Jihad Harta
Jihad Harta
JIHAD HARTA
Ada tiga rentetan ayat dalam surat As shaff yang rasanya patut kita renungi kembali. Ketiga ayat
ini bernuansa cukup provokatif, sebab isinya menantang orang untuk melakukan transaksi bisnis
dengan Sang pemilik dunia. Ketiga ayat itu adalah ayat sepuluh, sebelas dan dua belas.
Dengan komposisi mirip susunan surat lazimnya, melalui tiga ayat tersebut, Allah memberitakan
secara singkat, padat dan tepat. Terdiri dari pembuka pada ayat sepuluh, isi pada ayat sebelas,
dan penutup pada ayat dua belas.
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkan kamu dari azab yang pedih. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu
mengetahuinya. niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di
surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar. (QS. 61:10-12)
Penamaan Jihad sebagai perniagaan ini diberikan karena Allah membeli harta dan diri seluruh
muslim yang berjihad dengan bayaran surga. Gaya bahasa seperti ini dipakai agar lebih
memudahkan orang untuk memahami esensi jihad sebenarnya. Tentu, perdagangan yang biasa
digunakan orang untuk memperoleh keuntungan, akan lebih mudah dipahami jika jihad juga
diterjemahkan dalam bahasa ekonomi. Ini bertujuan untuk menepis pemahaman jihad yang
identik dengan kematian. Dan mati sama dengan rugi.
Ibnu Qayyim berkata,”Wajib berjihad harta dengan harta sama seperti kewajiban berjihad dengan
nyawa. Ini merupakan salah satu dari dua pendapat Ahmad. Dan pendapat inilah yang benar
tanpa diselubungi keraguan sedkitpun. Perintah berjihad dengan harta merupakan saudara
kandung dan pasangan perintah berjihad dengan nyawa dalam Al-Quran, bahkan selalu
disebutkan lebih dulu daripada jihad dengan nyawa dalam setiap ayat yang mencantumkannya,
kecuali pada satu ayat saja. Hal ini menunjukkan bahwa jihad dengan harta lebih penting dan
mendesak ketimbang jihad dengan nyawa.” [1]
1. Pengertian umum jihad harta adalah menyumbangkan harta dalam segala bidang kebaikan
yang mengantarkan keridhaan kepada Allah seperti membantu fakir miskin, membangun
masjid dan lain-lain. Intinya adalah setiap sumbangan harta yang manfaatnya dapat
dirasakan sebagian kaum muslimin atau perseorangan.
2. Pengertian khusus jihad harta adalah menyumbangkan harta untuk mendukung bidang-
bidang yang terkait dengan jihad militer.
Ash-Shan’ani mendefinisikan jihad harta,”Sumbangan yang diberikan oleh seseorang guna
membiayai jihad, senjata dan semisalnya.”
Hukum jihad harta adalah wajib, sama seperti kewajiban berjihad dengan nyawa. Karena jihad
kedua tidak akan dapat terlaksana tanpa jihad pertama. Suatu perkara yang apabila sebuah
kewajiban tidak akan sempurna tanpa keberadaannya, maka perkara tersebut juga menjadi wajib.
Setiap muslim dituntut untuk melaksanakan kewajiaban ini, sebagaimana dia dituntut untuk
berjihad dengan nyawa.
.َجا ِهد ُْوا ْال ُم ْش ِر ِكيْنَ بِأ َ ْم َوا ِل ُك ْم َوأ َ ْنفُ ِس ُك ْم َوأ َ ْل ِسنَتِ ُك ْم
“Berjihadlah melawan orang-orang musyrikin dengan harta, jiwa, dan lisan kalian.”(HR. Abu
Dawud)
Hati kita terketuk untuk membantu saudara seiman yang teraniaya bukanlah hanya bentuk
solidaritas semata. Hal ini juga bentuk loyalitas kepada sesama muslim dan merupakan perintah
Allah untuk berjihad dengan harta.
“Tidak diragukan lagi, jihad dengan harta adalah salah satu dari dua jihad yang ada.
Sebagaimana dinyatakan oleh Nabi
َ َازيا ً في
سبِي ِل هللا فقد غَزَ ا ِ َم ْن َج ّهزَ غ
“Sesiapa yang memberangkatkan orang yang berperang di jalan Allah, berarti dia juga ikut
berperang.” (HR Bukhari)”[4]
Jadi, tidak ada halangan lagi untuk membantu saudara seiman dimanapun mereka berada. Jarak
dan waktu bukanlah hambatan yang berarti. Uluran tangan dan harta kita akan sangat membantu
mereka sebagai bukti bahwa umat Islam adalah satu tubuh dan satu bangunan.
Kedua, berharap meraih keutamaan jihad harta dan mendapat pahala besar yang dijanjikan Allah
Di dalam Al-Quran, Allah mendahulukan jihad harta atas jihad nyawa setiap kali menyebut
keduanya secara bersamaan, kecuali dalam satu ayat saja
َّللا فَا ْست َ ْبش ُِروا بِبَ ْي ِع ُك ُم الَّذِي بَايَ ْعت ُ ْم بِ ِه َو َذلِكَ ه َُو ْالف َْو ُز ْال َعظِ ي ُم
ِ َّ ََو َم ْن أ َ ْوفَى بِ َع ْه ِد ِه مِ ن
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh
atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an.
Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan
jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah:111)
Selain ayat tersebut, jihad harta selalu disebut lebih dulu daripada jihad nyawa. Bukan karena
kedudukan jihad harta lebih utama,melainkan karena urgensi jihad harta sebagai fasilitator jihad
nyawa. Jihad harta berkedudukan sebagai persiapan awal sebelum melakukan jihad nyawa,
selain karena fungsinya sebagai penunjang yang ideal untuk terlaksananya jihad nyawa.
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan
musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang
Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas
dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Anfal 60)
Ayat ini memerintahkan agar melakukan persiapan berupa jihad harta dan dilanjukan dengan
jihad nyawa. Karena itulah Allah mengaitkan pahala dua jihad tersebut secara bersamaan dan
menyematkan keduanya sebagai sifat orang-orang yang beriman.
Allah menjanjikan pahala yang besar dan kedudukan yang tinggi bagi orang yang berjihad
dengan harta dan nyawa. Sebaliknya, Allah mengancam orang-orang yang enggan
melakukannya dengan siksaan pedih dan api neraka yang menyala-nyala.
َّ َب َو ْال ِف
ضةَ َوال َ َّللا َوالَّذِينَ يَ ْكن ُِزونَ الذَّه َ ع ْن
ِ َّ سبِي ِل َ َصدُّون ِ َّان لَيَأ ْ ُكلُونَ أ َ ْم َوا َل الن
ُ َاس بِ ْالبَاطِ ِل َوي ِ َالر ْهب
ُّ ار َو ً يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا إِ َّن َكث
ِ َِيرا مِ نَ األحْ ب
ور ُه ْم َهذَا َما َكن َْزت ُ ْم أل ْنفُ ِس ُك ْم فَذُوقُوا ُ َار َج َهنَّ َم فَت ُ ْك َوى بِ َها ِجبَا ُه ُه ْم َو ُجنُوبُ ُه ْم َو
ُ ظ ُه َ يَ ْو َم يُحْ َمى,ب أَل ٍِيم
ِ علَ ْي َها فِي ن ٍ ش ْر ُه ْم بِعَذَا
ّ ِ ََّللاِ فَب َ يُ ْن ِفقُونَ َها فِي
َّ سبِي ِل
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi
dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan
perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa
mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka
Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan)
kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah
sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”.(QS. At-Taubah 34-35 )
Keempat, merealisasikan niat tulus dan hasrat untuk menjalani jihad nyawa.
Seorang muslim yang memiliki tekad kuat untuk berjihad dengan nyawa tentu selalu berusaha
merealisasikannya. Namun, hal itu tidak mudah di zaman ini. Sering ada batu sandungan dan
penghalang bagi seorang muslim untuk ikut serta membela saudaranya yang teraniya.
Maka, jihad harta menjadi bukti ketulusan hasratnya untuk berjihad dengan nyawa ketika
kesempatan terbuka. Karena dengan demikian dia telah berbuat sesuai dengan peluang jihad
yang tersedia.
Akan tetapi jika dia enggan menunaikan kewajiban jihad yang mampu dikerjakan saat ini, lalu
mengaku mendambakan dan merindukan jihad yang lainnya, maka itu hanyalah pepesan kosong
belaka.
Tidak bisa dipungkiri bahwa perjuangan selain membutuhkan pengorbanan nyawa juga
membutuhkan dana yang besar. Memelihara harta merupakan tujuan terakhir dari lima tujuan
besar dalam syariat Islam. Harta harus digunakan untuk memelihara pencapaian tujuan-tujuan
sebelumnya. Bahkan, ketika musuh menyerang, memelihara harta sendiri tidak dapat dilakukan
kecuali dengan mengorbankannya dalam bentuk jihad dan nyawa.
Siapapun yang menyimak riwayat hidup generasi salaf sejak zaman Rasulullah maka akan
mendapati bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat bermurah hati untuk mengorbankan
segala yang dimilikinya untuk menegakkan kejayaan agama ini.
Dengan sikap inilah mereka berhasil memimpin bangsa-bangsa dunia. Saat itu, tidak satu pun
bangsa yang sanggup mengalahkan mereka. Ini berkat kekuatan iman dan keyakinan mereka
kepada Allah, komitmen menjalankan syariat Islam yang berkaitan dengan jihad dan lainnya.
Mereka adalah orang-orang istimewa yang harus diteladani.
Ketujuh, musuh Islam mendanai besar-besaran proyek kebatilan mereka secara terus menerus,
karena itu kita lebih berkewajiban melakukannya agar dapat mengembalikan hak-hak yang
terampas dan merebut tanah-tanah suci yang terjajah.
(Takruri) (El_Ashim, 2016) (AKbar, 2014) (Ramadansyah, 2009) (Pengertian Jihad yang
Sebenarnya, n.d.)
Sumber:
AKbar, C. (2014, Desember 11). Empat Alasan Mengapa Jihad Harta Menjadi Keharusan. Retrieved from
HIdayatullah.com: https://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-
muslim/read/2014/12/11/34806/empat-alasan-mengapa-jihad-harta-menjadi-keharusan.html
Ramadansyah, F. (2009, Februari 11). Jihad Harta; Konsep dan Aplikasinya dalam Perang. Retrieved from
Eramuslim.com: https://www.eramuslim.com/suara-kita/pemuda-mahasiswa/jihad-harta-
konsep-dan-aplikasinya-dalam-perang.htm