Anda di halaman 1dari 5

ALAT PELINDUNG DIRI DALAM PENGLASAN

Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat/ pakaian yang digunakan secara langsung oleh
tenaga kerja/ operator untuk tujuan pencengahan kecelakaan dan perlindungan terhadap gangguan
yang ditimbulkan oleh faktor kimia dan fisik.
Pemilihan APD harus :
1) Memberikan perlindungan secara efektif.
2) Seringan mungkin.
3) Dirancang dengan design yang menarik.
4) Memenuhi standard.
5) Memiliki struktur dan bahan yang baik.
6) Tidak menimbulkan gangguan bagi si pemakai.

Macam macam Alat Pelindung Diri dalam Bidang Pengelasan :

Alat Pelindung Diri K3 Las OAW dan Listrik Beserta Fungsinya:

Pakaian Kerja Las atau Apron

Pakaian kerja las adalah pakaian yang dapat melindungi seluruh bagian tubuh dari panas dan
percikan las. Selain itu terdapat Apron sebagai tambahan, apron dada dan apron lengan ini terbuat
dari bahan kulit. Karena jika dari kain biasa maka pakaian akan lubang, hal ini disebabkan tingginya
temperatur percikan las.

Sarung Tangan Las atau welding gloves

Welding gloves atau sarung tangan las adalah sarung tangan yang memang khusus dibuat untuk
proses pekerjaan las, bahan sarung tangan las terbuat dari kulit atau bahan sejenis asbes dengan
kelenturan yang baik. Welding gloves berfungsi untuk melindungi kedua tangan dari percikan las
atau spater dan panas material yang dihasilkan dari proses pengelasan.
Sepatu las atau safety shoes

Sepatu las adalah sepatu yang terbuat dari kulit dan bagian depan sepatu terdapat sebuah plat baja
yang berfungsi untuk melindungi kaki dari kejatuhan bendan yang berat dan benda yang tajam.
Selain itu karena bersifat isolator, sepatu ini juga melindungi dari bahaya sengatan listrik.

Helm Las atau Topeng las

Helm las adalah alat yang mempunyai fungsi melindungi bagian wajah dari percikan las, panas
pengelasan dan sinar las ke bagian mata. Topeng las ini terbuat dari bahan plastik yang tahan panas,
selain itu terdapat tiga kaca (bening, hitam, bening) yang berfungsi untuk melindungi mata dari
bahaya sinar tampak dan ultraviolet saat melakukan pekerjaan pengelasan.

Kaca las mempunyai pengkodean nomor, yaitu nomor 6, 7, 8 , 10, 11, 12 dan 14. Semakin besar
ukurannya maka densitas atau kegelapan kaca tersebut juga semakin tinggi. Jadi Anda dapat
menyesuaikan yang cocok dengan kondisi mata Anda. Selain itu juga ukuran ampere yang
digunakan, karena ampere yang besar akan menimbulkan cahaya yang lebih terang.

Masker Las

Masker berfungsi sebagai alat perlindung pernafasan dari bahaya asap las, karena asap las berbeda
dengan asap biasa. Asap las ini merupakan hasil pembakaran dari bahan kimia untuk perlindungan
lasan dan juga pembakaran atau pelelehan dari material lasan. Oleh karena itu asap las ini hampir
seperti serbuk bersih dan sangat membahayakan alat pernafasan kita.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada pengelasan faktor yang paling dominan adalah
kecelakaan, perbuatan yang tidak aman, dan kondisi yang tidak aman.

1. Kecelakaan
Faktor yang paling banyak terjadi di lingkungan kerja adalah adanya kecelakaan, dimana kecelakaan
merupakan:
1. Kejadian yang tidak diinginkan yang dapat menimbulkan cedera fisik seseorang bahkan fatal
sampai kematian/cacat seumur hidup dan kerusakan harta milik
2. Kecelakaan biasanya akibat kontak dengan sumber energi diatas nilai ambang batas dari badan
atau bangunan
3. Kejadian yang tidak diinginkan yang mungkin dapat menurunkan efisiensi operasional suatu
usaha
2. Perbuatan tidak aman (berbahaya)

 Tidak memakai APD (Alat Pelindung Diri) standard yaitu: Helm dengan tali, sabuk pengaman,
stiwel dan sepatu tahan pukul, pakaian kerja, sarung tangan kerja dan APD sesuai kondisi
bahaya kerja yang dihadapi saat bekerja pengelasan.
 Melakukan tindakan ceroboh/tidak mengikuti prosedur kerja yang berlaku bidang
pengelasan.
 Pengetahuan dan keterampilan pelaksana yang tidak sesuai dengan pekerjaan yang
dibebankan padanya.
 Mental dan fisik yang belum siap untuk tugas-tugas yang diembannya
Kondisi tidak aman (berbahaya)
 Lokasi kerja yang kumuh dan kotor
 Alokasi personil/pekerja yang tidak terencana dengan baik, sehingga pada satu lokasi
dipenuhi oleh beberapa pekerja. Sangat berpotensi bahaya
 Fasilitas/sarana kerja yang tidak memenuhi standard minimal, seperti scaffolding/perancah
tidak aman, pada proses pekerjaan dalam tangki tidak tersedia exhaust blower
 Terjadi pencemaran dan polusi pada lingkungan kerja, misal debu, tumpahan oli, minyak dan
B3 (bahan berbahaya dan beracun)

KLASIFIKASI PENGLESAN DAN PEMOTONGAN


Berdasarkan klasifikasian ini pengelasan dapat dibagi kedalam tiga kelas utama yaitu pengelasan
cair, pengelasan tekan, dan pematrian.
- Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan
sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas yang terbakar.
- Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan
hingga menjadi satu.
- Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan dengan mengunakan
paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam cara ini logam induk tidak turut mencair.

