Anda di halaman 1dari 23

Biodata Sultan Hasanuddin

Nama : Sultan Hasanuddin


Nama Lain : I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe
Julukan : Ayam Jantan Dari Timur
Lahir : Makassar, 12 Januari 1631
Wafat : Makassar, 12 Juni 1670
Orang Tua : Sultan Malikussaid (ayah), I Sabbe To’mo Lakuntu (ibu)
Saudara : Patimang Daeng Nisaking Karaeng Bonto Je’ne, Karaeng Bonto Majanang, Karaeng
Tololo
Istri : I Bate Daeng Tommi, I Mami Daeng Sangnging, I Daeng Talele dan I Hatijah I Lo’mo
Tobo
Anak : Karaeng Galesong, Sultan Amir Hamzah, Sultan Muhammad Ali.

Biografi Sultan Hasanuddin

Beliau lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 dan meninggal di Makassar,
Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun, adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan
nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng
Mattawang Karaeng Bonto Mangepe.

Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri
Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. Oleh Belanda ia di
juluki sebagai Ayam Jantan Dari Timur atau dalam bahasa Belanda disebut de Haav van de
Oesten karena keberaniannya melawan penjajah Belanda. Beliau diangkat menjadi Sultan ke 6
Kerajaan Gowa dalam usia 24 tahun (tahun 1655). Menggantikan ayahnya Sultan Malikussaid
yang wafat.

Selain bimbingan dari ayahnya, Sultan Hasanuddin mendapat bimbingan mengenai


pemerintahan melalui Karaeng Pattingaloang, seorang Mangkubumi kerajaan Gowa. Beliau juga
merupakan guru dari Arung Palakka, yang merupakan raja Bone.

Perjuangan Sultan Hasanuddin

Dibawah kepemimpinan Sultan Hasanuddin, kerajaan Gowa mencapai puncak kejayaannya.


Beliau merupakan putera kedua dari Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke-15. Sultan Hasanuddin
memerintah Kerajaan Gowa, ketika Belanda yang diwakili VOC sedang berusaha menguasai
perdagangan rempah-rempah.

Dalam Biografi Sultan Hasanuddin, VOC Belanda sedang berusahan melakukan monopoli
perdagangan rempah-rempah melihat Sultan Hasanuddin dan kerajaan Gowa sebagai
penghalang mereka. Orang Makassar dapat dengan leluasa ke Maluku untuk membeli rempah-
rempah. Hal inilah yang menyebabkan Belanda tidak suka.

Reruntuhan Benteng Somba Opu


Sejak pemerintahan Sultan Alauddin hingga Sultan Hasanuddin, Kerajaaan Gowa tetap
berpendirian sama, menolak keras monopoli perdagangan yang dilakukan oleh VOC Belanda.
Saat itu Gowa merupakan kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang menguasai jalur
perdagangan.

Pada tahun 1666, di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman, Kompeni berusaha
menundukkan kerajaan-kerajaan kecil, tetapi belum berhasil menundukkan Gowa yang dikenal
memiliki armada laut yang tangguh. dan juga pertahanan yang kuat melalui benteng Somba
Opu.

Tak ada cara lain yang dapat ditempuh oleh Belanda selain menghancurkan kerajaan Gowa yang
dianggap mengganggu mereka. Di lain pihak, setelah Sultan Hasanuddin naik takhta, ia berusaha
menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia bagian timur untuk melawan
Kompeni Belanda. Peperangan antara VOC dan Kerajaan Gowa (Sultan Hasanuddin) dimulai
pada tahun 1660.

Sejarah Sultan Hasanuddin dan Arung Palakka

Saat itu Belanda dibantu oleh Kerajaan Bone dibawah pimpinan Arung Palakka yang merupakan
kerajaan taklukan dari Kerajaan Gowa. Namun armada kerajaan Gowa yang masih sangat kuat
membuat Kerajaan Gowa tidak dapat ditaklukkan.

Pada peperangan tersebut, Panglima Bone, Tobala akhirnya tewas tetapi Arung Palakka berhasil
meloloskan diri bahkan kerajaan Gowa mencarinya hingga ke Buton. Perang tersebut berakhir
dengan perdamaian. Berbagai peperangan kemudian perdamaian dilakukan.
Akan tetapi, perjanjian damai tersebut tidak berlangsung lama karena Sultan Hasanuddin yang
merasa dirugikan kemudian menyerang dan merompak dua kapal Belanda , yaitu de Walvis dan
Leeuwin. Belanda pun marah besar.

Arung Palakka yang dari tahun 1663 berlayar dan menetap di Batavia menghindari kejaran
kerajaan Gowa kemudian membantu VOC dalam mengalahkan kerajaaan Gowa yang ketika itu
dipimpin oleh Sang Ayam Jantan dari Timur, Sultan Hasanuddin.

VOC Belanda mengirimkan armada perangnya yang besar yang dipimpin oleh Cornelis
Speelman. Ia dibantu oleh Kapiten Jonker dan pasukan bersenjatanya dari Maluku serta Arung
Palakka, penguasa Kerajaan Bone yang ketika itu mengirimkan 400 orang sehingga total
pasukan berjumlah 1000 orang yang diangkut 21 kapal perang bertolak dari Batavia menuju
kerajaan Gowa pada bulan November 1966.

Pecahnya Perang Makassar

Dalam Biografi Sultan Hasanuddin, Perang besar kemudian terjadi antara Kerajaan Gowa
melawan Belanda yang dibantu oleh Arung Palakka dari Bone yang kemudian dikenal dengan
Perang Makassar. Sultan Hasanuddin akhirnya terdesak dan akhirnya sepakat untuk
menandatangani perjanjian paling terkenal yaitu Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November
1667.

Makam Sultan Hasanuddin di Gowa, Sulawesi Selatan


Pada tanggal 12 April 1668, Sultan Hasanuddin kembali melakukan serangan terhadap Belanda.
Namun karena Belanda sudah kuat maka Benteng Sombaopu yang merupakan pertahanan
terakhir Kerajaan Gowa berhasil dikuasai Belanda. Yang akhirnya membuat Sultan Hasanuddin
mengakui kekuasaan Belanda.

