PENDAHULUAN
1
yang ditegakkan secara pemeriksaan laboratotrium berjumlah 161( Puskesmas
Rawat Inap Kota Karang, 2016).
2
yang salah sehingga menyulitkan dalam pengobatan. Selain itu, sikap
masyarakat terhadap penyakit malaria harus benar, masyarakat juga harus
peduli terhadap bagaimana cara pencegahan atau memproteksi diri dan
keluarganya untuk menghindari gigitan malaria.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Malaria
2.1.1. Definisi Malaria
Malaria adalah penyakit menular endemik di banyak daerah hangat di
dunia, disebabkan oleh protozoa obligat intrasel genus Plasmodium,
biasanya ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles sp. yang terinfeksi.
Penyakit ini ditandai oleh keadaan lemah dengan demam tinggi
paroksismal, menggigil hebat, berkeringat, anemia, dan splenomegali;
kematian dapat terjadi karena komplikasinya, dengan yang terparah
adalah malaria serebral dan anemia (Dorland, 2010). Plasmodium
falciparum merupakan parasit malaria yang terpenting karena
penyebarannya luas dan mempunyai dampak paling berat terhadap
morbiditas dan mortalitas ibu dan janinnya (Rusjdi, 2012). Determinan
epidemiologi malaria sangat luas, antara lain dapat berasal dari aspek
faktor agen, riwayat alamiah malaria, faktor lingkungan, faktor
pencegahan dan pengobatan, faktor rumah tangga, sosial ekonomi, dan
politik (Direktorat Jendral PP dan PL, 2014).
4
tali pusat atau plasenta, transfusi darah melalui jarum suntik yang tidak
steril, maupun secara oral (melalui mulut) (Arsin, 2012).
2.1.3. Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa dari kelas Sporozoa, sub-kelas
Haemosporidia dari genus Plasmodium. Dikenal lima spesies dari genus
Plasmodium yang hidup sebagai penyebab penyakit malaria pada
manusia yaitu: P. falciparum, P. vivax, P. malariae, P. ovale, dan P.
knowlesi (Safar, 2010).
5
berwarna biru yang berinti merah dan mengisi sepertiga eritrosit. Pada
trofozoit tua terlihat plasma amuboid, tampak vakuol yang tumbuh
menjadi besar dengan bentuk tidak teratur, dan berpigmen kuning
tengguli. Tahap skizon muda terjadi perubahan plasma yang menjadi
padat dan tidak bervakuol, inti membelah, plasma menjadi tidak padat,
dan pigmen tersebar. Fase skizon matang mengisi seluruh eritrosit,
plasma dan inti sudah terbagi, serta nampak 12-18 merozoit. Fase
gametosit (makrogametosit) berbentuk lonjong atau bulat, mengisi
hampir seluruh eritrosit, plasma biru berinti kecil, letaknya eksentris,
dan pigmen tersebar, sementara mikrogametosit berbentuk bulat, lebih
kecil dari makrogametosit, plasma lebih pucat, inti besar, pucat, dan
pigmen tersebar (Safar, 2010).
6
berbentuk bulat dan bila matang mengantung 8-10 merozoit yang
letaknya teratur di tepi mengelilingi granula pigmen yang berkelompok
di tengah. Makrogametosit berbentuk bulat dengan inti kecil kompak
dan sitoplasma berwarna biru. Mikrogametosit mempunyai inti difus
sitoplasma berwarna pucat kemerahan berbentuk bulat (Safar, 2010).
Siklus hidup Plasmodium sp. dibagi menjadi dua yaitu aseksual dalam
tubuh manusia dan seksual di luar tubuh manusia (vektor: nyamuk
Anopheles sp.). Secara sederhana, siklus hidup Plasmodium sp. dapat
dilihat pada Gambar 1.
