STROKE ISKEMIK
Disusun oleh :
Preceptor :
dr. Zam Zanariah Ibrahim, Sp.S, M.Kes
a. Nama : Ny. M
b. Tanggal Lahir : 25 Juli 1937
c. Umur : 81 tahun
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Pekerjaan : Tidak bekerja
f. Agama : Islam
g. Status Pernikahan : Sudah Menikah
h. Alamat : Bandar Jaya, Lampung Tengah
i. Suku : Jawa
j. Tanggal Masuk : 20 Juni 2019
k. Nomor RM : 36XXXX
1.2. Anamnesis
Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak sebelah kanan sejak + 2 minggu SMRS
Keluhan Tambahan
Kepala pusing, sulit diajak berkomunikasi, tidak mau makan dan minum
sejak 2 hari SMRS, demam (+)
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSAM dengan keluhan kelemahan anggota gerak
terutama sebelah kanan sejak ± 2 minggu SMRS, awalnya pasien sedang
beraktivitas seperti biasa, kemudian pasien mengeluh pusing dan tiba-tiba
pasien mengeluh lemas pada anggota gerak sebelah kanan. Pasien tidak
mengalami penurunan kesadaran, namun pasien sulit diajak berkomunikasi,
riwayat mual dan muntah disangkal, riwayat kejang disangkal. Keluhan
disertai dengan demam yang tidak terlalu tinggi namun terus menerus, batuk
pilek disangkal, diare disangkal, nyeri saat berkemih juga disangkal. 2 hari
SMRS, pasien mulai tidak mau mengonsumsi makanan dan minuman
sehingga keluarga membawa pasien ke RSAM.
Riwayat Pribadi
Pasien merupakan seorang lansia, suka mengkonsumsi makan- makanan asin,
tidak pernah berolahraga, merokok (-), tidak mengkonsumsi alkohol.
1.3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Present
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis ( E4Vsulit dinilaiM6)
Tanda vital
Tekanan Darah : 140/70mmHg
Nadi : 98 x/menit
Laju Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7°C
SpO2 : 98%
b. Status Generalis
a. Kepala
Kepala : normochepal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks
cahaya +/+, pupil isokor
Hidung : simetris, sekret (-/-), epistaksis (-/-).
Telinga : normotia, sekret (-/-), darah (-/-).
Mulut : sianosis (-), mukosa tidak hiperemis
Leher : pembesaran KGB (-), tiroid (-).
b. Thorax
Pulmo
Inspeksi : normochest, deformitas (-), simetris
Palpasi : nyeri tekan (-), fremitus taktil kanan = kiri
Perkusi : sonor +/+
Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Kesan : dalam batas normal
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba (+) di ICS V
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : BJ I/II murni regular, gallop (-), murmur (-)
c. Abdomen
Inspeksi : datar, lesi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-), splen dan hepar tidak teraba
Perkusi : timpani
d. Ekstremitas
Superior : CRT < 2s, edema (-/-)
Inferior : CRT < 2s, edema (-/-)
c. Pemeriksaan Neurologis
a. Saraf Cranialis
1) Nervus Olfaktorius
Daya Penciuman Hidung : Tidak dapat dinilai
2) Nervus Opticus
Tajam Penglihatan : sulit dinilai
Lapang Penglihatan : sulit dinilai
Tes Warna : sulit dinilai
Fundus Oculi : tidak dilakukan
4) Nervus Trigeminus
Sensibilitas : sulit dinilai
Ramus oftalmikus : sulit dinilai
Ramus maksilaris : sulit dinilai
Motorik
M. Maseter : sulit dinilai
M. Temporalis : sulit dinilai
5) Nervus Facialis
Motorik Pasif
Kerutan dahi : sulit dinilai
Alis mata : simetris
Sudut mata : simetris
Sudut nasolabialis : sulit dinilai
Kedipan mata : simetris
Sudut bibir : Asimetris
Motorik Aktif
Mengerutkan dahi : +/+
Mengangkat alis : +/+
Menutup mata : kuat, simetris
Meringis/tertawa : sulit dinilai
Sensoris : tidak dapat dinilai
6) Nervus Vestibulocochlearis
Tes rinne : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tes webber : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tes schwabach : Tidak dilakukan pemeriksaan
8) Nervus Accesorious
M. Sternocleidomastoideus : +/+ melemah
M. Trapezius : +/-
9) Nervus Hipoglossus
Artikulasi : sulit dinilai
Atropi : sulit dinilai
Fasikulasi : sulit dinilai
Deviasi : sulit dinilai
Sistem Motorik
Refleks Fisiologis
+/+
Bicep +/+
Patella +/+ +/ +
+/+
Trisep +/ +
+/+
Achilles +/ +
Reflek patologis
b. S
i Superior (Ka/Ki) Inferior (Ka/Ki)
s
t Patologis
Refleks
e
+/+ -/-
Hoffman Traumer
m