Sultan Hasanuddin Wafat

Walaupun begitu, Hingga akhir hidupnya, Sultan Hasanuddin tetap tidak mau bekerjasama
dengan Belanda. Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dari takhta kerajaan Gowa
dan wafat pada tanggal 12 Juni 1670. Dan dimakamkan di kompleks pemakaman raja-raja Gowa
di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
I Bate Daeng Tommi, I Mami Daeng Sangnging, I Daeng Talele dan I Hatijah I Lo’mo Tobo
merupakan nama-nama dari Istri Sultan Hasanuddin. Ketika beliau wafat, beliau digantikan
oleh I Mappasomba Daeng Nguraga atau dikenal dengan Sultan Amir Hamzah yang merupakan
anak dari Sultan Hasanuddin, selain anak bernama Sultan Muhammad Ali dan karaeng
Galesong.

Perjuangan melawan Belanda selanjutnya dilaukan oleh Karaeng Galesong yang berlayar hingga
ke Jawa membantu perlawanan dari Trunojoyo dan Sultan Ageng Tirtayasa di Banten melawan
Belanda.

Untuk Menghormati jasa-jasanya, Pemerintah Indonesia kemudian menganugerahkan gelar


Pahlawan Nasional kepada Sultan Hasanuddin dengan SK Presiden Ri No 087/TK/1973.

Nama Sultan Hasanuddin juga diabadikan sebagai nama Bandar Udara di Makassar yakni
Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin, selain itu namanya juga dipakai sebagai nama
Universitas Negeri di Makassar yakni Universitas Hasanuddin dan menjadi nama jalan di
berbagai daerah.
Biografi Kapitan Pattimura

Asal Usul Pattimura

Ayah Pattimura bernama Frans Matulessy dan ibunya bernama Fransina Tilahoi, Pattimura lahir
pada tanggal 8 Juni 1783, di wilayah bernama Haria di daerah Saparua, Maluku Tengah menurut
versi pemerintah Indonesia.

Pattimura Menurut Para Sejarawan

M. Sapija yang menulis buku mengenai Sejarah Perjuangan Pattimura (1954), mengatakan
bahwa Pattimura lahir di daerah bernama Hualoy, Seram Selatan, ia menulis :

“…Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina
(Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali
Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahualu. Sahualu bukan nama
orang tetapi nama sebuah negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan – M.
Sapija (1954).

Kemudian sejarawan Prof. Mansyur Suryanegara punya pendapat lain dalam bukunya yang
berjudul Api Sejarah (2009) mengatakan bahwa nama asli Pattimura adalah Ahmad Lussy atau
dalam bahasa Maluku disebut sebagai Mat Lussy yang lahir di Hualoy, Seram Selatan.

Pattimura menurut Mansyur adalah seorang bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang ketika
itu diperintah oleh Sultan Abdurrahman yang dikenal pula dengan nama Sultan Kasimillah.
Dalam bahasa Maluku disebut

Dari sejarah tentang Pattimura yang ditulis M Sapija, gelar Kapitan adalah pemberian Belanda.
Padahal menurut Sejarawan Prof. Mansyur Suryanegara, leluhur bangsa ini, dari sudut sejarah
dan antropologi, adalah homo religiosa (makhluk agamis).

Keyakinan mereka terhadap sesuatu kekuatan di luar jangkauan akal pikiran mereka,
menimbulkan tafsiran yang sulit dicerna rasio modern. Oleh sebab itu, tingkah laku sosialnya
dikendalikan kekuatan-kekuatan alam yang mereka takuti.
Jiwa mereka bersatu dengan kekuatan-kekuatan alam, kesaktian-kesaktian khusus yang dimiliki
seseorang. Kesaktian itu kemudian diterima sebagai sesuatu peristiwa yang mulia dan suci.

Bila ia melekat pada seseorang, maka orang itu adalah lambang dari kekuatan mereka. Dia
adalah pemimpin yang dianggap memiliki kharisma.

Sifat-sifat itu melekat dan berproses turun-temurun. Walaupun kemudian mereka sudah
memeluk agama, namun secara genealogis/silsilah/keturunan adalah turunan pemimpin atau
kapitan. Dari sinilah sebenarnya sebutan “kapitan” yang melekat pada diri Pattimura itu bermula
menurut Prof. Mansyur Suryanegara.

Perjuangan Pattimura Melawan Belanda

Sebelum melakukan perlawanan terhadap VOC, Pattimura pernah berkarier dalam militer
sebagai mantan sersan Militer Inggris. Kata “Maluku” berasal dari bahasa Arab Al Mulk atau Al
Malik yang berarti Tanah Raja-Raja. mengingat pada masa itu banyaknya kerajaan

Sebab Perang Pattimura (Perang Maluku)

Pada tahun 1816 pihak Inggris menyerahkan kekuasaannya kepada pihak Belanda dan kemudian
Belanda menetrapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas tanah (landrente), pemindahan
penduduk serta pelayaran Hongi (Hongi Tochten).

Belanda juga mengabaikan Traktat London I antara lain dalam pasal 11 memuat ketentuan
bahwa Residen Inggris di Ambon harus merundingkan dahulu pemindahan koprs Ambon dengan
Gubenur.

Dan dalam perjanjian tersebut juga dicantumkan dengan jelas bahwa jika pemerintahan Inggris
berakhir di Maluku. Maka para serdadu-serdadu Ambon harus dibebaskan dalam artian berhak
untuk memilih untuk memasuki dinas militer pemerintah baru atau keluar dari dinas militer.

Akan tetapi dalam pratiknya pemindahan dinas militer ini dipaksakan Kedatangan kembali
kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat. Hal ini disebabkan
karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad.

Pecahnya Perang Pattimura (Perang Maluku)

Dalam biografi kapitan pattimura diketahui bahwa rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat
senjata di bawah pimpinan Kapitan Pattimura Maka pada waktu pecah perang melawan penjajah
Belanda tahun 1817
Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan
panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sfat kesatria (kabaressi). Sebagai
panglima perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya.

Sebagai pemimpin dia berhasil mengkoordinir Raja-raja Patih dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun
benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para Raja
Patih maupun rakyat biasa.

Dalam perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate
dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa.

Perang Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer yang
besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris
Jenderal untuk menghadapi Patimura.

Pertempuran-pertempuran yang hebat melawan angkatan perang Belanda di darat dan di laut
dikoordinir Kapitan Pattimura yang dibantu oleh para penglimanya antara lain Melchior
Kesaulya, Anthoni Rebhok, Philip Latumahina dan Ulupaha.

Pertempuran yang menghancurkan pasukan Belanda tercatat seperti perebutan benteng Belanda
Duurstede, pertempuran di pantai Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw- Ullath, Jasirah Hitu di
Pulau Ambon dan Seram Selatan.

