Anda di halaman 1dari 29

LATAR BELAKANG PERLUNYA BIMBINGAN

KONSELING BAGI SISWA DILIHAT

DARI BERBAGAI SEGI

Oleh:

Kelompok II

Maya Mentari Nismanto/14073027

Putri Mirzani Qisthi /1302816

Rahmat Rimansah/14073030

Winarto/14073034

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2015
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, kami panjatkan puji dan syukur kehadirat
Allah SWT yang telah melimpah curahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah Bimbingan Dan Konseling tentang “Latar
Belakang Perlunya Bimbingan Dan Konseling Bagi Siswa Dilihat Dari
Berbagai Segi”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan
Dan Konseling dan tentunya sebagai salah satu cermin pemahaman kami terhadap
apa yang telah kami presentasikan, juga sebagai salah satu materi dan sumber
ilmu tambahan buat pembaca agar lebih memahami perlunya BK bagi siswa yang
dapat dilihat dari berbagai segi.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
semua anggota kelompok yang telah membantu dan memberikan sumbangan
pemikirannya hingga makalah ini tersusun.
Penulis menyadari bahwasanya dalam penulisan makalah ini masih sangat
jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik maupun saran dari
pembaca yang bersifat membangun.

Padang, 18 Februari 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii


DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2
C. Tujuan Maklah ...............................................................................................2
D. Manfaat Makalah ...........................................................................................2
BAB II. PEMBAHSAN .............................................................................................4
A. Latar Belakang Psikologi ...............................................................................4
B. Latar Belakang Sosial Budaya .......................................................................7
C. Latar Belakang Pendidikan ............................................................................10
D. Latar Belakang IPTEK dan Globalisasi .........................................................12
BAB III. PENUTUP ..................................................................................................25
A. Kesimpulan ....................................................................................................25
B. Saran...............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Adapun yang melatarbelakangi penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk meningkatkan serta menambah ilmu
pengetahuan mengenai pentingnya memahami latar belakang dan sejarah
perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia. Penyusunan makalah
ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagaimana pentingnya penjelasan
tentang latar belakang dan sejarah bimbinghan dan konseling. Seringkali
timbul pertanyaan mengapa bimbingan dan konseling itu dirasakan perlu,
bahkan mutlak harus dilaksanakan di sekolah dengan meninjaunya dari
berbagai aspek sosio-kultural.
Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia
Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang
bermutu salah satunya didukung oleh pengembangan kemampuan peserta
didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan
demi pencapaian cita-citanya.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting
dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat. Sekolah merupakan suatu sistim yang komponen-
komponen didalamnya terintegrasi dengan baik. Bimbingan dan konseling
adalah salah satu komponen sekolah yang bertugas membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapi komponen sekolah yang lain. Bimbingan dan
konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara individu
maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal
dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial,
kemampuan belajar dan perencanaan karier, melalui berbaga jenis layanan
dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, penulis
mengemukakan beberapa rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apa saja yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan dan konseling
2. Apa saja yang menjadi latar belakang sosial budaya
3. Apa saja yang menjadi latar belakang pendidikan
4. Apa saja yang menjadi latar belakang IPTEK dan Globalisasi

C. Tujuan Makalah
Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan serta menambah ilmu
pengetahuan mengenai pentingnya memahami latar belakang dan sejarah
perkembangan bimbingan dan konseling. diharapkan dapat menjadi gambaran
bagaimana pentingnya penjelasan tentang latar belakang dan sejarah
bimbinghan dan konseling. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mejelaskan dan mendeskripsikan tentang:
1. Latar belakang psikologis.
2. Latar belakang sosial budaya.
3. Latar belakang pendidikan.
4. Latar belakang IPTEK dan Globalisasi.

D. Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memiliki kegunaan dan manfaat
bagi pembaca dan penulis, khususnya kalangan umum dan mahasiswa. Secara
ringkas makalah ini mempunyai beberapa kegunaan secara praktis maupun
secara teoretis. Ditinjau dari kegunaan praktis makalah ini diharapkan berguna
bagi penulis yakni sebagai wahana menambah wawasan keilmuan dalam kajian
ilmu pengetahuan, terutama tentang latar belakang perlunya bimbingan dan
konseling, perkembangan bimbingan dan konseling serta posisi bimbingan dan
konseling dalam UU Sisdiknas. Sedangkan kegunaan secara teoretis,
penyusunan makalah ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan dan
3

menambah ilmu pengetahuan mengenai pentingnya memahami tentang latar


belakang bimbingan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Psikologi
Ditinjau dari asal katanya, psikologi berasal dari kata psyche yang
berarti jiwa, dan Ligos yang berarti ilmu.Jadi secara istilah, psikologi berarti
ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Tetapi
dalam sejarah perkembangannya , kemudian arti psikologi menjadi ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia. Ini di sebabkan karena jiwa yang
mengandung arti yang abstrak itu sukar untuk di pelajari secara objektif.
Kecuali itu, keadaan jiwa seseorang melatar belakangi timbulnya hampir setiap
tingkah laku. Beragamnya pendapat para ahli psikologi tentang pengertian dari
psikologi, sehingga bisa di simpulkan bahwa psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan perbuatan individu dimana
individu tersebut tidak dapat di lepaskan dari lingkungannya.
Pada zaman sebelum masehi, psikologi sudah dipelajari orang dan
banyak di hubungkan dengan filsafat. Para ahli filsafat pada waktu itu sudah
membicarakan tentang aspek-aspek kejiwaan manusia. Dalam sejarah
perkembangannya, psikologi di artikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah
laku manusia. Sejarah psikologi bahwa ilmu pengetahuan yang kita kenal,
kebanyakan berpusat dari perkembangan awal sejarah eropa dari masa yunani,
romawi hingga akhir abad ke 19, yang kemudian menyebar ke belahan dunia.
Pendekatan dan orientasi ilmu dalam dunia psikologi bermula dari
filsafat pada masa yunani, yaitu masa transasi dari pola pikir animism ke
natural science, yaitu pengetahuan bersumber dari alam.Pada masa ini perilaku
manusia berusaha di terangkan melalui prinsip-prinsip alam atau prinsip-
prinsip yang di analogikan dengan gejala alam.
Tanah kelahiran psikologi adalah jerman , oleh karenanya munculnya
psikologi tidak dapat di lepaskan dari konteks social jerman yang memiliki
misi untuk membantuk manusia yang berkualitas dan penyedia tenaga kerja
yang potensional. Whilhelm Wundt adalah orang pertama yang
memproklamirkan psikologi sebagai disiplin ilmu. Wundt adalah seorang

