Anda di halaman 1dari 3

HASIL PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA

Semua penderita mengalami perforasi mem- Tabel 5. Lokasi dan macam abses berdasarkan hasil Tabel 8. Hasil terapi
CT Scan
bran tympani dan masih dijumpai discharge di
liang telinga, rata-rata sudah berlangsung lebih Lokasi dan macam abses Jumlah Persentase
Hasil terapi Jumlah Persentase
Low Back Pain
dari 4 tahun; masing-masing 2 pasien (14,3%) Cerebrum 10 73.4 Hidup 14 100
dengan granuloma telinga tengah dan fistel Meninggal
Yuliana
0 0
Cerebellum 4 28,6 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
retroaurikular. OMC maligna dapat menyebab-
kan abses otak (Samuel et al). Pada penelitian SIMPULAN
Tunggal 12 85,7 Pendahuluan Definisi 3. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah
ini komplikasi intrakranial/abses otak paling Abses otak otogenik terjadi banyak pada laki-
Dalam dunia modern saat ini, tuntutan peker- Menurut International Association for the daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah
banyak oleh kolesteatoma, sedangkan pada laki, usia dekade kedua, dengan primer OMC
Multipel 2 14,7 jaan dapat menimbulkan tekanan fisik dan Study of Pain (IASP), yang termasuk dalam sacral spinal pain.
penelitian Samuel et al paling sering karena maligna yang ditandai nyeri kepala, vomitus- psikis pada seseorang. Hal ini memperbesar low back pain terdiri dari : 3,4,5
granuloma. pireksia, vertigo, AL dan LED meningkat.
Lama perawatan penderita di RS pasca operasi risiko pekerjaan atau terkena penyakit yang Selain itu, IASP juga membagi low back pain
Cholesteatom dan Ps.aeruginosa merupakan disebabkan oleh pekerjaan dan jabatannya. ke dalam : 3,4
kebanyakan 10-20 hari (10 penderita - 71,4%). 1. Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang di-
Tabel 3. Distribusi status lokalis penderita penyebab terbanyak Semua pasien membaik
( Tabel 6 ) Dua pasien dengan lama perawatan Untuk mendukung daya saing produksi, 1. Low Back Pain Akut, telah dirasakan kurang
dengan kraniotomi dan mastoidektomi radikal batasi: superior oleh garis transversal imajiner
Status lokalis Jumlah Persentase di RS lebih dari 30 hari karena pasca operasi penggunaan alat-alat modern, bahan-bahan dari 3 bulan.
disertai antibiotik (seftriakson dan metronidazol). yang melalui ujung prosesus spinosus dari
memerlukan perawatan ICU. berbahaya, zat kimia beracun dalam proses 2. Low Back Pain Kronik, telah dirasakan se-
Perforasi membran tympani 14 100 produksi serta tuntutan pekerjaan yang tinggi vertebra thorakal terakhir, inferior oleh garis kurangnya 3 bulan.
DAFTAR PUSTAKA sering tidak dapat dihindari.1 transversal imajiner yang melalui ujung prosesus 3. Low Back Pain Subakut, telah dirasakan
Discharge 14 100 Tabel 6. Lama perawatan pasca operasi 1. Shambough GE, Glasscock ME. Intracranial complication spinosus dari vertebra sakralis pertama dan minimal 5-7 minggu, tetapi tidak lebih dari
of otitis media. In : Shambough GE, Glasscock ME. Eds.
2 14,3 Lama perawatan Surgery of the Ear. 4th ed., Philadelphia : WB Saunders, Prevalensi nyeri muskuloskeletal, termasuk back lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap 12 minggu.
Fistel Retroaurikuler Jumlah Persentase
dalam hari 1980:249-75.
