Disusun Oleh:
Universitas Padjadjaran
FILSAFAT PRAGMATISME
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu
yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya
yang bermanfaat secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan
yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-
individu. Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa yang ditampilkan
pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual dan konkret. Dunia
ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja.
Muncul pada abad 20, mengajarkan bahwa yang benar adalah yang membawa akibat berupa
manfaat yang praktis. Pedoman yang digunakan adalah logika pengamatan. Poinnya
pentingnya, asal membawa akibat yang praktis.
Representasi atau penjelmaan realitas yang muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi
dan bukan merupakan fakta-fakta umum. Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan
dan kegunaan. Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan
pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik, sebagaimana yang
dilakukan oleh kebanyakan filsafat Barat di dalam sejarah.
Pragmatisme mengambil makna konsep bahwa konsep tidak ada artinya jika
tidak memiliki efek praktis atau pengalaman tentang cara kita melakukan kehidupan.
Sejalan dengan hal itu, dalam teori penyelidikkan Peirce memandang bahwa metode
ilmiah adalah satu-satunya cara untuk memperbaiki keyakinan, menghapus keraguan,
dan kemajuan menuju kondisi pengetahuan yang stabil. Charles Sander Peirce, lahir
pada 10 September 1938 di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat dan wafat pada
tanggal 19 April 1914. Peirce merupakan seorang ilmuwan Amerika, ahli logika, dan
filsuf yang terkenal dengan karyanya pada logika hubungan dan pragmatisme sebagai
metode penelitian. Peirce sendiri merupakan anak dari pasangan Sarah Mills dan
Benjamin Peirce. Ayah dari Peirce merupakan seorang profesor astronomi dan
matematika di Universitas Harvard. Setelah lulus dari Harvard pada tahun 1859, Peirce
bergabung dengan pihak lapangan dari Survei Pesisir dan Geodetik AS selama satu
tahun. Ia pun memasuki Lawrence Scientific School of Harvard, yang mana ia menjadi
lulusan dengan summa claude dalam bidang Kimia pada tahun 1863. Banyak karyanya
mengenai astronomis awal untuk survey yang dilakukan di Harvard laboratory, di mana
Annals (1878) muncul penelitian Fotometriknya (mengenai penentuan bentuk Milky
Way Galaxy yang lebih tepat).
Kisah Peirce juga pernah diungkapkan melalui sebuah paper. Selain The
Collected Papers dan pengaruh yang dimilikinya, Peirce juga diterbitkan secara
anumerta pada tahun 1923 dalam volume yang disebut Chance, Love, and Logic, diedit
oleh Morris Cohen yang bekerja pada manuskrip Harvard. Bersama dengan lampiran
di Ogden dan Richards pada tahun 1923, arti makna, berdasarkan korespondensi Peirce
dengan Victoria Lady Welby, ia menjalankan pengaruh yang paling menarik dan
kontroversial. Peirce pun memiliki pengaruh dalam filsafat Eropa. Yang terpenting
merupakan pengaruh Peirce terhadap filosofi Neo-Kantian dari Karl-Otto Apel dan
Helmut Pape, yang menekankan pembacaan yang lebih kantian dari filosofi Peirce.
Mungkin yang paling penting juga ialah pengaruh Peirce terhadap Jurgen Habermas.
Habermas menggunakan dan memurnikan unsur-unsur penting dari laporan Peirce
tentang penyelidikan dalam filsafat politik dan sosial. Yang tak kalah penting pun
adalah gagasan Peirce tentang komunitas pengejar. Bagi Peirce, komunitas ini
merupakan gagasan trans-historis yang bertindak sebagai ideal regulatif bagi
pertumbuhan pengetahuan melalui sains.
Pendekatan Peirce pada filsafat adalah bahwa seorang ilmuwan yang mapan
akan memperlakukan filsafat sebagai disiplin interaktif dan eksperimental. Pendekatan
ilmiah untuk filsafat yang Peirce labeli dengan “filsafat laboratorium” mencerminkan
tema-tema penting di seluruh karyanya. Seperti pragmatis, yang berarti bahwa konsep
tidak akan memiliki efek praktis atau pengalaman tentang cara kita melakukan
kehidupan. Sejalan dengan itu, di dalam teori penyelidikan Peirce, metode ilmiah
adalah satu-satunya cara untuk memperbaiki keyakinan, menghapus keraguan dan
kemajuan menuju kondisi pengetahuan yang stabil.
John Dewey lahir pada tanggal 30 Oktober 1859 di Burlington, Amerika Serikat
dan wafat pada tanggal 1 Juni 1952. Ia merupakan seorang filsuf dan pendidik Amerika
yang merupakan pendiri gerakan filosofis yang dikenal sebagai pragmatisme, pelopor
dalam psikologis fungsional, dan pemimpin gerakan progresif dalam pendidikan di
Amerika Serikat. Ia lulus menjadi seorang sarjana dari Universitas Vermont pada tahun
1879, lalu mendapatkan gelar doktor dalam filsafat di Universitas Johns Hopkins pada
tahun 1884 dan langsung memulai untuk mengajar filsafat dan psikologi di Universitas
Michigan. Awalnya Dewey tertarik dengan filsafat Georg Wilhelm Friedrich Hegel,
namun saat itu ketertarikannya berangsur-angsur menurun dan beralih ke psikologi
eksperimental baru yang maju di Amerika Serikat oleh G. Stanley Hall dan filsuf
pragmatis yang juga psikolog William James. Studi lebih lanjut mengenai psikologi
anak mendorong Dewey mengembangkan filsafat pendidikan yang akan memenuhi
kebutuhan masyarakat. Pada tahun 1894 ia bergabung dengan Universitas Chicago dan
mengembangkan lebih lanjut mengenai pedagogi progresifnya di laboratirium
universitas. Pada tahun 1904, Dewey berpindah ke Columbia di New York City dan
menghabiskan sebagian besar karirnya dengan menulis karya filsafat yang paling
terkenal, Pengalaman dan Alam (1925). Tulisan selanjutnya termasuk artikel yang ada
dalam majalah populer, topik yang diperlakukan dalam estetika, politik, dan agama.
Tema umum yang mendasari filosofi Dewey adalah keyakinannya bahwa masyarakat
demokratis yang berpengetahuan dan terlibat dalam penyelidikan adalah cara terbaik
untuk memajukan kepentingan manusia.
John Dewey mengubah pragmatisme ini menjadi etika dan filsafat pendidikan
yang sangat memengaruhi polese sosial Amerika, khususnya bidang-bidang legal dan
pendidikan. Dewey mensintesiskan karya James dan Peirce dan menghasilkan ide
instrumentalisme. Pikiran adalah alat dalam memecahkan masalah. Kebenaran adalah
hal yang bersifat relatif yang mana kebenaran tersebut bisa didapatkan melalui
pengalaman hidup. Dewey percaya bahwa intelegensi, tingkah laku, dan pengetahuan
dapat berubah dan akibatnya pendidikan merupakan hal yang sangat menentukan untuk
membentuk masyarakat. Pragmatisme mempunyai pengaruh besar dalam bidang ini,
membela “problem-solving” eksperimental dan pengajaran nondogmatik. John dewey
yang merupakan tokoh filsafat dengan aliran pragmatis ini berpendapat bahwa filsafat
merupakan alat yang membuat manusia melakukan penyesuaian-penyesuaian antara
yang lama dan yang baru dalam suatu kebudayaan.
Fokus utama dari kepentingan filosofis John Dewey adalah apa yang disebut
“epistemologi” atau “teori pengetahuan”. Namun, sikap kritis Dewey terhadap upaya-
upaya di masa lalu membuatnya menolak istilah epistemologi, dan lebih memilih
“logika eksperimental” yang lebih mewakili pendekatannya sendiri. Menurut Dewey,
epistemologi tradisional baik rasionalis atau empiris memiliki perbedaan antara
pemikiran, domain pengetahuan, serta dunia fakta yang dimaksud: pemikiran diyakini
terpisah dari dunia. Sedangkan rasionalis modern telah mempengaruhi dikotomi ini;
para empiris modern yang dimulai dari Locke menghasilkan pandangan yang membuat
misteri relevansi pemikiran terhadap dunia; jika pemikiran merupakan domain tak
terpisahkan dari dunia, bagaimana keakuratannya sebagai catatan dunia yang pernah
ditetapkan? Bagi Dewey, model baru ini justru menolak anggapan tradisional yang
dianggapnya sebagai keinginan.
Dalam tulisannya “Is Logic a Dualistic Science?” (1890) dan “The Present
Position of Logical Theory” (1891). Dewey menawarkan solusi dari isu-isu
epistemologi terutama pada penerimaan awal dari idealisme Hegelian yang mengatakan
bahwa dunia fakta tidak berdiri terpisah dari pemikiran, tetapi itu sendiri didefinisikan
sebagai manifestasi objek. Namun, sejumlah pengaruh datang memengaruhi
pandAngan Dewey, dan ia mengira bahwa idealisme Hegelian tidak kondusif untuk
mengakomodasi metodologi dan hasil sains eksperimental yang dia terima dan kagumi.
Teori seleksi alam Darwin lebih khusus menyarankan mengenai bentuk naturalistik
terhadap teori pengetahuan. Kunci untuk laporan naturalistik species Darwin ini adalah
pertimbangan atas hubungan timbal balik antara organisme dan lingkungan. Dewey
menjadi percaya bahwa pendekatan yang produktif dan naturalistik terhadap teori
pengetahuan harus dimulai dengan pertimbangan pengembangan pengetahuan sebagai
respon manusia yang adaptif terhadap kondisi lingkungan yang ditujukan untuk
mambangun kembali dari kondisi-kondisi ini. Pendekatan Dewey memahami
pemikiran secara genetis, sebagai produk interaksi antara organisme dan lingkungan,
dan pengetahuan sebagai memiliki instrumentalitas praktis dalam bimbingan dan
kontrol interaksi itu. Jadi Dewey mengadopsi istilah "instrumentalisme" sebagai
sebutan deskriptif untuk pendekatan barunya.
William James
Para filsuf di era modern mulai membedakan penilaian atas fakta dan penilaian
berdasarkan nilai. Mereka bergerak dengan masalalu filosofi Yunani dan keutamaan
Kristiani. Tugas ilmu alam untuk menilai fakta dengan proposisi objektif, dan filsafat
menilai nilai (proporsi dimana penilaian subjektif fakta dibuat). Dengan perubahan ini,
fakta dan nilai dimaknai sebagai isu yang terpisah. Akhirnya pada abad ke-20,
pragmatisme bangkit. Kemudian, pemisahan antara ilmu alam dan filsafat
mengakibatkan adanya sub dalam filsafat berupaa onlotogi, epistemologi, yang
semuanya berhubungan dengan perkembangan teori komunikasi.
Selain itu, John Dewey juga diketahui concern pada pendidikan dan
komunikasi. Beliau memandang pendidikan sebagai semuah proses belajar yang dapat
dicapai melalui komunikasi dan komunikasi sendiri adalah proses berbagi pengalaman
hingga pengalaman tersebut menjadi umum. Dewey menganggap kedua hal ini adalah
pilar dari demokrasi.
Kelebihan :
Kelemahan :
Pragmatisme berasal dari kata pragma, dari Yunani, yang berarti guna. Makna
pragmatisme sebagai suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah apa saja
yang membuktikan dirinya sebagai yang benar, dengan akibat yang bermanfaat secara
praktis. Misalnya, berbagi pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik, bisa saja, asal
membawa kepraktisan dan bermanfaat. Artinya, segala sesuatu dapat diterima, dengan
syarat memiliki manfaat bagi kehidupan.
Dikutip dari Ahmad Tafsir, dalam bukunya “Filsafat Umum : Akal dan Hati
Sejak Thales Sampai Capra” yang beranggapan bahwa filsafat itu merupakan usaha
menjawab pertanyaan penting dalam kehidupan. Dilihat yang terdahulu, orang sudah
berusaha menjawab pertanyaan dengan indra (empirisme), dengan akal (rasionalisme),
dan bahkan dengan rasa (instuisionisme). Memaknai ajaran pragmatisme William
James, ia menggunakan isme pertama untuk menjawab pertanyaan dan
menggabungkannya dengan isme kedua. Penggabungan (empirisme dan rasionalisme)
itu sebagai salah satu faktor eksistensi pragmatisme.
John Locke membenarkan bahwa idea (pada Socrates dan Aristoteles) ada,
karena idea itu dibuat (melalui abstraksi) dan idea itu beroperasi dalam kehidupan.
Misalnya, sebuah idea “kursi” sebagai tempat duduk bersandar. Syarat pertama
terpenuhi bahwa idea “kursi” dibuat, syarat kedua, bahwa bagaimana idea “kursi” ini
beroperasi ketika orang mengenali objek tersebut sebagai kursi. Kesimpulan mengenai
konsep idea ini, bahwa idea aplikatif dan tidak aplikatif sekalipun sama-sama dianggap
ada. Idea tentang adil tetap ada dan benar sekalipun keadilan tidak itu tidak berwujud
fisik dan muncul di dunia.
Masih pada James, selain pragmatisme yang diarahkan pada empirisme, ia juga
mempraktekkan pragmatisme pada daerah metafisika. Maksudnya, tidak cukup
membicarakan filsafat hanya berdasarkan pengalaman indera, tetapi juga memperoleh
dari kenyataan yang ada. Jika membicarakan aspek agama dan spiritual, pragmatisme
James, menilai kedua hal itu harus fungsional dan dinamis. Dalam hal ini, pragmatisme
tidak membicarakan hakikat dunia. Kehidupan dunia dipandang sebagai sesuatu yang
berada di dalam proses. Tentunya ini akan menuntun pada pemikiran duniawi semata
tanpa berpikir lebih jauh terhadap kehidupan akhirat. Corak berpikir pengikutnya bisa
jadi hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dan aktivitas dunia.
Daftar pustaka:
Ardanisatya, Niko. (2015). Pragmatisme pola pikir yang menghalangi kita mengerti arti hidup.
[ONLINE] tersedia :
https://www.kompasiana.com/nikoardanisatya/5528a0936ea8346b4d8b45ae/pragmatisme-
pola-pikir-yang-menghalangi-kita-mengerti-arti-hidup (diakses 2 oktober 2018)
Gouinlock, J. S. (2018, September 27). Encyclopedia Britannica. Dipetik Oktober 2, 2018, dari
britannica.com: https://www.britannica.com/biography/John-Dewey
Huda, Sokhi. Pragmatisme William James : Harmoni Kerjasama Psikologi dan Filsafat.
Yogyakarta : Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. 1999.
Maksum, Ali. 2015. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme. Jogja: Ar-
ruzz Media
Tafsir, Ahmad. 2012 .Filsafat Umum : Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu & Aplikasi Pendidikan. Ilmu &
Aplikasi Pendidikan. Bandung : PT. Imperial Bhakti Utama .
West, R., & Turner, L. H. (2017). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi Edisi
5. (H. Bhimasena, & G. T. Pratiwi, Trans.) Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Sumber Gambar:
https://image.slidesharecdn.com/craigcommtheoryfieldfernandoilharco11-121209064406-
phpapp01/95/craig-comm-theoryfieldfernandoilharco1-1-15-638.jpg?cb=1355035580