Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin


pesat, dimana telah diciptakan berbagai peralatan yang modern dalam hal
mempercepat dan mempermudah suatu pekerjaan khususnya dalam industri.
Setiap alat yang digunakan untuk dioperasikan dalam sebuah pabrik dilengkapi
dengan instrumen untuk mengukur parameter-parameter tertentu sesuai kondisi
operasi yang harus dipantau setiap saat.
Operasi di industri seperti kilang minyak dan petrokimia sangat bergantung
pada pengukuran dan pengendalian besaran proses. Beberapa besaran proses yang
harus diukur dan dikendalikan pada suatu industri tersebut misalnya aliran (flow)
di dalam pipa, tekanan (pressure) di dalam sebuah tangki, suhu di daerah
pertukaran panas (heat exchange), serta permukaan zat cair di sebuah tangki.
Pengukuran massa aliran fluida merupakan variabel penting di dalam
proses industri. Pengukuran ini bertujuan menentukan proporsi dan jumlah bahan
yang digunakan atau didistribusikan di dalam proses industri. Di dalam industri
seperti kilang minyak, pengukuran massa fluida sulit untuk dilakukan secara
manual, karena fluida yang akan diukur dalam jumlah yang sangat besar.
Untuk mengukur massa aliran dalam sebuah pipa maka digunakanlah alat
yang dinamakan flowmeter. Flowmeter memiliki beberapa jenis sesuai dengan
kebutuhannya, salah satunya adalah Coriolis mass flowmeter yang menggunakan
efek Coriolis untuk mengukur massa aliran dan densitas fluida.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk membahas
kajian ini dalam seminar mata kuliah yang berjudul “Prinsip Kerja Coriolis mass
flowmeter”
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari penulisan makalah ini, dapat dirumuskan
bahwa permasalahannya adalah “Bagaimana prinsip kerja Coriolis mass
flowmeter?”

C. Batasan Masalah
Agar pembahasan makalah ini dapat fokus dan tidak melebar, maka dibatasi
hanya untuk membahas tentang prinsip kerja Coriolis mass flowmeter.

D. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui prinsip kerja
Coriolis mass flowmeter.

E. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini nantinya adalah :
1. Memperkaya wawasan penulis tentang konsep fisika pada flowmeter
khususnya Coriolis mass flowmeter.
2. Dapat menambah ilmu pengetahun dan informasi bagi pembaca pada
umumnya dan mahasiswa fisika khususnya
3

BAB II
LANDASAN TEORETIS

1. Gaya Coriolis
Efek Coriolis melekat pada fenomena defleksi (pembelokan arah) gerak
sebuah benda pada sebuah kerangka acuan yang berputar, khususnya di
permukaan Bumi. Sebuah benda yang bergerak lurus dalam kerangka yang
berputar, akan terlihat berbelok oleh pengamat yang diam di dalam kerangka
tersebut. Bumi selalu berotasi, dan rotasi tersebut selalu menimbulkan fenomena
alam. Salah satunya adalah angin yang dikenal dengan angin utama (angin timur,
barat, dan pasat). Bumi merupakan sebuah bola (globe), kecepatan rotasi bumi
tercepat ada di khatulistiwa dan yang paling lambat adalah di kutub. Hal ini
karena bumi lebih lebar di daerah khatulistiwa sehingga sebuah titik di
khatulistiwa akan melakukan perjalanan lebih jauh dalam satu hari dibanding
dengan sebuah titik di kutub. Massa udara dari daratan kutub akan bergerak lebih
cepat ketika mencapai daerah khatulistiwa. Sebagai akibatnya massa udara akan
membelok ke arah kanan di belahan bumi utara dan ke kiri di belahan bumi
selatan. Perubahan arah massa udara ini lah yang disebut efek Coriolis. Gaya
Coriolis ini merupakan konsep penting dalam memahami secara penuh sirkulasi
atmosfer dan lautan.
Angin-angin utama itu berhembus dalam suatu arah yang hampir tetap pada
garis-garis lintang tertentu. Angin tersebut timbul karena peredaran atmosfer dan
rotasi bumi. Seandainya bumi tidak berotasi, angin akan bergerak lurus ke utara
atau ke selatan. Jadi gaya Coriolis adalah gaya semu yang timbul akibat efek dua
gerakan yaitu gerak rotasi bumi dan gerak benda relatif terhadap bumi. Gaya
Coriolis merupakan gaya yang membelokkan arah arus yang berasal dari tenaga
rotasi bumi. Pembelokan itu akan mengarah ke kanan di belahan bumi utara dan
mengarah ke kiri di belahan bumi selatan. Gaya ini mengakibatkan adanya aliran
arus angin yang searah jarum jam (ke kanan) pada belahan bumi utara dan
berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi selatan.
4