4
5

dokter yang tertarik di bidang fisiologis, dimana fisiologis merupakan jalan


bagi psikologiuntuk bisa masuk ke dalam ranah empiris ilmiah dan berdiri
sebagai ilmu yang mandiri.
Mempelajari psikologi berarti ada usaha untuk mengenal manusia.
Mengenal berarti memahami , kita dapat menguraikan dan menggambarkan
tingkah laku serta kepribadian manusia yang bersifat aspek-aspeknya. Dengan
mempelajari psikologi kita berusaha untuk mengetahui aspek-aspek
kepribadian itu misalnya keterbukaan yaitu , sikap terbuka terhadap dunia luar,
sikap mau memahami perasaan-perasaan orang lain, sikap menghargai
pendapat dari orang lain, dan sikap ini bersifat menetap dan menjadi ciri bagi
orang yang bersangkutan , yang merupakan sifat yang unik , yang individual
dan dari orang tersebut. Berbeda dengan hewan , tiap-tiap manusia sebagai
individual terdapat aspek-aspek kepribadian yang khas, yang unik, dan yang
beda dari yang lain, sehingga dapat membedakan manusia itu dari individu-
individu lainnya. Jadi, sekalipun ada faktor tertentu yang sama, yang terdapat
pada setiap manusia , manusia itu beda dari satu dengan yang lainnya.
Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian
dalam bidang psikologi perlu dikuasai, yaitu :
1. Motif dan motivasi
2. Pembawaan dasar dan lingkungan
3. Perkembangan individu
4. Belajar dan penguatan
5. Kepribadian
Ada pun penjelasan dari masing-masing daerah kajian diatas adalah
sebagai berikut :
1. Motif dan motivasi
Motif adalah dorongan yang menggerakkan seseorang bertingkah
laku. Dengan demikian suatu tingkah laku yang didasarkan pada motif
tertentu tidaklah bersifat sembarangan atau acak, melainkan mengandung
isi atau tema sesuai dengan motif yang mendasarinya. Motif terbagi atas
dua penggolongan, motif primer didasari oleh kebutuhan asli yang sejak
semula telah ada di setiap individu sejak ia lahir kedunia. Sedangkan motif
6

sekunder tidak dibawah sejak lahir melainkan terbentuk bersamaan dengan


perkembangan individu yang bersangkutan.
Motif yang telah berkembang pada diri individu merupakan sesuatu
yang laten pada diri individu itu yang sewaktu-waktu dapat diaktifkan
mendorong terwujudnya suatu tingkah laku. Motif yang sedang aktif
biasanya disebut motivasi. Motivasi erat sekali hubungannya dengan
perhatian.
2. Pembawaan dan lingkungan
Setiap individu dilahirkan kedunia dengan membawa kondisi
mental fisik tertentu. Apa yang dibawah sejak lahir itu sering disebut
dengan pembawaan. Dalam arti yang luas pembawaan meliputi berbagai
hal seperti warna kulit, bentuk warna rambut, golongan
darah,kecendrungan pertumbuhan fisik, minat, bakat khusus, kecerdasaan,
kecendrungan cirri-ciri kepribadian tertentu.
Pembawaan dan lingkungan masing-masing individu tidaklah
sama. Ada pembawaan yang tinggi sedang, kurang dan bahkankurang
sekali. Kadang-kadang kita jumpai individu dengan intelegensi yangamat
tinggi (genius). Bakat yang amat istimewa atau pembawaan yang luar
biasa baguisnya itu merupakan anugerah dari tuhan. Sebaliknya kadang-
kadang kita jumpai pula individu dengan intelegensi yang amat rendah.
Pembawaan yang luar biasa rendahnya ini juga merupakan amanah dari
tuhan, untuk tidak disiasiakan dan untuk mendapatkan penanganan yang
memadai sesuai dengan kemuliaan kemanusiaan.
3. Perkembangan individu
Berbagai teori tentang perkembangan individu telah dikemukakan
oleh para ahli. Teori-teori tersebut pada umumnya menonjolkan aspek atau
pola perkembangan tertentu. McCandless menekankan pentingnya
dorongan biologis dan dorongan cultural dalam perkembangan individu
freud menekankan dorongan seksual; Ericson menekankan perkembangan
psikososial (dalam Dusek,1977). Paiget mengemukakan teori tentang
perkembangan koknisi; Kholberg tentang perkembangan moral (dalam
7

