Anda di halaman 1dari 12

CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) 2012

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
a) Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisten dan irreversible (Mansjoer, 2000)
b) Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
c) Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsional yang progresif dan irreversible
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia dan retensi urea serta
sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002)
d) Jadi dapat disimpulkan gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal yang ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversible sehingga
tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit sehingga terjadi uremia yang bisa mengarah kepada penyakit ginjal
tahap akhir yang disebabkan oleh berbagai penyebab.

2. Epidemiologi
Indonesia sendiri belum memiliki sistem registri yang lengkap di bidang
penyakit ginjal, namun di Indonesia diperkirakan 100 per sejuta penduduk atau
sekitar 20.000 kasus baru dalam setahun. Penyakit ginjal kronis (CKD) merupakan
masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Di Amerika Serikat (AS),
ditemukan meningkatnya insiden dan prevalensi gagal ginjal kronik. Prevalensi
dari penyakit ginjal kronik secara umum didefinisikan sebagai penyakit yang
bertahan lama, kerusakan fungsi ginjal yang irreversible, dan memiliki angka
kejadian lebih tinggi dibandingkan penyakit 2 ginjal stadium akhir atau terminal.
Sekarang ditemukan > 300.000 pasien menderita penyakit ginjal kronik di negara
Amerika Serikat.
Di negara negara berkembang lainnya, insiden ini diperkirakan sekitar 40 - 60
kasus perjuta penduduk per tahunnya. Selain itu mahalnya tindakan hemodialisis
masih merupakan masalah besar dan diluar jangkauan sistem kesehatan. Survei
Perhimpunan Nefrologi Indonesia menunjukkan, 12,5 persen dari populasi
mengalami penurunan fungsi ginjal. Secara kasar itu berarti lebih dari 25 juta

1
CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) 2012

penduduk. Di seluruh dunia tahun 2005 ada 1,1 juta orang menjalani dialisis
kronik. Tahun 2010, diproyeksikan lebih dari 2 juta orang.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan penulis di rumah sakit dr karyadi
semarang di C3L1 ditemukan bahwa khasus gagal ginjal kronik pada bulan januari
2009 sampai bulan mei 2010 sebanyak 235 kasus. ( Register C3L1 Rs Karyadi
Semarang )

3. Penyebab/faktor predisposisi
a) Penyebab CKD antara lain: glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler
(nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik),
agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doenges, 1999;
626)
b) Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara
lain:
 Infeksi saluran kemih misalnya pielonefritis kronik.
 Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis.
 Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis.
 Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
 Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubulus ginjal.
 Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
 Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbale.
 Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat,
striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.

4. Patofisioogi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-
nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat
disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode
adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron
rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa
direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya

2
CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) 2012

karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas
dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah
hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. (Barbara C Long, 1996,
368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah
maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
(Brunner & Suddarth, 2001: 1448)
Pada gagal ginjal akut stadium 3 semua gejala sudah tampak jelas dan
penderita masuk ke dalam keadaan dimana tidak dapat melakukan tugas sehari –
hari sebagaimana mestinya. Gejala yang timbul seperti mual, muntah, nafsu makan
berkurang, sesak nafas, pusing, sakit kepala, air kemih berkurang, kurang tidur,
kejang dan akhirnya ginjal sudah tidak sanggup lagi mempertahankan homeostasis
cairan dan elektrolit dalam tubuh dan pengobatannya dengan dialisis atau
penggantian ginjal. Pada stadium III ini 90% masa nefron telah hancur, nilai
glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau
kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrogen meningkat
sangat mencolok dan timbul oliguna.

5. Klasifikasi
Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka Gagal ginjal kronik dapat di
klasifikasikan menjadi 4, dengan pembagian sebagai berikut:
a) Stadim I
Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 50 % – 75 %). Tahap inilah yang
paling ringan, dimana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita belum
merasasakan gejala gejala dan pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih
dalam batas normal. Selama tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood
Urea Nitrogen) dalam batas normal dan penderita asimtomatik.
b) Stadium II
Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % – 50 %). Pada tahap ini penderita
dapat melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi

3
CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) 2012

ginjal menurun. Pada tahap ini lebih dari 50 % jaringan yang berfungsi telah
rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan
konsentrasi BUN ini berbeda beda, tergantung dari kadar protein dalam diit.
Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar
normal.
c) Stadium III
Uremi gagal ginjal (faal ginjal sekitar 10-20%). Semua gejala sudah jelas dan
penderita masuk dalam keadaan dimana tidak dapat melakukan tugas sehari
hari sebagaimana mestinya.. Pada Stadium ini, sekitar 90 % dari massa
nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10-20 % dari keadaan normal dan kadar
kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml / menit atau kurang.
d) Stadium IV
Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD), yang terjadi apabila GFR menurun
menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang
tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus.