Pattimura Tertangkap

Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu domba, tipu muslihat dan bumi
hangus oleh Belanda. Pattimura bersama para tokoh pejuang lain yang bersamanya akhirnya
dapat ditangkap.

Dalam biografi kapitan Pattimura diketahui bahwa Pattimura ditangkap oleh pemerintah
Kolonial Belanda di sebuah Rumah di daerah Siri Sori. Pattimura kemudian diadili di
Pengadilan Kolonial Belanda dengan tuduhan melawan pemerintah Belanda.

Dihukum Gantung

Pattimura kemudian dijatuhi hukuman gantung, sebelum eksekusinya di tiang gantungan,


Belanda ternyata terus membujuk Pattimura agar dapat bekerja sama dengan pemerintah
kolonial Belanda, namun Pattimura menolaknya.
Pattimura kemudian mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember
1817 di depan Benteng Victoria di kota Ambon.

Untuk jasa dan pengorbanannya itu, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai “Pahlawan
Perjuangan Kemerdekaan” oleh pemerintah Republik Indonesia.

Perdebatan Nama Asli Kapitan Pattimura

Banyak yang mengatakan bahwa Pattimura sebenarnya bernama Ahmad Lussy yang beragama
Islam, tetapi banyak juga yang meyakini bahwa Pattimura lebih dikenal dengan Thomas
Mattulessy yang identik Kristen. Inilah yang menjadikan perdebatan sampai sekarang ini.

Untuk meluruskan hal tersebut memang perlu dilakukan penelusuran sejarah tentang asal usul
Pattimura dengan data-data pendukung berupa penelitian yang berasal dari sumber-sumber yang
sifatnya otentik serta faktual.
Lukisan Wajah Asli Pattimura
Sosok diatas merupakan lukisan dari wajah Kapitan Pattimura ketika ia ditangkap oleh Belanda
pada tahun 1817. Lukisan tersebut dibuat oleh Verheul yang merupakan seorang perwira dan
penulis asal Belanda.

Lukisan tersebut ditemukan di KITLV di Leiden, Belanda. Untuk mengetahui lebih jelasnya,
pembaca dapat membaca buku yang berjudul ‘Ini Dia Aslinya Kapitan Pattimura‘ yang ditulis
oleh Luthfi Pattimura dan Kisman Latumakulita sebagai sumber referensi pembaca sekalian.

Potret wajah Pattimura yang biasa dilihat pada pecahan Uang Seribu konon dibuat setelah
kemerdekaan. Sebenarnya tidak ada yang mengetahui wajah asli dari Pattimura sebab sangat
sedikit sekali dokumentasi mengenai hal tersebut.

Lukisan Pattimura yang biasa kita lihat mungkin hanya rekaan berdasarkan imajinasi oleh
pelukis sesuai dengan karakter atau tipe orang Maluku.

Pattimura pernah berkata :

…Saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah beringin besar dan setiap beringin
besar akan tumbang tapi beringin lain akan menggantinya (demikian pula) saya katakan
kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah batu besar dan setiap batu besar akan terguling
tapi batu lain akan menggantinya.

Ucapan-ucapan puitis yang penuh tamsil itu diucapkan oleh Pattimura, pahlawan dari Maluku
yang juga merupakan pahlawan nasional.

Saat itu, 16 Desember 1817, tali hukuman gantung telah terlilit di lehernya. Dari ucapan-
ucapannya, tampak bahwa Pattimura seorang patriot yang berjiwa besar. Dia tidak takut
ancaman maut.
Wataknya teguh, memiliki kepribadian dan harga diri di hadapan musuh. Kapitan Pattimura juga
tampak optimis. Namun keberanian dan patriotisme Pattimura itu terdistorsi oleh penulisan
sejarah versi pemerintah.

M Sapija, sejarawan yang pertama kali menulis buku tentang Pattimura, mengartikan ucapan di
ujung maut itu dengan :

Pattimura-Pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-Pattimura


muda akan bangkit”

Namun menurut M Nour Tawainella, juga seorang sejarawan, penafsiran Sapija itu tidak pas
karena warna tata bahasa Indonesianya terlalu modern dan berbeda dengan konteks budaya
zaman itu. Di bagian lain, Sapija menafsirkan,

Selamat tinggal saudara-saudara”, atau “Selamat tinggal tuang-tuang”

Inipun disanggah Tawainella. Sebab, ucapan seperti itu bukanlah tipikal Pattimura yang patriotik
dan optimis. Puncak kontroversi tentang siapa Pattimura adalah penyebutan Ahmad Lussy
dengan nama Thomas Mattulessy, dari nama seorang Muslim menjadi seorang Kristen. Dan
Inilah yang menjadi perdebatan sejarah hingga sekarang ini.

Silsilah Pattimura

Mengenai Silsilah Pattimura, Pada tahun 1960an pemerintah Indonesia mengirim tim ke maluku,
tim ini terdiri dari Kapten Siahainenia bersama dengan Kapten TNI Ma’wa.

Mereka dari dari Kodam XV/Pattimura pergi ke Saparua dalam misi menggali sejarah Pattimura.
Tim ini menyurati Subuh Patty Ayau seorang (Raja) Negeri Latu, desa yang bertetangga dengan
Desa Hualoy.

Mereka memintanya untuk membawa data atau informasi mengenai Kapitan Pattimura, setelah
didapat banyak petunjuk dari warga Saparua.

Kemudian lima orang diutus sebagai perwakilan Raja Latu yang membawa data dan informasi
mengenai sejarah Kapitan Pattimura kepada dua perwira TNI.

Tanggal 20 Mei 1960 Kapten Infantri F.L. Siahainenia dan Wattimena menandatangani sebuah
daftar silsilah dari Itawaka tentang Thomas Matulessy oyang berjudul Turun Temurun Kapitan
Matulessy.

Silsilah ini baru ditandatangani oleh wakil pemerintah negeri Itawaka bernama A. Syaranamual,
pada 26 Mei 1967. Yang pada akhirnya kemudian silsilah tersebut disahkan di Jakarta dan
ditandatangani oleh Frans Hitipeuw atas nama Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional,
Ditjenbud, Depdikbud.
Daftar silsilah inilah yang menjadi rujukan mengenai sejarah Kapitan Pattimura menurut versi
pemerintah. Di tanggal 28 Mei 1967, F.D. Manuhutu mengatasnamakan Ketua Saniri Negeri
Haria, ia menandatangani sebuah daftar silsilah Thomas Matulessy berjudul Silsilah Pattimura.