7
a) Siklus aseksual (skizogoni) dalam tubuh manusia (fase intrinsik)
dimulai dari sporozoit dari liur nyamuk betina yang menggigit hospes
disebarkan ke darah atau sistem limfa. Sporozoit berpindah ke liver dan
menembus hepatosit. Tahap dorman bagi sporozoit dalam hati dikenal
sebagai hipnozoit. Parasit berkembang biak di hepatosit menjadi ribuan
merozoit yang kemudian keluar dari hepatosit dan menyerang eritrosit.
Parasit membesar dari bentuk cincin muda (trofozoit muda) ke bentuk
trofozoit dewasa. Pada tahap skizon, parasit membelah beberapa kali
untuk membentuk merozoit baru. Ketika eritrosit pecah, merozoit
masuk ke aliran darah dan mengulang tiga kali siklus sampai fase
gametositogenik dimulai (Achmadi, 2012).
8
2 (IL-2) mengaktivasi makrofag yang nantinya akan mengaktivasi
Tumor Necrosis Factor (TNF) dan IL-1. TNF dan IL-1 dalam ambang
batas rendah berguna sebagai proteksi yang mencegah parasit
berkembang pada tahap hati dan darah. Pada ambang tinggi, TNF dan
IL-1 menyebabkan keadaan patologis seperti diseritropoiesis dan
eritrofagositosis yang berujung pada anemia, meningkatkan sitoadheren
eritrosit dengan parasit ke endotel vaskuler yang mengakibatkan
malaria serebral, dan menimbulkan gejala klinis lainnya seperti sakit
kepala, demam, mialgia, nausea, hipotensi, trombositopenia, dan diare
(Baratawidjaja dan Rengganis, 2012).
9
2.1.5. Patofisiologi dan Manifestasi Klinis Malaria
Keluhan dan manifestasi klinis merupakan petunjuk yang penting
dalam diagnosa malaria. Manifestasi klinis ini dipengaruhi oleh strain
Plasmodium sp., imunitas tubuh, dan jumlah parasit yang menginfeksi.
Waktu mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya manifestasi klinis
dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya
infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah disebut periode
prepaten (Harijanto, 2000).
a. Demam
Sebelum timbulnya demam, biasanya penderita merasa lemah, nyeri
sendi, sakit otot, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, batuk,
merasa mual, muntah, dan diare. Semua gejala awal ini disebut
gejala prodormal (Sutanto dan Pribadi, 2011; Arsin, 2012). Masa
tunas intrinsik pada malaria adalah waktu antara spozozoit masuk
dalam tubuh hospes sampai timbul gejala demam, biasanya
berlangsung 8-37 hari, tergantung pada spesies parasit (P.
falciparum terpendek (12 hari) dan P. malariae terpanjang (30 hari),
beratnya infeksi, dan pengobatan sebelumnya atau derajat imunitas
(Sutanto dan Pribadi, 2011). Manifestasi klinis utama malaria
disebut trias malaria yang ditandai dengan keadaan menggigil yang
diikuti dengan demam dan keluar keringat yang banyak. Demam
periodik berkaitan dengan pecahnya skizon darah yang telah matang
yang berakibat masuknya merozoit, toksin, pigmen, dan kotoran
atau debris sel ke peredaran darah. Hal tersebut memicu
dihasilkannya berbagai antigen yang akan merangsang sel
makrofag, monosit, dan limfosit yang memproduksi sitokin seperti
TNF. TNF akan dibawa ke hipotalamus yang mengatur suhu tubuh.
Demam yang tinggi dan beratnya gejala klinis lainnya mempunyai
hubungan dengan tingginya kadar TNF dalam darah (Arsin, 2012;
Wibisono, et al., 2014).
10
Skizon P.vivax dan P.ovale pecah setiap 48 jam sekali sehingga
demam timbul setiap hari ketiga yang terhitung dari serangan
demam sebelumnya (malaria tertiana). Pada malaria karena
P.malariae pecahnya skizon terjadi setiap 72 jam sekali maka
demam terjadi setiap hari keempat (malaria kuartana). Pada
P.falciparum kejadiannya mirip dengan infeksi oleh P.vivax hanya
interval demamnya tidak jelas (36-48 jam), biasanya panas badan di
atas normal tiap hari,dengan puncak panas cenderung mengikuti
pola malaria tertiana (disebut malaria subtertiana atau malaria
quotidian) (Arsin, 2012; Wibisono, et al., 2014).