Secara matematis gaya Coriolis ditunjukkan oleh persamaan 2.1 :

𝐹𝑐 = 2Ω sin ∅v (2.1)

Dengan Ω adalah kecepatan sudut rotasi bumi (7,29 x 10-5) , Φ adalah lintang
tempat , dan v merupakan kecepatan angin. Semakin besar lintang maka semakin
besar gaya Coriolis, secara matematis membuktikan bahwa di Indonesia tidak
terjadi angin siklon
Gaya Coriolis mempengaruhi aliran massa air, dimana gaya ini akan
membelokkan arah arus air dari arah yang lurus. Gaya Coriolis juga dapat
menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan arah arus air terhadap kedalaman
suatu perairan.
Pada umumnya tenaga angin yang diberikan pada lapisan permukaan air
dapat menyebabkan timbulnya arus permukaan yang memiliki kecepatan sekitar
2% dari kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang dengan
cepat seiring makin bertambahnya kedalaman perairan sehingga angin tidak
berpengaruh sama sekali terhadap kecepatan arus air pada kedalaman ±200 m.
Pada saat kecepatan arus air berkurang, maka tingkat perubahan arah arus yang
disebabkan oleh gaya Coriolis tersebut akan meningkat. Dengan demikian
semakin dalam suatu perairan dan semakin kecil kecepatan aliran arus air maka
semakin besar pembelokan arah arus air yang dihasilkan. (Rian Hermawan, 2013)

2. Rapat Jenis (Density)


Rapat jenis suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi suatu zat tersebut dan
dinyatakan dalam massa persatuan volume. Kerapatan secara matematis dapat
ditulis dengan :
𝑚
𝜌= (2.2)
𝑣

Dimana 𝜌 adalah densitas zat (kg/m3), m massa zat (kg) dan V merupakan
volume (m3)
5

Rapat jenis dapat dipengaruhi oleh temperatur, semakin tinggi temperatur


maka kerapatan suatu fluida semakin berkurang, hal ini disebabkan oleh gaya
kohesi dari molekul molekul fluida semakin berkurang. Untuk fluida berupa air
kerapatan maksimum dicapai pada suhu 4o C (Tippler, 1998)

3. Sifat – Sifat Fluida Ideal.


Fluida ideal memiliki beberapa sifat, diantaranya adalah :
a. Inkompresibel ( tidak termampatkan)
Inkompresibel artinya volume atau massa jenis fluida tidak berubah ketika
ditekan. Zat cair merupakan contoh fluida inkompresibel sedangkan gas atau
udara merupakan fluida yang kompresibel (termampatkan).
b. Irrotasional (tidak berotasi atau tidak berputar)
Suatu aliran dikatakan irrotasional jika aliran fluida tidak diikuti perputaran
partikel penyusun fluida tersebut. Sebaliknya, jika aliran fluida diikuti dengan
perputaran partikel penyusun fluida maka aliran dikatakan aliran rotasional.
c. Aliran steady ( aliran tunak)
Aliran steady maksudnya kecepatan fluida pada tiap titik adalah konstan.
Aliran steady ini dapat dijumpai pada aliran yang memiliki kedalaman cukup
dalam, atau pada aliran yang memiliki kecepatan kecil. Contoh aliran steady
adalah aliran laminar. Aliran laminar adalah arus air memiliki arus yang
sederhana (streamline/arus tenang) seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.1

Gambar 2.1 Aliran laminar (Deteksiphysics, 2011)