-/- -/-
Chaddock
S -/- +/+
Babinsky
e
-/- -/-
n Gordon
-/- -/-
s Gonda
o -/- -/-
Schaefer
r
-/- -/-
Oppenheim
Sistem sensorik
Eksteroseptif
Proprioseptif
Saraf Otonom
Miksi : normal
Defekasi : normal
Sekresi keringat : normal
Siriraj score
SS = (2,5 x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) +
(0,1 x diastol) – (3 x ateroma )- 12
SS = (0) + (0) + (0) + (8) – (3) – (12) = -7
1.5. Resume
1.7. Tatalaksana
Pemeriksaan anjuran
o Pemeriksaan CT-scan
o Pemeriksaan GDN-GDPP
o Pemeriksaan profil lipid
o EKG
o Pemeriksaan Ro Thorax
Medikamentosa
O2 3liter/ menit
IVFD Asering 20 tpm
Citicolin 2x 500mg
Betahistin 3x1
Ranitidin 2x 1 amp
Amlodipin 1 x 10 mg
Sohobion 1x amp
Ketorolac 3x1 amp
Non- Medikamentosa
• Bed rest
• Rehabilitasi mmedik (fisioterapi dan terapi wicara)
• Konsultasi gizi
Monitoring
o Keadaan umum
o Tanda-tanda vital
o Kesadaran
o Defisit neurologi
Edukasi
o Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit
yang diderita
o Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan untuk menujang
diagnosis penyakit
o Menjelaskan rencana terapi yang akan diberikan pada pasien selama
perawatan
o Menjelaskan prognosis pasien pada pasien dan/atau keluarga
1.8. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia
Quo ad functionam : dubia
Quo ad sanationam : dubia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI STROKE
Stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis
yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global),
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dan dapat
menyebabkan kematian tanpa ada penyebab lain yang jelas selain kelainan
vascular.
2. Sistem vertebralis
Sistem vertebral dibentuk oleh A. vertebralis dextra dan sinistra yang
berpangkal di A. Subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis
transversalis di kolumna vertebralis servikalis, masuk rongga kranium
melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing
sepasang A. serebelli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons,
keduanya bersatu menjadi A. basilaris, dan setelah mengeluarkan 3
kelompok cabang arteri, pada tingkat mesensefalon, A. basilaris berakhir
sebagai sepasang cabang A. serebri posterior, yang melayani daerah lobus
oksipital dan bagian medial lobus temporalis, ke 3 pasang arteri cerebri ini
(A. serebri anterior, A. serebri media, dan A. serebri posterior) bercabang-
cabang menelusuri permukaan otak, dan beranastomosis satu dengan yang
lainnya. Cabang-cabangnya yang lebih kecil menembus ke dalam jaringan
otak dan juga saling berhubungan dengan cabang-cabang a.serebri lainnya.
Darah vena dialirkan dari otak melalui 2 sistem: kelompok vena interna,
yang mengumpulkan darah ke vena Galen dan sinus rektus, dan kelompok
vena eksterna yang yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan
mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis
lateralis, dan seterusnya melalui vena-vena jugularis, dicurahkan menuju
jantung.
Gambar 1. Sirkulus willisi
C. KLASIFIKASI
Stroke dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Stroke Hemoragik
2. Stroke Non Hemoragik
Berdasarkan sistem pembuluh darah, yaitu:
1. Sistem karotis
2. Sistem vertebrobasiler
Berdasarkan gejala klinis yang tampak stroke non hemoragik terbagi menjadi:
1. Transient Ischemic Attack (TIA)
2. Stroke In Evolutin (SIE)
3. Reversible Ischemic Neurology Deficit (RIND)
4. Completed Stroke
D. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko stroke ialah kelainan atau penyakit yang membuat seseorang
lebih rentan terhadap serangan stroke.
a. Trombosis serebri
Biasanya ada kerusakan lokal pembuluh darah akibat aterosklerosis.
Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada tunika intima arteri
besar. Plak cenderung terbentuk pada percabangan dan tempat yang
melengkung. Pembuluh darah yang mempunyai resiko adalah arteri
karotis interna dan arteri vertebralis bagian atas. Hilangnya tunika
intima membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit akan menempel pada
permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding menjadi kasar.