Bee, 1978). Lebih lanjut, Havighurtst menampilkan istilah tugas


perkembangan.
4. Belajar dan penguatan
Belajar merupakan konsep yang amat mendasar dari psikologi.
Peristiwa belajar terentang dari bentuk-bentuk belajar yang ditandai oleh
perubahan tingkah laku yang amat sederhana sebagai hasillatihan singkat
sampai dengan proses mental tingkat tinggi. Pemberian penguatan
dilakukan memakai pernyataan berkenaan dengan hal-hal yang positif
yang ada pada diri individu, khususnya berkenaan dengan kegiatan
belajarnmya itu; misalnya pernyataan tentang motivasi belajarnya cukup
tinggi, hasil belajarnya bagus, caranya menjawab soal-soal cermat,
bahasanya lancer, pekerjaannya rapid an sebagainya.
5. Kepribadian
Sering dikatakan bahwah ciri seseorang adalah kepribadiannya.
Dalam khasana psikologi rumusan yang satu tentang kepribadiaan
kayaknya masih sulit dicapai. Mengenai pengertian kepribadian ini, para
ahli psikologi umumnya memusatkan perhatian pada faktor-faktor fisik
dan genetika, berfikir dan pengamatan, serta dinamika motivasi dan
perasaan (Mussen dan Rosenzweiq, 1973). Sejumlah hasil studi
memperlihatkan adanya hubungan (meskipun hubungan ini tidak terlalu
tinggi) antara bentuk tubuh dan ciri-ciri kepribadian dan hasil studi tentang
anak kembar menunjukkan adanya pengaruh factor-faktor genetic terhadap
asfek-asfek kepribadian. Demikian pula, pola berpikir (kognitif style)
terkait pada cirri-ciri kepribadian.

B. Latar Belakang Sosial Budaya


Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
8

mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
“kultur” dalam bahasa Indonesia.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki


bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia.Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-
perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Faktor-faktor sosial budaya yang menimbulkan kebutuhan akan


bimbingan:

1. Perubahan konstelasi keluarga

Terkait dengan masalah keluarga yang disfungsional, Stephen R.


Covey mengemukakan sekitar 30 tahun yang lalu terjadi perubahan
situasi keluarga yang sangat kuat dan dramatis seperti peristiwa berikut
ini:

a. Angka kelahiran anak yang tidak sah meningkat menjadi 400%.


b. Persentase orang tua tunggal (single parrent) telah berlipat ganda.
c. Angka perceraian yang terjadi telah berlipat ganda, pernikahan yang
berakhir dengan perceraian.
d. Peristiwa bunuh diri dikalangan remaja meningkat sekitar 300%.
e. Sekor tes bakat skolastik para siswa turun sekitar 73 butir
f. Masalah nomor satu wanita Amerika pada saat ini adalah tindakan
kekerasan (pemerkosaan).
g. Seperempat remaja yang melakukan hubungan seksual telah terkena
penyakit kelamin sebelum menamatkan sekolahnya di SMA.
2. Perkembangan pendidikan
9

Arah meluas tampak dalam pembagian sekolah dalam berbagai


jurusan khusus dan sekolah kejuruan. Hal ini menimbulkan kebutuhan
akan bimbingan untuk memilih jurusan yang khusus dan memilih bidang
studi yang tepat bagi setiap murid. Arah mendalam tampak dalam
berkembangnya ruang lingkup dan keragaman disertai dengan
pertumbuhan tingkat kerumitan dalam tiap bidang studi. Hal ini
menimbulkan masalah bagi murid untuk mendalami tiap bidang studi
dengan tekun. Perkembangan ke arah ini bersangkut paut pula dengan
kemampuan dan sikap serta minat murid terhadap bidang studi tertentu.
Ini semua menimbulkan akibat bahwa setiap murid memerlukan
perhatian yang bersifat individual dan khusus. Dalam hal ini pula terasa
sekali kebutuhan akan bimbingan di sekolah.

3. Dunia kerja

Dalam dunia kerja bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan


karena terjadi berbagai macam perubahan diantaranya sebagai berikut:

a. Semakin berkurangnya kebutuhan terhadap pekerja yang tidak


memilki ketrampilan.
b. Meningkatnya kebutuhan terhadap para pekerja yang profesional dan
memiliki ketrampilan teknik.
c. Berkembangnya berbagai jenis pekerjaan sebagai dampak dari
penerapan teknologi maju.
d. Berkembangnya perindustrian di berbagai daerah.
e. Berbagai jenis pekerjaan yang baru memerlukan cara-cara pelayanan
yang baru.
f. Semakin bertambahnya jumlah para pekerja yang masih berusia
muda dalam dunia kerja.
4. Perkembangan metropolitan

Dampak sosial yang buruk dari pertumbuhan kota di abad-21


terutama di kota-kota berkembang sebagai berikut:

a. Urbanisasi dilakukan dengan motivasi mengadu nasib.


10

b. Masalah pengangguran
c. Banyaknya tenaga kerja yang tidak memenuhi kebutuhan lapangan
kerja di kota.
d. Banyaknya pemukiman ilegal didirikan.
e. Terbatasnya fasilitas air bersih dibanding banyaknya jumlah
kebutuhan penduduk.
f. Lingkungan semakin buruk yang mengakibatkan meningkatnya
angka kematian anak.

C. Latar Belakang Pendidikan Indonesia


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sehingga dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan harus
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu; mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Proses pendidikan digunakan evaluasi, akreditasi dan sertifikasi untuk
memantau perkembangan pendidikan. Evaluasi dilakukan dalam rangka
pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Salah
satu bentuk evaluasi pendidikan adalah dengan diadakannya ujian nasional
baik di jenjang SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA. Ujian nasional memang
tidak dapat dijadikan satu-satunya tolak ukur kualitas pendidikan disekolah
tersebut akan tetapi ujian nasional merupakan indikator pertama dan paling
terlihat di masyarakat untuk mengukur kualitas pendidikan.
11

Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu


institusi pendidikan. Kualitas pembelajaran bersifat kompleks dan dinamis,
dapat dipandang dari berbagai persepsi dan sudut pandang melintasi garis
waktu. Pada tingkat mikro, pencapaian kualitas pembelajaran merupakan
tanggung jawab profesional seorang guru, misalnya melalui penciptaan
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dan fasilitas yang didapat
siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Pada tingkat makro,
melalui sistem pembelajaran yang berkualitas, lembaga pendidikan
bertanggungjawab terhadap pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas,
yaitu yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan intelektual, sikap, dan
moral dari setiap individu peserta didik sebagai anggota masyarakat.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran, baik
secara eksternal maupun internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-
faktor eksetrnal mencakup guru, materi, pola interaksi, media dan teknologi,
situasi belajar dan sistem. Masih ada pendidik yang kurang menguasai materi
dan dalam mengevaluasi siswa menuntut jawaban yang persis seperti yang ia
jelaskan. Dengan kata lain siswa tidak diberi peluang untuk berfikir kreatif.
Guru juga mempunyai keterbatasan dalam mengakses informasi baru yang
memungkinkan ia mengetahui perkembangan terakhir dibidangnya (state of
the art) dan kemungkinan perkembangn yang lebih jauh dari yang sudah
dicapai sekarang (frontier of knowledge). Sementara itu materi pembelajaran
dipandang oleh siswa terlalu teoritis, kurang memanfaatkan berbagai media
secara optimal (Anggara, 2007:100).
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khususnya sejarah, sering
dianggap sebagai pelajaran hafalan dan membosankan. Pembelajaran ini
dianggap tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan urutan peristiwa yang
harus diingat kemudian diungkap kembali saat menjawab soal-soal ujian.
Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, karena masih terjadi sampai sekarang.
Pembelajaran sejarah yang selama ini terjadi di sekolah-sekolah dirasakan
kering dan membosankan. Menurut cara pandang Pedagogy Kritis,
pembelajaran sejarah seperti ini dianggap lebih banyak memenuhi hasrat
dominant group seperti rezim yang berkuasa, kelompok elit, pengembang
12

kurikulum dan lain-lain, sehingga mengabaikan peran siswa sebagai pelaku


sejarah zamannnya (Anggara, 2007:101).
Tidak dipungkiri bahwa pendidikan sejarah mempunyai fungsi yang
sangat penting dalam membentuk kepribadian bangsa, kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia umumnya. Agakya pernyataan tersebut tidaklah
berlebihan. Namun sampai saat ini masih terus dipertanyakan
keberhasilannya, mengingat fenomena kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia khususnya generasi muda makin hari makin diragukan
eksistensinya. Dengan kenyataan tersebut artinya ada sesuatu yang harus
dibenahi dalam pelaksanaan pendidikan sejarah (Alfian, 2007:1).
Pelajaran sejarah adalah pelajaran yang mempelajari tentang ilmu
yang digunakan untuk mempelajari peristiwa penting masa lalu manusia.
Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang
sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis.

D. Latar Belakang IPTEK dan Globalisasi


1. Pendidikan dan IPTEK
Pendidikan mempunyai kaitan erat dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi, seperti diketahui, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan. Sebab, pada
dasarnya IPTEK tercipta, berkembang, dan menjadi kebudayaan dan
peradaban karena dan melalui pendidikan.
Dari sisi lain, setiap perkembangan iptek harus segera
diakomodasikan oleh pendidikan yakni dengan memasukkan hasil
perkembangan iptek itu ke dalam isis bahan ajar. Sebaliknya, pendidikan
sangat penting oleh sejumlah cabang-cabang iptek, utamanya ilmu-ilmu
perilaku (psikolog, sosiologi, antropologi). Seiring dengan kemajuan iptek
pada umumnya, ilmu pendidikan juga mengalami kemajuan yang pesat,
demikian pula dengan cabang-cabang khusus dari ilmu-ilmu perilaku yang
mengkaji pendidikan seperti psikolog pendidikan dan sosiologi
pendidikan. Kemajuan cabang-cabang ilmu tersebut menyebabkan
tersedianya informasi empiris yang cepat dan tepat, dan pada gilirannya
13

diterjemahkan menjadi program, alat, dan atau prosedur kerja yang akan
bermuara pada kemajuan teknologi pendidikan. Dengan perkembangan
iptek dan kebutuhan masyarakat yang harus mengakomodasi
perkembangan itu, baik perkembangan iptek maupun perkembangan
masyarakat.
Dari sisi lain, pendidikan formal telah berkembang sedemikian
rupa sehingga menjadi suatu lingkup kegiatan yang luas dan kompleks.
Konsekuaensi perkembangan pendidikan tu menyebabkan penataan
kelembagaan, pemantapan struktur organisasi dan mekanisme kerja,
pemantapan pengelolaan, dan lain-lain haruslah dilakukan dengan
memanfaatkan iptek itu. Selanjutnya, karena kebutuhan pendidikan yang
sangat mendesak maka banyak teknologi dari berbagai bidang ilmu segera
diadopsi ke dalam penyelenggaraan pendidikan, dan atau kemajuan
kemajuan itu segera dimanfaatkan oleh penyelenggaraan pendidikan itu.
Terdapat beberapa istilah yang perlu dikaji agar jelas makna dan
kebutuhan masing-masing, yakni pengetahuan, ilmu pengetahuan,
teknologi, serta istilah lalin yang terkait dengannya. Pengetahuann
(knowledge) adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara
penginderaan terhadap fakta, penalaran (rasio), intuisi, dan wahyu.
Pengetahuan yang memenuhi criteria dan segi ontologism, epistemologis,
dan aksiologi secara konsekuen dan penuh disiplin biasa disebut ilmu
ataupun ilmu pengetahuan (science). Kata ilmu sifatnya adalah ilmiah atau
keilmuan, sedangkan ahlinya disebut ilmuwan. Dengan demikian,
pengetahhuan meliputi berbagai cabang ilmu (. Ilmu dasar terutama
diilmu-ilmu sosia atau social science, dan ilmu –ilmu alam atau natural
science), humaniora (seni, filsafat, bahasa, dan sebagainya) serta wahyu
keagamaan atau sejenisnya.
Dilihat dari segi tujuan pokoknya, sering pula dibedakan ilmu
dasar (basic science) dan ilmu terapan (applied science). Ilmu dasar
terutama digunakan demi kemajuan itu sendiri, sedangkan ilmu terapan
digunakan untuk mengatasi masalah dan memajukan kesejahteraan
manusia. Hasil dari ilmu terapan itu kemudian ditransformasikan menjadi
14