6

Ketika fluida bergerak dengan kecepatan yang sangat besar, alirannya tidak lagi
tunak (non steady), aliran menjadi kacau (acak). Aliran semacam dinamakan
aliran turbulen seperti pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Aliran turbulen ( Deteksiphysics, 2011)


d. Aliran non viscous ( viskositas nol)
Aliran fluida tidak mengalami hambatan ketika bergerak. Contoh aliran non
viscous adalah aliran air karena viskositasnya rendah. Aliran viscous adalah
aliran dengan kekentalan, atau sering disebut aliran fluida pekat. Kepekatan
fluida ini tergantung pada gesekan antara beberapa partikel penyusun fluida.
(Muhammad Erlangga, 2014)

4. Persamaan Kontinuitas
Persamaan kontinuitas merupakan suatu ungkapan matematis mengenai
jumlah netto massa yang mengalir ke dalam sebuah permukaan terbatas sama
dengan pertambahan massa di dalam permukaan itu (Sears, 1962).
Jika suatu fluida kecepatan rata-ratanya v mengalir dalam suatu pipa dengan
luas penampang A, maka aliran fluida atau laju aliran dapat dituliskan dengan :
𝑄 = 𝐴𝑣 (2.3)
Dengan Q merupakan laju aliran atau laju pelepasan atau debit yang memiliki
satuan SI m3/s. Kecepatan di setiap titik dianggap sama karena telah diasumsikan
bahwa aliran tenang (Mohamad Ishaq, 2007)
Untuk fluida tak termampatkan yang alirannya tenang, persamaan tersebut
akan berbentuk seperti pada Gambar 2.3. Gambar tersebut melukiskan bagian
7

sebuah pembuluh aliran antara dua penampang melintang tetap yang luasnya A1
dan A2, serta v1 dan v2 adalah kecepatan di penampang- penampang tersebut.

Gambar 2.3 Aliran masuk dan keluar dari bagian pipa arus (Anonim, 2012).

Volume fluida yang mengalir masuk ke dalam pembuluh itu melalui A1


dalam selang waktu dt adalah sama dengan volum yang menempati unsur
berbentuk silinder yang alasnya A1 dan tingginya v1dt yaitu A1v1dt. Bila kerapatan
fluida itu 𝜌, maka massa yang mengalir masuk adalah 𝜌A1v1dt. Dengan
perhitungan yang serupa, massa yang akan dikeluarkan melalui A2 dalam waktu
yang sama adalah 𝜌A2v2dt. Volum di antara v1 dan v2 konstan, dan karena
alirannya tenang, massa yang mengalir ke luar sama dengan massa yang masuk.
Secara matematis dapat dituliskan :
𝜌𝐴1 𝑣1 = 𝜌𝐴2 𝑣2
𝐴1 𝑣1 = 𝐴2 𝑣2 (2.4)

Apabila penampang pembuluh aliran mengecil, maka kecepatan bertambah. Hal


ini mudah dibuktikan dengan memasukkan partikel kecil ke dalam fluida lalu
mengamati geraknya (Sears, 1962).

5. Persamaan Bernoulli
Bila fluida yang tak dapat dimampatkan mengalir sepanjang pembuluh
aliran penampang lintangnya tidak sama besar, maka kecepatannya akan
berubah, yaitu dapat bertambah dan berkurang, karena itu tentu adanya resultan
8

yang bekerja terhadapnya, dan ini berarti bahwa tekanan sepanjang pembuluh
aliran itu berubah, walaupun ketinggiannya tidak berubah. Untuk dua titik
ketinggiannya berbeda, perbedaan tekanan tidak hanya bergantung pada
perbedaan tinggi permukaan, tetapi juga pada perbedaan antara kecepatan di
masing-masing titik tersebut ( Sears, 1962).
Prinsip Bernoulli menyatakan bahwa apabila kecepatan fluida tinggi maka
tekanan rendah dan dimana kecepatan rendah maka tekanan tinggi. Fluida yang
bergerak dapat menimbulkan tekanan. Besarnya tekanan akibat gerakan fluida
dapat dihitung dengan konsep kekekalan energi pada aliran fluida. Energi yang
dimiliki oleh suatu fluida yang mengalir terdiri dari energi dalam dan energi
energi akibat tekanan, kecepatan dan kedudukan. Dalam arah aliran, prinsip
energi diringkas dengan suatu persamaan umum yaitu :
1
𝑃 + 𝜌𝑔ℎ + 2 𝜌𝑣 2 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (2.5)

(Tipler, 1998)

