Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER

Pembimbing:

Dr. Shelvy, Sp.A

Oleh:

Intan Nabila Al Mansyuri

1102006129

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK

RSUD SERANG

2012
PEMBAHASAN

Definisi

DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang
disebabkanoleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
(Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit
demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi
mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer
&Suprohaita; 2000; 419).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus
(arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegyptidan Aedes
Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ; 341).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkanoleh
virus dengue dengan tipe I ± IV dengan infestasi klinis dengan 5 ± 7 hari disertai gejala
perdarahan dan jika timbul tengatan angka kematiannya cukup tinggi (UPF IKA,1994 ;
201).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam yang berlangsung akut
menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak menimbulkan
korban pada anak - anak berusia di bawah 15 tahun disertai dengan perdarahan
dandapat menimbulkan syok yang disebabkan virus dengue dan penularan
melalui gigitan nyamuk Aedes. (Soedarto, 1990 ; 36).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua
hari pertama (Soeparman; 1987; 16).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (betina) (Seoparman , 1990).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderitamelalui
gigitan nyamuk aedes aegepty (Christantie Efendy,1995 ).

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa
nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar
secaraefidemik. (Sir,Patrick manson,2001).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).

Etiologi Virus Dengue

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn
virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe
virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya
secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40
nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagaimacam kultur jaringan
baik yang berasal dari sel - sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun
sel ± sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).

Patofisiologi

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama-
tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami
demam,sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-
bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin
terjadiseperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali)
dan pembesaran limpa (Splenomegali)
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan
C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine
dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding
kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma keruang
ekstra seluler. Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia
serta efusi dan renjatan(syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %)
menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga
nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.Terjadinya
trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat ,
terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya


cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan
pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah
pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran
plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan
dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya
jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan
cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan
hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia
dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda
perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan
jaringan adrenal.
Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala penyakit DHF adalah :


- Meningkatnya suhu tubuh (Demam tinggi selama 5 ± 7 hari)
- Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
- Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita
- Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
- Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
- Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
- Pembengkakan sekitar mata.
- Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
- Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun,gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah)

Klasifikasi

Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi menjadi4
tingkat yaitu :

Derajat I
Panas 2 ± 7 hari , gejala umumtidak khas, uji tourniquet hasilnya positif

Derajat II

Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala ± gejala pendarahan spontan


seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi
telingadan sebagainya.

Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah
dancepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun
(120 /80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.

Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg)
anggotagerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4


golongan,yaitu :
- Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari,
Ujitourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
- Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan
seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.

- Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat(>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (120 mmHg ), tekanan darah menurun,
(120/80

- Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt)
anggotagerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

(WHO 1997):

Derajat I : Demam dengan test rumple leed positif.


Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain.
Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan pasienmenjadi
gelisah.
Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.

Komplikasi

a. DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti


pendarahanginjal, otak, jantung, paru paru, limpa dan hati. Sehingga tubuh
kehabisan darah dancairan serta menyebabkan kematian.
b. Ensepalopati.
c. Gangguan kesadaran yang disertai kejang.
d. Disorientasi, prognosa buruk.

Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendiagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF) dapat dilakukan pemeriksaan
dan didapatkan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga dapat ditegakan
dengan pemeriksaan laboratorium yakni :

- Trombositopenia (< 100.000 / mm3) , Hb dan PCV meningkat (> 20%) leukopenia(mungkin
normal atau leukositosis), isolasi virus, serologis (UPF IKA, 1994).
- Pemeriksaan serologik yaitu titer CF (complement fixation) dan anti bodi
HI(Haemaglutination ingibition) (Who, 1998 ; 69), yang hasilnya adalah

Pada infeksi pertama dalam fase akut titer antibodi HI adalah kurang dari 1/20 danakan
meningkat sampai < 1/1280 pada stadium rekovalensensi pada infeksi kedua atau
selanjutnya, titer antibodi HI dalam fase akut > 1/20 dan akan meningkatdalam stadium
rekovalensi sampai lebih dari pada 1/2560. Apabila titer HI pada fase akut > 1/1280
maka kadang titernya dalam stadiumrekonvalensi tidak naik lagi. (UPF IKA, 1994 ; 202).

- Pada renjatan yang berat maka diperiksa : Hb, PCV berulangkali (setiap jam
atau 4-6 jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan) faal haemostasis x-
foto dada,elektro kardio gram, kreatinin serum.
- Laboratorium:Trombositopenia (< 100.000/ uL) dan terjadi hemokonsentrasi lebih dari
20%.Secara singkat, pemeriksaan penunjang yang menunjukkan DHF :
a. Darah 1) Trombosit menurun. 2) HB meningkat lebih 20 %. 3) HT meningkat lebih 20 %. 4)
Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3. 5) Protein darah rendah. 6) Ureum PH bisa
meningkat. 7) NA dan CL renda
b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test). 1) Rontgen thorax : Efusi
pleura. 2) Uji test tourniket (+)

Penatalaksaan DHF Pada Anak

Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF) bersifat


simtomatisdan suportif (Ngastiyah, 12995 ; 344)Dengue Haemoragic Fever (DHF)
ringan tidak perlu dirawat, Dengue HaemoragicFever (DHF) sedang kadang ± kadang
tidak memerlukan perawatan, apabila orang tuadapat diikutsertakan dalam
pengawasan penderita di rumah dengan kewaspadaanterjadinya syok yaitu perburukan
gejala klinik pada hari 3-7 sakit ( Purnawan dkk, 1995; 571)Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi
virus dengue (UPF IKA, 1994 ; 203) yaitu:
- Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang)
ataukejang±kejang.
- Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet
positif/negatif,kesan sakit keras (tidak mau bermain), Hb dan Ht/PCV meningkat.
- Panas disertai perdarahan- perdarahan.
- Panas disertai renjatan.

Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA,


1994; 203 ± 206 adalah:Hiperpireksia (suhu 40C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan
surface cooling´.Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen, asetosal
tidak boleh diberikan Umur 6 ± 12 bulan : 60 mg / kali, 4 kali sehariUmur 1 ± 5 tahun : 50 ± 100 mg,
4 sehariUmur 5 ± 10 tahun : 100 ± 200 mg, 4 kali sehariUmur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari.

a.Oral ad libitum atau


b. 1.) Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB< 10 kg atau 50
ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 10 kg bersama ± sama di berikan minuman oralit,
air bauh susu secukupnya.
2.) Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak
± banyaknya dan sesering mungkin.

3.) Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus
yangharus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu
24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :

100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg

75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg


60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg

50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kgObat-obatan lain :


- antibiotika apabila ada infeksi sekunder lain
- antipiretik untuk anti panas
- darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.

Dengan renjatan:

Alur Tatalaksana Pemberian Cairan DHF Derajat III


Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA,
1994; 203 ± 206 adalah:
a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jamApabila menunjukkan perbaikan
(tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi terabadengan frekuensi kurang dari
120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam.
Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung
berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jamdikurangi cairan yang
sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangiwaktu yang dipakai
untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam24 jm
diperhitungkan sebagai berikut :
- 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
- 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
- 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
- 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg
b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan
tensimasih terukur kurang dari 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin
maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L
atau yanglainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal
30 mL/Kg BBdalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan
cairan RLsebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah
masuk dibagisisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.Perhitungan
kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a.ketiga
Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 ml/Kg BB/ 1 jamkeadaan
tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepatlemah, akral
dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasmaekspander
(dextran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulangmaksimal 30
mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membaik dilanjutkan dengan
cairan RL dengan perhitungan sebagai berikut : kebutuhan cairanselama 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapatmengatasi
renjatan.Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a.

3. Alur Tatalaksana Pemberian Cairan DHF Derajat IV

Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF


IKA,1994 ; 203 ± 206 adalah.a.
Berikan cairan RL sebanyak 30 ml/Kg BB/1 jam, bila keadaan baik (T > 80mmHg dan
nadi < 120 x/menit, akral hangat lanjutkan dengan RL sebanyak 10ml/Kg BB/1 jam. Jika
keadaan umum tidak stabil infus RL dilanjutkan sampai perhitungan sebagai berikut
:Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisawaktu
setelah dapat mengatasi renjatan.Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera
pada 2.a. b.

