Anda di halaman 1dari 5

Penipu yang Tertipu

Suatu hari ibu Intan sedang asik bermain bersama anaknya yang bernama Putra di rumahnya.
Tiba-tiba Ibu Intan mendapatkan telepon dari nomor yang tidak dikenal. Dan Ibu Intan
mengangkat teleponnya.

Ibu Intan : Halo ini dari siapa? (Raut bingung)


Penelpon : Maaf mengganggu bu saya dari orangtua teman anak ibu, nama saya Gani Bu.
Ibu Intan : Oh iya. Nama anak bapak siapa.?
Penelpon : Roni ananta bu.
Ibu Intan : Oh Roni Ananta. Ada apa ya pak? (sambil mengingat nama teman-teman
anaknya).
Penelpon : Gini bu anak ibu tadi jatuh di sekolah dan sekarang ada di rumah sakit.
Ibu Intan : Anak saya (nada sok panik). Anak saya yang mana ya pak? Anak saya itu
hanya satu dan sekarang sedang bermain dengan saya.

Si penelpon pun mematikan teleponnya. Setelah itu iya menemui anaknya yang sedang asik
bermain.

Putra : Ibu dapat telepon dari siapa? (sambil asik bermain)


Ibu Intan : Gak tau orang yang Ibu gak kenal. Oh ya, kamu punya teman yang namanya
Roni Ananta?
Putra : Gak Bu. Memangnya kenapa?
Ibu Intan : Itu yang tadi nelpon ibu itu papanya Roni teman kamu katanya.
Putra : Setauhku, tidak ada nama Roni Ananta di sekolahku bu (sambil mengingat
nama teman sekolahnya). Memangnya orang itu ngomong apa sama ibu?
Ibu Intan : Dia bilang kamu jatuh di sekolah dan sekarang ada di rumah sakit
Putra : (tertawa). Gimana bisa aku di rumah sakit sekarang. Jadi aku ini siapa?
(meninggalkan permainannya). Bu aku yakin pasti orang itu mau menipu ibu.
Ibu Intan : Mama juga berpikiran begitu.

Selama seminggu, Ibu Intan selalu ditelepon dan di sms dari nomor yang tidak dikenal yang
mengatakan bahwa anaknya di tabraklah, masuk parit, jatuh, dan alasan yang lain. Padahal
anaknya sedang ada dirumah. Ibu Intan merasa sangat terganggu akibat masalah ini. Ibu intan
meminta solusi kepada suaminya (Pak Wijaya).

Ibu intan : Pak, ibu selalu ditelepon sama orang yang tidak dikenal belakangan ini?
Pak Wijaya : Memangnya dia bilang apa sama ibu?, (mengotak-atik laptonya).
Ibu Intan : Dia bilang anak kita di tabraklah, jatuhlah, dan banyak lagilah. Padahal anak
kita lagi ada di rumah pak.
Pak Wijaya : Yaudah kita lapor saja kepolisi. ( masih asik mengotak-atik laptopnya)
Ibu intan : Tapi pak, ibu kasihan sama mereka kalau mereka dipenjara. Kayaknya orang
yang menipu ibu itu sudah berkeluarga, kan kasihan sama keluarganya kalau
mereka dipenjara.
Pak Wijaya : Yaudah jadi ibu maunya gimana? ( menutup laptopnya)
Ibu Intan : Ibu hanya ingin buat mereka jera dan malu saja pak.
Pak Wijaya : ( Berpikir ) gimana kalau kita sebar saja di radio. Bapak punya teman yang
punya stasiun radio.
Ibu intan : Boleh juga ide bapak.

Pak Wijaya dan Ibu Intan pun pergi ke stasiun radio milik teman pak wijaya. Ibu Intan
menjelaskan semua idenya kepada penyiar yang bernama niken. Ibu Intan menyuruh niken
untuk menelepon salah satu nomor yang sering menelpon bu Intan dan mengaku bahwa niken
itu adik bu intan. Dan yang mengangkat teman Gani ( Rossa) yang juga bekerjasama menipu
Bu Intan.
Drama telepon pun dimulai, dengan Si penyiar yang bernama Niken menyamar menjadi adik
bu Intan atau tante Putra yang katanya Putra jatuh di sekolah.

Bu Niken : Halo, dengan, Pak Gani.