6. Sensor
Sensor adalah suatu piranti yang dapat mengubah fenomena fisis menjadi arus
atau tegangan listrik, yang diperlukan untuk suatu pengukuran, pengendali atau
informasi. Beberapa parameter fisis tersebut seperti temperatur, aliran, tekanan,
perpindahan, intensitas cahaya dan medan magnet yang dapat diukur dengan
menggunakan sensor tertentu (Mohd Syaryadhi, 2005). Secara umum berdasarkan
fungsi dan penggunaannya sensor dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu :
a. Sensor thermal (panas)
Sensor thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala
perubahan panas atau temperatur atau suhu pada suatu dimensi benda atau
dimensi ruang tertentu.
b. Sensor mekanis
Sensor mekanis adalah sensor yang mendeteksi perubahan gerak mekanis,
seperti perpindahan atau pergeseran atau posisi, gerak lurus dan melingkar,
tekanan, aliran, level dan sebagainya
9

c. Sensor optik
Sensor optik atau cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya
dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengenai benda
atau ruangan
10

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Coriolis Mass Flowmeter


Coriolis mass flowmeter ditemukan oleh ilmuwan Perancis bernama
Gaspard-Gustave de Coriolis pada tahun 1835. Gaspard- Gustave de Coriolis
mengamati gerak relatif suatu benda di dalam cakram putar (rotating wheel).
Coriolis mass flowmeter disebut juga inersia flowmeter, merupakan alat yang
mengukur massa per satuan waktu (misalnya, kilogram per detik), selain itu juga
mampu menghitung densitas fluida. Coriolis mass flowmeter termasuk flowmeter
yang memiliki banyak jenis yang digunakan mengukur aliran fluida baik berupa
air atau cairan lainnya seperti korosif, kotor dan lumpur.

B. Bagian bagian Coriolis Massa Flowmeter


Coriolis mass flowmeter terdiri dari sensor, pick off coil, drive coil, measuring
tube, transmitter dan tranduser. Bagian bagian pada Coriolis mass flowmeter
ditunjukkan oleh Gambar 3.1 :
Core processor

Kumparan pengendali ( Drive Coil)

Sensor Pick off coil

Penutup (Case)

Tabung aliran ( Measuring tube)

Sensor RTD

Proses koneksi
Arah aliran (Direction Flow arrow)

Gambar 3.1. Komponen utama Coriolis mass flowmeter (Anonim, 2014)


11

1. Sensor RTD (Resistant Temperature Detector)


Pada Coriolis mass flowmeter menggunakan sensor RTD, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.2 :

Gambar 3.2 RTD Sensor (Umar Habibie, 2013)


Sensor RTD (Resistant Temperature Detector) terdiri dari gulungan
platinum. Sensor tersebut digunakan untuk mengukur temperatur gas. RTD
memiliki 2 buah pelat pengukur suhu, dimana pelat pertama sebagai suhu
referensi dan pelat lainnya berfungsi untuk mengukur suhu aliran.
2. Pick of coil
Pick of coil adalah kumpulan kumparan dan magnet yang diletakkan di salah
satu badan tabung aliran sedangkan magnet dipasang di tabung sisi lain. Pick of coil ini
mendeteksi osilasi pada tabung aliran.
3. Drive coil
Drive coil (kumparan penggerak ) dan magnet adalah komponen yang berada di
tengah tabung aliran. Komponen inilah yang memberikan vibrasi pada tabung aliran
sehingga tabung bisa berosilasi naik dan turun serta bertentangan satu sama lain.
4. Tabung aliran (measuring tube).
Tabung aliran adalah tabung ganda yang berbentuk seperti huruf “U” berbentuk
lengkung. Fluida yang akan diukur mengaliri tabung U ganda secara merata masing-
masing setengah fluida yang akan diukur. Pada tabung aliran di pasang drive coil
yang akhirnya menyebabkan tabung aliran berosilasi.
12