Stadium dari CKD (Chronic Kidney Disease) tergantung pada nilai GFR (Glomerular
Filtration Rate). Terdapat lima stadium CKD , fungsi ginjal normal pada stadium 1 dan
mengalami penurunan fungsi pada stadium 2.

Stadium KDOQI dari CKD terdiri dari :

Stage GFR* Description Treatment stage


1 90+ Normal kidney function but urine Observation, control of blood
findings or structural abnormalities or pressure. More on
genetic trait point to kidney disease management of Stages 1 and 2
CKD.
2 60-89 Mildly reduced kidney function, and Observation, control of blood
other findings (as for stage 1) point to pressure and risk factors.
kidney disease More on management of
Stages 1 and 2 CKD.
3A 45-59 Moderately reduced kidney function Observation, control of blood
3B 30-44 pressure and risk factors.
More on management of
Stage 3 CKD.
4 15-29 Severely reduced kidney function Planning for endstage renal
failure. More on management
of Stages 4 and 5 CKD.
5 <15 or on Very severe, or endstage kidney failure Treatment choices. More on

4
CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) 2012

dialysis (sometimes call established renal management of Stages 4 and 5


failure) CKD.
* Nilai GFR dinormalisasi ke area permukaan rata-rata (ukuran) dari 1.73m2

6. Gejala klinis
1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
a. Gejala dini: lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut: anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal
atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai
lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001: 1449) antara lain: hipertensi,
(akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin –
aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan
berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh
toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang,
perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Sistem kardiovaskuler
• Hipertensi
• Pitting edema
• Edema periorbital
• Pembesaran vena leher
• Friction sub pericardial
b. Sistem Pulmoner
• Krekel
• Nafas dangkal
• Sputum kental dan liat
c. Sistem gastrointestinal
• Anoreksia, mual dan muntah
• Perdarahan saluran GI
• Ulserasi dan pardarahan mulut
• Nafas berbau amonia
d. Sistem muskuloskeletal
• Kram otot
5
CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) 2012

• Kehilangan kekuatan otot


• Fraktur tulang
e. Sistem Integumen
• Warna kulit abu-abu mengkilat
• Pruritis
• Kulit kering bersisik
• Ekimosis
• Kuku tipis dan rapuh
• Rambut tipis dan kasar
f. Sistem Reproduksi
• Amenore
• Atrofi testis

7. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
- Konjungtiva anemis
- Mata nistagmus, miosis, pupil asimetris
- Kulit tampak kering, bersisik, mengkilat, ekimosis
- Kuku tipis dan rapuh
- Edema tungkai
- Pembesaran vena jugularis
- Edema periorbital
- Nafas dangkal
b. Palpasi
- Pitting edema
- Distensi vena jugularis
- Kulit teraba kering dan bersisik
- Kekuatan otot menurun
c. Auskultasi
- Krekels pada paru
- Friction rub pericardial
- Disritmia jantung

8. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
a. Urin
- Warna: secara abnormal warna urin keruh kemungkinan disebabkan oleh
pus, bakteri, lemak, fosfat, atau urat sedimen. Warna urine kotor, kecoklatan
menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin.
- Volume urine: biasanya kurang dari 400 ml/24 jam bahkan tidak ada urine
(anuria).
- Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat.
6
CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) 2012

- Osmolalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal


tubular dan rasio urin : serum sering 1:1.
- Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.
- Klirens kreatinin: mungkin agak menurun.
- Natrium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium.
b. Darah
- Ht : menurun karena adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl.
- BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir.
- SDM: menurun, defisiensi eritropoetin.
- GDA: asidosis metabolik, pH kurang dari 7,2.
- Protein (albumin) : menurun.
- Natrium serum : rendah.
- Kalium: meningkat.
- Magnesium: meningkat.
- Kalsium: menurun.
c. Osmolalitas serum
Lebih dari 285 mOsm/kg.
d. Sistouretrogram berkemih
Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks kedalam ureter, retensi.
e. Pielografi Intravena
Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
Pielografi retrograde dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversible.
Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular, massa.
f. Ultrasonografi Ginjal
Untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas.
g. Endoskopi Ginjal, Nefroskopi
Untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan
tumor selektif.
h. Arteriogram Ginjal
Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, masa.
i. Biopsi ginjal
Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
j. EKG
Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa,
aritmia, hipertrofi ventrikel, dan tanda-tanda perikarditis.
(Doenges, E Marilynn, 2000, hal 628- 629)

9. Kriteria Diagnosis

7
CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) 2012

Diagnosis gagal ginjal kronik dapat ditegakkan melalui anamnesis dan


pemeriksaan fisik yang menunjukkan adanya gejala-gejala sistemik seperti
gangguan pada sistem gastrointestinal, kulit, hematologi, saraf dan otot, endokrin,
dan sistem lainnya. Pada anamnesis diperlukan data tentang riwayat penyakit
pasien, juga data yang menunjukkan penurunan faal ginjal yang bertahap.
Pendekatan diagnosis gagal ginjal kronik (GGK) mempunyai sasaran sebagai
berikut:
a. Memastikan adanya penurunan faal ginjal (LFG)
b. Mengejar etiologi GGK yang mungkin dapat dikoreksi
c. Mengidentifikasi semua faktor pemburuk faal ginjal (reversible factors)
d. Menentukan strategi terapi rasional
e. Meramalkan prognosis
Pendekatan diagnosis mencapai sasaran yang diharapkan bila dilakukan
pemeriksaan yang terarah dan kronologis, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik
diagnosis dan pemeriksaan penunjang diagnosis rutin dan khusus (Sukandar, 2006).

10. Theraphy/tindakan penanganan


a. Dialisis (cuci darah)
b. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen
kalsium, furosemid (membantu berkemih).
c. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat.
d. Transfusi darah
e. Penanganan hiperkalemia
f. Transplantasi ginjal
g. Mempertahankan keseimbangan cairan

11. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain:
 Hiperkalemia
 Perikarditis
 Hipertensi
 Anemia
 Penyakit tulang (Smeltzer & Bare, 2001)

12. Prognosis
Prognosis gagal ginjal kronis kurang baik, akibat terjadi komplikasi penyakit.
Faktor prognosis yang mempengaruhi meliputi komplikasi penyakit anemia,
asidosis metabolik, hiperkalemia, tekanan darah yang cenderung tidak normal,
edema, edema paru, fluktuasi berat badan, dan penyakit dasar batu ginjal,
glomerulonefretis, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit dasar yang lainnya.

8
CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) 2012

Faktor umur, jenis kelamin dan frekuensi hemodialisis juga perlu


dipertimbangkan sebagai sebab kematian.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
 Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat
tinggal, pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan.
 Keluhan utama
Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan gejala
pada pasien. Kaji apakah pasien mengalami nyeri pada ulu hati, tidak dapat
makan, mual, muntah, lemas atau tidak?
 Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.
 Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
1. Tekanan darah: pada GGK, tekanan darah biasanya meningkat akibat
retensi natrium ( TD >120/80 mmHg).
2. Pulse rate: biasanya meningkat jika ada awitan nyeri yang dirasakan
(>100x/menit), namun bisa melemah jika terjadi kelainan kardiovaskuler
(<60x/mnt)
3. Respiratory rate: bisa meningkat (di atas 20x/menit) apabila terjadi
komplikasi pada paru, seperti edema paru.
4. Suhu: biasanya normal (36-37,5°C), dapat terjadi peningkatan suhu yang
mengindikasikan terjadinya infeksi.
 Riwayat penyakit sekarang
Kaji apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah
makan, atau setelah mencerna obat tertentu atau alkohol?
 Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau
minum? Kaji adakah riwayat operasi batu ginjal atau tidak sebelumnya atau
pernah hemodialisa tidak?
 Riwayat kesehatan keluarga
Kaji riwayat keluarga yang mengalami riwayat DM, hipertensi, gagal ginjal
dan apakah keluarga pasien ada yang pernah dirawat dirumah sakit atau tidak
sebelumnya.
 Makan/minum
Gejala: penurunan frekuensi urine, oliguria, anoreksia, nyeri ulu hati,
9
CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) 2012

mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernafasan amonia)