Silsilah ini berbeda di nama ayah Thomas Matulessy. Versi Itawaka menyebut nama ayah
Thomas dengan Frans Matulessy, sedangkan versi Haria menyebut nama ayah Thomas dengan
Frans Pattimura.

Daftar silsilah Thomas versi Haria ini juga ditandatangani Frans Hitipeuw atas nama Pemerintah
pada 5 Oktober 1987. Jadi pada hari yang sama, Frans Hitipeuw atas nama Pemerintah
mengesahkan dua daftar silsilah Thomas Matulessy.

Kemudian pada bulan September 1976, ada versi lain mengenai daftar silsilah Thomas
Matulessy yang diberi judul Silsilah Pattimura versi Ulath. Versi ini disusun oleh I.O. Nanulaita.

Pada tanggal 5-7 Nopember 1993, diadakan sebuah forum ilmiah seminar tentang sejarah
perjuangan Pahlawam Nasional Pattimura di Kodam XV Pattimura yang dihadiri oleh para ahli
sejarah, analis, dan pemerhati sejarah.

Pertemuan ini diselenggarakan oleh Kanwil Depdikbud Provinsi Maluku di Ambon. Namun
hingga berakhirnya Seminar, belum bisa dipastikan siapa tokoh Kapitan Pattimura yang
sesungguhnya (Suara Maluku edisi 8 November 1993).

Catatan Sejarah Yang Memuat Mengenai Kepahlawanan Pattimura :

 “Verhuel Herinneringen van een reis naar Oost Indien” (1835-1836),


 J.B. Van Doren (1857), “Thomas Matulesia, Het Hoofd Der Opstandelingen Van Het
Eiland Honimoa”,
 P.H. van der Kemp (1911), “Het herstel van het Nederlandsche gezag in de Molukken
in 1817″,
 M. Sapija (1954), Sejarah Perjuangan Pattimura”, Penerbit Djambatan,
 Ben van Kaam (1977), “Ambon door de eeuwen”,
 M. Nour Tawainella (2012), “Menggali sejarah dan kearifan lokal Maluku”
 Mansyur Suryanegara (2009). “Api Sejarah”
Biodata Ki Hajar Dewantara

Nama Lengkap : Raden Mas Soewardi Soerjaningrat


Nama Panggilan : Ki Hadjar Dewantara
Lahir : Yogyakarta, 2 Mei 1889
Wafat : Yogyakarta, 26 April 1959
Agama : Islam
Orang Tua : Pangeran Soerjaningrat (Ayah), Raden Ayu Sandiah (ibu)
Saudara : Soerjopranoto
Istri : Nyi Sutartinah
Anak : Ratih Tarbiyah, Syailendra Wijaya, Bambang Sokawati Dewantara, Asti Wandansari,
Subroto Aria Mataram. Sudiro Alimurtolo.

Biografi KI Hajar Dewantara

Beliau merupakan tokoh pendidikan indonesia dan juga seorang pahlawan Indonesia. Mengenai
biografi dan profil Ki Hajar Dewantara sendiri, beliau terlahir dengan nama Raden Mas
Soewardi Soerjaningrat yang kemudian kita kenal sebagai Ki Hadjar Dewantara.

Beliau sendiri lahir di Kota Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei 1889, Hari kelahirannya kemudian
diperingati setiap tahun oleh Bangsa Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau sendiri
terlahir dari keluarga Bangsawan.
Ia merupakan anak dari GPH Soerjaningrat, yang merupakan cucu dari Pakualam III. Terlahir
sebagai bangsawan maka beliau berhak memperoleh pendidikan untuk para kaum bangsawan.

Mulai Bersekolah

Dalam banyak buku mengenai Biografi Ki Hajar Dewantara, Ia pertama kali bersekolah di ELS
yaitu Sekolah Dasar untuk anak-anak Eropa/Belanda dan juga kaum bangsawan. Selepas dari
ELS ia kemudian melanjutkan pendidikannya di STOVIA yaitu sekolah yang dibuat untuk
pendidikan dokter pribumi di kota Batavia pada masa kolonial Hindia Belanda.

Sekolah STOVIA kini dikenal sebagai fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Meskipun
bersekolah di STOVIA, Ki Hadjar Dewantara tidak sampai tamat sebab ia menderita sakit ketika
itu.

Menjadi Wartawan

Ki Hadjar Dewantara cenderung lebih tertarik dalam dunia jurnalistik atau tulis-menulis, hal ini
dibuktikan dengan bekerja sebagai wartawan dibeberapa surat kabar pada masa itu, antara lain,
Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan
Poesara. Gaya penulisan Ki Hadjar Dewantara pun cenderung tajam mencerminkan semangat
anti kolonial.

Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan
di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu,
bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan
sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah
menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan
lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung
perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut
mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya – Ki Hadjar
Dewantara.

Tulisan tersebut kemudian menyulut kemarahan pemerintah Kolonial Hindia Belanda kala itu
yang mengakibatkan Ki Hadjar Dewantara ditangkap dan kemudian ia diasingkan ke pulau
Bangka dimana pengasingannya atas permintaannya sendiri.

Pengasingan itu juga mendapat protes dari rekan-rekan organisasinya yaitu Douwes Dekker dan
Dr. Tjipto Mangunkusumo yang kini ketiganya dikenal sebagai ‘Tiga Serangkai’. Ketiganya
kemudian diasingkan di Belanda oleh pemerintah Kolonial.
Masuk Organisasi Budi Utomo

Berdirinya organisasi Budi Utomo sebagai organisasi sosial dan politik kemudian mendorong Ki
Hadjar Dewantara untuk bergabung didalamnya, Di Budi Utomo ia berperan sebagai propaganda
dalam menyadarkan masyarakat pribumi tentang pentingnya semangat kebersamaan dan
persatuan sebagai bangsa Indonesia.

Munculnya Douwes Dekker yang kemudian mengajak Ki Hadjar Dewantara untuk mendirikan
organisasi yang bernama Indische Partij yang terkenal.

Di pengasingannya di Belanda kemudian Ki Hadjar Dewantara mulai bercita-bercita untuk


memajukan kaumnya yaitu kaum pribumi. Ia berhasil mendapatkan ijazah pendidikan yang
dikenal dengan nama Europeesche Akte atau Ijazah pendidikan yang bergengsi di belanda.
Ijazah inilah yang membantu beliau untuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang akan
ia buat di Indonesia.

Di Belanda pula ia memperoleh pengaruh dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.


Pada tahun 1913, Ki Hadjar Dewantara kemudian mempersunting seorang wanita keturunan
bangsawan yang bernama Raden Ajeng Sutartinah yang merupakan putri paku alaman,
Yogyakarta.