2. Ludman H. Complication of supurative otitis media In : Kern
pain, telah dideskripsikan sebagai sebuah epi- batas lateral spina lumbalis.
Granuloma 2 14,3 < 10 0 0 demik. Keluhan nyeri biasanya self limiting, National Muskuloskeletal Medicine Initiative
AG, Groves J Eds. Scott - Browns Otolaryngology, 51h ed
London: Butterworth and Co, 1997: 264-91. tetapi jika menjadi kronik, konsekuensinya telah mengembangkan sebuah daftar isian
Cholesteatoma 12 85,7 3. Jackler RK, Brockmann DE. Neurootology. St Louis, Missouri: 2. Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang di-
10 - 20 10 71,4 serius. Hal ini akhirnya menyebabkan turunnya yang dapat digunakan sebagai metode inklusi
Mosby Year Book Inc. 1994:911-2. batasi superior oleh garis transversal imajiner
4. Ettinger MG. Brain Abscess. In: Baker AB, Baker LH. Clinical produktivitas orang yang mengalami back pain.2 pada pelayanan strata pertama.3
20 - 30 2 14,3 Neurology, vol 2 Philadelphia: Harper & Row Publ. 1985 :1-25. yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra
Kultur sekret telinga mendapatkan kuman 5. Ballenger JJ. Complication of ear disease. In : Ballenger JJ 13th
aerob terbanyak adalah Pseudomonas aerugi- sakralis pertama, inferior oleh garis transversal
> 30 2 14,3
ed Philadelphia : Lea and Febiger ,1985 : 1170-76. Banyak penyebab nyeri muskuloskeletal telah Penyebab Low Back Pain
nosa (71,4%), Psedomonas sp., Streptococus 6. Djaafar ZA, Sosialisman. Helmi.H Otitis media supuratif kronis imajiner yang melalui sendi sakrokoksigeal pos-
dengan abses intrakranial. Diagnosis dan Penatalaksanaan. diidentifikasi. Faktor-faktor psikologis dan sosial Banyak hal yang dapat menyebabkan low back
epidermidis dan Streptococcus alfa haemoliti- Kumpulan Naskah Konas Perhati VI1I Ujung Pandang berperan besar dalam eksaserbasi nyeri dengan terior dan lateral oleh garis imajiner melalui pain, baik secara posisi anatomis maupun
Semua pasien abses otak otogenik (100%) men- 1986:413-25. spina iliaka superior posterior dan inferior.
cus masing masing 14,3%. Pada penelitian ini mempengaruhi persepsi nyeri dan perkemba- karena proses patologisnya.3
dapat terapi antibiotik seftriakson dan metro- 7. Helmi, Djaafar ZA, Sosialisman. Otogenic Brain Abscess. ORL
dijumpai lebih dari satu kuman aerob pada Indonesiana.1988;19:16-22. ngan disabilitas kronik. Pemahaman baru ini
nidazol, ada yang dikombinasi dengan kloram- 8. Wispelwey B.,Dacey RG.,Scheld WM. Brain Abscess. In:Scheld 3. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah
satu sediaan yaitu Streptococcus epidermidis telah membimbing kita ke arah model biopsi-
fenikol atau ampisilin. (Tabel 7). WM,Whi11ey RJ,Durack.DT eds. Infection of the central
dan Streptococcus alfa haemoliticus.(Tabel 4) nervous system. Raven Press,New York 1991:457-86. kososial dari low back pain.2 daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah
Pada beberapa penelitian yang sering ditemu- 9. Rosenblum ML,Hoff JT,Nourman D. Non Operative treatment sacral spinal pain.
Tabel 7. Jenis antibiotik of Brain Abscess in Selected High-risk Patients. J Neurosurgery
kan adalah Staphylococcus aureus, Strepto- 198o;S2:217-25.
coccus pyogeneus dan Pneumococcus. Kuman 10.Mawson SR.Disease of the Ear.3"ed, London: Edward Arnold Tabel 1. Daftar isian sebagai indikator klinis pada kasus-kasus red flags.3