Serangan demam yang khas terdiri dari tiga stadium yaitu: (1)
Stadium menggigil dimulai dari perasaan dingin, nadi teraba cepat
namun lemah, bibir dan jari tangan membiru, kulit menjadi kering
dan pucat, dan terkadang disertai muntah. (2) Stadium puncak
demam dimulai ketika berubah menjadi panas. Ditandai dengan
muka memerah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, sakit
kepala semakin hebat, biasanya mual dan muntah, serta nadi teraba
penuh dan berdenyut keras. Pasien dapat merasakan perasaan haus
yang hebat saat suhu naik sampai 41oC. (3) Stadium berkeringat
dimulai dengan penderita berkeringat banyak. Suhu turun dengan
cepat, kadang sampai di bawah ambang normal. Penderita biasanya
dapat tidur nyenyak (Sutanto dan Pribadi, 2011).
b. Anemia
Anemia terjadi akibat pecahnya eritrosit yang terinfeksi maupun
yang tidak. Anemia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
(1) Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak
mengandung parasit terjadi di dalam spleen. (2) Reduced survival
time yaitu eritrosit normal yang tidak mengandung parasit tidak
11
dapat hidup lama. (3) Diseritropoiesis yaitu gangguan dalam
eritrosit karena depresi eritropoiesis dalam sumsum tulang sehingga
retikulosit tidak dilepaskan ke peredaran perifer (Sutanto dan
Pribadi, 2011).
c. Splenomegali
Splenomegali merupakan gejala malaria kronik. Spleen sebagai
organ retikuloendotel mengeleminasi Plasmodium sp. sebagai
sistem kekebalan tubuh hospes. Pada keadaan akut, spleen
membesar dan tegang, penderita mengalami nyeri di perut kuadran
kiri atas. Bila keadaan ini berlanjut, spleen mengalami kongesti,
menghitam, dan mengeras karena timbunan penghancuran parasit,
pigmen, sel radang, dan jaringan ikat. Ikterus dapat terjadi karena
hemolisis dan gangguan hepar. Dengan meningkatnya imunitas,
spleen menjadi keabuan karena pigmen dan parasit menghilang
perlahan. Hal ini diikuti dengan berkurangnya kongesti spleen
sehingga ukuran mengecil walau dapat menjadi fibrosis (Sutanto
dan Pribadi, 2011; Wibisono, et al., 2014).
12
malaria, riwayat sakit malaria, minum obat malaria, atau riwayat
transfusi (Wibisono, et al., 2014).
13
parasite Lactate Dehydrogenase (p-LDH) yang diproduksi Plasmodium
sp. aseksual dan seksual (Sutanto dan Pribadi, 2011; Cunningham, et
al., 2012; Wibisono, et al., 2014). Pemeriksaan untuk malaria berat
berupa darah perifer lengkap, kimia darah, EKG, foto toraks, analisis
cairan serebrospinalis, biakan darah dan uji serologi, dan urinalisis
(Wibisono, et al., 2014).
2.2. Pengetahuan
Pengetahuan sangat menentukan seseorang dalam berperilaku, sebagian
besar pengetahuan diperoleh melalui indera penghlihatan dan
pendengaran. Pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari dengan pengetahuan terlihat lebih baik dibandingkan perilaku
yang tidak didasari dengan pengetahuan .Menurut Notoatdmojo
pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat
yang berbeda-beda. Secara garis besar pengetahuan dibagi dalam enam
tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya tahu
bahwa jamban adalah tempat buang air besar.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan penyakit
demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3 M
(mengubur,menutup, dan menguras) tetapi harus dapat
menjelaskan mengapa harus menutup, mengubur dan menguras.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
14
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi-
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi
masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya
satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melakukan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek
tetentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku
di masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang dalam melakukan tindakan antara lain (Notoatmojo,
2010):
a. Pendidikan
Latar belakang pendidikan memberikan kemudahan bagi
seseorang yang terpelajar dalam menerima informasi dalam
melakukan tindakan. Maka semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah menerima informasi sehingga makin banyak
pula pengetahuan yang dimiliki.
b. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan dan keluarganya. Lingkungan kerja dapat
memberikan pengetahuan tambahan yang sesuai terjadi
disekeliling pekerjaan seseorang dalam pengetahuan.
c. Usia
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai saat berulang tahun. Faktor usia dan perilaku ibu
15
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam pemeliharaan
kesehatan. Usia yang makin dewasa mengkontribusikan
kematangan berfikir dalam melakukan sebuah tindakan sebagai
respon dalam pengambilan keputusan.
d. Minat
Minat sebagai dorongan rasa ingin untuk berbuat pada diri
sendiri sebagai timbal balik dari pengetahuan yang telah
diterima
e. Pengalaman
Suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu yang melekat
sebagai pengetahuan dalam dirinya.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
17
Tabel.1. Informan Penelitian
Informan Teknik jumlah Kriteria Tempat
Wawancara
Pemegang Wawancara 1 Pemegang Puskesmas
program dan laporan program Kota Karang
malaria data tahunan malaria di
malaria Puskesmas
Kota Karang
Resonden Wawancara 5 Masyarakat Kota Karang
yang
mengikuti
posyandu di
Kota Karang
1. Wawancara
Dalam teknik pengumpulan menggunakan wawancara, hampir sama dengan
kuesioner. Wawancara ini sendiri dibagimenjadi 3 kelompok, yaitu
wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur, dan wawancara
mendalam (indepth interview). Pada penulisan ini, kami memilih melakukan
wawancara mendalam (indepth interview) yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi
pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi informan.
18
untuk menyatakan asumsi berdasarkan konsep pengetahuan sebelumnya
mengenai fenomena yang akan diteliti, kemudian merefleksikan lalu
mengesampingkan sejenak asumsi tersebut, sehingga tidak akan
menghalangi pemahaman terhadap pengalaman partisipan. Tahap
bracketing dilakukan selama pengumpulan data, dimana pada setiap
partisipan, peneliti berusaha membangun rapport sambil memahami situasi,
kondisi, dan karakteristik setiap partisipan, lalu mulai mengajukan
pertanyaan eksplorasi/probing yang bersifat terbuka.Pada awal wawancara
dengan para partisipan, yang dibicarakan adalah hal-hal yang bersifat
umum, lalu menindak lanjuti poin-poin tertentu dari ungkapan pernyataan
partisipan yang mengarah kepada tujuan penelitian.Dengan demikian, data
yang diperoleh merupakan ungkapan pernyataan berdasarkan pikiran dan
perasaan para partisipan (Daymon & Holloway, 2008; Prastowo, 2011).
19
Tahan describing, merupakan proses mendeskripsikan temuan hasil
penelitian secara tertulis, dalam bentuk narasi yang tertuang dalam
pelaporan hasil penelitian kualitatif secara sistematis. Sehingga melalui
tahapan ini, peneliti memperoleh pemahaman yang mendalam tentang inti
dari fenomena yang diteliti dan dapat menguraikan hubungan antar tema
yang teridentifikasi dalam penelitian ini, serta dapat memberikan gambaran
dan pemahaman yang jelas tentang laporan penelitian bagi para pembaca
hasil penelitian (Santoso & Royanto, 2009; Bungin, 2005).
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
yang kami gunakan berupa data laporan data tahunan malaria.