Mengenai Biografi Ki Hajar Dewantara, Dari pernikahannya dengan R.A Sutartinah, beliau
kemudian dikaruniai dua orang anak bernama Ni Sutapi Asti dan Ki Subroto Haryomataram.
Selama di pengasingannya, istrinya selalu mendampingi dan membantu segala kegiatan
suaminya terutama dalam hal pendidikan.

Kembali Ke Indonesia dan Mendirikan Taman Siswa

Kemudian pada tahun 1919, ia kembali ke Indonesia dan langsung bergabung sebagai guru di
sekolah yang didirikan oleh saudaranya. Pengalaman mengajar yang ia terima di sekolah
tersebut kemudian digunakannya untuk membuat sebuah konsep baru mengenai metode
pengajaran pada sekolah yang ia dirikan sendiri pada tanggal 3 Juli 1922, sekolah tersebut
bernama Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa yang kemudian kita kenal sebagai Taman
Siswa.
Di usianya yang menanjak umur 40 tahun, tokoh yang dikenal dengan nama asli Raden Mas
Soewardi Soerjaningrat resmi mengubah namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara, hal ini ia
maksudkan agar ia dapat dekat dengan rakyat pribumi ketika itu.

Semboyan Ki Hadjar Dewantara

Ia pun juga membuat semboyan yang terkenal yang sampai sekarang dipakai dalam dunia
pendidikan Indonesia yaitu :

 Ing ngarso sung tulodo (di depan memberi contoh).


 Ing madyo mangun karso, (di tengah memberi semangat).
 Tut Wuri Handayani, (di belakang memberi dorongan).

Penghargaan Pemerintah Kepada Ki Hadjar Dewantara

Selepas kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tahun 1945, Ki Hadjar Dewantara kemudian
diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri pengajaran Indonesia yang kini dikenal
dengan nama Menteri Pendidikan. Berkat jasa-jasanya, ia kemudian dianugerahi Doktor
Kehormatan dari Universitas Gadjah Mada.

Selain itu ia juga dianugerahi gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan juga sebagai
Pahlawan Nasional oleh presiden Soekarno ketika itu atas jasa-jasanya dalam merintis
pendidikan bangsa Indonesia. Selain itu, pemerintah juga menetapkan tanggal kelahiran beliau
yakni tanggal 2 Mei diperingati setiap tahun sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Ki Hadjar Dewantara Wafat pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di
Taman Wijaya Brata. Wajah beliau diabadikan pemerintah kedalam uang pecahan sebesar
20.000 rupiah.
Biografi Soekarno, Sang Proklamator, Yang Ditakuti
oleh Amerika (INFOGRAFIS)

Biografi Soekarno (INFOGRAFIS) – Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas biografi
tokoh paling berpengaruh di Indonesia yaitu biografi Soekarno. Sampai saat ini bapak
proklamator Indonesia ini menjadi salah satu tokoh yang paling dikagumi di Indonesia. Beliau
merupakan pesohor di Indonesia dengan isi pidato yang menginspirasi dan membakar semangat
anak – anak muda di masanya.
Bahkan sampai saat ini isi pidato bung karno masih saja disukai dan dijadikan pembakar
semangat generasi penerus setelahnya. Sebagai presiden, Soekarno sangat disegani oleh para
pemimpin negara di dunia pada waktu itu. Soekarno dilahirkan di Surabaya tepatnya pada
tanggal 6 Juni 1901 dengan nama asli Koesno Sosrodihardjo. Beliau merupakan anak yang
berprestasi sejak kecil bahkan Soekarno mampu menguasai begitu banyak bahasa sehingga
dikenal dengan kecerdasannya di mata dunia. Berikut biodata soekarno untuk Anda.

Biografi Soekarno

 Nama lengkap : Ir. Soekarno

 Nama panggilan : Bung Karno

 Nama kecil : Kusno

 Tempat, tanggal lahir : Blitar, 6 Juni 1901

 Agama : Islam

 Nama Isteri :

o Fatmawati

o Hartini

o Ratna Sari Dewi

 Nama Anak :

o Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, Guruh (dari Fatmawati)

o Taufan, Bayu (dari Hartini)

o Kartika (dari Ratna Sari Dewi)

 Pendidikan :

o HIS di Surabaya

o Hoogere Burger School (HBS)

o Technische Hoogeschool (THS) di Bandung

 Meninggal : 21 Juni 1970

 Dimakamkan : Blitar, Jawa-Timur


Bung Karno adalah nama populer dari Soekarno. Lahir pada 6 Juni 1901 di Blitar, Jawa Timur.
Ketika Soekarno kecil, ia tidak tinggal bersama dengan orang tuanya yang berada di Blitar. Ia
tinggal bersama dengan kakeknya yang bernama Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa
Timur. Soekarno bahkan sempat mengenyam sekolah disana walau tidak sampai selesai, karena
harus ikut bersama dengan orang tuanya yang pada waktu itu pindah ke Mojokerto. Di
Mojokerto, Soekarno kemudian disekolahkan di Eerste Inlandse School dimana ayahnya juga
bekerja disitu sebagai guru. Akan tetapi kemudian ia dipindahkan pada tahun 1911 ke ELS yang
setingkat sekolah dasar untuk dipersiapkan masuk di HBS yang ada di Surabaya. Setelah tamat
dan bersekolah di HBS tahun 1915, Soekarno kemudian tinggal di rumah Haji Oemar Said
Tjokroaminoto atau HOS Cokroaminoto yang merupakan sahabat dari ayah Soekarno.
Darisanalah Soekarno kenal dengan dunia perjuangan yang membuatnya menjadi pejuang sejati.

Biografi Soekarno : Momen Bersejarah 17 Agustus 1945

Presiden Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI. Sumber: Republika

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan


kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Jepang dimana pada tanggal ini juga diperingati sebagai
Hari Kemerdekaan Indonesia yang juga membuat Soekarno diangkat menjadi presiden pertama
Indonesia. Dalam biografi Soekarno, ia berhasil membentuk pancasila dengan timnya sebagai
dasar negara Indonesia.