Antibiotik Jumlah Persentase
Ltd. 1974.358-399.
Gram negatif yang ditemukan Pseudomonas 11.Bradley PJ, Manning KP, Shaw MDM. Brain Abscess secon-
sp, Proteus sp, E. coli.3,4,5,7 Seftriakson 14 100 dary to otitis media. J. Laryngol. Otol. 1984; 98:1185-91.
12.Brand B, Caparosn RJ, Lubic LG. Otorhrnological Brain Abscess
Metronidazol 14 100 Therapy. Post and Present. Laryngoscope. 1984; 94: 483-87.
Tabel 4. Distribusi kuman aerob pada pemeriksaan 13.Freeman J. Changing concepts in the management of otitic
kultur dari penderita abses otak otogenik. intracranial infection Use of Computerized axial tomography
Kloramfenikol 4 28,6 in early detection and monitoring of cerebritis. Laryngoscope.
No Jenis kuman Jumlah Persentase 1984;94:907-11.
Ampisilin 4 28,6 14.Djaafar ZA, Widodo D. Terapi Medikamentosa dan Terapi
Bedah Pada Abses Otak Otogenik. Otorhinolaryngology
1 Pseudomonas sp. 2 14,3 Indonesiana.2001;31:5-10.
Setelah operasi dan terapi medikamentosa 15.Bluestone CD, Klein J. Intracranial suppurative complication of
semua pasien membaik (tabel 8). otitis media and mastoiditis. In Pediatric Otolaryngology. 3th
2 Pseudomonas aerognosa 10 71,4 ed. London.Philadelphia:WB Saunders Co., 1996.
16.Djaafar ZA, Sona. Pengobatan konservatif abses otak
Agar terapi abses otak otogenik dapat sedini otogenik. Kumpulan Naskah PIT PERHATI, Malang, 1998;
3 Streptococcus epidermidis 2 14,3 280-89. Gambar 1. Model biopsikososial dari presentasi
mungkin, setiap kasus OMSK dengan nyeri 17.Djaafar ZA. Diagnosis dan penatalaksanaan abses otak klinis dan diagnosis low back pain serta disabilitas.2
kepala menetap atau hilang timbul, disertai otogenik. Kumpulan Naskah PIT PERHATI. Malang,1998;
4 Streptococcus alfa haemoliticus 2 14,3 4-14.
demam dengan atau tanpa gejala lain seperti 18.Samuel J, Fernandez C, Steinberg JL. Intracranial Otogenic Penelitian juga telah menunjukkan bahwa ter-
mual, muntah, kejang, hendaklah dirawat dan Complications: A Persisting Problem. Laryngoscope 1996; 96:
dapat banyak alasan yang membuat seorang
272 -78.
Pada 85,7% (12 pasien) merupakan abses langsung diberi antibiotika dosis tinggi intra- 19.Kangsaranak J, Navacharoem N, Fooanant S, Ruckphaopunt pasien mengkonsultasikan rasa nyerinya, seperti:
tunggal (hasil CT Scan) dan 57,1% (10 pasien) vena, dikonsulkan ke bagian saraf, dan dilaku- K. Intracranial Complications of Suppurative Otitis Media : 13 mencari penyembuhan, klarifikasi diagnostik,
years experience. Am Otol 1995; 1995:16 : 104-9.
terletak di cerebrum (Tabel 5), hal ini sesuai kan pemeriksaan CT Scan otak. Untuk pasien 20.Mathews TJ, Marcus. Otogenic intradural complications. memastikan, legitimasi gejala, atau surat kete-
dengan Helmi et al7 yang melaporkan 11 kasus tanpa CT Scan antibiotika diberikan 1-2 minggu J. Laryngol.Otol. .1988;102:121-24. rangan sakit. Dokter harus mengklarifikasi yang
dan bila keadaan umum membaik dilakukan 21.Maurice-Williams,RS. Open evacuations of pus: a satis-
abses otak otogenik: 9 kasus di serebrum dan factory surgical approach to the problem of brain abscess. mana yang sesuai dengan masing-masing pasien
2 kasus di serebelum. operasi. J. Neurol. Neurosurg. Psychiatr. 46:697-703 dan meresponnya dengan tepat.2