3. Triangulasi/Gabungan
Data yang telah dikumpulkan dilakukan validasi data. Untuk menjaga
validitas data maka dilakukan triangulasi. Triangulasi adalah pendekatan
multimetode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan
menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat
dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika
didekati dari berbagai sudut pandang.
4. Studi Pustaka
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari buku-
buku referensi, laporan-laporan, majalah-majalah, jurnal-jurnal dan media
lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian.
20
BAB IV
PROFIL KOMUNITAS
21
3) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di wilayah
Kecamatan Teluk Betung Timur Kelurahan Kotakarang melalui
Program Pemerintah Kota Bandar Lampung.
22
4.2 Data jumlah penduduk kelurahan kota karang
Berikut adalah data penduduk di wilayah Puskesmas Kota Karang pada bulan
Januari tahun 2018:
Data Desa Jumlah
Jumlah ibu Jumlah
Jumah anak usia
Nama hamil anak
N0 penduduk 1 s/d 5
Desa/kelurahan tahun
tahun ini tahun
1 Kota Karang 12256 28 24 119
2 Kota Karang 5629 13 11 54
Raya
3 Perwata 4849 11 10 47
23
9 Nopan Alfandi 17 th L Kota karang Falciparum Pelajar
raya
10 Dewi 37 th P Kota Karang Falciparum IRT
11 Jassean 9 th L Perwata Falciparum Pedagang
12 Nasrullah 30 th L Kota Karang Mix Nelayan
Februari 2018
1 Heriyanto 37 th L Kota karang mix
2 Zalina 7 th P Kota karang mix
raya
3 Sepriyadi 27 th L Kota Karang mix
4 Tukino 37 th L Perwata
5 Adzkia Samha 3 th L Sukamaju falciparum
6 Diki sepriyanto 20th P Kota Karang mix
7 Lilis 35 th P Kota karang falciparum
8 Khandi 30 th Bakung mix
9 Adi 22 th L Way tataan mix
10 Ami 35 th P Kota Karang falciparum
11 Mustari 40 th L Kta karang mix
12 MBungadiahariah 57th P Kota karang
13 Joni 22 th L Kota Karang vivax
14 Rafik 42 th K Kota Karang mix
15 Bungadiah 58 th L Kota karang mix
raya
24
BAB V
ANALISIS PENELITIAN
25
pencegahannya dengan memakai kelambu, menggunakan lotion
anti nyamuk, dan menggunakan obat nyamuk.
I1 : “Iya pernah. Kalo mencegahnya sih tidur pakai kelambu
misalnya”
I2 : “Tahu kok, karena nyamuk kan? pake lotion anti nyamuk
biar gak digigt nyamuk lah”
I3 : “iya pernah kok, malaria itu karena gigitan nyamuk. Jadi
ya pakai obat nyamuk disemprot, pakai autan bisa juga””
I4 : “pernah denger. Penyakit malaria itu kalau kita digigit
nyamuk malaria kan. Berarti jangan sampai digigit nyamuk,
misalnya pakai autan, apa nggak pakai kelambu tidurnya
yah.”
I5 : “Iya tahu kok, yang digigit nyamuk. Ya pakai obat
nyamuk”
26
c. Apakah anda mengetahui bahaya dari penyakit malaria? Dan
bagaimana mencegahnya?
Berdasarkan wawancara dengan informan, penyakit malaria
berbahaya karna bisa semakin parah penyakitnya, menyerang
otak, dan menyebabkan kematian. Kemudian tindakan
pencegahan agar tidak semakin parah adalah minum obat, dirawat
di rumah sakit atau puskesmas bila sakitnya parah, dan menuruti
apa kata dokter.
I1 : “Hmmm kurang tau sih bahayanya apa.”