Trombosit akan melepaskan enzim adenosin difosfat yang mengawali
proses koagulasi. Adhesi trombosit (platelet) dapat dipicu oleh produk
toksik yang dilepaskan makrofag dan kerusakan moderat pada permukaan
intima. Trombosit juga melepaskan growth factors yang menstimulasi
migrasi dan proliferasi sel otot polos dan juga berperan pada pembentukan
lesi fibrointimal pada subendotelial.
Gambar 2. Aterosklerosis
b. Emboli
Awitan / onset pada pasien stroke terjadi secara mendadak. Maka dari itu
perlu ditanyakan waktu kejadian dan apa yang sedang pasien lakukan
sebelum terjadi serangan. Stroke iskemik dapat disebabkan oleh trombus
atau embolus.Pada pasien stroke iskemik dengan penyebab trombus,
serangan biasanya terjadi saat pasien sedang beristirahat atau saat
aktivitas ringan yang tidak meningkatkan kerja jantung.Kelemahan
anggota gerak yang terjadi bersifat progresif, semakin lama semakin
memburuk.Sedangkan pada pasien stroke iskemik dengan penyebab
embolus umumnya terjadi saat pasien sedang beraktivitas berat yang
meningkatkan kerja jantung, seperti olahraga, menaiki dan menuruni
tangga, atau emosi yang meningkat.Kelemahan anggota gerak yang tidak
bersifat progresif.
Penetapan jenis stroke berdasarkan Algoritma Stroke Gadjah Mada :
Keterangan :
- SSS > 1 : stroke hemoragik
- SSS -1 s.d. 1 : perlu dikonfirmasi dengan CT-scan kepala
- SSS < -1 : stroke iskemik
b. Pemeriksaan Fisik
Tanda vital
Pada pasien stroke, tekanan darah diperiksa pada kedua tangan
untuk mengetahui adanya gangguan aliran darah. Denyut nadi
dan pernapasan berhubungan dengan saraf otonom. Suhu
diukur untuk menyingkirkan adanya keterlibatan infeksi.
Status Generalis
Menilai pasien secara keseluruhan dari head to toe.
Status Neurologis
Pemeriksaan neurologis dilakukan untuk mengkonfirmasi
anamnesis yang telah ditanyakan. Komponen status neurologis
yang dinilai :
GCS
Pupil
Tanda rangsang meningeal
Nervus cranialis
Fungsi motorik
Fungsi sensorik
Fungsi otonom
Gait dan koordinasi
c. . Pemeriksaan Penunjang
1. CT scan
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan baku emas
untuk membedakan stroke infark dengan stroke perdarahan. Pada
stroke karena infark, gambaran CT scannya secara umum adalah
didapatkan gambaran hipodense sedangkan pada stroke
perdarahan menunjukkan gambaran hiperdens.
2. Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di
batang otak (sangat sensitif).
3. Pemeriksaan Angiografi.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi
pada sistem karotis atau vertebrobasiler, menentukan ada
tidaknya penyempitan, oklusi atau aneurisma pada pembuluh
darah.
4. Pemeriksan USG
Pemeriksaan ini untuk menilai pembuluh darah intra dan ekstra
kranial , menentukan ada tidaknya stenosis arteri karotis.
5. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Pemeriksaan ini digunakan apabila tidak adanya CT scan atau
MRI. Pada stroke PIS didaptkan gambaran LCS seperti cucian
daging atau berwarna kekuningan. Pada PSA didapatkan LCS
yang gross hemorragik. Pada stroke infark tidak didapatkan
perdarahan (jernih).
6. Pemeriksaan Penunjang Lain.
Pemeriksaan untuk menetukan faktor resiko seperti darah rutin,
komponen kimia darah (ureum, kreatinin, asam urat, profil lipid,
gula darah, fungsi hepar), elektrolit darah, Thoraks Foto, EKG,
Echocardiografi.
G. PROGNOSIS
Sebanyak 75% penderita stroke tidak dapat bekerja kembali akibat
ketidakmampuan tubuhnya. 30-50% penderita stoke mengalami depresi
post-stroke yang ditandai oleh letargi, sulit tidur, rendah diri, dan menarik
diri dari masyarakat.