C DK 1 8 5 / Vo l. 38 no. 4/M ei -Juni 2011 269 270 C D K 1 8 5 / V o l . 3 8 n o . 4 / Me i- J u n i 2 0 1 1


TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 2. Ringkasan sistematik penyebab low back pain.3 Terhadap pasien-pasien yang membutuhkan
penanganan rujukan spesialis, pilihan terapinya
adalah interdisciplinary pain management prog-
ramme (IPMP). Dimana difokuskan pada fungsi
dibandingkan penyakit, tatalaksana dibanding-
kan penyembuhan, integrasi beberapa terapi
spesifik, penatalaksanaan multidisiplin, me-
nekankan pada metode aktif daripada pasif,
dan self care daripada hanya menerima terapi.2

Otot: mengarah pada semua otot pada vertebra lumbalis, fasia: mengarah pada fasia thorakolumbal,
ligamen: mengarah pada ligamen intervertebralis dan iliolumbalis, tulang: mengarah pada semua bagian dari
vertebra lumbalis dan sakrum, sendi: mengarah pada sendi lumbar zygapophysial dan sakroiliaka, dan diskus:
mengarah pada diskus intervertebralis.

Penatalaksanaan Low Back Pain Akut bedah. Begitu pula jika pasien bertendensi
Sebagian besar pasien dapat diatasi secara untuk bunuh diri, harus dirujuk ke psikiater
efektif dengan kombinasi dari pemberian infor- secepatnya. Kedua grup pasien ini harus ditata-
masi, saran, analgesia, dan jaminan yang tepat. laksana secara terpisah.2,6 Gambar 3. Model fear-avoidance dari low back pain.3
Pasien juga harus disemangati untuk segera
kembali bekerja. Penjelasan dan saran dapat Pedoman Penatalaksanaan Komprehensif Penatalaksanaan Low Back Pain Non
juga dalam bentuk tertulis. Kronisitas low back Pasien dengan Nyeri2 Spesifik 8,9,10
pain dapat dihindari dengan: memperhatikan • Mendengarkan pasien dengan seksama.
aspek psikologis gejala yang ada, menghindari • Memperhatikan perilaku pasien dengan • Aktivitas: lakukan aktivitas normal. Penting
pemeriksaan yang tidak perlu dan berlebihan, cermat. untuk melanjutkan kerja seperti biasanya.
menghindari penatalaksanaan yang tidak kon- • Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi,
• Mendengarkan bukan hanya apa yang di-
sisten, serta memberikan saran untuk mencegah tetapi pada beberapa kasus dapat dilakukan
katakan, tetapi bagaimana hal tersebut di-
rekurensi (seperti: menghindari pengangkatan tirah baring 2-3 hari pertama untuk me-
katakan.
beban yang berat).2,5 ngurangi nyeri.
• Empati terhadap perasaan pasien.
• Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan
• Memotivasi agar pasien tidak merasa takut.
Faktor yang berhubungan dengan hasil dan interval biasa dan digunakan hanya jika di-
• Memperbaiki kesalahpahaman yang mungkin
kronisitas low back pain :2 perlukan. Mulai dengan parasetamol atau
terjadi dalam konsultasi dokter-pasien.
• Distress: reaksi depresif, ketidakberdayaan. NSAID. Jika tidak ada perbaikan, coba cam-
• Menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak
• Pemahaman tentang nyeri dan disabilitas: rasa puran parasetamol dengan opioid. Pertim-
membantu (atau bahkan merusak).
takut dan kesalahpahaman tentang nyeri. bangkan tambahan muscle relaxant tetapi
• Mengerti kondisi sosial ekonomi pasien.
• Faktor perilaku: menghindari gerakan-gerakan hanya untuk jangka pendek, mengingat
yang memperberat. bahaya ketergantungan.
Penatalaksanaan Low Back Pain Kronik
• Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika
yang menyebabkan Disabilitas
Mengidentifikasi Faktor Risiko ke Arah pasien tidak kembali ke aktivitas sehari-hari-
Penelitian telah menunjukkan bahwa pengaruh nya dalam 4-6 minggu.
Kronisitas
terpenting dalam perkembangan kronisitas • Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasus-
Guidelines tatalaksana untuk strata 1 dititik-
adalah psikologikal dibandingkan dengan bio- kasus yang membutuhkan obat penghilang
beratkan pada identifikasi faktor risiko ke arah
mekanikal. Faktor-faktor psikologis yang di- nyeri ekstra dan belum dapat kembali bekerja
kronisitas. Pendekatan yang berguna telah di-
maksud adalah distress berat, kesalahpahaman dalam 1-2 minggu.
kembangkan di New Zealand. Bertujuan untuk
tentang nyeri dan implikasinya, serta peng-
mengikutsertakan semua pihak (pasien, keluarga, Terapi dan intervensi lain: belum ada penelitian
hindaran aktivitas karena takut membuat rasa
paramedis, dan yang paling penting atasan mengenai terapi dengan traksi, termis ultra-
nyeri bertambah parah.2,5,7
pasien). Empat kelompok faktor risiko (flags) sound, akupuntur, sabuk penyangga, ataupun
untuk kronisitas berikut dengan strategi penata- pijatan.
laksanaa yang direkomendasikan, termasuk pe-
makaian kuesioner skrining, struktur interview Penatalaksanaan Low Back Pain dengan
yang sesuai dan pedoman manajemen perilaku. Nerve Root Affection 8,9,10
Fokusnya hanya pada faktor psikologis yang • Aktivitas: pasien didorong melakukan beragam
mengarah ke kronisitas (lihat Lampiran 1).2,6 aktivitas walaupun punggung/tungkai bawah-
nya nyeri.
Red flags akan mengidentifikasi sejumlah kecil • Tirah baring: mungkin dibutuhkan untuk meng-
pasien yang membutuhkan rujukan ke ahli Gambar 2. Episode perjalanan low back pain2 hilangkan nyeri.