I2 : “Bisa sampe menyerang otak ya katanya? Ya biar ga gitu
ya minum obat lah dok”
I3 : “Bahaya, karna bisa sampai meninggal. Makannya kalau
udah parah mending di rawat di puskesmas atau rumah sakit”
I4 : “Bahaya kalau sakitnya makin parah. Makanya kalo udah
kena malaria harus nurut apa kata dokter ”
I5 : “Nggak tahu saya bahanya apa, saya cuma tau katanya
malaria berbahaya”
27
I5 : “Kalo ga salah bisa deh. Kalau biar ngga kambuh ya jaga
kesehatan, jaga lingkungan”
28
I4 : “iya boleh. Apa ya? Hmm..mungkin bisa pemerintah
bagiin kelambu tidur atau bagiin autan. Soalnya nggak punya
kelambu terus jarang juga pakai autan”
I5 : “ya setuju dong“kalau kaya kampung sebelah tuh pada
nanem bunga lavender katanya biar nyamuk pergi”
29
MAN
MATERIAL
Perilaku pencegahan
Lingkungan penyakit malaria yang
Fungsi petugas
yang kumuh kurang
kesehatan Angka
Kejadian
Penyakit
Malaria di
Kurangnya Kota Karang
sosialisasi Keterbatasan
mengenai malaria biaya Kurangnya
dukungan
operasional
pemerintah
Kurangnya
kerjasama lintas
sektor MONEY MACHINE
METHOD
30
Menilai dan meninjau angka kejadian malaria pada wilayah kerja Puskesmas
Rawat Inap Kota Karang perlu untuk dilakukan pengukuran priotitas masalah.
Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah kesehatan
dalam hal ini peneliti memilih menggunakan metode USG (Urgency, Growth,
Seriousness).
31
Berdasarkan pada penentuan prioritas masalah di atas, dapat disimpulkan
bahwa perilaku pencegahan penyakit malaria yang kurang merupakan masalah
utama yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap malaria.
Perilaku pencegahan
Membuat jadwal rutin untuk gotong-royong
penyakit malaria yang
membersihkan lingkungan
kurang
Menggalakkan penanaman tumbuhan lavender
32
5.4 Cara Pemecahan Terpilih
Berdasarkan dari penyusuan dari upaya perbaikan komunitas didapatkan 5
upaya, maka dapat dilakukan kembali prioritas dari cara pemecahan masalah
tersebut.
33
alat yang sudah dibagiakn pemerintah antara lain lotion anti nyamuk dan
kelambu, puskesmas setempat rutin melakukan monitoring sesuai jadwal.
5.5 Advokasi
Advokasi diartikan sebagai suatu upaya pendekatan terhadap orang lain
yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program,
atau kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu orang yang menjadi
sasaran atau target advokasi ini adalah para pimpinan suatu organisasi atau
institusi kerja di lingkungan pemerintah maupun swasta dan organisasi
kemasyarakatan.
34
karang dan meminta tokoh masyarakat untuk mengajak masyarakat untuk
berpartisipasi dalam upaya pengendalian vektor malaria.
35
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari diagnosis komunitas pada persepsi kelompok malaria
terhadap penyakit malaria di Puskesmas Rawat Inap Kota Karang adalah:
1. Terdapat 3 warga yang pernah menderita malaria dari 20 orang di
Kelurahan Kota Karang yang mengisi kuisioner tersebut, yang selanjutnya
di lakukan wawancara terhadap partisipan
2. Penyebab utama tingginya angka kejadian malaria adalah Perilaku
pencegahan penyakit malaria yang kurang yang selanjutnya akan
mempengaruhi angka kejadian malaria.
3. Alternatif pemecahan masalah terhadap masalah Perilaku pencegahan
penyakit malaria yang kurang adalah dengan membuat peraturan tentang
pencegahan malaria
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari diagnosis komunitas pada persepsi kelompok
malaria terhadap penyakit malaria di Puskesmas Rawat Inap Kota Karang
adalah:
1. Membentuk kader malaria
2. Membuat jadwal rutin untuk gotong-royong membersihkan lingkungan
3. Membuat peraturan tentang pencegahan malaria
4. Menggalakkan penanaman tumbuhan lavender
5. Mengoptimalkan kerjasama lintas sektor
36