Dengan proklamasi kemerdekaan ini juga membuat kawannya Mohammad Hatta dinobatkan
sebagai wakil presiden pertama Indonesia mendampingi Soekarno. Diluar sosoknya sebagai
Bapak Bangsa Indonesia, tidak banyak orang yang tahu jika Soekarno pernah menikah sebanyak
sembilan kali. Kharisma yang luar biasa dimiliki oleh Soekarno melalui penuturan orang – rang
yang dekat dengannya membuat wanita cantik terkesima dan kemudian dijadikan istri Soekarno.
Beliau tertarik dengan wanita sederhana dan sopan. Salah satu istrinya Fatmawati pernah
bertanya pada presiden Soekarno mengenai wanita yang berpenampilan seksi. Beliau menjawab
bahwa wanita yang penampilannya sopan dan sederhana lebih menarik dan lebih ia sukai.
Menurut Soekarno kecantikan seorang wanita terlihat dari keaslian, tutur bahasanya, sikapnya
dan kesederhanaan yang terpancar dari dalam dirinya.

Itulah biografi Soekarno yang dapat menjadi teladan atas perjuangan sejak kecil sampai menjadi
bapak presiden pertama Indonesia yang dikenal dunia. Semoga biografi Soekarno ini dapat
bermanfaat dan membuatmu makin mengagumi sosok bapak presiden pertama kita ya. Ikuti
terus artikel biodata lainnya hanya di AkuPaham.
Bertahun-tahun dijajah oleh para penjajah, pada akhirnya Indonesia pun bisa mengumandangkan
kemerdekaan. Kemerdekaan Indonesia yang bertepatan dengan tanggal 17 Agustus puluhan
tahun silam tentu tidak akan bisa dilepaskan dari jasa para pahlawan yang telah gugur dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ini. Salah satu pahlawan pemberani yang namanya
tidak akan pernah bisa dilepaskan dari sisi kemerdekaan negeri ini adalah Ir Soekarno.
Proklamator sekaligus Presiden Indonesia yang pertama ini memang memberikan begitu banyak
pengaruh hingga akhirnya Indonesia bisa merdeka. Sebagai bangsa yang menghargai
pahlawannya, ada baiknya kita bisa mengetahui biografi Soekarno, Sang Proklamator.

Masa kecil Ir Soekarno

Soekarno Kecil

Biografi Soekarno tentu harus diawali dari masa kecilnya lebih dulu sehingga Anda bisa
mengenal lebih dalam. Terlahir di Blitar tanggal 6 Juni 1901 dengan
nama Kusno Sosrodihardjo. Masa kecil Presiden Soekarno bersama kedua orang tuanya di Blitar
tidak dihabiskan dalam waktu lama. Ayahnya adalah Raden Soekemi Sosrodihardjo yang
merupakan seorang guru di Jawa, tepatnya di Surabaya. Sedangkan Ibunya adalah Ida Ayu
Nyoman Rai yang asalnya dari Buleleng, Bali. Selanjutnya Beliau tinggal dengan kakeknya
yang bernama Raden Hardjoko yang ada di Tulung Agung, Jawa Timur. Beliau sempat
bersekolah di sana meski tidak hingga selesai lantaran kembali ikut orang tuanya ke Mojokerto.

Pendidikan Ir Soekarno

Mengenal biografi Soekarno, tentu tak lengkap jika tak tahu tentang riwayat pendidikannya. Saat
di Mojokerto, ayah Ir Soekarno nmenyekolahkan Soekarno kecil di tempat sang ayah menjadi
guru. Tetapi di tahun 1911 ayahnya memindahkan Soekarno ke sekolah ELS atau Europeesche
Lagere School yang bertujuan agar nantinya Soekarno bisa mudah masuk ke HBS atau Hogere
Burger School yang ada di Surabaya. Tamat sekolah di Hogere Burger School di tahun 1915,
Soekarno selanjutnya tinggal bersama Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau kini banyak yang
lebih mengenal dengan nama H.O.S Cokroaminoto dimana beliau ini adalah teman dari ayah
Soekarno yang juga dikenal pendiri Serikat Islam.

Biografi Soekarno tentang pendidikan masih berlanjut dimana saat di rumah Cokroaminoto,
Soekarno yang masih muda pun mulai belajar dalam dunia politik. Soekarno muda juga belajar
untuk pidato dengan cara melakukannya sendiri di kamarnya di depan cermin. Di
sekolahnya, Hogere Burger School, Soekarno pun memperoleh banyak sekali ilmu terkait
banyak hal. Setelah menyelesaikan pendidikan di Hogere Burger School di tahun 1921,
kemudian Soekarno pindah ke Bandung lalu tinggal bersama Haji Sanusi yang kemudian
melanjutkan sekolah ke THS atau Technische Hooge School di jurusan teknik sipil dimana saat
ini sudah menjadi ITB lalu kemudian bisa lulus di tanggal 25 Mei 1926 sehingga mendapatkan
gelar Insinyur atau Ir.
Biografi Soekarno di masa pergerakan nasional

Biografi Soekarno memasuki masa pergerakan nasional dimana di tahun 1926 Soekarno muda
mendirikan Algemene Studie Club yang ada di Bandung. Ternyata organisasi ini jadi awal mula
mendirikannya Partai Nasional Indonesia dimana didirikan di tahun 1927. Selanjutnya aktivitas
Soekarno di Partai Nasional Indonesia pun menyebabkannya ditangkap oleh Belanja pada
Desember 1929 lalu memunculkan pledoi fenomenal saat itu yaitu Indonesia Menggugat. Beliau
kemudian dibebaskan saat 31 Desember 1931.

Selanjutnya Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia atau Partindo pada Juli 1932 dimana
partai ini adalah pecahan Partai Nasional Indonesia. Karena aktivitasnya ini, Soekarno pun
kembali ditangkap pada Agustus 1933 lalu diasingkan ke Flores. Pada kondisi ini, Soekarno pun
hampir dilupakan para tokoh nasional karena lokasinya yang jauh dan terasing. Meski begitu,
semangat Soekarno pun tidak pernah runtuh meski dalam pengasingan yang bisa tersirat dari
setiap surat ke Ahmad Hassan yang merupakan Guru Persatuan Islam. Biografi Soekarno masih
berlanjut dalam masa pengasingan yang dipindahkan ke Provinsi Bengkulu di tahun 1938.
Soekarno pun bisa bebas di masa penjajahan Jepang di tahun 1942.

Biografi Soekarno di masa penjajahan Jepang

Soekarno pada Jaman Penjajahan Jepang

Ketika awal masa penjajahan Indonesia oleh Jepang sekitar tahun 1942 sampai 1945, pemerintah
Kepang masih belum memperhatikan tokoh dari pergerakan Indonesia. Hal ini bisa terlihat dari
Gerakan 3A yang tokohnya adalah Shimizu dan Mr. Syamsuddin dimana mereka berdua kurang
populer. Tapi pada akhirnya pada masa pemerintahan Jepang, tokoh Indonesia ini kemudian
mulai diperhatikan lalu dimanfaatkan juga mulai dari Soekarno, Moh Hatta dan masih banyak
lagi beserta organisasinya, sehingga diusahakan bisa menarik perhatian dari penduduk
Indonesia.