Apabila setelah pemberian Rl 30 ml/Kg BB/ 1 jam keadaan umum masih buruk.Tensi tak terukur
dan nadi tak teraba maka klien harus dipasang infus 2 tempatdengan maksud satu
tempat untuk RL 10ml/Kg BB/1 jam dan tempat lain untuk pemberian plasma atau
plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 20ml/Kg BB/1 jam selama 1 jam.
Jika keadaan umum membaik lanjutkan pemberianRL dengan perhitungan sebagai berikut
:Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisawaktu setelah
dapat mengatasi renjatan.Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera
pada 2.a.c.

Apabila setelah pemberian Rl 30 ml/Kg BB/ 1 jam keadaan umum masih buruk.Tensi tak terukur
secara palpasi dan nadi teraba cepat lemah, akral dingin makaklien ini sebaiknya
diberikan plasma atau plasma ekspander (dextran L ataulainnya) sebanyak 20 ml/Kg
BB/1 jam. Jika keadaan umum membaik lanjutkan pemberian RL dengan perhitungan
sebagai berikut :Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk
dibagi sisawaktu setelah dapat mengatasi renjatan.Perhitungan kebutuhan cairan
seperti yang tertera pada 2.a.d.

Apabila setelah pemberian Rl 30 ml/Kg BB/ 1 jam keadaan umum membaik tetapitensi
terukur kurang dari 80 mmHg dan nadi > 120 x/menit akral hangat atau akraldingin
maka klien ini sebaiknya diberikan plasma atau plasma ekspander (dextranL atau
lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam dan dapat diulangi maksimal sampai30 ml/Kg
BB/24 jam. Jika keadaan umum membaik lanjutkan pemberian RLdengan perhitungan
sebagai berikut :Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk
dibagi sisawaktu setelah dapat mengatasi renjatan.Perhitungan kebutuhan cairan
seperti yang tertera pada 2.a.

Jika tata laksana grade IV setelah 2 jam sesudah plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 20 ml/Kg BB/1 jam dan RL 10 ml/Kg
BB/1 jam tidak menunjukkan perbaikan T = 0, N = 0 maka klien ini perludikonsultasikan
ke bagian anestesi untuk dievaluasi kebenaran cairan yangdibutuhkan apabila sudah
sesuai dengan yang masuk. Dalam hal ini perlu monitor dengan pemasangan CVP,
gunakan obat Dopamin, Kortikosteroid dan perbaikikelainan yang lain.f.

Jika tata laksana grade IV setelah 2 jam sesudah plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 20 ml/Kg BB/1 jam dan RL 30 ml/Kg
BB/1 jam belum menunjukkan perbaikan yang optimal (T < 80, N > 120 x/menit), makaklien ini perlu
diberikan lagi plasma atau plasma ekspander (dextran L ataulainnya) sebanyak 10
ml/Kg BB/1 jam. Jika reaksi perbaikan tidak tampak, makaklien ini perlu dikonsultasikan
ke bagian anestesi.g.

Jika tata laksana grade IV sesudah memperoleh plasma atau plasma


ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam dan RL 30 ml/Kg
BB/1 jam belum menunjukkan perbaikan yang optimal (T > 80, N < 120 x/menit),
akraldingin maka klien ini perlu diberikan lagi plasma atau plasma ekspander (dextranL
atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam dan dapat diulangi maksimal sampai30
ml/Kg BB/24 jam. Jika reaksi perbaikan tidak tampak, maka klien ini
perludikonsultasikan ke bagian anestesi.Untuk kasus ± kasus yang sudah memperoleh
cairan 60 mg/Kg BB/2 jam pikirkan bahaya overload dan kemampuan kontraksi yang
kurang. Dalam hal ini klien perlu diberikan Lasix 1 mg/Kg BB/kali dan Dopamin.

Anda mungkin juga menyukai