BPOM RI-2022
Ada komentar tentang gambar ini?
CARA PRODUKSI PANGAN OLAHAN YANG BAIK
Adalah suatu pedoman yang menjelaskan bagaimana memproduksi pangan agar aman,
bermutu dan layak untuk dikonsumsi, antara lain dengan cara :
a. Mencegah tercemarnya pangan olahan oleh cemaran biologis, kimia dan benda lain.
b. Mematikan atau mencegah hidupnya jasad renik patogen.
c. Mengendalikan proses produksi
(1) Setiap Orang yang terlibat dalam rantai Pangan wajib mengendalikan risiko bahaya pada Pangan,
baik yang berasal dari bahan, peralatan, sarana produksi, maupun dari perseorangan sehingga
Keamanan Pangan terjamin.
(2) Setiap Orang yang menyelenggarakan kegiatan atau p roses p roduksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan/atau peredaran Pangan wajib:
a. memenuhi Persyaratan Sanitasi; dan
b. menjamin Keamanan Pangan dan/atau keselamatan manusia.
CARA PRODUKSI PANGAN OLAHAN YANG BAIK
MANFAA
T
• Meningkatkan kepercayaan pelanggan
• Meningkatkan citra/kompetensi industri Mikro
Menengah
• Meningkatkan kesempatan industri untuk Kecil
1. Banyak barang tidak terpakai di luar area pabrik, tidak ada tempat sampah tertutup di luar
area pabrik
2. Sarana tidak memiliki pengendalian hama di luar pabrik, ditemukan kucing yang masuk
3. Tempat cuci tangan dan bak cuci kaki tidak mudah dijangkau atau tidak ditempatkan secara
layak
4. Fasilitas pencucian tidak disediakan (sabun, pengering, dan lain-lain
5. Penempatan barang tidak teratur dan tidak dipisah- pisahkan (Penyimpanan bahan pengemas
dan bahan-bahan lain: kimia, bahan berbahaya dll),
6. Kondisi tempat penyimpanan (Gudang) tidak teratur
7. Pelatihan terkait Higiene dan Sanitasi karyawan belum dilakukan
8. Pemantauan terhadap Kesehatan karyawan belum efektif dilakukan
Lokasi Pengemas
Bangunan Label dan
Fasilitas keterangan produk
sanitasi Penyimpanan
Mesin Pemeliharaan dan
dan peralatan program sanitasi
Bahan Pengangkutan
Pengawasan Dokumentasi dan
proses pencatatan Pelatihan
Produk
1.
LOKASI
LOKASI DAN KEADAAN LINGKUNGAN BEBAS DARI SUMBER
PENCEMARAN
1.Jauh dari lokasi pencemaran, tempat pembuangan sampah, limbah
2.Tidak berdebu
3.Tersedia tempat pembuangan sampah dan puing yang berada di luar area produksi.
4.Pemeliharaan tumbuh-tumbuhan
5.Saluran air tidak tergenang
6.Persiapkan penanganan area rawan banjir
7.Tidak boleh ditemukan adanya binatang di seluruh area
SUMBER KONTAMINASI
PADA PANGAN
AIR KOTOR
HAMA
KOTORAN/TANAH SAMPAH/LIMBAH
PENYEBAB KONTAMINASI
Praktek higiene personal yang buruk
Pembersihan yang tidak memadai
Kontaminasi silang dari bahan mentah ke
makanan matang
Bangunan dan peralatan tidak dipelihara
Kontrol/monitoring suhu yang buruk
Kurangnya pelatihan karyawan
Kurangnya kesadaran karyawan
Kurangnya komitmen dari manajemen
Kurangnya sumber daya dari manajemen
Serangan hama
Kontaminasi silang alergen
Kondisi penyimpanan yang buruk – suhu,
pemisahan, identifikasi
2.
BANGUNAN
• Bangunan dan
Lantai Dinding Pintu-Jendela Atap Utiliti
ruangan dibuat Rangka
berdasarkan
perencanaan
yang memenuhi
persyaratan
teknik dan
higiene.