Masih berlanjut biografi Soekarno saat masa penjajahan Jepang dimana disebutkan ragam
organisasi mulai dari Jawa Hokokai, BPUPKI, Pusat Tenaga Rakyat (Putera) hingga PPKI
dengan tokoh mulai dari Soekarno, Moh Hatta, Ki Hajar Dewantara, hingga K.H Mas Mansyur
dan tokoh yang lainnya yang aktif dalam aktivitas pergerakan nasional. Akhirnya, para tokoh
nasional ini kemudian bekerja sama bersama pemerintah Jepang dalam mencapai kemerdekaan
Indonesia. Meski begitu, tetap ada yang melakukan gerakan bawah tanah yaitu Amir Sjarifuddin
dan Sutan Syahrir, mengingat mereka menganggap jika Jepang merupakan fasis berbahaya.

Soekarno di antara para pemimpin dunia

Soekarno bersama John F. Kennedy saat berkunjung ke Amerika Serikat


Di tahun 1943, Hideko Tojo yang merupakan Perdana Menteri Jepang mengundang para tokoh
Indonesia yakni Soekarno, Moh Hatta hingga Ki Bagoes Hadikoesoemo menuju Jepang dan
langsung diterima oleh Kaisar Hirohito. Bintang kekaisaran yaitu Ratna Suci pun diberikan
kepada ketiga tokoh tersebut oleh Kaisar Hirohito. Penganugerahan ini pun menjadikan
pemerintahan pendudukan Jepang kaget lantaran karena adanya penganugerahan bintang itu
maka ketiga tokoh dari Indonesia tersebut sudah dianggap sebagai keluarga dari Kaisar Jepang
itu.

Namun saat Agustus 1945 beliau kembali diundang Marsekal Terauchi yang merupakan
pimpinan Angkatan Darat di wilayah Asia Tenggara di daerah Vietnam dimana menyatakan jika
proklamasi Indonesia adalah urusan dari rakyat Indonesia. Tetapi karena banyaknya Soekarno
berhubungan dengan pemerintahan Jepang dan badan organisasi Jepang menjadikan Soekarno
pun justru dituduh Belanda sudah bekerja sama dengan pihak Jepang misalnya dalam kasus
romusha.

Biografi Soekarno di masa perang revolusi

Menjelang persiapan Proklamasi kemerdekaan RI, Soekarno pun mulai mempersiapkan


segalanya bersama para tokoh nasional. Setelah sudah BPUPKI selesai, terbentuklah Panitia
Kecil yang beranggotakan 8 orang resmi dan Panitia Kecil yang beranggorakan sembilan orang
dimana disebut Panitia Sembilan dan menghasilakan piagam yang dikenal dengan Piagam
Jakarta dan juga PPKI. Soekarno dan Moh Hatta pun mendirikan Negara Indonesia yang
berdasar Pancasila beserta UUD 1945.

Menjelang pembacaan teks proklamasi, Presiden Soekarno menyatakan jika meski beberapa
tokoh bekerja sama dengan pihak Jepang, namun sebetulnya rakyat Indonesia tetap
mengandalkan kekuatannya sendiri dalam mengusahakan kemerdekaan. Dalam biografi
Soekarno, disebutkan jika beliau amat aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan misalnya
dengan merumuskan Pancasila, UUD 1945 hingga dasar pemerintahan Indonesia hingga
perumusan naskah proklamasi kemerdekaan juga. Beliau sempat juga dibujuk untuk bisa
menyingkir ke Rengasdengklok sehingga ada peristiwa Rengasdengklok yang selalu disebutkan
dalam sejarah bangsa Indonesia.

Setelah pertemuannya dengan Marsekal Terauchi di Vietnam, maka terjadilah peristiwa


Rengasdengklok di tanggal 16 Agustus 1945 dimana Soekarno dan Moh Hatta yang dibujuk
pemuda menyingkir ke asrama pasukan PETA di Rengasdengklok. Tokoh pemuda pembujuk
Soekarno dan Moh Hatta diantaranya adalah Soekarni, Wikana, Singgih hingga Chairul Saleh.
Pemuda ini menuntut Soekarno dan Moh Hatta untuk bisa segera memproklamasikan
kemerdekaan RI lantaran Indonesia sedang terjadi kevakuman kekuasaan.
Kevakuman kekuasaan ini sebetulnya terjadi lantaran Jepang sudah mengaku menyerah dan
pasukan sekutu pun belum tiba. Meski begitu Soekarno dan Moh Hatta tetap menolak
karenalasannya adalah masih menunggu kejelasan dari penyerahan Jepang ini. Alasan lain ini
adalah karena Soekarno sedang menunggu tanggal tepat yaitu 17 Agustus 1945 dimana saat itu
sedang bertepatan bulan Ramadhan dimana diyakini sebagai bulan turun wahyu untuk kaum
muslim yaitu Al-Qur’an sehingga proklamasi pun tetap dilakukan di tanggal 17 Agustus 1945.

Selanjutnya di tanggal 18 Agustus 1945, PPKI kemudian mengangkat Presiden dan Wakil
Presiden RI yang pertama yaitu Soekarno dan Moh Hatta. Pengangkatan ini kemudian
dikukuhkan di tanggal 29 Agustus 1945 oleh KNIP. Baru sebentar jadi Presiden, Soekarno di
tanggal 19 September 1945 sudah mampu menyelesaikan masalah tanpa adanya pertumpahan
darah yang ada di Lapangan Ikada dimana ada 200 ribu lebih rakyat Jakarta yang berencana
bentrok dengan pasukan Jepang dengan senjata yang masih lengkap.

Ketika sekutu datang dengan pimpinan saat itu adalah Letjen. Sir Phillip Christison, mereka pun
akhirnya mengakui dengan de facto kedaulatan Indonesia setelah adanya pertemuan dengan
Presiden Soekarno. Presiden pun berusaha keras untuk bisa menyelesaikan krisis yang saat itu
terjadi di Surabaya. Tetapi karena adanya provokasi dari pasukan Belanda dan membonceng
sekutu di bawah Inggris, pada akhirnya peristiwa 10 November 1945 tetap meledak yang
akhirnya menggugurkan pahlawan Brigadir Jendral A.W.S Mallaby.