bahan, alat, atau prosedur kerja. Kegiatan seperti ini biasa disebut
pengembangan (development, dan tindakan lanjjut dan hasil kerja kegiatan
pengembangan itulah yang disebut teknologi.
Landasan antologis dari ilmu berkaitan tentang persoalan-persoalan
seperti apa yang ingin diketahui oleh ilmu, bagaimana wujud hakiki dari
objek tersebut dan bagaimana hubungan dengan manusia. Seperti
diketahui, ilmu membatasi objeknya pada fakta atau kejadian yang bersifat
empiris, yang dapat ditangkap oleh alat indra, baik secara langsung
maupun dengan bantuan alat0alat bantu (sepetti mikroskop, teleskop, dan
sebagainya). Objek ilmu itu selalu berkaitan dengan pengalaman manusia
yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Sesuatu yang diluar
jangkauan pengalaman, umpamanya pengalaman sesudah mati adalah
berada di luar objek ilmu. Tetapi hal-hal diluar jangkauan ilmu menjadi
objek bidang-bidang lain seperti agama, kepercayaan, dan lain-lain.
Pengetahuan ilmiah pada dasarnya merupakan abstraksi yang
disederhanakan dari fakta atau kejadian alam yang sangat kompleks.
Untuk itu, ilmu mempunyai tiga asumsi tentang objek empiris itu, yaitu:
1. Objek-objek tertentu mempunyai keserupaan datu sama lain yang
memungkinkan dilakukan klasifikasi.
2. Objek dalam jangkauan waktu tertentu tidak mengalami perubahan
(kelestarian yang relative).
3. Adanya determinisme, bahwa sesuatu gejala bukan merupakan
kejadian yang kebetulan tetapi mempunyai pola tertentu yang bersifat
tetap.
Landasan epistimologi dari ilmu berkaitan dengan penggunaan
metode untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yakni bagaimana
prosedurnya, apakah harus diperhatikan agar diperoleh kebenaran, cara
teknik saran apa yang membantu untuk mendapatkannya.
Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses
tertentu yang disebut metode ilmiah. Seperti iptek itu sendiri, metode
keilmuan itu juga mengalami perkembangan sebagai akumulasi pendapat
manusia yang kini dikenal sebagai Induktif-Hipotetiko-Deduktif.
15

Landasan aksiologi dari ilmu berkaitan dengan manfaat atau


kegunaan pengetahuan ilmiah itu, yakni: untuk apa pengetahuan ilmiah
dipergunakan, bagaimana kaitannyan dengan nilai-nilai moral? Ilmu telah
bejasa mengubah wajah dunia dalam berbagai bidang serta memajukan
kesejahteraan manusia. Namun kita juga menyaksikan bagaimana ilmu
juga digunakan untuk mengancam martabat dan kebudayaan manusia.
Oleh karena itu, ilmu sering dianggap netral, ilmu itu bebas dari nilai, baik
atau buruk, dan sangat tergantung dari moral si empunya ilmu. Dengan
kata lain, manusia pemilik ilmu harus menentukan. Apakah ilmunya itu
bermanfaat bagi manusia atau sebaliknya.

2. Globalisasi dan Pendidikan


Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar
kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan
mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara. Dalam banyak
hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan
internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian
pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan
berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.

Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global,


yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan
Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku)
sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah
Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi
kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang
melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau
proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa
dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan
kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-
batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada yang
melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-
negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau
16

curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah
kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat
dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara
kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab,
globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia,
bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan
agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali
menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.

Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan


orang dengan globalisasi:

a. Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya


hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap
mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi
semakin tergantung satu sama lain.
b. Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan
batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas
devisa, maupun migrasi.
c. Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin
tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia.
Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
d. Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi
dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga
mengglobal.
e. Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini
berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama,
masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya.
Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi
sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.

Abad ke-21 sebagai pemuka millennium ketiga, yang mulai dan


akan dimasuki bangsa Indonesia bersama bangsa-bangsa lain di dunia,
merupakan era yang penuh tantangan dan peluang. Abad ini ditandai oleh
17

berbagai perubahan yang sangat dahsyat dalam berbagai aspek kehidupan.