272 C D K 1 8 5 / V o l . 3 8 n o . 4 / Me i- J u n i 2 0 1 1
TINJAUAN PUSTAKA

Penatalaksanaan Low Back Pain dengan


Nerve Root Affection 8,9,10
• Aktivitas: pasien didorong melakukan beragam
aktivitas walaupun punggung/tungkai bawah-
nya nyeri.
• Tirah baring: mungkin dibutuhkan untuk meng-
hilangkan nyeri.
• Medikasi: obat anti nyeri diberikan dengan
interval biasa dan digunakan hanya jika di-
perlukan. Mulai dengan parasetamol atau
dikombinasikan dengan opioid. Pertimbang-
kan tambahan relaksan otot tetapi hanya
untuk jangka pendek, mengingat bahaya
ketergantungan.
Gambar 4. Model prognosis faktor risiko.3
• Olah raga: jika pasien menjadi pasif, olah
raga ringan mungkin berguna.
• Operasi: dilakukan pada kasus dengan tanda-
tanda neurologis progresif/kauda ekuina
dan pengurangan nyeri yang tidak me-
muaskan setelah 6-12 minggu, mungkin
dengan episode nyeri yang tidak tertahan-
kan sebelumnya.
• Terapi dan intervensi lain: tidak terdapat
penelitian mengenai terapi dengan traksi
atau manipulasi yang dianjurkan.

Prognosis
Biasanya pasien sembuh rata-rata dalam 7
minggu. Tetapi sering dijumpai episode nyeri
berulang. Dan sebanyak 80% pasien menga-
lami keterbatasan dalam derajat tertentu
selama 12 bulan, mungkin hanya 10-15% yang
mengalami disabilitas berat. Status pasien
setelah 2 bulan terapi merupakan indikator
untuk meramalkan status pasien pada bulan
ke-12.3

Penentuan faktor risiko dapat juga memper-


kirakan perkembangan perjalanan penyakit
low back pain ke arah kronisitas.3,7 Tabel 3. Prognosis faktor risiko untuk menjadi low back pain kronik.3

DAFTAR PUSTAKA
1. Cara Mendiagnosa Penyakit Akibat Kerja. Bagian proyek pengawasan norma ketenagakerjaan tahun anggaran 2003.
2. Main CJ, Williams AC. ABC of Psychological Medicine : Muskuloskeletal Pain. BMJ 2002;325:534-7.
3. Bogduk N. Evidence-Based Clinical Guidelines for the Management of Acute Low Back Pain. The National Muskuloskeletal Medicine Initiative. 1999.
4. van Tulder MW, Koes BW. Low back pain and sciatica. Clin Evid 2001;6:864-83.
5. ACSM. The recommended quantity and quality of exercise for developing and maintaining cardiorespiratory and muscular fitness in healthy adults. Medicine Science and Sports in Exercis
1990; 22: 265-74.
6. U.S. Agency for Health Care Policy and Research. Acute low back pain problems in adults : Assessment and treatment. Clinical Practice Guideline no 14. US
department of Health and Human Services, Public Health Services. December, Rockville MD USA. 1994.
7. Mounce K. Back Pain. Rheumatology 2002; 41: 1-5.
8. Lærum E, Dullerud R, Kirkesola G, Mengshoel AM, Nygaard OP, Skouen JS, et al. Acute low back pain : Interdisciplinary Clinical Guidelines. The Norwegian Back Pain Network. Oslo :
Ulleval hospital. 2002.
9. Hills EC. Mechanical Low Back Pain. Editors: Wieting JM, Talavera F, Foye PM, Allen KL, Lorenzo CT. 2004. From http://www.emedicine.com/ Accessed on 3rd April 2005.
10. Flaherty RJ. Evidence-Based Medicine for Student HealthServices. Montana State University.1999.

C DK 1 8 5 / Vo l. 38 no. 4/M ei -Juni 2011 273


www.kalbe.co.id

Anda mungkin juga menyukai