Anda di halaman 1dari 4

Jannah, Hanya Bagi yang Mampu Membayar Harganya

ِ ‫ت َأ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬


‫ض ّل‬ ِ ‫ِإ ّن ْال َح ْم َد ِهللِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْست َِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو َسيَّئا‬
ُ‫ي لَهُ َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالّ هللاُ َوَأ ْشهَ ُد َأ ّن ُم َح ّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬َ ‫لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد‬

ٍ ‫ص ّل َو َسلّ ْم عَلى ُم َح ّم ٍد َوعَلى آلِ ِه ِوَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس‬
.‫ان ِإلَى يَوْ ِم ال ّديْن‬ َ ‫اَللهُ ّم‬

َ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ ّن ِإالّ َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬


ّ ‫يَاَأيّهَا الّ َذ ْينَ آ َمنُوْ ا اتّقُوا هللاَ َح‬

Segala puji kita bagi Allah Rabb semesta atas berbagai macam nikmat yang telah
dianugerahkan pada kita semua. Apa pun nikmat yang Allah berikan patut kita syukuri walau
itu sedikit.

‫َم ْن لَ ْم يَ ْش ُك ِر ْالقَلِي َل لَ ْم يَ ْش ُك ِر ْال َكثِي َر‬

“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia sulit untuk mensyukuri sesuatu
yang banyak.” (HR. Ahmad)

Semoga kita menjadi hamba Allah yang bersyukur dan dapat memanfaatkan nikmat yang
ada dalam ketaatan dan ketakwaan pada Allah.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam, juga kepada para sahabat, para tabi’in, serta para ulama yang telah memberikan
contoh yang baik pada kita.

Rasulullah bersabda

ٍ َ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ َم ْسلَ َمةَ ب ِْن قَ ْعن‬


ٍ ِ‫ب َح َّدثَنَا َح َّما ُد بْنُ َسلَ َمةَ ع َْن ثَاب‬
‫ت َو ُح َم ْي ٍد ع َْن‬

ِ ‫ت ْال َجنَّةُ بِ ْال َم َك‬


‫ار ِه َو ُحفَّتأ‬ ِ َّ‫صلَّى هَّللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُحف‬
َ ِ ‫ل هَّللا‬Nُ ‫ال قَا َل َرسُو‬
َ َ‫ك ق‬
ٍ ِ‫َس ب ِْن َمال‬
ِ ‫ن‬

ِ ‫النَّا ُر بِال َّشهَ َوا‬


‫ت‬

Telah bercerita kepada kami Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab, telah bercerita kepada
kami Hammad bin Salamah dari Tsabit dan Humaid, dari Anas bin Malik berkata,
“Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Jannah dikelilingi oleh berbagai hal
yang tidak menyenangkan dan neraka dikelilingi dengan syahwat.” (HR Muslim)

Nabi mengabarkan kepada kita bahwa jannah dikelilingi oleh berbagai hal yang umumnya
tidak disukai oleh manusia. Siapapun yang ingin mendapatkan Jannah mesti siap menempuh
jalan yang penuh onak dan duri, jalan perjuangan yang melelahkan, pengorbanan harta,
tenaga, usia dan bahkan nyawa, kendati hawa nafsu menentangnya. Terpampang pula di
hadapannya seribu satu rintangan yang tak diingini oleh nafsu yang cenderung rehat dan
berfoya-foya.
Sebaliknya, neraka terselubungi oleh sejuta pesona yang menggiurkan orang untuk
menjamahnya, serasi dengan selera nafsu dan angkara. Sehingga banyak manusia terkecoh
oleh jerat dan perangkapnya.

Teraihnya jannah hanyalah apabila manusia sanggup bermain dengan aturan dan rambu-
rambu yang telah ditetapkan oleh Sang Pemiliki Jannah (Allah) berupa perintah dan
larangan. Mengikuti rambu-rambu tersebut membutuhkan kesabaran ekstra dan
pengorbanan yang luar biasa.