5. Transmitter
Transmitter adalah alat yang digunakan untuk mengubah perubahan dari
komponen penangkap perubahan sinyal (sensing element) dari sebuah sensor
menjadi sinyal yang mampu diterjemahkan oleh alat pengendali (controller). Pada
Coriolis mass flowmeter ini transmitter berfungsi sebagai:
a. Mengirim pulsa arus ke sensor kumparan pengendali yang menyebabkan
tabung aliran bergetar.
b. Mengolah sinyal sensor input, melakukan perhitungan, dan menghasilkan
berbagai output ke perangkat tambahan yang dihubungkan ke hardware
(periferal).
6. Transduser
Tranduser adalah suatu peranti yang dapat mengubah suatu energi ke
bentuk energi yang lain. Dari sisi pola aktivasinya, transduser dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Transduser pasif yaitu transduser yang dapat bekerja bila mendapat energi
tambahan dari luar. Contohnya adalah thermistor. Untuk mengubah energi
panas menjadi energi listrik, maka thermistor harus dialiri arus listrik.
2. Tranduser aktif, yaitu tranduser yang bekerja tanpa tambahan energi dari
luar, tetapi menggunakan energi yang akan diubah itu sendiri.
Pada Corioliss mass flowmeter transduser yang digunakan adalah transduser pasif
karena untuk beroperasi menggunakan tegangan listrik.
7. Core Processor
Core processor adalah processing unit yang membaca semua intruksi untuk
melakukan tindakan tertentu. Instruksi diterima dan dijalankan secara langsung.
Semua yang dilakukan pada komputer harus diproses oleh processor. Fungsi
processor dalam sebuah instrumen mempunyai fungsi yang sangat penting, karena
komponen ini berfungsi untuk memproses data yang diterima dari masukkan atau
input, kemudian menghasilkan keluaran atau output. Fungsi processor diibaratkan
sebagai sebuah otak dari komputer karena setiap data yang akan diproses akan
selalu melewati processor untuk kemudian diolah dan menghasilkan data.
13

C. Prinsip Kerja Corioliss Mass Flowmeter.


Gaya Coriolis adalah gaya yang dihasilkan pada tabung U. Gaya Coriolis
ditunjukkan oleh getaran tabung saat fluida mulai mengalir di dalam nya. Getaran
tidak menggambarkan gerak melingkar sempurna, tetapi memberikan efek
Coriolis yaitu pembelokkan arah. Flowmeter jenis ini tidak mengukur fluida
berdasarkan volume per satuan waktu tetapi massa per satuan waktu.
Analogi gaya Coriolis pada flowmeter adalah jika kita punya selang, lalu
kita pegang dengan kedua tangan sehingga selang tersebut menggantung
membentuk huruf "U”. Lalu kita goyang tangan kita bersamaan ke arah depan lalu
ke belakang. Maka selang akan bergoyang seirama dengan tangan kita. Goyangan
pada selang yang dialiri fluida dan yang tidak dialiri fluida akan berbeda. Hal
tersebut dapat dilihat pada Gambar.3.3 :

(a) (b)
Gambar 3.3 Simulasi gaya Coriolis pada selang air a) tidak ada fluida , b) ada
fluida ( Umar Habibie, 2013)

Gambar di atas menunjukkan ada perbedaan goyangan selang pada saat


dialiri dan tidak dialiri fluida. Gambar (a) adalah selang tanpa berisi air dan
Gambar (b) adalah selang yang berisi air. Saat digoyang, selang yang pada
Gambar (a) seluruh bagiannya akan bergerak seirama. Namun, saat diisi air,
goyangannya sudah berubah menjadi seperti pada Gambar (b). Saat air mulai
14

masuk ke selang, perubahan gerakan sudah mulai terlihat karena ada perbedaan
massa di dalam selang.
Selang air dimisalkan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian A dan B. Pada
saat ada fluida yang mengalir didalam selang air, selang bagian A akan bergerak
ke depan sedangkan bagian B akan bergerak ke belakang pada rentang waktu
yang sama. Posisi selang bagian A dan B akan bergantian fasa, maksudnya adalah
setelah A bergerak ke depan dan B bergerak ke belakang pada saat yang sama,
fasa berikutnya adalah A bergerak ke belakang dan B akan bergerak sebaliknya
juga, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4 :

(a) (b)

Gambar 3.4 Simulasi gaya Coriolis pada selang air a) Tidak ada fluida , b) dialiri
fluida (Umar Habibie, 2013)