Sebagaimana banyak difikirkan oleh para futurelog, pda abad ke-21 ini,
kehidupan dunia akan semakin mengglobal, dimana interaksi-komunikasi
antar manusia, tidak lagi dibatasi oleh sekat-sekat territorial, dan pada
gilirannya konsep Negara bangsa (state nation) menjadi memudar. Dalam
era ini, umat manusia hidup bagaikan sebuah desa global (Global Village).
Itulah sebabnya abad ini disebut dengan Era Globalisasi.
Bagi bangsa Indonesia, kehidupa dalam Era itu merupakan
tanttangan yang mau tidak mau, suka tidak suka, harus dihadapi. Tidak ada
pilihan bagi seluruh bangsa Indonesia, sebagaimana jadi bangsa-bangsa
lainnya di dunia untuk mengisolasikan diri dari pengaruh globalisasi itu.
Runtuhnya tembok Berlin, maupun terbukanya tembok Cina, merupakan
pertanda bahwa tidak ada kekuatan yang mampu membendung derasnya
arus globalisasi.
Pertanyaannya ialah: bagaimana kesiapan bangsa Indonesia
menghadapi era Globalisasi? Di dalam berbagai forum yang
membicarakan globalisasi, kita mendapatkan satu kunci tentang antisipasi
globalisasi, yaitu SDM. Tetapi bagaimana akan kualitas SDM kita? Hal
inilah yang kemudian menjadi perbincangan banyak pihak selama ini,
tidak saja di dalam negeri, tetapi juga menarik perhatian dunia.
Sejak badai krisis multidimensi menimpa bangsa Indonesia (sejak
tahun 1977 sampai sekarang) kualitas manusia Indonesia menjadi lebih
terpuruk dari masa-masa sebelumnya. Kita dapat menemukan berbagai
bukti tentang keterpurukan kita dalam berpagai bidang, dari segi ekonomi,
kita mengalami pukulan berat ketika roda-roda ekonomi tidakk lagi
berputar akibat merosotnya nilai rupiah. Sejak tahun 1977-2000
pertumbuhan ekonomi Indonesia adalam minus. Malah, ketika bangsa-
bangsa lain, korea selatan, Thailand, Malaysia, dan Singapura telah
berhasil keluar dari kemelut ekonomi itu, Indonesia masih jalan di tempat.
Sekarang ini, angka pengangguran lebih 20 juta orang, jumlah penduduk
miskin semakin bertambah hingga mencapai lebih dari 400 juta orang., dan
18

pendapatan perkapita melorot dari 1000 dolar Amerika pada masa pra-
krisis, menjadi hanya kira-kira 300 dolar Amerika saat ini.
Dengan kondisi seperti itu, akankah Indonesia menutup pintu masa
depannya. barangkali, tidak seoramg pun yang berharap menjawab “ya”
untuk pertanyaan itu. Itulah sebebnya maka perlu pemahaman akan
globalisasi dan dampaknya bagi pendidikan. Adapun tujuan mempelajari
kecenderungan globalisassi bagi mahasiswa, ialah agar mereka warga
Indonesia punya konsepsi dan solusi bagi bangsa Indonesia tentang masa
depannya, dengan memperhitungkan kecenderungan yang akan terjadi,
baik peluang maupun tantangan, kita dapat memahami dimana posisi kita,
selanjutnya berfikir tentang apa yang harus kita lakukan melalui
pendidikan.
3. Ciri-ciri masa depan dan Globalisasi
Kecenderungan kehidupan di masa depan, khususnya di abad 21
dan implikasinya dalam berbagai bidang kehidupan telah menjadi bahan
kajian yang menarik perhatian para ahli, sehingga muncullah ilmu baru
tentang masa depan yang disebut Futurelogy. Telah banyak pakar yang
menngeluti bidang baru ini, diantaranya yang paling popular adalah Alvin
Tofler dan John Naisbitt.
Alvin Tofler, dalam bukunya yang sangat terkenal The Wind
Wave, membagi peradaban manusia berdasarkan bududaya teknologi
dalam tiga gelombang, yaitu gelombang pertama teknolgi pertanian
(800SM-1500M), gelombang kedua teknologi industry (1500M-1970M)
dan gelombang ketiga teknologii informasi (1970M-2000M). Tofler juga
meramalkan muncuknya lima gelombang yang akan datang, yaitu era
industry rekreasi, era bio-teknologi, era mega material, era atom baru, dan
era angkasa luar. Tofler juga mempertajam tesisnya tentang masa depan,
terutama mengenai implikasi gelombang dan ketiga gelombang
selanjutnya dalam aspek-aspek politik, social, ekonomi, hukum, dan
pendidikan.
Dalam berbagai analisis yang melampaui zaman itu, tofler bukan
saja menjelaskan kecenderungan-kecenderungan yang akan terjadi, tetapi
19

juga meningkatkan umat manusia (terutama yang memegang kuasa) untuk


melakukan antisipasi terhadap fenomena masa depan itu. Dalam kata
pengantar bukunya yang terbaru, yang ditulis bersama istrinya Heidi
Tofler, creating a new civilization (1995) Toffler memperingatkan
“persaingan global berarti bahwa kita tida dapat kembli ke komformitas
(persesuaian), uniformitas(keseragaman), birokkrasi, dan ekonomi
berkekuatan brutal era-dewan. Tetapi gelombang ketiga bukan sekedar
pemasalahan teknologi dan ekonomi. Ia melibatkan persoalan moralitas,
budaya dan gagasan. Demikian pula institusi dan struktur politik.
Singkatnya, hal ini menyiratkan (perlunya) sebuah transformasi sejati
Dallam urusan-urusan manusia.”
Selain tofler, john Nasbitt juga banyak menulis tentang masa
depan. Beberapa buku Nasbitt yang terkenal adalah global Nasbitt (1995),
global paradox (1995), megatend 2000 (1991) dan megatrends Asia
(1995). Tesis pokok dari Nasbitt ialah bahwa dimasa depan akan terjadi
perubahan-perubahan besar dalam berbagai dimensi kehidupan, di
terutama yang menjadi pemicu ialah ekonomi dan teknologi. Peta
kekuatan (terutama ekonomi) dunia di masa depan, kata Nisbitt akan
berubah drastic. Dalam Global paradox (1995), Naisbitt menyatakan
bahwa salah satu pemicu perubahan global itu ialah revlusi
telekomunikasi. Dalam dua bukunya yang lain, Megatrends 2000, dan
megatrens asia, Naisibitt menulis tentang bangkitnya kekuatan ekonomi
baru terutama di wilayah Asia Pasifik. Jika 400 tahun yang lalu kekuatan
ekonomi dunia berpindah dari Mideritanian ke Atlantik, dimasa depan
akan berpindah lagi dari Atlantik ke Pasifik. Naisbitt menyebutka Negara-
negara ekonomi baru itu, seperti Korea Selatan, Cina, Taiwan, Singapure
sebagai macan Asia. Negara-negara lain di wilayah itu seperti Malaysia,
Thailand, hilipina, dan bahkan juga Indonesia akan segera menyusul.
Tetapi, ramalan Naisbitt khususnya tentang Indonesia, barangkali harus
mendapat pengecualian, ketika Negara ditimpa badai krisis sejak tahun
1977 dan belum pulih benar sampai sekarang.
20