Karena umumnya perintah adalah sesuatu yang berat diterima oleh selera hawa nafsunya.
Adapun wujud larangan biasanya justru sesuatu yang diingini oleh syahwatnya. Namun
inilah harga yang telah ditentukan oleh Pemiliknya.

Allah mensifatkan keadaan penghuni jannah dengan firman-Nya:

٤١﴿ ‫فَِإ َّن ْال َجنَّةَ ِه َي ْال َمْأ َو ٰى‬ ﴾٤٠﴿‫س ع َِن ْالهَ َو ٰى‬
َ ‫﴾ َوَأ َّما َم ْن َخافَ َمقَا َم َربِّ ِه َونَهَى النَّ ْف‬
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya jannahlah tempat tinggal (nya).” (QS An-
Nazi’at 40-41)

Mush’ab bin Umair, rela meninggalkan segala kemewahannya ketika diboikot orang tua
sejak masuk Islam. Dari pemuda yang paling keren, paling halus bajunya, paling wangi
minyaknya bagaikan photo model dan paling didamba gadis-gadis di Mekah. Akhirnya beliau
tinggalkan semuanya karena Islam. Bahkan tatkala syahid di medan perang, hanya burdah
yang dimilikinya untuk menutup tubuhnya, jika ditutpkan kakinya kelihatan kepalanya dan
jika ditutupkan kepalanya terlihat kakinya.

Beliau tahu, itulah alat tukar untuk meraih jannah. Demi melihatnya nabi bersabda,
“Sungguh di Mekah dahulu aku tidak melihat orang yang lebih halus pakaiannya dan lebih
rapi rambutnya daripada kamu.

Namun sekarang rambutmu kusut masai dan tubuhmu hanya ditutup dengan sehelai
burdah.” Lalu beliau bersabda perihal Mush’ab dan pahlawan lain yang gugur:

‫نَّ ُك ُم ال ُّشهَدَا ُء ِع ْن َد ِإ َّن َرسُوْ َل هللاِ يَ ْشهَ ُد أ‬

‫هللاِ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة‬

“Sungguh Rasulullah (aku) bersaksi bahwa kalian adalah syuhada di sisi Allah pada hari
kiamat.”

JAMAAH JUMAT RAHIMAKUMULLAH

Jannah tidaklah disediakan bagi mereka yang tak mau membayar harga, bakhil dalam
mengorbankan apa yang dimilikinya untuk mendapatkannya. Bukan pula untuk manusia
yang berangan untuk meraihnya namun tak sudi menempuh jalannya. Allah menceritakan
perihal orang-orang yang tidak turut serta dalam perang Tabuk:

‫ َو َسيَحْ لِفُونَ بِاللَّـ ِه لَ ِو ا ْستَطَ ْعنَا لَخ ََرجْ نَا‬ ُۚ‫َت َعلَ ْي ِه ُم ال ُّشقَّة‬ َ ‫ اَّل تَّبَعُو‬N‫ص ًدا‬
ْ ‫ك َولَ ٰـ ِكن بَ ُعد‬ ِ ‫لَوْ َكانَ ع ََرضًا قَ ِريبًا َو َسفَرًا قَا‬
٤٢﴿  َ‫﴾ َم َع ُك ْم يُ ْهلِ ُكونَ َأنفُ َسهُ ْم َواللَّـهُ يَ ْعلَ ُم ِإنَّهُ ْم لَ َكا ِذبُون‬

“Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan
perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju
itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: “Jikalau
kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu” Mereka membinasakan diri
mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-
orang yang berdusta.” (At-Taubah 42)

Maka adakah pantas bagi seseorang telah mengaku cinta kepada Allah, berangan ingin
mendapat jannah, namun ia enjoy dengan maksiat, foya-foya, dan tidak memiliki perhatian
terhadapp urusan agamanya?