• Mudah
dibersihkan,
mudah
INDUSTRI UMKM
LANTAI
Permukaan rata, tahan air, tidak licin
Retakan / area yang berlubang harus tertutup rapat (tidak ada celah)
Mudah dibersihkan batas dinding dengan lantai harus dibuatkan melengkung atau mudah dibersihkan
Area basah disediakan saluran air dan lantai dibuat miring searah aliran sehingga air tidak tergenang atau
tersedia alat pengering
Retakan
akan
menyulitkan
pembersihan
dan berisiko
menjadi
Tumpukan bahan baku rumah bagi
tidak menempel di serangga
dinding agar mudah
dibersihkan
Dinding rata dengan cat berwarna Cat yang terkelupas, berisiko jatuh
cerah akan memudahkan pembersihan dan mencemari produk yang sedang
dan terdeteksi jika kotor diolah dibawahnya
DINDING
Kondisi rata dan ditutup dengan permukaan bersih dan mudah dibersihkan
Hindari peralatan berbahan kayu, karena kemungkinan besar akan dihinggapi rayap/ lembab berjamur.
Berwarna cerah dan tidak ada retakan / celah
Barang-barang diletakkan berjarak minimum 50 cm dari dinding agar mudah dibersihkan
ATAP DAN RANGKA
Didesain untuk mencegah tumpukan kotoran dan mengurangi kondensasi / pembentukan jamur.
Struktur rangka terpelihara baik : bebas karat, jaring laba-laba dan mudah dibersihkan
Tidak bocor, lubang (sebagai tempat masuknya binatang)
Door closer/
pintu otomatis
Pintu dan
Pintu
Pintu
toilet
toilet
jendela
Lembaran plastik saling membuka
membukakeke
dilapisi kawat Pintu ruang
menumpuk, ujung dalam
arah toilet
dalam
nyamuk/ram produksi
bawah plastik tepat toilet (didorong)
membuka ke
menyentuh lantai
arah luar (ditarik)
PINTU DAN JENDELA
Pintu-pintu harus menutup dengan rapat, dan jika perlu menutup sendiri (automatic door closer).
Arah pintu membuka keluar (tidak masuk debu/ kotoran dari luar)
Pintu luar harus selalu tertutup. Jika proses sering memerlukan penggunaan pintu luar, plastic curtain / pintu
otomatis harus dipasang.
Jendela harus tertutup /dipasang kawat jaring untuk mencegah masuknya serangga, tinggi jendela dari lantai
minimal 1 meter
Untuk area yang langsung berhubungan dengan produksi hindari bahan kaca/ gelas.
Beri penanda pada sistem
pemipaan (plumbing)
dgn kode atau warna,
antara saluran untuk air
bersih X limbah X produk
inproses, dll
Air bersih
mengalir
Lap bersih
Sabun
pengemasan
in Pengupasan pencucian pengirisan penggorengan out
pengemasan
Pengupasan penggorengan
in out
penggorengan
Pengupasan
pengemasan
Pengupasan
Area rumah tinggal
pengemasan
out pengemasan
in
Area rumah tinggal out in
out
Area rumah tinggal
5. BAHAN
⦿ Bahan adalah : bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, air, dan BTP.
⦿ Bahan harus tidak rusak atau tidak mengandung bahan berbahaya, tidak merugikan
kesehatan dan memenuhi standar mutu
AIR
• Air yang merupakan bagian dari pangan seharusnya
memenuhi persyaratan air minum
• Air untuk mencuci bahan seharusnya memenuhi
persyaratan air bersih
BTP
• Peraturan Badan POM No 11 Tahun 2019 tentang
Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan Pangan (BTP)
Definisi :
Bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan
Tujuan penggunaan:
• Membentuk pangan
• Memberikan warna
• Meningkatkan kualitas pangan
• Memperbaiki tekstur
• Meningkatkan cita rasa
• Meningkatkan stabillitas
• Mengawetkan pangan
27 Golongan Bahan Tambahan Pangan
1. Antibuih (antifoaming agent); 14.Pengawet (preservative)*;
2. Antikempal (anticaking agent); 15.Pengembang (raising agent);
3. Antioksidan (antioxidant)*; 16.Pengemulsi (emulsifier);