Baik Toffler maupun Naisbitt setuju bahwa ciri utama massa depan
adalah teknologi informasi, bahkan Era informasi ini sering disebut
sebagai Era Cybernetic atau Era maya. Pada Era ini, informasi memegang
perang yang sangat sentral sebagaimana manufaktur (pabrik-pabrik) dalam
era industry. Begitu dahsyatnya era informasi ini sehingga meruntuhkan
batas territorial bahkan juga batas-batas idiologi Negara. Dunia menjadi
sedemikian kecil, bagaikan sebuah desa, atau yang disebut McLuthan
sebagai “Global Village” sehingga konsep Negara bangsa (nation-state)
menjadi memudar.
Selanjutnya, era informasi ditandai dengan aksesibelitas informasi
global yang sangat cepat dan tinggi. Seperti dikatakan Naisbitt “ dewasa
ini orang-orang berkomunikassi setiap saat dengan orang lain di seluruh
dunia, bahkan dengan tidak mengetahui dimana mereka berada”. Hal itu
dimungkinkan berkat kemajuan teknologi super-simbolik menurut istilah
Toffler, seperti computer, telepon seluler, internet dan sebagainya.
Dengan demikian kekuatan utama ekonomi Negara pada masa-
masa mendatang bukan lagi terletak pada sumber-sumber phisik, seperti
tanah, sumber daya alam , pabrik dan barang-barang, melainkan informasi.
Karena informasi itu bersifat software, maka ia bersifat pengetahuan
(knowledge). Dengan demikian, asset atau modal utama menyambut masa
depan adalah pengetahuan. Oleh karena itu pendidikan sangat
menentukan.
Dalam bidang pendidikan juga tidak sedikit para pakar yang telah
mencoba mengetengahkan analisanya tentang masa depan dan
implikasinya untuk pendidikan, diantaranya ialah Harold G. Shane dan
Bernadine Taber (1981). Dari kajiannya mengenai pandangan sejumla
sarjana dari berbagai disiplin ilmu tentang masa depan, Shane dan Taber
(1981:12) menyimpulkan lima citra masa depan, yaitu : (1) masa depan
adalah seperti hari ini tetapi dengan sedikit lebih banyak masalahm (2)
solusi masa depan bergantung kepada pendekatan ilmiah dan teknologi,
(3) munculnya era energy dan lebih padat karya, (4) lebih banyak
21

pemecahan masalah secara otoriter, (5) munculnya transformasi baru


dalam berbagai aspek kehidupan.
Dengan menganalisis pikiran-pikiran Naisbitt, Pantini (dalam
Fathurrahman, 2000:21) menyimpulkan bahwa ada 10 kecenderungan
besar di era globalisasi yang memiliki implikasi untuk pendidikan.
Sepuluh kecendrungan itu adalah :
a. Pergeseran masyarakat petani ke masyarakat industry
b. Teknologi tradisional ke teknologi tinggi
c. Ekonomi nasional ke ekonomi global
d. Rencana jangka pendek ke jangka panjan
e. Sentralisasi ke desentralisasi
f. Ketergantungan ke kemandirian
g. Dari proteksi ke kompetensi
h. Demokrasi perwakilan ke demokrasi parsipatoris
i. Dominasi utara (atlantik ) ke selatan (pasifik)
j. System tunggal ke system majemuk
4. Implikasi pendidikan untuk pendidikan
Era globalisasi memiliki dampak ganda bukan saja terhadap aspek-
aspek phisisk seperti ekonomi, teknologi dan industry, tetapi juga
berdampak pada kehidupan social, politik, menejemen dan pendidikan.
Dalam bukunya Tumbelence in The world politics, Wave (dalam jalal dan
Supriadi, 2001:58) mengidentifikasi lima proses globalisasi, yaitu:
a. Globalisasi yang diakibatkan oleh budaya teknologi
b. Globalisasi karena masalah-masalah lingkungan dan kependudukan.
c. Globalisasi karena lemahnya kemampuan Negara dalam mengatasi
masalahnya.
d. Globalisasi karena munculnya su-sub kelompok masyarakat baru
(LSM)
e. Globalisasi karena meningkatnya keahlian, kependidikan, dan
kebudayaan warga Negara.
Kelima proses globalisasi ini menjelaskan tentang tidak
mungkinnya sebuah Negara, atau sebuah kelompok masyarakat untuk
22