Bu Rossa : Maaf bu saya, Rossa teman dari Ga.. eh maksud saya pak Gani
Bu Niken : Saya dapet kabar dari bu Intan, kakak saya kalau anaknya jatuh di sekolah, dan
Pak Gani yang antar keponakan saya ke rumah sakit. Bu Intan shock, dan
minta saya untuk menghubungi ibu (sambil menangis pura-pura). Keponakan
saya sekarang gimana bu? Dirawat dimana? (Dengan nada pura-pura panik)
Bu Dewi : Oh…iya bu, sekarang saya ada di Rumah Sakit, ibu tenang saja keponakan ibu
sedang ditangani oleh dr. Leon dan didampingi oleh pak Gani. Ibu bicara
langsung dengan dr leon saja ya, biar lebih jelas.
dr Leon : Pagi Bu Niken? (dengan nada berwibawa)
Bu Niken : Keponakan saya gimana kondisinya dok?
dr Leon : Keponakan ibu jatuh di sekolah, dan dia terkena geger otak.
Bu Niken : Hah? Geger otak? Keponakan saya sekarang di rumah sakit apa dok? , di
ruang apa dok? Nomor berapa? Biar saya kesana sekarang (dengan nada pura-
pura panik)
dr Leon : Tenang bu, ibu gak perlu datang kesini buru-buru, kami akan berusaha dulu,
tapi saya butuh Obat Riatrik, di Rumah sakit ini gak ada, kebetulan ada di toko
obat Matahari Farma. Disana ada yang bernama pak Toni. ibu hubungi pak
Toni saja, biar dibantu dari Matahari Farma. Ini nomor hp-nya (Sambil
menyebut nomor Pak toni)
Bu Niken : Oh ya dok. Obat Ratrik itu apa ya? karena saya baru pertama kali dengar itu
(dengan nada curiga)
dr Leon : eee... ya untuk Obat buat geger otaklah bu masa saya bohong bu (dengan nada
gagap). Saya khawatir, kalo obatnya terlalu lama, jadi kondisi keponakan ibu
makin memburuk. Ibu silahkan hubungi pak Toni. Secepatnya ya bu.
Bu Niken : Deket kantor saya, ada Matahari Farma pak. Lebih deket, bisa lebih cepet.
dr Leon : Saya udah minta tolong pak toni bu, biar lebih cepet. Soalnya dia orang
Matahari Farma.
Bu Niken : Ya udah dok, saya telepon pak Toni dulu. Dokter jangan hubungi kakak saya
ya, karena bu intan masih shock.
dr Leon : Oiya bu, obatnya harus segera ya bu.

Bu Niken pun menelepon pak Toni untuk meminta obat Riatrik yang katanya obat geger otak

Bu Niken : Halo, pak Toni.


Pak Toni : Ya. Halo, ini dari siapa ya?
Bu Niken : Ini Saya Niken pak. Saya barusan dapet kabar kalo keponakan saya kecelakaan
dan sekarang butuh obat Riatrik, dan kata dokter yang menanganinya, saya
bisa dapat obat riatrik dari bapak.
Pak Toni : Oiyaa bu, saya juga udh dihubungi dr Leon. Obatnya ada di Matahari Farma,
tapi cukup mahal, jadi kita gak bisa keluarin dari lab.
Bu Niken : Emang harganya berapa pak?
Pak Toni : Rp 10 juta bu
Bu Niken : Aduh, mahal sekali pak… Ya udah, sekalian aja nanti tagihannya dimasukin ke
biaya pengobatan keponakan saya pak. Biar cepet.
Pak Toni : Oh.. gak bisa bu (nada gagap). Soalnya ini bukan obat dari Rumah sakit.
Obatnya baru bisa dikeluarkan bendahara keuangan matahari farma kalo ibu
sudah bayar. Ibu mengertikan?
Bu Niken : Oh. Ada bendaharanya ya pak kayak sekolah aja ya,(sambil tersenyum) tapi
saya gak punya uang segitu pak. Di rekening saya cuma ada Rp.1 juta 2 ratus
ribu paling yang bisa saya transfer Rp.1 juta
Pak Toni : Wah, gimana ya bu, soalnya ini bukan milik rumah sakit, jadi harus kita bayar
dulu. Ibu bisa minta ke suami ibu? (sambil cari alasan lain)
Bu Niken : Iya, saya juga udah bilang ke suami saya, tapi sama-sama lagi gak pegang
uang. Posisi bapak dimana sekarang? Saya ada di jalan Sudirman. Biar saya
kesana.
Pak Toni : (Ngomong gak jelas)
Bu Niken : Gimana kalau saya DP dulu Rp.1 juta, Gimana pak? Kekurangannya saya
bayar tunai ke bapak.
Pak Toni : Boleh, transfer ke bank BRI ya bu.
Bu Niken : Rekening Matahari Farma ya pak?
Pak Toni : Iya, dicatat ya bu. Bank BRI nomor rekeningnya 117.000618.4964 atas nama
Dominto - cabang Jakarta
Bu Niken : Oh, ini nomor rekening Matahari Farma pusat ya pak? (Pura-pura gak tau)
Pak Toni : Iya, kalo sudah transfer, langsung kabari saya ya bu. Bukti transfernya
disimpan. Nomor hp ibu berapa?
Bu Niken : Hp saya rusak pak, ini nomor telepon kantor saya, jangan telepon kesini, takut
resepsionis yang angkat.
Pak Toni : Nomor hp suami ibu?
Bu Niken : (Sambil ngasih nomor hp pimpinan redaksinya, pak Radianto).

Bu Niken kembali menelepon Bu Rossa.

Bu Niken : Terimakasih ya bu atas pemberitahuannya


Bu Rossa : Iya sama-sama. Gimana sudah selesai semua? (tertawa kecil)
Bu Niken : Udah bu. Kata kakak saya keponakan saya baru saja pulang dari latihan futsal.
Cepat sekali ya pengobatan geger otaknya. Dia tampak sehat sekali sekarang
ini ( tertawa).
Bu Rossa : ( Telepon dimatikan )

THE END

Anda mungkin juga menyukai