Provokasi yang terus terjadi di Jakarta masa itu membuat kondisi pemerintahan cenderung sulit.
Karena itu Presiden Soekarno pun memutuskan memindah Ibukota yang awalnya di Jakarta
kemudian pindah ke Yogyakarta yang diikuti oleh Wakil Presiden beserta pejabat tinggi lain.
Kedudukan Presiden Soekarno berdasar UUD 1945 saat itu adalah selaku kepala pemerintahan
namun juga kepala negara. Namun selama adanya revolusi saat itu, sistem pemerintahannya
berubah menjadi semi presidensiil dimana Presiden Soekarno adalah kepala negara lalu Sutan
Syahrir menjadi Perdana menteri yakni kepala pemerintahannya. Hal ini adalah jalan agar
Indonesia menjadi negara yang lebih demokratis.

Namun perlu diketahui juga karena meski sistem pemerintahannya berubah, ketika revolusi
kemerdekaan kedudukan dari Presiden Soekarno sendiri tetap yang paling penting, terutama
ketika menghadapi peristiwa Madiun di tahun 1948 dan Agresi Militer Belanda II saat itu yang
menjadikan Presiden dan Wakil Presiden beserta pejabat tinggi ditahan oleh Belanda. Meski saat
itu sudah dibentuk Pemerintahan Darurat RI yang ketuanya adalah Sjarifuddin Prawiranegara,
namun kenyatan yang ada dunia internasional tetap mengakui jika Soekarno dan Moh Hatta
adalah pemimpin sesungguhnya di Indonesia sehingga dari kebijakannya saja yang mampu
menyelesaikan sengketa yang ada antara Indonesia dan Belanda.
Biografi Soekarno di masa kemerdekaan

Presiden Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI. Sumber: Republika

Setelah pemerintahan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, Presiden Soekarno pun diangkat
sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat sdengan Mohamad Hatta sebagai Perdana
menterinya. Lalu jabatan Presiden RI diberikan kepada Mr Assaat dimana dikenal sebagai RI
Jawa-Yogya saat itu. Meski begitu, karena tuntutan Indonesia menjadi yang ingin Indonesia
kembali menjadi negara kesatuan, maka 17 Agustus 1950 RIS diubah kembali menjadi RI dan
Soekarno kembali menjadi Presiden RI. Saat itu Indonesia sedang mengalami jatuh bangun
kabinet dimana Presiden Soekarno kurang percaya pada sistem multipartai dan menyebut
sebagai penyakit kepartaian.

Selain itu, Presiden Soekarno juga memberikan banyak gagasan di dunia internasional karena
keprihatinan pada nasib bangsa di Asia-Afrika yang banyak belum merdeka dan belum memiliki
hak menentukan nasib sendiri. Hal ini juga yang menjadikan Presiden Soekarno mengambil
inisiatif mengadakan Konferensi Asia Afrika di tahun 1955 saat itu di Bandung. Di Konferensi
tersebut, para pimpinan negara ini kemudian membocarakan berbagai macam persoalan mulai
dari ketimpangan, kekhawatiran kemunculan perang nuklir, ketidakadilan badan-badan
internasional dalam hal pemecahan konflik dan banyak lagi menjadi hal yang dibicarakan di
sana.

Bersama dengan Presiden Gamal Abdel Nasser (Mesir), Josip Broz Tito (Yugoslavia), U Nu
(Birma), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan) dan Jawaharlal Nehru (India), Presiden Soekarno
mengadakan Konferensi Asia Afrika dan membuahkan Gerakan Non Blok. Atas jasanya ini,
banyak negara di kawasan Asia dan Afrika yang bisa mendapatkan kemerdekaan. Meski begitu
tak sedikit juga yang mengalami konflik panjang lantaran ketidakadilan. Atas jasa besarnya
inilah tak heran jika banyak penduduk di kawasan Asia dan Afrika yang mengenal Soekarno.
Untuk bisa menjalankan politik bebas aktif dunia internasional, maka Presiden Soekarno juga
berkunjung ke beberapa negara dan bertemu para pimpinan negara lain seperti John Fitzgerald
Kennedy (Amerika Serikat), Nikita Khruschev (Uni Soviet), Mao Tse Tung (RRC) hingga Fidel
Castro (Kuba).

Masa jatuhnya sang Presiden

Soekarno Lengser dari Istana Kepresidenan

Meski banyak sekali jasa dari Presiden Soekarno, namun beliau juga mengalami masa jatuh
dimana dimulai sejak beliau berpisah dengan Wakil Presiden Moh Hatta di tahun 1956 karena
pengunduran diri Moh Hatta dari dunia politik Indonesia. Belum lagi dengan banyaknya
pemberontakan dari separatis dan terjadi di wilayah Indonesia. Puncak pemberontakan ini pun
terjadi dengan adanya G 30 S PKI dimana menjadikan Presiden Soekarno tidak mampu
memenuhi impiannya untuk menjadikan bangsa Indonesia sejahtera serta makmur.

Setelah itu Soekarno mengalami pengucilan yang dilakukan oleh Presiden pengganti yaitu
Soeharto. Soekarno yang sudah tua pun kerap sakit dan akhirnya wafat di tanggal 21 Juni 1970
di Jakarta tepatnya di Wisma Yaso. Jenazah beliau dikuburkan di Blitar dan sampai saat ini
menjadi ikon Blitar. Tiap tahun, jutaan wisatawan kerap dikunjungi wisatawan baik dari dalam
maupun luar negeri, apalagi saat ada haul Bung Karno.

Penghargaan yang diperoleh Soekarno

Penghargaan Presiden Soekarno pada 24 Mei 2956 di New York, Amerika Serikat.

Semasa hidup, Soekarno memperoleh banyak penghargaan mulai dari gelar Doktor Honoris
Causa yang didapat dari 26 universitas dari dalam dan luar negeri. Beliau juga mendapatkan
penghargaan berupa bintang kelas satu yakni The Order of the Supreme Companions yang
diberikan Thabo Mbeki yakni Presiden Afrika Selatan karena mampu mengembangkan
solidaritas secara internasional demi bisa melawan bentuk penindasan dari negara maju. Itulah
sekelumit biografi Soekarno, sang Proklamator kebanggaan Indonesia yang bisa dijadikan bahan
pembelajaran untuk seluruh rakyat Indonesia atas kegigihan, semangat dan kecerdasannya demi
membangun negara.

Anda mungkin juga menyukai