Hamba Allah yang tulus ingin mendapatkan jannah akan berupaya memahami ilmu menuju
jannah, mengamalkannya dan bersabar atas gangguan yang dihadapannya serta berpaling
dari pantangan-pantangan Jannah adalah bukti konkrit manusia yang ingin mendapatkan
jannah.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu berkata, “enam perkara, apabila ada pada diri seseorang
maka ia betul-betul mencari jannah dan menjauh dari neraka, yakni mengenal Allah
kemudian mentaatinya, mengenal setan kemudian memusuhinya, mengenal kebenaran
kemudian mengikutinya, mengenal kebathilan kemudian menjauhinya, mengenal dunia
kemudian mengesampingkannya menggunakannya untuk kepentingan akherat) dan
mengenal akherat kemudian memburunya.”

JAMAAH JUMAT RAHIMAKUMULLAH

Jika para pemburu jannah harus mencurahkan pengorbanan segala yang dimilikinya, bukan
berarti para calon penghuni neraka tidak butuh pengorbanan untuk mendaftar menjadi
penghuninya.

Musuh-musuh Islam pun mencurahkan segala tenaga, bersusah payah dan mengorbankan
apa yang mereka punya untuk menukarnya dengan neraka. Allah berfirman:

‫ َوتَرْ جُونَ ِمنَ اللَّـ ِه َما اَل‬  ۖ َ‫ِإن تَ ُكونُوا تَْألَ ُمونَ فَِإنَّهُ ْم يَْألَ ُمونَ َك َما تَْألَ ُمون‬  ۖ‫َواَل تَ ِهنُوا فِي ا ْبتِغَا ِء ْالقَوْ ِم‬
١٠٤﴿ ‫ َو َكانَ اللَّـهُ َعلِي ًما َح ِكي ًما‬  ۗ َ‫﴾يَرْ جُون‬

“Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan


(pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang
tidak mereka harapkan.” (QS An-Nisa’ 104)

Begitupula dengan para pemburu yang melalaikan akheratnya. Belum ada ceritanya para
penggandrung dunia merasa puas dengan apa yang telah di tangannya.
Dia akan senantiasa berjuang, berkorban dan bekerja keras untuk memburu keinginan
nafsunya yang mustahil akan didapatkannya. Akan tetapi:

ً‫﴾ تَصْ لَ ٰى نَارًا َحا ِميَة‬٣ ﴿ ٌ‫صبَة‬


ِ ‫عَا ِملَةٌ نَّا‬
“Bekerja keras lagi kepayahan, (lalu) memasuki api yang sangat panas (neraka).” (QS Al-
Ghasiyah 3-4)

JAMAAH JUMAT RAHIMAKUMULLAH

Siapapun manusia sesungguhnya ia akan menuai hasil perbuatannya di dunia. Yang kafir
ataupun yang mukmin, yang shalih maupun yang thalih, yang kaya ataupun yang papa. Hasil
yang diperoleh tergantung dengan besarnya pengorbanan dan tujuan ia berkorban.

Jika para pemburu neraka berkorban dan berjuang untuk mendapatkan kebinasaannya,
tentulah pengorbanan kita untuk mendapatkan kenikmatan Jannah harus lebih dituntut.

Hendaknya kita tidak segera merasa bangga dan merasa cukup dengan amal yang telah kita
usahakan, karena kenikmatan jannah yang disediakan untuk kita terlampau besar bila
dibandingkan dengan upaya kita. Imam Syafi’i berkata, “jika anda takut ujub, maka ingatlah
tiga perkara, yakni ridha siapa yang dia cari, kenikmatan apa yang dia inginkan dan
kebinasaan mana yang hendak dia jauhi.

Barangsiapa yang merenungkan ketiganya, niscaya akan merasa kecillah apa yang telah dia
usahakan.”

Anda mungkin juga menyukai