Tanda : Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir), perubahan
turgor kulit/kelembaban, edema, ulserasi, perdarahan gusi/lidah, penurunan
oto, penurunan lemak, subkutan, penampilan tidak bertenaga.
 Eliminasi
Gejala: penurunan frekuensi urine, oliguria (gagal tahap lanjut), abdomen
kembung, diare/konstipasi
Tanda : perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan,
oliguria dapat menjadi anuria.
 Gerak/aktivitas/istirahat
Gejala: kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur, seperti insomnia,
gelisah serta somnolen.
Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan gerak
 Rasa nyaman
Gejala: nyeri pinggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuk saat
malam hari)
Tanda : perilaku berhati-hati, gelisah
 Bernafas
Gejala: nafas pendek, dispnea, noktural proksimal, batuk dengan atau tanpa
sputum kental dan banyak
Tanda: takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman (pernafasan
kusmaul), batuk produktif dengan sputum merah, mudah encer (edema paru)
 Keamanan
Gejala: kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
Tanda: pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekiae, area ekimosis pada kulit,
fraktur tulang, defisit fosfat, kalsium (klasifikasi metatasik) pada kulit,
jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi
 Interaksi sosial
Gejala: kesulitan menentukan kondisi contoh tidak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
 Pengetahuan/pembelajaran
Gejala : riwayat DM keluarga, penyakit polikistik
2. Diagnosa keperawatan
- Kelebihan volume cairan berhubungan dengan melemahnya mekanisme
pengaturan ginjal, ditandai dengan klien mengalami edema, terjadi
peningkatan berat badan dengan cepat, distensi vena jugularis, oliguria.

10
CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) 2012

- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


tidak adekuatnya asupan akibat iritasi gastrointestinal ditandai dengan klien
mengeluh mual muntah, penurunan BB >20%, kadar albumin serum < 3,4
g/dl, terjadi penurunan intake makanan, nafsu makan menurun, kelemahan.
- Nausea berhubungan dengan gangguan biokimia (uremia), ditandai dengan
klien mengeluh mual muntah, terjadi penurunan nafsu makan, terjadi
peningkatan saliva, klien tidak dapat menghabiskan makanan sesuai porsi
yang disediakan.
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke jaringan,
ditandai dengan terjadi kelelahan, kelemahan, peningkatan nadi dan tekanan
darah saat beraktivitas.
- Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan struktur kulit
akibat substansi kimia (toksin uremik).
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Terlampir
4. Evaluasi
Terlampir
5. Pendidikan Kesehatan:
a. Memberikan penjelasan mengenai apa itu CKD, penyebab, tanda dan gejala,
bahaya dan pencegahan yang dapat dilakukan.
b. Menjelaskan apa yang perlu dilakukan jika merasakan tanda dan gejala dari
penyakit itu.
c. Menjelaskan dampak dari pemakaian obat-obat rematik, antibiotika tertentu,
apabila terinfeksi segera diobati dan rutin control secara periodik ke dokter.

11
CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) 2012

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, vol. 2, EGC :
Jakarta.
Price dan Wilson, editor dr. Huriawati Hartano, dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan
Proses-proses Penyakit Edisi 6 Vol. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Hall and Guyton, (1997), Fisiologi Kedokteran, EGC: Jakarta.
Noer Sjaifullah H. M, (1999), Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI, Jakarta.
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Volume I . Bandung: Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.
Mansjoer, Arief. Dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC
McCloskey & Bulechek. 2004. Nursing Interventions Classification, Fourth Edition. USA:
Mosby Elsevier
NANDA. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda: Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: Prima Medika
Raya, Rheny. 2009. Asuhan Keperawatan GGK. http://reniurl.blogspot.com/2009/12/asuhan-
keperawatan-ggk.html. [Akses: 14 Juli 2011]
Smellzer et all. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.

12

Anda mungkin juga menyukai