Pada gambar di atas di tunjukkan analogi gaya Coriolis pada selang air
tersebut terlihat bahwa terdapat perbedaan fasa antara bagian A dan B pada selang
yang diisi air. Perbedaan fasa inilah yang menjadi prinsip pengukuran pada
Coriolis mass flowmeter. (Umar Habibie, 2013)
Di dalam Coriolis mass flowmeter, saat ada fluida masuk ke dalam tabung
aliran maka fluida akan terbagi secara merata pada kedua tabung aliran yang
berbentuk U. Posisi tabung aliran akan berbeda ketika ada massa fluida di
15

dalamnya atau tidak ada fluida. Begitu juga gaya Coriolis yang dihasilkan pada
tabung aliran tersebut juga menyebabkan perbedaan osilasi saat ada fluida yang
mengalir dan tidak, perbedaan posisi dan osilasi tabung aliran ditunjukkan pada
Gambar 3.5 :

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 3.5 (a) Posisi tabung aliran saat tidak ada fluida, (b) Ayunan tabung aliran
saat tidak ada fluida, (c) Ayunan tabung aliran pada saat ada fluida, (d) Ayunan
tabung aliran pada saat ada fluida.
Perbedaan posisi dan osilasi yang terjadi pada tabung aliran ini disebabkan
oleh adanya gaya Coriolis yang dihasilkan pada tabung aliran. Pada saat fluida
mengalir di dalam tabung aliran maka gaya Coriolis menyebabkan perbedaan fasa
getaran pada kedua ujung tabung aliran. Perbedaan fasa inilah yang menjadi
prinsip pengukuran pada Coriolis mass flowmeter
Drive coil yang terpasang pada badan tabung aliran di bagian tengah
membuat tabung berayun secara konstan jika tidak ada fluida yang mengalir di
dalamnya, sedangkan pada saat ada fluida di dalamnya maka akan terjadi beda
16

fasa dan inilah yang ditangkap oleh sensor pick off coil yang terpasang di kedua
ujung tabung aliran sebagai aliran fluida. Drive coil terpasang pada tabung aliran
di bagian tengahnya yang membuat tabung bisa berosilasi naik turun serta
bertentangan satu sama lain. Sementara pick off coil dipasang pada kedua ujung
tabung aliran, seperti yang terlihat pada Gambar 3.6 :

Gambar 3.6 Coriolis mass flowmeter tampak dalam (Anonim, 2013)

Pada Gambar 3.6 huruf A adalah drive coil yang membuat tabung berosilasi
secara konstan saat tidak ada fluida yang mengalir. Huruf B dan C adalah sensor
pick of coil yang mendeteksi secara tepat osilasi yang terjadi pada tabung aliran.
Sensor pick of coil mengirimkan sinyal yang diterima untuk ditampilkan ke
display digital sebagai hasil pengukuran.
Flowmeter ini tidak hanya mampu mendeteksi aliran fluida namun juga
menghitung densitas fluida tersebut. Tabung aliran yang dialiri air jika
dibandingkan dengan tabung aliran yang dialiri minyak maka frekuensi ayunan
yang dialiri minyak akan lebih tinggi jika dibandingkan tabung yang diisi air
karena densitas dan massa jenis minyak lebih ringan dari air. Pick off coil akan
menangkap frekuensi ayunan sebagai komponen massa jenis fluida dan mengirim
sinyal ke display untuk menampilkan hasil pengukuran. Grafik sinusoidal yang
tergambar merupakan representasi dari sensor flowmeter, komponen frekuensi
17

mendeskripsikan densitas fluida, dan komponen beda fasa mendeskripsikan massa


fluida seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.7 :

(a) (b)

Gambar 3.7 (a) Representasi beda fasa gelombang (b) Representasi frekuensi
yang mempresentasikan densitas fluida (Umar Habibie, 2013)

Tegangan yang dihasilkan dari masing masing kumparan pick off coil
menciptakan gelombang sinus yang mewakili gerak suatu tabung relatif terhadap
yang lain. Ketika tidak ada aliran, kedua gelombang berada dalam satu fasa.
Ketika ada aliran, induksi gaya Coriolis memaksa tabung untuk memutar,
mengakibatkan dua gelombang sinus beda fasa. Perbedaan waktu di gelombang
sinus berbanding lurus dengan laju aliran massa melalui tabung. Perbedaan
frekuensi dan beda fasa pada gelombang sinusoidal akan dibaca oleh sensor dan
hasilnya ditampilkan di display (Rudi Wiratama, 2013).
18