meredam gkobalisasi, sebab energy globalisasi itu bukan saja datang dari
luar, tetapi juga mengalir dari dalam.
Makaminan Makagiansar (dalam fathurrahman 2002:22) dalam
forum konvensi ACT (Asian Council of Teacher) di Singapura 6-8
Desember 1998, melalui tajuknya “shift in global paradigms and Teacher
of Tomorrow” menyetakan tentang pengaruh global terhadap pola piker,
dan peran guru di masa mendatang. Menurutnya, tuntutan berpikir guru
abad ke-21 berubah dari berpikir kompertemental (berpikir parsial,
terkotak-kotak) ke berpikir holistic. Dengan kata lain, guru masa depan
adalah guru yang berwawasan global.
Selanjutnya, menurut Makagiansar, disamping perubahan paradigm
berfikir, juga terjadi beberapa perubahan paradigm dalam dunia
pendidikan di abad ke-21. Perubahan paradgma itu adalah:
a. Dari paradigm belajar terminal, ke paradigma belajar sepanjang hayat
b. Dari peradgma belajar persial ke belajar hokistik
c. Dari paradigm pengajaran skolastik/akademik ke pengajaran
total/seimbang
d. Dari parradigma guru terisolasi ke paradigma guru timwork
e. Dari paradigm orientasi eksklusif ke orientasi kerjasama
f. Dari paradigama hubungan guru-murid konfrontatif ke hubungan
kemitraan.
Berdasarkan kecenderungan-kecenderungan globalisasi seperti
yang diuraikan, serta pengaruhnya terhadap kehidupan domestic di
Indonesia, maka dalam beberapa decade selanjutnya akan terjadi beberapa
kecenderungan di Indonesia, yaitu:
a. Transformasi demografis, yaitu terjadi perubahan struktur
kependudukan (jumlah penduduk, jumlah angkatan kerja, jumlah
kemiskinan dan sebagainya)
b. Ekonomi yang semakin berbasis industry dan teknologi
c. Struktur dan jumlah angkatan kerja yang makin bervariasi, dari pekerja
otot ke pekerja otak, dari pekerja kasar, ke pekerja piker.
d. Tuntutan akan pengetahuan dan Skill yang semakin tinggi
23

e. Terjadinya persaingan (kompetisi) dalam berbagai bidang.


Globalisasi bisa dianggap sebagai penyebaran dan intensifikasi dari
hubungan ekonomi, sosial, dan kultural yang menembus sekat-sekat
geografis ruang dan waktu. Dengan demikian, globalisasi hampir
melingkupi semua hal yang berkaitan dengan ekonomi, politik, kemajuan
teknologi, informasi, komunikasi, transportasi, dll. Itulah antara lain,
kecenderungan globalisasi dan pengaruhnya di Indonesia yang harus
direspon oleh dunia pendidikan. Kemajuan SDM Indonesia di masa depan
sangat bergantung kepada bagaimana kita hari ini mempersiapkan anak-
anak didik. Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan perubahan. Maka,
pendidikan di Indonesia harus dapat mengantisipasi dampak globalisasi,
sesuai pula dengan tuntutan masyarakat madani di masa depan. Oleh
karena itu untuk menyesuaikan Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi,
maka perlu diperhatikan bahwa:
a. Dalam berbagai takaran dan ukuran dunia pendidikan kita belum siap
menghadapi globalisasi. Belum siap tidak berarti bangsa kita akan
hanyut begitu saja dalam arus global tersebut. Kita harus menyadari
bahwa Indonesia masih dalam masa transisi dan memiliki potensi yang
sangat besar untuk memainkan peran dalam globalisasi khususnya
pada konteks regional. Inilah salah satu tantangan dunia pendidikan
kita yaitu menghasilkan SDM yang kompetitif dan tangguh.
b. Dunia pendidikan kita menghadapi banyak kendala dan tantangan.
Namun dari uraian di atas, kita optimis bahwa masih ada peluang.
c. Alternatif yang ditawarkan di sini adalah penguatan fungsi keluarga
dalam pendidikan anak dengan penekanan pada pendidikan informal
sebagai bagian dari pendidikan formal anak di sekolah. Kesadaran
yang tumbuh bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat penting
dalam pendidikan anak akan membuat kita lebih hati-hati untuk tidak
mudah melemparkan kesalahan dunia pendidikan nasional kepada
otoritas dan sektor-sektor lain dalam masyarakat, karena mendidik itu
ternyata tidak mudah dan harus lintas sektoral. Semakin besar kuantitas
individu dan keluarga yang menyadari urgensi peranan keluarga ini,
24

kemudian mereka membentuk jaringan yang lebih luas untuk


membangun sinergi, maka semakin cepat tumbuhnya kesadaran
kompetitif di tengah-tengah bangsa kita sehingga mampu bersaing di
atas gelombang globalisasi ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan sejumlah landasan. Pertama
landasan filosofis. Pemikir filosofis menuntut konselor bekerja secara cermat,
tepat dan bijaksana. Kedua landasan sosial budaya yang mengingatkan bahwa
bimbingan dan konseling yang hendak dikembangkan adalah bimbingan untuk
seluruh rakyat Indonesia dengan kebinekaan budayanya. Ketiga landasan
pendidikan dimana pendidikan dan bimbingan memang dapat dibedakan, tetapi
tidak dapat dipisahkan. Secara mendasar bimbingan dan konseling merupakan
salah satu bentuk pendidikan. Keempat landasan Pendidikan mempunyai kaitan
erat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti diketahui, ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan.
Sebab, pada dasarnya IPTEK tercipta, berkembang, dan menjadi kebudayaan dan
peradaban karena dan melalui pendidikan.
B. Saran
Dengan adanya Bimbingan Konseling, diharapkan semua mahasiswa untuk
selalu menggunakannya secara baik agar tujuan pembelajaran dapat berjalan
secara efektif dan efisien. Selain itu penulis beharap semoga makalah yang kami
buat ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu.1992.Psikologi Umum.Jakarta.PT Rineka Cipta.


Aziz, M.yusuf. dkk. 2007. Bahan Ajar Landasan Pendidikan. Darussalam : Unsyiah.
http://www.slideshare.net/ssusercb7d08/dampak-globalisasi. diakses tanggal 20
februari 2015.
Prayetno & Erman Amti. 2013. Dasar-dasar Bimbimngan Dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta.
Rahman Shaleh,Abdul.Psikologi.2004.Kencana Prenada Media Group.
Sobur, Alex.2003.Psikologi Umum. Bandung.CV Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai