FINISH
FINISH
KP B
“HUBUNGAN PHYSICAL WORK ENVIRONMENTAL DAN QUALITY OF
WORK LIFE PADA KARYAWAN PT. X”
DISUSUN OLEH:
Kelompok 2
1. Yohana Tania Riyantono (150116075)
2. Novindya Ragilia Utami (150116381)
3. Linawati (150116902)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SURABAYA
2018
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 2
BAB 1 ............................................................................................................................ 3
BAB 2 ............................................................................................................................ 9
BAB 3 .......................................................................................................................... 16
BAB IV-V (YOHANA TANIA RIYANTONO) ............................................................ 23
BAB IV-V (LINAWATI).............................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 44
OUTPUT (YOHANA TANIA RIYANTONO) ............................................................. 47
OUTPUT (LINAWATI) ............................................................................................... 58
2
BAB 1
A. Latar belakang
Akhir-akhir ini, fenomena terkait turnover pada karyawan (employee
turnover) semakin marak di beberapa negara, khususnya Indonesia. Turnover ialah
suatu kecenderungan yang ada dalam diri karyawan untuk berhenti bekerja dari
pekerjaannya saat ini. Dampak dari turnover adalah perusahaan akan melakukan
pemilihan karyawan kembali yang tentunya akan mengeluarkan biaya yang besar
untuk merekrut dan memberikan training kepada karyawan pengganti.
Fenomena ini dapat dibuktikan dari beberapa data yang mendukung. Pertama,
Kenya National Bureau of Statistics pada tahun 2011 melaporkan bahwa turnover
pada karyawan kontrak sebesar 16% di gerai bensin mereka (Kiriago & Bwisa, 2013).
Kedua, survey yang dilakukan oleh perusahaan Towers Watson ‘2012-2013 Global
Talent Management and Rewards Study’ melaporkan bahwa perusahaan di Indonesia
memiliki tingkat turnover yang jauh lebih tinggi daripada tingkat global dan 64%
lebih tinggi daripada negara berkembang pesat lainnya di Asia Pasifik (Halim, 2013).
Ketiga, berdasarkan data survey kepuasan kerja yang dilakukan lembaga Jobstreet
(sitat dalam Mashareen, 2016) pada tahun 2014, bahwa 73% karyawan tidak puas
pada pekerjaannya. Dan terdapat pula sebuah survey yang dilakukan di perusahaan X,
menunjukkan bahwa hanya 40% karyawan di PT. X memiliki tingkat kepuasan kerja
yang sedang, sedangkan 37,5% karyawan di PT. X memiliki tingkat kepuasan kerja
yang rendah. (Mashareen, 2016). Keempat, pada penelitian Kapoor (sitat dalam Hay
Gorup, 2013), tingkat turnover di Indonesia berdasarkan perusahaan konsultasi
manajemen dan survey internasional (Hay Group) pada tahun 2013-2014 mencapai
25,8%. Data ini cukup membuktikan bahwa Indonesia memiliki tingkat turnover
tergolong cukup tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.
Berdasarkan data-data tersebut, selain ketidakterlibatan karyawan,
ketidaknyamanan karyawan terhadap lingkungan kerjanya tentu akan menimbulkan
dampak yang cukup serius bagi kualitas kehidupan kerja (Quality of Work Life)
mereka, sesuai dengan pendapat Serey (sitat dalam Razak, A’amor, & Hassan, 2012)
3
bahwa “Quality of Work Life” (kualitas kehidupan kerja) memang dipengaruhi oleh
kesesuaian lingkungan kerja yang baik tidak hanya pada kondisi fisik seseorang
namun secara sosial juga dibutuhkan dukungan yang membuat seseorang akan
bertahan pada sebuah perusahaan, diasosiasikan sebagai tempat kerja yang
mencukupi kebutuhan karyawan sehingga karyawan merasa puas dan nyaman ketika
berada di tempat kerja”. Faktor-faktor yang memengaruhi kualitas kehidupan kerja
antara lain: faktor internal dan eksternal dari pekerjaan, konteks internasional,
konteks nasional, situasi organisasi, tempat kerja, faktor keluarga, serta faktor
individu yang bersangkutan.
Salah satu faktor untuk mendapatkan kualitas kehidupan kerja yang baik
adalah lingkungan/tempat kerja yang baik. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa lingkungan kerja yang baik tentu mampu meningkatkan
produktivitas atau kinerja karyawan, memotivasi karyawan untuk bekerja lebih giat,
mengurangi stress dan konflik pada saat bekerja, serta meningkatkan komitmen antar
karyawan. Menurut Foldspang et al. (sitat dalam Joseph, 2016) lingkungan kerja
adalah kondisi di perusahaan tempat karyawan bekerja, yang harus dipersiapkan oleh
manajemen yang bersangkutan. Apabila manajemen tidak mampu memberikan
perlindungan yang layak bagi karyawan, hal itu dapat memberikan celah utuk
terjadinya kecelakaan kerja. Lingkungan kerja dibedakan menjadi 2, yaitu lingkungan
fisik dan non-fisik. Bhaga (sitat dalam Joseph, 2016) berpendapat bahwa lingkungan
kerja fisik adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan tempat kerja, yang
menyangkut material (bahan) atau peralatan yang dapat memengaruhi kinerja
karyawan, termasuk bentuk intensitas dan durasi yang memengaruhi karyawan, yang
dapat menyebabkan bahaya atau risiko seperti adanya zat beracun, radiasi,
kebisingan, dan atmosfer pada tempat kerja. Menurut Gerberich et al. (sitat dalam
Joseph, 2016) lingkungan kerja non-fisik, meliputi hubungan baik antara pemimpin
dan bawahan dan antar karyawan.
Salah satu penelitian yang mampu membuktikan adanya keterkaitan antara
Lingkungan Kerja dan Kualitas Kehidupan Kerja adalah penelitian Kiriago & Bwisa
4
(2013), di mana analisis data menunjukkan bahwa sebanyak 53,5% petugas SPBU
melaporkan bahwa mereka merasa tidak nyaman dengan kondisi keselamatan dan
kesehatan kerja. Sebanyak 68,7% responden mengatakan bahwa mereka bekerja di
bawah tekanan dari manajemen dan klien. Hal ini juga dilaporkan oleh 41,4%
responden bahwa mereka merasa tidak diberi peralatan yang memadai untuk
menjalankan tugas. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa buruknya aspek
Lingkungan Kerja (seperti kondisi keselamatan dan kesehatan kerja, tekanan dari
manajemen dan klien, peralatan yang kurang memadai) menyebabkan Kualitas
Kehidupan Kerja karyawan pun menjadi buruk (Kiriago & Bwisa, 2013).
Oleh sebab itu, peneliti ingin mengadakan penelitian terkait hubungan antara
variable bebas (Physical Work Environment/Lingkungan Kerja Fisik) dan variable
tergantung (Quality of Work Life/Kualitas Kehidupan Kerja) berdasarkan acuan dari
penelitian-penelitian terdahulu. Instansi yang dituju peneliti untuk menjadi objek
penelitian adalah PT. X, yaitu perusahaan yang bergerak di bidang “customer goods”.
PT. X mempunyai banyak karyawan dengan berbagai divisi berbeda. Namun, divisi
yang difokuskan oleh peneliti adalah divisi dalam bidang ekspedisi, warehouse, dan
logistik.
Lokasi kantor pada divisi ekspedisi terletak di sebagian area warehouse dan di
depan area bongkar muat. Lokasi kantor tersebut di design atas tujuan untuk
mengoptimalkan kinerja karyawan ekspedisi dan warehouse. Namun, situasi dan
kondisi seperti itu disinyalir tidak dapat menciptakan lingkungan kerja yang baik dan
kondusif. Posisi kantor yang berdekatan dengan area bongkar muat, di mana pada
area tersebut banyak transportasi (sejenis truk, container, mobil, dsb.) yang berlalu-
lalang, dapat mengganggu konsentrasi karyawan. Dari mulai bunyi klakson
kendaraan, pergerakan para karyawan warehouse dan bongkar muat yang berlalu-
lalang, ditambah lagi dengan asap kendaraan yang sangat banyak membuat keadaan
gedung semakin tidak nyaman. Terlebih lagi bangunan dihadapkan langsung oleh
paparan sinar matahari yang membuat para karyawan merasakan hawa panas ataupun
silau yang otomatis dapat mempengaruhi mereka dalam bekerja. Ketika masuk kerja
5
dan pulang kerja, karyawan pada bagian ekspedisi, warehouse, dan logistic rawan
mengalami kecelakaan kerja karena melintasi banyaknya kendaraan yang berlalu-
lalang.
Menurut kasus tersebut, peneliti menemukan adanya gap of knowledge
(kesenjangan) antara das sein (harapan) dan das sollen (kenyataan). PT. X tentu
berharap supaya karyawan dapat bekerja secara optimal dan tetap produktif dengan
biaya pengeluaran (terkait penyediaan alat-alat kerja dan estetika ruangan) seminimal
mungkin. Namun, pada kenyataannya karyawan bidang ekspedisi pada PT. X
mengalami perasaan kurang nyaman pada lingkungan kerjanya, terutama pada
lingkungan kerja fisik. Sehingga, hal ini membuat kinerja karyawan menjadi kurang
optimal. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk membuktikan terkait seberapa jauh
lingkungan kerja fisik dapat memengaruhi kualitas kehidupan kerja karyawan pada
PT. X.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apakah lingkungan kerja fisik PT. X memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas kehidupan kerja karyawan?
C. Batasan masalah
Agar penulisan penelitian ini tidak menyimpang dan mengambang dari tujuan
yang semula direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data dan informasi
yang diperlukan, maka peneliti menetapkan batasan-batasan sebagai berikut:
Penelitian hanya sebatas ingin membuktikan terkait seberapa optimal
lingkungan kerja fisik sekitar kantor (tempat kerja) karyawan divisi ekspedisi PT. X.
Hal ini mencakup lingkungan kerja fisik jauh dari gangguan seperti; kebisingan,
cahaya yang terlalu terang, suhu ruangan yang panas, ruang lingkup terlalu padat,
akses lalu lalang karyawan
D. Tujuan Penelitian
6
Berdasarkan das sein, das sollen, dan gap of knowledge maka tujuan
penelitian menggunakan metode “eksplanatori”. Hal ini dikarenakan penelitian
bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan
menolak teori atau hipotesis hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya, terkait
lingkungan kerja dan kualitas kehidupan kerja pada karyawan PT. X. Oleh sebab itu,
maka tujuan diperinci sebagai berikut:
1. Mengetahui terkait bagaimana lingkungan kerja, terutama lingkungan kerja
fisik dapat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan kerja para karyawan.
2. Mengetahui aspek yang paling mengganggu karyawan pada lingkungan kerja.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis:
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan
bagi ilmu Psikologi untuk mengatasi lingkungan kerja yang berdampak pada kualitas
kehidupan kerja karyawan PT. X dalam rangka menungjang produktivitas karyawan.
Manfaat Praktis:
1. Bagi PT. X
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi PT. X
supaya lebih fokus dalam memperhatikan situasi dan kondisi yang ada di lingkungan
kerja untuk meningkatkan kesejahteraan/kualitas kehidupan kerja karyawan, sehingga
produktivitas pun semakin meningkat.
2. Bagi Akademik
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut dalam upaya
menambah wawasan dan pengetahuan terkait hubungan lingkungan kerja dan kualitas
kehidupan kerja karyawan pada PT. X
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan wacana untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan tentang Psikologi Industri dan Organisasi,
terutama yang berhubungan dengan lingkungan kerja dan kualitas kehidupan kerja
pada karyawan.
7
F. Keaslian Penelitian
No. Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
1. (Kiriago & Penelitian menggunakan survey Lingkungan kerja merupakan
Bwisa, 2013) eksploratori. Data dikumpulkan faktor utama yang
secara kuantitatif dan kualitatif, memengaruhi kualitas
dan analisis dilakukan dengan kehidupan kerja para karyawan.
cara descriptive in nature. Terdapat korelasi antara
lingkungan kerja dan kualitas
kehidupan kerja.
8
melayani berbagai posisi baik Kehidupan Kerja dan
sebagai blue collar workers atau Keterlibatan Karyawan, dengan
white collar workers. Alat ukur membandingkan responden
yang digunakan berdasarkan White Collar dan Blue Collar.
penelitian Timossi et al. (2008)
tentang model QWL Walton.
Dari penjelasan di atas, lingkungan kerja fisik perlu dijadikan fokus oleh
perusahaan demi mencapai kualitas kehidupan kerja yang baik untuk karyawan. Pada
penelitian-penelitian terdahulu, peneliti menemukan adanya korelasi yang konsisten
antara lingkungan kerja dan kualitas kehidupan kerja. Selain itu, keterbatasan pada
penelitian sebelumnya adalah faktor budaya organisasi. Maka dari itu, tujuan dari
penelitian pada PT. X ini adalah untuk membuktikan terkait seberapa jauh lingkungan
kerja fisik dapat berkaitan dengan kualitas kehidupan kerja karyawan.
Oleh sebab itu, pengujian tentang adanya faktor lingkungan kerja fisik dalam
kaitannya dengan kualitas kehidupan kerja karyawan masih memiliki peluang untuk
ditelisik lebih lanjut, dalam kerangka pendekatan attitudinal maupun behavioral.
Berdasarkan argumen tersebut, peneliti tertarik menjadikan kedua variable tersebut
sebagai obyek penelitian.
BAB 2
2.1 Kualitas Kehidupan Kerja (QWL)
Kualitas kehidupan kerja sangat memengaruhi kesejahteraan seseorang.
Kesejahteraan karyawan tergantung pada kualitas kehidupan kerja yang diberikan
oleh atasan mereka, perasaan puas dan bahagia yang timbul dari pekerjaan itu sendiri,
dan lingkungan kerja. Perlunya perusahaan untuk memperhatikan kesejahteraan para
karyawannya didasari oleh 3 alasan. Pertama, perusahaan memiliki tugas peduli
sehingga perlu mengadopsi pendekatan tanggung jawab sosial untuk melindungi
karyawan-karyawan mereka. Kedua, pengusaha bertanggung jawab untuk
9
menciptakan lingkungan kerja yang baik. Ketiga, pengusaha perlu berfokus pada
kualitas kehidupan kerja sebab hal ini akan memungkinkan karyawan mereka untuk
berkomitmen terhadap perusahaan dan menganggap perusahaan tersebut sebagai
‘tempat terbaik’ (Armstrong, 2009).
2.1.1 Faktor
Menurut Taylor (sitat dalam Armstrong, 2009) dikutip dari buku Human
Resource Management Practice, kualitas kehidupan kerja berhubungan dengan faktor
pekerjaan ekstrinsik (seperti upah, jam dan kondisi kerja) dan faktor intrinsik dari
pekerjaan itu sendiri. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh tim survei
Quality of Work Life (Kualitas Kehidupan Kerja) selama 30 tahun di Amerika
Serikat, hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas kehidupan kerja yang tinggi di
tempat kerja dapat menurunkan tingkat stres di tempat kerja, meningkatkan
produktivitas dan loyalitas terhadap perusahaan (Team Quality of Work Life Survey,
2007). Melalui survey tersebut dapat diketahui berbagai faktor yang mempengaruhi
QWL diantaranya adalah konteks internasional, konteks nasional, situasi organisasi,
tempat kerja, faktor pekerjaan, faktor keluarga, serta faktor individu yang
bersangkutan.
2.1.2 Aspek
Rose et al. (sitat dalam Kanten & Sadullah, 2012) menyatakan bahwa Kualitas
Kehidupan Kerja tidak hanya berpaku pada satu aspek saja, namun terdapat 8 aspek
yang menjadi acuan untuk mendapatkan Kualitas Kehidupan Kerja yang baik
berdasarkan teori Walton, yaitu: (1) adequate and fair compensation , kompensasi
yang memadai dan adil, (2) safe and healthy working conditions, kondisi lingkungan
kerja yang aman dan nyaman, (3) immediate opportunity to use and develop human
capacities, kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan kapasitas Sumber
Daya Manusia, (4) opportunity for continued growth and security, kesempatan untuk
berkembang dan merasa aman dalam jangka panjang, (5) social integration in the
work organization, integrasi sosial dan organisasi dalam perusahaan yang baik., (6)
constitutionalism in the work organization, memiliki batasan-batasan yang jelas pada
10
sebuah organisasi pekerjaan., (7) work and total life space and, pekerjaan dan ruang
lingkup hidup dari seseorang., (8) social relevance of work life, hubungan sosial pada
dunia kerja.
2.2 Lingkungan Kerja Fisik
Bhaga (sitat dalam Joseph, 2016) berargumen bahwa lingkungan kerja fisik
adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan tempat kerja, yang menyangkut
material (bahan) atau peralatan yang dapat memengaruhi kinerja karyawan, termasuk
bentuk intensitas dan durasi yang memengaruhi karyawan, yang dapat menyebabkan
bahaya atau risiko seperti adanya zat beracun, radiasi, kebisingan, dan atmosfer
(suasana) pada tempat kerja.
Menurut Helmi (1999), teori-teori Psikologi Lingkungan yang relevan dengan
Lingkungan Kerja Fisik terbagi menjadi 5, yaitu:
Beban Hambatan Level Stress Ekologi
Lingkungan Perilaku Adaptasi Lingkungan
Berfokus Teori ini Teori ini Teori ini Menurut Hawley
pada menekanka sebenarnya terdapat 3 (dalam Himman &
kapasitas n bahwa hampir sama komponen Faturochman, 1994)
setiap stimulus dengan teori penting yang terdapat beberapa
inidividu yang beban terdapat asumsi dasar sebagai
yang terlalu lingkungan, dalam proses berikut:
berbeda berlebihan karena penerimaan a. Perilaku
dalam dapat stimulus informasi. manusia
menerima memicu yang terlalu Pertama, terkait
informasi. hambatan rendah stressor hal dengan
Ketika pada setiap maupun ini adalah konteks
stimulus pemrosesan tinggi akan bentuk dari lingkungan
lingkungan informasi. tetap stimulus yang b. Interaksi
melebih Averill membuat dapat timbal balik
11
kapasitas (dalam hasil respon menimbulkan yang
maka proses Fisher, yang negatif. terancamnya menguntungk
penerimaan 1984) Menurut kesejahteraan an antara
informasi kontrol Wohwill individu, manusia –
akan tidak lingkungan (dalam misalnya lingkungan
optimal. lebih Fisher, 1984) kebisingan, c. Interaksi
Menurut mengarahk terdapat 3 suhu yang manusia –
Cohen an perilaku dimensi yang terlalu panas lingkungan
(Fisher, untuk ada maupun bersifat
1985; dalam megubah hubungannya dingin, dinamis
Veitch & lingkungan dengan populasi yang d. Interaksi
Arkkelin, . Misalnya perilaku terlalu padat. manusia –
1995), ada 4 tentang lingkungan, Kedua, respon lingkungan
asumsi dasar kebisingan, yaitu: stress yaitu terjadi dalam
pada teori membuat Intensitas, hasil dari berbagai
ini. gedung Keanekaraga adanya level dan
yang tidak man, stimulus yang tergantung
menghadap Keterpolaan. ditimbulkan pada fungsi
langsung yang Dalam teori ini terdapat
ke berhubungan setting perilaku yang
matahari, dengan dipelopori oleh Robert
dan lain- emosional, Barker dan Alan
lain. fisiologis, Wicker. Hal ini lebih
fikiran, dan mengutamakan pada
perilaku. kesesuaian antara
Ketiga, proses program yang dibentuk
stress yaitu sesuai pola-pola yang
bentuk dari dibutuhkan dengan
12
interaksi lingkungan kerja yang
antara terdapat karakteristik
stressor fisik di dalamnya.
dengan
kapasitas
setiap
individu.
2.2.1 Faktor
Faktor-faktor yang memengaruhi lingkungan kerja fisik sulit untuk dikenali
dalam praktiknya karena bersifat dinamis. Hal ini disebabkan karena banyak
perusahaan yang masih beranggapan bahwa lingkungan kerja fisik tidak memberikan
efektivitas kinerja yang besar bagi karyawan. Padahal, buruknya lingkungan kerja
fisik akan menimbulkan kerugian yang signifikan bagi perusahaan pada beberapa
waktu kedepan (efek jangka panjang). Kerugian tersebut dapat berupa banyaknya
karyawan yang melakukan turnover akibat ketidaknyamanan terhadap lingkungan
kerja.
2.2.2 Aspek
Aspek-aspek pada lingkungan kerja fisik antara lain (Joseph, 2016):
1. Air Condition (kondisi udara)
2. Sound (suara/kebisingan)
3. Lighting Condition (kondisi penyinaran)
4. State of Health (pernyataan terkait kesehatan yang memadai)
5. Security Situation (situasi keamanan)
2.3 Teori yang tepat
Pada kasus yang kami teliti terkait dengan turnover pada perusahaan-perusahaan
di Indonesia yang seharusnya lebih menekankan pada pentingnya lingkungan kerja
13
fisik agar menciptakan kesejahteraan hidup pada setiap karyawannya. Perlunya
kesadaran perusahaan akan pentingnya antara kedua hal ini membuat perusahaan
harus meciptakan sistem kerja yang baik. Pada kasus turnover kami memilih pada
Teori Ekologi karena teori ini lebih menekankan antara hubungan manusia dengan
lingkungan fisik.
Lingkungan kerja fisik antara lain mengenai kebisingan, kepadatan, suhu/kondisi
udara, ketidaknyamanan dalam ruangan maupun yang lainnya. Hal ini dikarenakan
lingkungan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan para karyawan otomatis akan
menurunkan daya kerja yang berdampak pada hasil perusahaan yang tidak optimal.
Hubungan dengan Quality of Work Life yakni ketika lingkungan kerja tidak
mendukung karyawan dan tidak memberikan stimulus positif, maka berdampak pada
kualitas hidup para karyawan.
Teori Ekologi sebenarnya sangat mengutamakan kualitas hidup karyawan dengan
membentuk lingkungan kerja fisik yang baik. Beberapa bentuk dari lingkungan kerja
fisik, yakni: tidak membangun gedung yang berdekatan dengan tempat parkir para
karyawan yang akan menimbulkan gangguan dalam bentuk suara maupun polusi
udara disebabkan oleh kendaraan bermotor, hal ini juga akan membuat gangguan
kesehatan para karyawan, suhu udara di dalam ruangan juga harus disesuaikan sesuai
kebutuhan dan kapasitas dalam ruangan kerja tersebut, agar ruangan tidak terasa
terlalu dingin maupun panas.
14
2.4 Menjelaskan hubungan antar variable
Moderator:
15
menciptakan lapangan kerja yang kondusif supaya kualitas kehidupan kerja dapat
dicapai oleh para karyawannya.
2.5 Mengajukan hipotesis Hi & Ho
Berdasarkan data-data dan teori penunjang diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa:
Ho: Tidak terdapat hubungan antara lingkungan kerja fisik dengan kualitas hidup
kerja para karyawan
Ha: Terdapat hubungan antara lingkungan kerja fisik dengan kualitas hidup kerja
para karyawan
BAB 3
A. IDENTIFIKASI VARIABEL
Desain pada penelitian ini menggunakan penelitian survey. Menurut Nan Lin
(sitat dalam Hasan, 2001), penelitian survey merupakan metode pengumpulan data
melalui instrument yang bisa merekam tanggapan-tanggapan responden dalam sebuah
sampel.
Pengujian hipotesa pada penelitian digunakan untuk memastikan terkait
adanya hubungan antar variabel yang hendak diteliti. Pada tahap ini akan dilakukan
pengidentifikasian terhadap variabel yang akan diteliti.
Variabel penelitian adalah semua gejala yang dapat diukur dari sebuah
penelitian yang terukur dalam aspek objektivitas peneliti, reliabilitas ilmiah dan
validitas ilmiah (Suryana, 2010).
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang dapat di identifikasi yaitu :
1. Variabel Bebas (Independent Variable): Quality of Work Life
2. Variabel Tergantung (Dependent Variable): Work Enviroment
B. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional adalah penjelasan dari konstruk atau variabel yang
digunakan dalam suatu penelitian yang memiliki sifat dapat diukur (Putri, 2012).
a) Definisi operasional dari Kualitas Kehidupan Kerja adalah kepuasan
karyawan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari di kantor dan rasa kenyamanan dan
16
aman dalam lingkungan kerja sebagai hasil proses evaluasi terhadap beberapa obyek
standar lingkungan kerja setelah karyawan melakukan kegiatan sehari-hari.
Indikator-indikator yang diukur antara lain:
(1)Adequate and fair compensation, kompensasi yang memadai dan adil
(2)Safe and healthy working conditions, kondisi lingkungan kerja yang aman dan
nyaman,
(3)Immediate opportunity to use and develop human capacities, kesempatan untuk
menggunakan dan mengembangkan kapasitas Sumber Daya Manusia,
(4)Opportunity for continued growth and security, kesempatan untuk berkembang
dan merasa aman dalam jangka panjang,
(5)Social integration in the work organization, integrasi sosial dan organisasi dalam
perusahaan yang baik,
(6)Constitutionalism in the work organization, memiliki batasan-batasan yang jelas
pada sebuah organisasi,
(7)Work and total life space and, pekerjaan dan ruang lingkup hidup dari seseorang,
(8)Social relevance of work life, hubungan sosial pada dunia kerja.
b) Definisi operasional dari lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan
berbentuk fisik yang berada di sekitar kantor (tempat kerja) yang dapat memengaruhi
kinerja karyawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam melakukan
pekerjaannya.
Indikator-indikator yang diukur antara lain (berdasarkan definisi yang dikemukakan
Bhaga (sitat dalam Joseph, 2016):
1. Air Condition (kondisi udara), indikator yang digunakan dapat terkait dengan:
temperature yang normal (tidak terlalu panas atau dingin); sirkulasi udara yang
fleksibel; kesegaran udara ketika ruangan sedang padat ataupun tidak padat.
2. Sound (suara/kebisingan), indikator yang digunakan dapat terkait dengan:
kebisingan akibat suara kendaraan, suara knalpot, dan bunyi klakson; kebisingan
akibat suara mesin, peralatan listrik, dan peralatan mekanis; kebisingan akibat suara
17
radio yang diperdengarkan ketika karyawan bekerja; kebisingan akibat keramaian dan
kepadatan karyawan ketika melakukan pekerjaan.
3. Lighting Condition (kondisi penyinaran), indikator yang digunakan dapat terkait
dengan: cahaya yang menyilaukan; ketajaman kontras dan warna cahaya; distribusi
cahaya yang cukup dan merata; tingkat dan intensitas cahaya; kemurnian partikel
cahaya dari radiasi ultraviolet, sinar-X, atau elemen berbahaya lainnya.
4. State of Health (pernyataan terkait kesehatan yang memadai), indikator yang
digunakan dapat terkait dengan: pembuangan limbah, pekerjaan limbah, dan polusi
kimia berbahaya; debu, asap, dan partikel halus yang dibawa oleh angin; kotoran
binatang seperti serangga, tikus, kucing dan anjing; genangan di lantai, saluran air
tersumbat, saluran pembuangan meluap dan basah di pancuran, toilet, atau tenggelam;
bakteri, kuman, dan penyakit virus pada makanan dan fasilitas kerja.
5. Security Situation (situasi keamanan), indikator yang digunakan dapat terkait
dengan: ancaman bencana alam seperti banjir dan tanah longsor; risiko kecelakaan
lalu lintas, perkelahian, pencurian, tindakan kriminalitas dan kekerasan; bahaya
kecelakaan karena kondisi bangunan dan instalasi yang dapat menyebabkan api,
ledakan, runtuhnya bangunan, serta transportasi yang berlalulalang; Ancaman
keracunan, paparan radiasi, atau paparan polutan berbahaya; Risiko putusnya anggota
badan akibat terkena mesin, alat tusukan, terjepit, atau jatuh karena kondisi fasilitas
dan peralatan kerja.
C. POPULASI DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPLE
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian dtarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009) Populasi yang
menjadi sasaran peneliti adalah karyawan yang bekerja di PT. X.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2009). Karena lingkup penelitian ini adalah seluruh
karyawan pada bidang ekspedisi, warehouse, dan logistic, maka ukuran sample
(sample size) yang digunakan sebanyak 45 karyawan (±15 karyawan ekspedisi; ±20
18
karyawan warehouse, ±10 karyawan logistic) dan akan diambil melalui pendekatan
Purposive Sampling (salah satu jenis teknik non-random sampling, di mana sampel
dipilih berdasarkan kriteria tertentu.
Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sample ini adalah karyawan yang
bekerja pada PT. X dan berada pada divisi ekspedisi, warehouse, dan logistic. Divisi
ekspedisi merupakan divisi yang bertaggung jawab melakukan proses administrasi
dalam kegiatan operasional transportasi, bertanggung jawab dalam dokumen
administrative, mengupdate schedule pengiriman customer, dan melakukan checklist
dalam dokumen pendukung. Divisi warehouse merupakan divisi yang bertanggung
jawab atas kegiatan operasional gudang yaitu bongkar-muat. Sedangkan divisi
logistic, merupakan divisi yang bertanggung jawab dalam melakukan pengadaan
barang dan/atau jasa yang diperlukan para unit kerja lain guna mendukung pelayanan
dan operasional perusahaan serta melakukan analisa kebutuhan barang dan/atau jasa
yang diminta para unit kerja lain guna memenuhi pengadaan barang dan/atau jasa.
Alasan menggunakan divisi ekspedisi, warehouse, dan logistic menjadi
sample penelitian adalah karena letak gedung dan keamanan yang berbeda antara satu
divisi dengan divisi yang lain. Kantor divisi ekspedisi dibagi menjadi 2 gedung, yaitu
gedung A (khusus penerimaan) dan gedung B (khusus pengeluaran). Kantor divisi
ekspedisi yang terletak pada gedung B, berada pada satu gedung yang sama dengan
divisi warehouse dengan alasan untuk memperlancar operasionalisasi divisi
warehouse. Sedangkan karyawan pada semua divisi (baik ekspedisi, warehouse, dan
logistic), ketika berangkat dan pulang akan melewati transportasi/kendaraan yang
berlalu-lalang di area perusahaan (sehingga ada kemungkinan memiliki resiko yang
tinggi terkait keselamatan mereka).
D. METODE PENGAMBILAN DATA
Data-data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan instrument
penelitian berupa angket. Metode angket dipergunakan oleh peneliti atas dasar subjek
merupakan orang yang paling tahu terkait dirinya sendiri dan sering berinteraksi
dengan lingkungan kerjanya.
19
E. TEKNIK ANALISIS
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan teknik survei. Peneliti
menganalisis data untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
statistik. Adapun pengujian instrumen yang terdiri atas uji validitas dan uji reliabilitas
serta uji asumsi yang dilakukan sebelum uji hipotesis.
3.1.1 Uji validitas
Uji validitas dilakukan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan sudah
tepat dan akurat dalam mengukur variabel. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan
dengan KMO dan Barlet Test pada program komputer SPSS. Dengan syarat nilai
KMO≥0,5 dan nilai Sig. Barlet≤0.05 (taraf toleransi kesalahan).
3.1.2 Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat konsistensi dari instrumen atau alat
ukur yang digunakan dalam mengukur variabel dalam penelitian. Uji reliabilitas
dilakukan dengan metode alpha cronbach pada program komputer SPSS. Dengan
syarat nilai alpha cronbach ≥ 0.7.
3.1.3 Uji asumsi
Uji asumsi dilakukan dengan uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas
dilakukan untuk mengetahui apakah penyebaran data sudah terdistribusi secara
normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan analisis Kolmogorov – Sminov pada
program komputer SPSS. Nilai p > 0.05 menunjukkan bahwa data telah terdistribusi
normal. Uji linearitas dilakukan melihat apakah pasangan data antar variabel
memiliki garis lurus atau tidak, artinya apabila terjadi perubahan pada suatu variabel,
maka variabel yang lain akan mengikuti dengan besaran yang sama. Uji linearitas
dapat dilakukan melalui program SPSS dengan fungsi compare means. Dengan syarat
nilai p > 0.05
3.1.4 Uji hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat adanya korelasi antara hubungan
lingkungan kerja fisik dengan kualitas kehidupan kerja. Uji hipotesis dapat melihat
tabel Pearson jika pada uji hipotesis ini memakai uji parametrik dan melihat tabel
20
Kendall and Spearman jika memakai uji non-parametrik. Nilai p < 0,05 menunjukan
bahwa data signifikan.
3.1.5 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan
pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang
berguna
F. BLUE PRINT ANGKET
Pengukuran tingkat lingkungan kerja fisik (PWE – Physical Work
Environment) menggunakan alat ukur yang digunakan oleh penelitian Joseph (2016)
yang terdiri dari 25 butir yang mengukur kelima dimensi dari lingkungan kerja fisik
yaitu Air Condition, Sound, Lighting Condition, State of Health, Security Situation.
Terdapat 25 butir dengan pernyataan Unfavorable. Penyusunan item berdasarkan
indicator-indicator yang terdapat pada jurnal penelitian Joseph (2016).
Aspek/Dimensi Nomor Butir Jumlah Butir
Favorable Unfavorable
Air Condition (AC) 1,6,11,16,21 5
Sound (S) 2,7,12,17,22 5
Lighting Condition 3,8,13,18,23 5
(LC)
State of Health (SH) 4,9,14,19,24 5
Security Situation 5,10,15,20,25 5
(SS)
Total 25
21
and develop human capacities, opportunity for continued growth and security, social
integration in the work organization, constitutionalism in the work organization,
work and total life space and social relevance of work life. Terdapat 35 butir dengan
pernyataan Favorable. Penyusunan item berdasarkan penelitian Timossi et al. (2008).
Aspek/Dimensi Nomor Butir Jumlah Butir
Favorable Unfavorable
Adequate and fair 1,2,3,4 4
compensation (AFC)
Safe and healthy 5,6,7,8,9,10 6
working conditions
(SHWC)
Immediate opportunity 11,12,13,14,15 5
to use and develop
human capacities
(UDHC)
Opportunity for 16,17,28,19 4
continued growth and
security (CGS)
Social integration in 20,21,22,23 4
the work organization
(SIWO)
Constitutionalism in 24,25,26,27 4
the work organization
(CWO)
Work and total life 28,29,30 3
space (WTS)
Social relevance of 31,32,33,34,35 5
work life (SRWL)
22
Total Butir 35
18-24 1 7 7,8%
25-34 2 35 38,9%
35-44 3 35 38,9%
44-54 4 12 13,3%
55≥ 5 1 1,1%
23
Total 90 100%
Laki-laki 1 30 33,3%
Perempuan 2 60 66,7%
Total 90 100%
Ekspedisi_A 1 7 7,8%
Ekspedisi_B 2 14 15,6%
Logistik 3 10 11,1%
Warehouse 4 59 65,6%
Total 90 100%
Tidak hanya ditentukan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan divisi saja, lama
bekerja responden juga diperhitungkan dengan pengkodingan yang sudah ditentukan
oleh peneliti (lihat tabel 4.1.4):
Tabel 4.1.4
Lama Bekerja (Tahun) Jumlah Persentase
24
0-12 41 45.6%
13-24 38 42.2%
25-36 7 7.8%
Total 90 100%
25
4.3 Pelaksanaan Survey
Dalam pelaksanaan penelitian survey, terdapat beberapa istilah mengenai hasil
olahan data yang akan ditemui. Pertama, uji missing value analysis. Tujuan
dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui apakah data hilang bersifat random
atau tanpa kesengajaan atau tidak. Namun, karena karena seluruh responden mengisi
jawaban angket secara lengkap, maka uji missing value analysis.
Kedua, adalah teknik pengambilan data. Data-data dalam penelitian ini
diperoleh dengan menggunakan instrument penelitian berupa angket. Metode angket
dipergunakan oleh peneliti atas dasar subjek merupakan orang yang paling tahu
terkait dirinya sendiri dan sering berinteraksi dengan lingkungan kerjanya. Karena
lingkup penelitian ini adalah seluruh karyawan pada bidang ekspedisi, warehouse,
dan logistic, maka ukuran sample (sample size) yang digunakan sebanyak 90
karyawan (±21 karyawan ekspedisi; ±59 karyawan warehouse, ±10 karyawan
logistic) dan akan diambil melalui pendekatan Purposive Sampling (salah satu jenis
teknik non-random sampling, di mana sampel dipilih berdasarkan kriteria tertentu.
Hambatan yang terjadi selama pengumpulan data adalah waktu. Diperlukan
waktu sekitar 2 hari untuk mendapatkan data dikarenakan responden memiliki
kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Sehingga, hal tersebut tentu menghambat
peneliti untuk mendapatkan data secara keseluruhan dari responden dalam tempo
yang singkat.
4.4 Uji Validitas, Indeks Diskriminasi dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Uji validitas dilakukan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan sudah
tepat dan akurat dalam mengukur variabel. Dalam menguji validitas, terdapat 2
validitas yang perlu dipertimbangkan yakni Validitas Konten dan Validitas Konstruk.
Validitas konten adalah isi tes yang mengungkap kemampuan subjek tentang suatu
materi (sehingga peneliti perlu mencocokkan item dengan blueprint). Sedangkan
validitas konstruk adalah hubungan antara hasil tes dengan kkonstruk teori yang
melandasinya. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan dengan analisis faktor (yang
pada dasarnya menggunakan factor loading atau menguji korelasi antar item dengan
26
faktor) pada program komputer SPSS. Dengan syarat nilai KMO ≥ 0,5 dan nilai Sig.
Barlet ≤ 0.05 (taraf toleransi kesalahan).
Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat konsistensi dari instrumen atau alat
ukur yang digunakan dalam mengukur variabel dalam penelitian. Uji reliabilitas
dilakukan dengan metode alpha cronbach pada program komputer SPSS, dengan
syarat nilai alpha Cronbach (α) ≥ 0.7. Sementara uji indeks diskriminasi merupakan
daya pembeda aitem. Uji indeks diskriminasi dilakukan dengan cara melihat
Corrected Item total Correlations (CITC). Daya beda yang baik setidaknya memiliki r
> 0.3. Oleh sebab itu, pada tabel 4.4.1, peneliti memaparkan data sebagai berikut
Tabel 4.4.1 Uji Validitas, Indeks Diskriminasi, dan Reliabilitas.
Indeks diskriminasi dan Validitas Reliabilitas
27
Quality of Work Life juga dapat dikatakan valid (karena memiliki rentang Factor
Loading ≥ 0.4 pada 1 faktor, dengan rentang 0.414-0.786, dengan membuang butir
nomor 5,7,13,18,20,29) serta reliabel (karena memiliki r > 0.3, α Cronbach ≥ 0.7
(0.931), dengan rentang 0.394-0.762).
4.5 Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan dengan uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas
dilakukan untuk mengetahui apakah penyebaran data sudah terdistribusi secara
normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan analisis Kolmogorov – Sminov pada
program komputer SPSS. Nilai p > 0.05 menunjukkan bahwa data telah terdistribusi
normal. Uji linearitas dilakukan melihat apakah pasangan data antar variabel
memiliki garis lurus atau tidak, artinya apabila terjadi perubahan pada suatu variabel,
maka variabel yang lain akan mengikuti dengan besaran yang sama. Uji linearitas
dapat dilakukan melalui program SPSS dengan fungsi compare means. Dengan syarat
nilai p > 0.05.
Tabel 4.5.1 memaparkan hasil uji asumsi normalitas kedua alat ukur sebagai
berikut:
Tabel 4.5.1 Uji Normalitas
No. Alat Ukur Nilai Keterangan
Signifikansi
Kolmogorov-
Smirnov
Berdasarkan tabel di atas, dapat diperhatikan bahwa sebaran alat ukur QWL
normal karena memiliki nilai p > 0.05. Setelah melakukan uji normalitas, peneliti
melakukan uji linearitas dengan hasil pada tabel 4.5.2:
Tabel 4.5.2 Uji Linearitas
28
No. Alat Ukur Nilai Tabel R Tabel F Keterangan
Signifikansi Square
Berdasarkan tabel di atas, hasil uji linearitas menunjukkan nilai p ≤ 0.05, yang
berarti “tidak linear”.
29
Work Life Scale
30
asosiasi yang
signifikan
Pada tabel diatas, hasil crosstabs dapat disimpulkan bahwa terdapat asosiasi
yang signifikan antara jenis kelamin dengan QWL. Sementara itu, pada divisi, lama
bekerja, dan usia tidak memiliki asosiasi yang signifikan dengan QWL.
4.8 Norma Kelompok
Tabel 4.8.1 Distribusi Frekuensi IV (Physical Work Environment)
No. Label Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Rendah 1 1.1
2. Rendah 14 15.6
3. Sedang 55 61.1
4. Tinggi 17 18.9
5. Sangat Tinggi 3 3.3
Total 74 100.0
31
1. Sangat Rendah 1 1.1
2. Rendah 14 15.6
3. Sedang 35 38.9
4. Tinggi 23 36.7
5. Sangat Tinggi 7 7.8
Total 90 100.0
32
Variabel lain yang memungkinkan dapat memengaruhi kualitas kehidupan
kerja adalah jenis kelamin. Pada kategori jenis kelamin, responden perempuan
lebih merasa nyaman dan puas dengan kontribusi perusahaan dibandingkan
responden laki-laki.
33
5.3 Simpulan
Implikasi
5.4 Saran
34
1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melihat dan memahami variable
lain yang kemungkinan besar dapat saling berkorelasi (jika mengambil
topik yang sama terkait kualitas kehidupan kerja).
2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat berhasil mengumpulkan subjek
dengan jumlah besar agar hasil penelitian dapat lebih representatif.
5.4.2 Saran Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan
dan masukan bagi PT. X supaya lebih fokus dalam memperhatikan
situasi dan kondisi yang ada di lingkungan kerja untuk meningkatkan
kesejahteraan/kualitas kehidupan kerja karyawan, sehingga produktivitas
pun semakin meningkat.
35
No. Usia Jumlah Presentase
1. 18 – 24 7 7,8%
2. 25 – 34 35 38,9%
3. 35 – 44 35 38,9%
4. 45 – 54 12 13,3%
5. ≥ 55 1 1,1%
Total 90 100%
1. Perempuan 60 66,7%
2. Laki – laki 30 33,3%
Total 90 100%
36
25-36 7 7.8%
Total 90 100%
Pada variabel Quality of Work Life terdapat 2 butir yang tidak valid
dan butir pada variabel Pysical Work Environment tidak ada butir yang
dibuang karena nilai sudah memenuhi > 0,4. Peneliti melakukan
pertimbangan bahwa r hitung > 0,4 maka perlu adanya perbaikan, dan
37
apabila r hitung < 0,4 maka butir tersebut akan dihapus. Setelah
melakukan revisi maka disepakati bahwa butir untuk skala variabel
Quality of Work Life menjadi 33 butir dan untuk variabel Pysical Work
Environment tetap menjadi 25 butir.
2. Uji Reliabilitas
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel CITC Alpha Keterangan
0.394-
0.762
QWL 0.931 Reliabel
Pysical Work 0.406- 0.920 Reliabel
Environment 0.739
Hasil uji reliabilitas diatas pada variabel QWL memiliki nilai Alpha
Cronbach (0,931) > 0,7 dan variabel Pysical Work Environment
memiliki nilai Alpha Cronbach (0,920) > 0,7. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa kedua variabel ini mempunyai reliabilitas yang
sangat kuat.
4.2.1.2.Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Pada uji normalitas diharapkan dapat mengetahui sebaran data
bersifat normal atau tidak dengan asumsi jika sebaran data bernilai
(0,000 atau < 0,05) maka data justru berdistribusi tidak normal. Namun
jika nilai > 0,05 maka data dikatakan mempunyai sebaran berdistribusi
normal.
Berikut adalah tabel uji normalitas untuk variabel Quality of Work
Life dan Pysical Work Environment.
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas
38
No. Varibel Statistic Df Nilai Sig. Keterangan
Kolmogorof –
Smirnov Z
39
Pada penelitian ini meggunakan metode Non-Parametrik karena
pada uji normalitas terpenuhi namun pada uji lineritas mencapai nilai Sig.
(0.207) yang artinya data tidak linear. Hipotesis pada penelitian ini
adalah:
Ho: Tidak ada hubungan antara Pysical Work Environment dan
Quality of Work Life
Hi: Ada hubungan antara Pysical Work Environment dan Quality
of Work Life
Berikut tabel Uji Hipotesis menggunakan parametik:
Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis Non-Parametrik
Variabel Sig. Kendall’s Tau_b Keterangan
QWL dan Pysical 0.019 Signifikan
Work Environment
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Sig. (0,019) < 0,05
artinya menerima Hi dan menolak Ho. Dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang signifikan antara Quality of Work Life dan Pysical Work
Environment.
4.2.1.4.Statistik Deskriptif
Pada hasil analisis peneliti ingin melihat ada atau tidaknya asosiasi
variabel lain yang mempengaruhi DV. Asosiasi diharapkan menambah
referensi bahwa faktor lain yang mempengaruhi DV tidak hanya didapat
dari IV. Namun tidak menutup kemungkinan terdapar variabel lain yang
belum diukur.
Berikut tabel Crosstab yang dapat membantu kebutuhan analisis
Bab V.
Tabel 4.10 Hasil Crosstab
Variabel Pearson Chi- Keterangan
40
Square
QWL Jenis kelamin Ada asosiasi
(0,023)
Usia (0,967) Tidak ada
asosiasi
Lamanya bekerja Tidak ada
(0,841) asosiasi
Divisi Tidak ada
(0.568) asosiasi
41
No. Label Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Rendah 1 1.1
2. Rendah 14 15.6
3. Sedang 35 38.9
4. Tinggi 23 36.7
5. Sangat Tinggi 7 7.8
Total 90 100.0
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Pembahasan
Pada uji hipotesis menunjukan nilai Sig. 0.019 < 0,05 maka artinya menerima Hi
dan menolak Ho dengan kata lain pada data diatas terdapat hubungan signifikan
antara Quality of Work Life dan Pysical Work Environment.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh (Kiriago Bwisa, 2013), yang menyatakan bahwa lingkungan kerja merupakan
faktor utama yang memengaruhi kualitas kehidupan kerja para karyawan. Penelitian
kedua yang mendukung ialah yang dilakukan oleh (Joseph, 2016), yang menyatakan
lingkungan kerja fisik dan non fisik memberikan pengaruh yang kuat bagi
produktivitas karyawan, baik secara bersamaan maupun terpisah.
Hal ini didukung juga oleh penelitian terdahulu yakni skripsi yang disusun oleh
(Widiastuti, 2009) bahwa terdapat hubungan cukup baik namun pada penelitian ini
karyawan pada perusahaan tersebut kurang menaati peraturan perusahaan yang telah
ada.
Terdapat faktor-faktor yang juag mempengaruhi hubungan lingkungan kerja fisik
dan QWL, menurut (Sedarmayanti, 2001), lingkungan kerja fisik dibagi menjadi dua
kategori, yakni:
1. Lingkungan yang berhubungan langsung dengan karyawan (seperti: meja,
kursi, dan sebagainya).
42
2. Lingkungan perantara atau lingkungan umum yang dapat mempengaruhi
kondisi manusia (seperti: temperatur, kelembapan, sirkulasi udara,
pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain
lain) .
Dengan melihat pada teori diatas memang dapat dinyatakan bahwa terdapat
hubungan antara lingkungan kerja fisik dan kualitas hidup para karyawan atau
Quality of Work Life.
5.2 Implikasi
5.2.1. Implikasi Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu mengatasi masalah dalam
perusahaan dengan melihat faktor-faktor yang dibutuhkan dengan melihat
teori lingkungan kerja fisik dan non fisik.
5.2.2. Implikasi Praktis
Pada penelitian selanjutnya diharapkan memakai subjek yang lebih banyak
agar hasil lebih representatif.
5.3 Kelemahan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti telah melakukan metode dan memilih metode sesuai
yang dibutuhkan. Peneliti juga menyadari bahwa akan ada kelemahan dalam sebuah
penelitiam:
5.3.1. Peneliti tidak mempertimbangkan variabel lain yang juga berpengaruh
pada kepuasaan kerja karywan.
5.3.2. Peneliti hanya mengukur lingkungan kerja fisik, yang seharusnya
lingkungan kerja psikis berpengaruh besar pada kepuasaan kerja para
karyawan.
5.4 Simpulan
5.4.1. Pada saat uji normalitas menunjukan nilai Sig. 0,200 > 0,05
dinyatakan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
43
5.4.2. Pada saat uji lineritas menunjukan nilai Sig 0,212 > 0,05 dinyatakan
bahwa data tersebut tidak signifikan dan tidak linear.
5.4.3. Pada saat uji asumsi hanya satu syarat yang dapat memenuhi untuk
lanjut pada tahap uji korelasi. Namun jika hanya uji normalitas yang
mempunyai nilai Sig. terpenuhi, maka peneliti memilih metode uji
hipotesis Non – Parametrik
5.5 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, peneliti masih merasa
banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi data maupun hasil pengolahan
data. Namun ini adalah bentuk dari sebuah proses untuk menjadi lebih baik lagi di
kemudian hari. Oleh karena itu peneliti akan memberikan beberapa saran yang
diharapkan berguna untuk bahan pertimbangan bagi perusahan maupun bagi
penlitian selanjutnya, saran dijabarkan sebagai berikut:
5.5.1 Saran Teoritis
3. Pada peneliti selanjutnya jika akan meneliti dengan judul yang sama
diharapkan lebih melihat variabel lain yang saling mempengaruhi.
4. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat lebih banyak menggunakan
subjek agar hasil penelitian dapat lebih representative.
5.5.2 Saran Praktis
1. Bagi pihak perusahaan diharapkan dapat meningkatkan sistem kerja
karyawan yang lebih baik lagi dan lebih menjalin kedekatan pada setiap
karyawan agar dapat mengetahui lebih banyak apa yang diinginkan para
karyawan dari segi materil maupu non materil. Non materil tersebut dapat
berupa pengalokasian lingkungan kerja fisik yang baik.
2. Bagi pihak karyawan diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya agar apa
yang ingin dicapai perusahaan dapat berhasil. Serta dapat menjalin relasi
baik dengan para karyawan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
44
Amstrong, M. (2009). Armstrong’s handbook of human resource
management practice, 11th ed. Chapter 19, pp: 317-331; Chapter 59, pp:
976-979. London and Philadelphia: Kogan Page.
Halim, L. (2013). Indonesia: Using benefits effectively. Benefits &
Compensation International, 1-6.
Hasan, M. Iqbal. (2001). Pokok-pokok Materi Statistik I (Statistik
Deskriptif). Jakarta: Penerbit Bumi Aksara
Hellen, D. (2014). SURVEI SDM PERBANKAN: Turn Over Karyawan
15%, Motif Utamanya Cari Tunjangan Lebih Menjanjikan. Retrieved
Maret 5, 2018, from finansial.bisnis.com:
http://finansial.bisnis.com/read/20140515/90/228134/survei-sdm-
perbankan-turn-over-karyawan-15-motif-utamanya-cari-tunjangan-lebih-
menjanjikan
Helmi, Avin Fadilla. (1999). Beberapa Teori Psikologi Lingkungan. http
://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/psikologilingkungan_avin.pdf. Diakses
tanggal 10 Maret 2018
Joseph, I. (2016). Analysis the influence of physical work environment
and non-physical work environment on employee productivity in General
Hospital GMIM Kalooran Amurang South Minahasa Regency. Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi, 407-420.
Kanten, S., & Sadullah, O. (2012). An empirical research on relationship
quality of work life and work engagement. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 360-366.
Kiriago, A. N., & Bwisa, H. M. (2013). Working environment factors that
affect quality of work life among attendants in petrol stations in Kitale
Town in Kenya. International Journal of Academic Research in Business
and Social Sciences, 289-296.
Mashareen, Z. S. (2016). Survei tingkat kepuasan kerja karyawan PT. X
melalui alat ukur Job Satisfication Scale. Widyakala, 20.
45
Omar, A. S., Rashid, W. E., & Majid, A. A. (2014). Motivations using
social networking sites on quality of work life. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 524-531.
Putri, P. (2012, November 13). Konspetualisasi dan Operasionalisasi.
Retrieved March 12, 2018, from Analisis Hubungan Internasional:
http://putrinyaperwira-fisip09.web.unair.ac.id/artikel_detail-64794-
Analisis%20Hubungan%20Internasional-
Konseptualisasi%20dan%20Operasionalisasi.html
Razak, N. A., Ma'amor, H., & Hassan, N. (2016). Measuring reliability
and validity instruments of work environment toward quality of work life.
Procedia Economics and Finance, 520-528.
Raziq, A., & Maulabakhsh, R. (2015). Impact of working environment on
job satisfaction. Procedia Economic and Finance, 717-725.
Sedarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja.
Jakarta: Mandar Maju.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Suryana. (2010). Metodologi Penelitian.
Team Quality of Work Life Survey. (2007). European foundation for the
improvement of living and working conditions: Finnish quality of work
life surveys. Diambil dari www.eurofound.europa.eu
Timossi, L. d., Pedroso, B., Francisco, A. C., & Pilatti, L. A. (2008).
Evaluation of quality of work life: An adaption from the Walton's QWL
model. XIV International Conference on Industrial Engineering and
Operations Management (pp. 1-17). Rio de Janeiro: ICIEOM.
Widiastuti, F. (2009). Penilaian Faktor Fisik Lingkungan Kerja Di Bagian
Produksi Sebagai Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Di
PT.PHAPROS Tbk Semarang.
FILE PDF:
46
https://www.haygroup.com/downloads/in/Retention%20study%20India%
20press%20release%20Final.pdf
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Divisi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
47
Total 90 100.0 100.0
Lama_Bekerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
df 190
Sig. .000
Component Matrixa
Component
PWE_AC_1 .665
PWE_S_2 .476
PWE_LC_3 .501
PWE_SH_4 .724
PWE_AC_6 .724
PWE_S_7 .551
PWE_LC_8 .659
PWE_SH_9 .660
PWE_AC_11 .647
PWE_S_12 .627
48
PWE_SH_14 .608
PWE_SS_15 .595
PWE_AC_16 .681
PWE_S_17 .659
PWE_LC_18 .596
PWE_SH_19 .783
PWE_SS_20 .625
PWE_AC_21 .724
PWE_S_22 .607
PWE_SS_25 .453
df 406
Sig. .000
Component Matrixa
Component
QWL_AFC_1 .589
QWL_AFC_2 .423
QWL_AFC_3 .582
QWL_AFC_4 .444
QWL_SHWC_6
QWL_SHWC_8 .693
QWL_SHWC_9 .449
QWL_SHWC_10 .668
QWL_UDHC_11 .421
QWL_UDHC_12 .569
QWL_UDHC_14 .414
QWL_UDHC_15 .480
QWL_CGS_16 .615
49
QWL_CGS_17 .579
QWL_CGS_19 .519
QWL_SIWO_21 .661
QWL_SIWO_22 .611
QWL_SIWO_23 .593
QWL_CWO_24 .737
QWL_CWO_25 .668
QWL_CWO_26 .530
QWL_CWO_27 .647
QWL_WTS_28 .786
QWL_WTS_30 .545
QWL_SRWL_31 .630
QWL_SRWL_32 .731
QWL_SRWL_33 .714
QWL_SRWL_34 .710
QWL_SRWL_35 .759
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.920 20
Item-Total Statistics
50
PWE_SH_4 47.3667 127.943 .686 .913
PWE_AC_6 47.7889 131.607 .672 .914
PWE_S_7 47.7111 134.275 .509 .917
PWE_LC_8 47.8667 133.780 .609 .915
PWE_SH_9 47.7333 130.288 .610 .915
PWE_AC_11 47.5667 129.866 .609 .915
PWE_S_12 47.6556 134.049 .578 .916
PWE_SH_14 48.0889 135.902 .548 .916
PWE_SS_15 47.7000 133.336 .531 .917
PWE_AC_16 47.5000 131.129 .617 .915
PWE_S_17 47.5667 132.226 .605 .915
PWE_LC_18 48.0778 136.612 .538 .917
PWE_SH_19 47.3111 127.205 .739 .912
PWE_SS_20 48.0778 134.185 .566 .916
PWE_AC_21 47.4556 130.431 .691 .913
PWE_S_22 47.4667 132.499 .561 .916
PWE_SS_25 48.1333 138.566 .406 .919
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.931 29
Item-Total Statistics
51
QWL_SHWC_10 104.1000 156.158 .625 .928
QWL_UDHC_11 104.7000 157.044 .398 .932
QWL_UDHC_12 104.3222 157.052 .552 .929
QWL_UDHC_14 104.5444 159.711 .394 .931
QWL_UDHC_15 103.7778 161.366 .417 .931
QWL_CGS_16 104.3444 154.992 .565 .929
QWL_CGS_17 104.5111 156.859 .528 .929
QWL_CGS_19 105.0222 156.921 .496 .930
QWL_SIWO_21 103.9333 157.883 .595 .929
QWL_SIWO_22 103.9222 157.241 .552 .929
QWL_SIWO_23 104.4222 157.842 .548 .929
QWL_CWO_24 104.1333 155.735 .676 .928
QWL_CWO_25 104.3444 154.745 .633 .928
QWL_CWO_26 104.4000 157.613 .492 .930
QWL_CWO_27 104.3778 156.710 .612 .928
QWL_WTS_28 104.3333 151.596 .762 .926
QWL_WTS_30 104.5667 156.765 .510 .930
QWL_SRWL_31 104.5778 155.483 .598 .929
QWL_SRWL_32 103.8778 156.873 .669 .928
QWL_SRWL_33 104.1333 155.937 .647 .928
QWL_SRWL_34 104.0556 156.345 .647 .928
QWL_SRWL_35 104.2000 154.746 .708 .927
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
52
Quadratic .180 9.531 2 87 .000 211.608 -2.502 .018
Cubic .206 7.431 3 86 .000 139.024 1.111 -.038 .000
Correlations
Total_QWL Total_PWE
53
Total_PWE Correlation Coefficient -.171* 1.000
N 90 90
Spearman's rho Total_QWL Correlation Coefficient 1.000 -.217*
N 90 90
N 90 90
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Usia
Rendah 2 7 4 1 0 14
Sedang 2 13 14 6 0 35
Tinggi 2 11 15 4 1 33
Sangat Tinggi 1 3 2 1 0 7
Total 7 35 35 12 1 90
Chi-Square Tests
54
Total_QWL (Binned) * Jenis_Kelamin Crosstabulation
Count
Jenis_Kelamin
Rendah 8 6 14
Sedang 5 30 35
Tinggi 14 19 33
Sangat Tinggi 3 4 7
Total 30 60 90
Chi-Square Tests
Lama_Bekerja
Rendah 0 8 6 0 14
Sedang 2 15 14 4 35
Tinggi 1 15 14 3 33
Sangat Tinggi 1 2 4 0 7
55
Total 4 41 38 7 90
Chi-Square Tests
Divisi
Rendah 0 2 2 10 14
Sedang 2 4 3 26 35
Tinggi 5 8 4 16 33
Sangat Tinggi 0 0 1 6 7
Total 7 14 10 59 90
Chi-Square Tests
56
Total_QWL (Binned)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total_PWE (Binned)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
57
OUTPUT (LINAWATI)
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Divisi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Lama_Bekerja
58
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
df 190
Sig. .000
Component Matrixa
Component
PWE_AC_1 .665
PWE_S_2 .476
PWE_LC_3 .501
PWE_SH_4 .724
PWE_AC_6 .724
PWE_S_7 .551
PWE_LC_8 .659
PWE_SH_9 .660
PWE_AC_11 .647
PWE_S_12 .627
PWE_SH_14 .608
PWE_SS_15 .595
PWE_AC_16 .681
PWE_S_17 .659
59
PWE_LC_18 .596
PWE_SH_19 .783
PWE_SS_20 .625
PWE_AC_21 .724
PWE_S_22 .607
PWE_SS_25 .453
df 406
Sig. .000
Component Matrixa
Component
QWL_AFC_1 .589
QWL_AFC_2 .423
QWL_AFC_3 .582
QWL_AFC_4 .444
QWL_SHWC_6
QWL_SHWC_8 .693
QWL_SHWC_9 .449
QWL_SHWC_10 .668
QWL_UDHC_11 .421
QWL_UDHC_12 .569
QWL_UDHC_14 .414
QWL_UDHC_15 .480
QWL_CGS_16 .615
QWL_CGS_17 .579
QWL_CGS_19 .519
QWL_SIWO_21 .661
QWL_SIWO_22 .611
60
QWL_SIWO_23 .593
QWL_CWO_24 .737
QWL_CWO_25 .668
QWL_CWO_26 .530
QWL_CWO_27 .647
QWL_WTS_28 .786
QWL_WTS_30 .545
QWL_SRWL_31 .630
QWL_SRWL_32 .731
QWL_SRWL_33 .714
QWL_SRWL_34 .710
QWL_SRWL_35 .759
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.920 20
Item-Total Statistics
61
PWE_SH_9 47.7333 130.288 .610 .915
PWE_AC_11 47.5667 129.866 .609 .915
PWE_S_12 47.6556 134.049 .578 .916
PWE_SH_14 48.0889 135.902 .548 .916
PWE_SS_15 47.7000 133.336 .531 .917
PWE_AC_16 47.5000 131.129 .617 .915
PWE_S_17 47.5667 132.226 .605 .915
PWE_LC_18 48.0778 136.612 .538 .917
PWE_SH_19 47.3111 127.205 .739 .912
PWE_SS_20 48.0778 134.185 .566 .916
PWE_AC_21 47.4556 130.431 .691 .913
PWE_S_22 47.4667 132.499 .561 .916
PWE_SS_25 48.1333 138.566 .406 .919
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.931 29
Item-Total Statistics
62
QWL_UDHC_15 103.7778 161.366 .417 .931
QWL_CGS_16 104.3444 154.992 .565 .929
QWL_CGS_17 104.5111 156.859 .528 .929
QWL_CGS_19 105.0222 156.921 .496 .930
QWL_SIWO_21 103.9333 157.883 .595 .929
QWL_SIWO_22 103.9222 157.241 .552 .929
QWL_SIWO_23 104.4222 157.842 .548 .929
QWL_CWO_24 104.1333 155.735 .676 .928
QWL_CWO_25 104.3444 154.745 .633 .928
QWL_CWO_26 104.4000 157.613 .492 .930
QWL_CWO_27 104.3778 156.710 .612 .928
QWL_WTS_28 104.3333 151.596 .762 .926
QWL_WTS_30 104.5667 156.765 .510 .930
QWL_SRWL_31 104.5778 155.483 .598 .929
QWL_SRWL_32 103.8778 156.873 .669 .928
QWL_SRWL_33 104.1333 155.937 .647 .928
QWL_SRWL_34 104.0556 156.345 .647 .928
QWL_SRWL_35 104.2000 154.746 .708 .927
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
63
Correlations
Total_QWL Total_PWE
N 90 90
64
Spearman's rho Total_QWL Correlation Coefficient 1.000 -.217*
N 90 90
N 90 90
Usia
Rendah 2 7 4 1 0 14
Sedang 2 13 14 6 0 35
Tinggi 2 11 15 4 1 33
Sangat Tinggi 1 3 2 1 0 7
Total 7 35 35 12 1 90
Chi-Square Tests
65
Total_QWL (Binned) * Jenis_Kelamin Crosstabulation
Count
Jenis_Kelamin
Rendah 8 6 14
Sedang 5 30 35
Tinggi 14 19 33
Sangat Tinggi 3 4 7
Total 30 60 90
Chi-Square Tests
Lama_Bekerja
Rendah 0 8 6 0 14
Sedang 2 15 14 4 35
Tinggi 1 15 14 3 33
Sangat Tinggi 1 2 4 0 7
Total 4 41 38 7 90
66
Chi-Square Tests
Divisi
Rendah 0 2 2 10 14
Sedang 2 4 3 26 35
Tinggi 5 8 4 16 33
Sangat Tinggi 0 0 1 6 7
Total 7 14 10 59 90
Chi-Square Tests
67
Total_QWL (Binned)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total_PWE (Binned)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
68