O. PENATALAKSANAAN
a. Stroke iskemik
Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi)
Usaha menghilangkan sumbatan penyebab stroke merupakan upaya
yang paling ideal, obat trombolisis yang sudah di setujui oleh FDA
adalah rt-PA (recombinan tissue plasminogen activator) dengan dosis
0,9 mg/kgBB maksimal 90 mg (10% diberikan bolus & sisanya infus
kontinyu dalam 60 menit). perbaiki hemorheologi seperti obat
pentoxifillin yang yang mengurangi viskositas darah dengan
meningkatkan deformabilitas sel darah merah dengan dosis 15
mg/kgBB/hari. Obat lain yang juga memperbaiki sirkulasi adalah
naftidrofuril dengan memperbaiki aliran darah melalui unsur seluler
darah dosis 600 mg/hari selama 10 hari iv dilanjutkan oral 300
mg/hari.
Pasien dengan paresis berat yang berbaring lama yang berrisiko terjadi
trombosis vena dalam dan emboli paru untuk prevensi diberikan
heparin 2 x 5.000 unit sub cutan atau LMWH 2 x 0,3 cc selama 7 – 10
hari. Obat anti agregasi trombosit mempunyai banyak pilihan antara
lain aspirin dosis 80 – 1.200 mg/hari mekanisme kerja dengan
menghambat jalur siklooksigenase, dipiridamol dikombinasi dengan
aspirin aspirin 25 mg + dipiridamol SR 200 mg dua kali sehari dengan
menghambat jalur siklooksigenase, fosfodiesterase dan ambilan
kembali adenosin, cilostazol dosis 2 x 50 mg mekanisme kerja
menghambat aktifitas fosfodiesterase III, ticlopidin dosis 2 x 250 mg
dengan menginhibisi reseptor adenosin difosfat dan thyenopyridine
dan clopidogrel dosis 1 x 75 mg dengan menginhibisi reseptor
adenosin difosfat dan thyenopyridine.
Proteksi neuronal/sitoproteksi
Sangat menarik untuk mengamati obat-obatan pada kelompok ini
karena diharapkan dapat dengan memotong kaskade iskemik sehingga
dapat mencegah kerusakan lebih lanjut neuron. Obat-obatan tersebut
antara lain :
o CDP-Choline bekerja dengan memperbaiki membran sel
dengan cara menambah sintesa phospatidylcholine,
menghambat terbentuknya radikal bebas dan juga menaikkan
sintesis asetilkolin suatu neurotransmiter untuk fungsi kognitif.
Meta analisis Cohcrane Stroke Riview Group Study(Saver
2002) 7 penelitian 1963 pasien stroke iskemik dan perdarahan,
dosis 500 – 2.000 mg sehari selama 14 hari menunjukkan
penurunan angka kematian dan kecacatan yang bermakna.
Therapeutic Windows 2 – 14 hari.
o Piracetam, cara kerja secara pasti didak diketahui, diperkirakan
memperbaiki integritas sel, memperbaiki fluiditas membran
dan menormalkan fungsi membran. Dosis bolus 12 gr IV
dilanjutkan 4 x 3 gr iv sampai hari ke empat, hari ke lima
dilanjutkan 3 x 4 gr peroral sampai minggu ke empat, minggu
ke lima sampai minggu ke 12 diberikan 2 x 2,4 gr per oral,.
Therapeutic Windows 7 – 12 jam.
o Statin, diklinik digunakan untuk anti lipid, mempunyai sifat
neuroprotektif untuk iskemia otak dan stroke. Mempunyai
efek anti oksidan “downstream dan upstream”. Efek
downstream adalah stabilisasi atherosklerosis sehingga
mengurangi pelepasan plaque tromboemboli dari arteri ke
arteri. Efek “upstream” adalah memperbaiki pengaturan eNOS
(endothelial Nitric Oxide Synthese, mempunyai sifat anti
trombus, vasodilatasi dan anti inflamasi), menghambat iNOS
(inducible Nitric Oxide Synthese, sifatnya berlawanan dengan
eNOS), anti inflamasi dan anti oksidan.
o Cerebrolisin, suatu protein otak bebas lemak dengan khasiat
anti calpain, penghambat caspase dan sebagai neurotropik dosis
30 – 50 cc selama 21 hari menunjukkan perbaikan fungsi
motorik yang bermakna.
b. Stroke Hemoragik
Pengelolaan konservatif Perdarahan Intra Serebral
o Pemberian anti perdarahan : Epsilon aminocaproat 30 - 36
gr/hari, Asam Traneksamat 6 x 1 gr untuk mencegah lisisnya
bekuan darah yamg sudah terbentuk oleh tissue plasminogen.
Evaluasi status koagulasi seperti pemberian protamin 1 mg
pada pasien yang mendapatkan heparin 100 mg & 10 mg
vitamin K intravena pada pasien yang mendapat warfarin
dengan prothrombine time memanjang.