Façade
Design. Instituto Superior Técnico.
Volume 02.

25

Anda mungkin juga menyukai