Suatu hari ibu Intan sedang asik bermain bersama anaknya yang bernama Putra di rumahnya.
Tiba-tiba Ibu Intan mendapatkan telepon dari nomor yang tidak dikenal. Dan Ibu Intan
mengangkat teleponnya.
Si penelpon pun mematikan teleponnya. Setelah itu iya menemui anaknya yang sedang asik
bermain.
Selama seminggu, Ibu Intan selalu ditelepon dan di sms dari nomor yang tidak dikenal yang
mengatakan bahwa anaknya di tabraklah, masuk parit, jatuh, dan alasan yang lain. Padahal
anaknya sedang ada dirumah. Ibu Intan merasa sangat terganggu akibat masalah ini. Ibu intan
meminta solusi kepada suaminya (Pak Wijaya).
Ibu intan : Pak, ibu selalu ditelepon sama orang yang tidak dikenal belakangan ini?
Pak Wijaya : Memangnya dia bilang apa sama ibu?, (mengotak-atik laptonya).
Ibu Intan : Dia bilang anak kita di tabraklah, jatuhlah, dan banyak lagilah. Padahal anak
kita lagi ada di rumah pak.
Pak Wijaya : Yaudah kita lapor saja kepolisi. ( masih asik mengotak-atik laptopnya)
Ibu intan : Tapi pak, ibu kasihan sama mereka kalau mereka dipenjara. Kayaknya orang
yang menipu ibu itu sudah berkeluarga, kan kasihan sama keluarganya kalau
mereka dipenjara.
Pak Wijaya : Yaudah jadi ibu maunya gimana? ( menutup laptopnya)
Ibu Intan : Ibu hanya ingin buat mereka jera dan malu saja pak.
Pak Wijaya : ( Berpikir ) gimana kalau kita sebar saja di radio. Bapak punya teman yang
punya stasiun radio.
Ibu intan : Boleh juga ide bapak.
Pak Wijaya dan Ibu Intan pun pergi ke stasiun radio milik teman pak wijaya. Ibu Intan
menjelaskan semua idenya kepada penyiar yang bernama niken. Ibu Intan menyuruh niken
untuk menelepon salah satu nomor yang sering menelpon bu Intan dan mengaku bahwa niken
itu adik bu intan. Dan yang mengangkat teman Gani ( Rossa) yang juga bekerjasama menipu
Bu Intan.
Drama telepon pun dimulai, dengan Si penyiar yang bernama Niken menyamar menjadi adik
bu Intan atau tante Putra yang katanya Putra jatuh di sekolah.
Bu Niken pun menelepon pak Toni untuk meminta obat Riatrik yang katanya obat geger otak
THE END