Cara pemotongan logam yang didasarkan atas mencairkan logam yang dipotong . cara yang banyak
digunakan dalam pengelasan adalah pemotongan dengan oksigen dan pemotongan dengan busur
listrik. Potong sembur yang termasuk dalam dalam pemotongan dengan gas boleh dikatakan
semacam pemisahan dengan gas. Disamping dengan gas, potong semur dapat juga dilaksanakan
dengan busur.

PERENCANAAN KONTRUKSI LAS

Dalam bab ini akan dibahas klasifikasi sambungan las dan bentuk alur ampuh las.

Contoh-cotoh yang dipakai untuk hal ini diambil dari J,I,S yang sedikit banyak yang berhubungan erat
dengan standar dari A.W.S.disamping klasifikasi juga akan dibahas secara singkattentang kekuatan
sambungan las, mekanisme patah perubahan bentuk atau deformasi las dan tegangan sisa dalam
lasan. Bab ini akan lebih mudah dimengerti bila mempelajarinya dikaitkan dengan pemilihan bahan
dan penghindaran cacat las juga dibahas dan dihubungkan dengan prosedur dan perencanaan
pengelasan. Untuk melengkapi akhir dari bukun ini ditambahkan standar bentuk alur kampuh dari
JSSC (Japan Society of Steel Contruction).

Klasifikasi sambungan las


Klasifikasi Berdasarkan Jenis Sambungan Dan Bentuk Alur.
(1) Sambungan Las Dasar

sambungan las dalam kontruksi baja pada dasarnya dibagi dalam sambungan tumpul, sambungan T,
sambungan sudut dan sambungan tumpang, sambungan dengan penguat dan smabungan sisi
seperti yang ditunjukan dalam gbr. Pembagian lebih lanjut dari sambungan ini dapat dilihat, dalam
gbr.
(2) Sambungan Tumpul

Sambungan tumpul adalah jenis sambunganyang paling efesien, sambungan ini dibagi lagi dalam dua
yaitu sambungan penetrasi penuh dan sambungan penetrasi menjadi sambungan tanpa pelat
pembantu yang masih dibagi lagi dalam pelat pembantu yang turut menjadi bagian dari kontruksi
dan pelat pembantu yang hanya sebagai penolong pada waktu proses pengelasan saja.

Bentuk alur dalam sambungan tumpul mempengaruhi efesiensi pengerjaan, efesiensi

Sambungan dan jaminan sambungan. Karena itu pemilihan bentuk alur sangat penting, bentuk dan
ukuran alur sambungan datar ini sudah banyak distandarkan dalam standar AWS, BS, DIN, GOST,
JSSC dan lain-lainnya.

Pada dasarnya dalam memilih bentuk alur harus menuju kepada penurunan logam las

Sampai kepada harga yang terendah tidak menurunkan mutu sambungan. Karena hal ini maka dalam
pemilihan bentuk alur diperlukan kemampuan dan penglaman yang luas. Bentuk-bentuk yang telah
distandarkan pada umumnya hanya meliputi pelaksanaan pengelasan yang sering dilakukan
sehingga dalam pengelasan khusus bentuk alur harus ditentukan sendiri berdasarkan penglaman
yang dapat dipercaya.

(3) Sambungan bentuk T dan silang;

Pada kedua sambungan ini secara garis besar dibagi dalam dua jenis yaitu jenis las

dengan alur dan jenis las sudut, hal-hal yang dijelaskan untuk sambungan tumpul diatas juga berlaku
untuk sambungan jenis ini, dalam pelaksanaan pengelasan mungkin sekali ada bagian batang yang
menghalngi yang dalam hal ini dapat diatasi dengan memperbesar sudut alur.

(4) Sambungan sudut ;

Dalam sambungan ini dapat terjadi penyusunan dalam arah tebal pelat yang dapa

menyebabkan terjadinya retak lamel, hal ini dapat dihindari dengan membuat alur pada pelat tegak
seperti yang terlihat dalam pengelasan yang tidak dapat dilakukan karena sempitnya ruang maka
pelaksanaanya dapat dilakukan dengan pengelasan tembus atau pengelasan dengan pelat
pembantu.

(5) Sambungan Tumpang

Sambungan tumpang dibagi dalam 3 jenis. Karena sambungan ini efisiensinya rendah maka jarang
sekali digunakan untuk pelaksanaan penyambungan konstruksi utama. Sambungan tumpang
biasanya dilaksanakan dengan las sudut, dan las isi.

(6) Sambungan sisi

Sambungan sisi dibagi dalam sambungan las dengan alur dan sambungan las ujung. Untuk jenis yang
pertama pada pelatnya harus dibuat alur sedangkan pada jenis kedua pengelasan dilakukan pada
ujung pelat tanpa ada alur. Jenis kedua ini biasanya hasilnya kurang memuaskan kecuali bila
pengelasannya dilakukan dalam posisi datar dengan aliran listrik yang tinggi.
(7)Sambungan dengan pelat penguat

Sambungan ini dibagi dalam dua jenis yaitu sambungan dengan pelat penguat tunggal dan dengan
pelat penguat ganda. Sambungan ini mirip dengan sambungan tumpang. Dengan alasan yang sama
dengan sambungan tumpang, maka sambungan ini pun jarang digunakan untuk penyambungan
konstruksi utama

Anda mungkin juga menyukai