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Coriolis mass flowmeter disebut juga inersia flowmeter, merupakan alat
yang mengukur massa dan juga mampu menghitung densitas fluida dengan
memperhatikan beda fasa dan frekuensi yang dihasilkan oleh sensor pick off coil.
Coriolis mass flowmeter memanfaatkan efek Coriolis yang dihasilkan pada tabung
aliran akibat getaran yang dihasilkan oleh drive coil.
Tabung aliran yang dialiri fluida akan berbeda posisi dan osilasinya dengan
tabung aliran yang tidak dialiri fluida. Fluida yang akan diukur melewati tabung
aliran, dimana fluida tersebut memiliki massa dan volume yang sama. Pada saat
fluida mengalir di dalam tabung aliran maka drive coil yang dipasang pada tabung
aliran menyebabkan tabung tersebut berosilasi naik turun serta berlawanan satu
sama lain, sementara itu sensor pick off coil yang dipasang pada kedua ujung
tabung aliran akan menangkap sinyal beda fasa dan frekuensi osilasi yang terjadi
saat tabung tersebut dialiri fluida.
Komponen beda fasa dari gelombang sinusoidal yang dihasilkan
mendeskripsikan massa jenis fluida sementara komponen frekuensi
mendeskripsikan densitas fluida. Gelombang sinusoidal yang dihasilkan dari
osilasi tabung aliran ditangkap sebagai sinyal oleh pick off coil, lalu pick off coil
mengirim sinyal ke display untuk ditampilkan sebagai hasil pengukuran.

B. SARAN
Coriolis mass flowmeter merupakan salah satu jenis flowmeter yang
digunakan untuk mengukur aliran fludia dan massa fluida. Dalam industri masih
banyak jenis flowmeter lainnya yang menggunakan prinsip fisika untuk dapat
dibahas dan di kaji lebih dalam. Disarankan kepada pembaca untuk dapat
membahas prinsip kerja flowmeter lainnya.
19

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Types of gas mass flowmeter. (Online), http://www.alicat.com.
(Diakses tanggal 24 Februari 2016)

Anonim, 2013. Coriolis Flowmeter. (Online),


https://rudywinoto.com/2010/11/28/coriolis-flow-meter/. (Diakses tanggal
24 februari 2016)

Anonim, 2013. Pengertian Gaya Coriolis. (Online), http://arti-definisi-


pengertian.info/pengertian-gaya-coriolis/. Diakses tanggal 2 maret 2016

Anonim, 2014. Prinsip Kerja Flowmeter. (Online),


https://flowmeterina.com/category/prinsip-kerja-flow-meter/. Diakses
tanggal 4 maret 2016

Anonim,2014. Sifat fluida ideal. (Online),


https://deteksiphysics.wordpress.com/pendahuluan/. Diakses tanggal 3 April
2016)

Erlangga, Muhammad. 2014. Sifat-Sifat Fluida Ideal. (Online).


https://www.academia.edu/8747750/Sifat-Sifat_Fluida. Diakses tanggal 3
April

Habibie, Umar. 2013. Prinsip Kerja Coriolis Massa Flowmeter. (Online).


https://umarhabibie.wordpress.com/2013/04/16/penggunaan-efek-coriolis-
sebagai-coriolis-mass-flowmeter/. (Diakses tanggal 23 Maret 2016)

Hermawan, Rian. 2013. Coriolis 1. http://www.meteo.itb.ac.id/?page_id=122


(Diakses pada 23 Maret 2016)
Haliday, D. 1996. "Fisika Universitas II". Jakarta: Erlangga.
Ishaq, Mohamad. 2007. Fisika Dasar. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sears, F.W. 1962. Mekanika Panas dan Bunyi. Jakarta : Yayasan Dana Buku
Franklin.h

Tipler, P. 2008. "Physics for Scientist volume 2". New York: WH Freeman and
Company.
20

Wiratama, Rudi. 2013. Fungsi Flowmeter. (Online).


http://www.flowiratama.com/2010/11/coriolis-flow-meter.html. (Diakses
tanggal 3 Maret 2016)

Anda mungkin juga menyukai