4. Bahan Pengkarbonasi (carbonating 17.Pengental (thickener); 18.Pengeras
agent); (firming agent); 19.Penguat Rasa
5. Garam Pengemulsi (emulsifying (flavour enhancer)*; 20.Peningkat
salt); Volume (bulking agent); 21.Penstabil
6. Gas untuk Kemasan (packaging (stabilizer);
gas); 22.Peretensi Warna (colour retention agent);
7. Humektan (humectant); 23.Perlakuan Tepung (flour treatment agent);
8. Pelapis (glazing agent); 24.Pewarna (colour)*, termasuk Pewarna
9. Pemanis (sweetener), termasuk Pemanis Alami (natural food colour) dan Pewarna
Alami (natural sweetener) dan Pemanis Sintetis (synthetic food colour);
Buatan (artificial sweetener)*; 25.Propelan (propellant);
10.Pembawa (carrier); 26.Sekuestran (sequestrant); dan
11.Pembentuk Gel (gelling agent); 27.Perisa (Flavouring)
12.Pembuih (foaming agent);
13.Pengatur Keasaman (acidity
regulator);
Bahan yang Dilarang Digunakan sebagai BTP
☺ Asam borat dan senyawanya (Boric acid) Dasar: Permenkes RI No. 033 tahun 2012 tentang
Boraks Bahan Tambahan Pangan
☺Asam Salisilat dan garamnya
(Salicylic acid and its salt) ☺Sinamil antranilat (Cinamyl
☺ Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, anthranilate)
DEPC) ☺ Dihirosafrol (Dihydrosafrole)
☺ Dulsin (Dulcin) ☺ Biji tonka (Tonka bean)
☺ Kalium klorat (Potassium chlorate) ☺ Minyak kalamus (Calamus oil)
☺ Kloramfenikol (Chloramphenicol) ☺ Minyak tansi (Tansi oil)
Salah satu antibiotik ☺ Minyak sasafras (Sasafras oil)
☺ Minyak nabati yang dibrominasi
(Brominated vegetable oils)
☺ Nitrofurazon (Nitrofurazone)
☺ Formalin
☺ Kalium Bromat (Potassium
bromate)
☺ Dulkamara (Dulcamara)
☺ Kokain (Cocaine)
X
☺ Nitrobenzen (Nitrobenzene)
CONTOH BAHAN BERBAHAYA DAN
PENYALAHGUNAANNYA DALAM PANGAN OLAHAN
• KERUPUK MERAH (SOTO PADANG, ASINAN SAYUR)
RHODAMIN B • KUE MANGKOK (MERK IJ, SB, SM DLL)
• PACAR CINA, MUTIARA
• CANTIK MANIS, ARUM MANIS
FORMALI dll)
• MI KUNING, MI BASAH (MPEK-MPEK, ASINAN)
N • BAKSO
• DLL
• KERUPUK KUNING
METHANI • TAHU KUNING
Penggunaan BTP sesuai fungsi dan tepat takaran, tidak boleh melebihi
batas maksimum yang diizinkan
Contoh : Sakarin diizinkan pada minuman sebesar: 500 mg/kg penggunaan di pangan yang ditemui:
2.000 mg/kg.
Operator Retort/ Autoklaf : Merupakan personil yang bertanggung jawab untuk memastikan kinerja
retort tetap baik sesuai dengan proses terjadwal selama proses berlangsung dan juga bertanggung jawab
untuk melaporkan segala perubahan atau penyimpangan proses yang terjadi kepada otoritas proses
termal.
B. VALIDASI PROSES
PANAS
merupakan desain proses berupa suhu, waktu dan tekanan proses yang ditetapkan
sesuai dengan hasil validasi kecukupan panas yang akan dijadikan acuan parameter
proses dalam operasional sehari-hari.
Lanjutan 6. PENGAWASAN PROSES
a. Pengawasan Proses:
- Jenis dan jumlah bahan yang digunakan
- Tahap proses produksi
- Langkah yang harus dimonitoring
- Jumlah produk untuk 1x produksi
- Pengawasan suhu dan waktu proses produksi
b. Pengawasan Bahan:
- Bahan harus memenuhi syarat mutu
- Ada pemeriksaaan organoleptik, fisik, kimia
dan mikrobiologi di Laboratorium
- Catatan bahan yang digunakan dipelihara.
c. Pengawasan terhadap Kontaminasi:
- Mencegah masukkan 3 cemaran pada pangan yang
diolah
- B3 disimpan jauh dari penyimpanan pangan dan diberi
label.
- Bahan baku disimpan terpisah dari pangan yang diolah atau
produk akhir.
- Menerapkan hygiene karyawan
- Permukaan kerja dan peralatan dijaga kebersihannya
- Menghindari bahan gelas di area produksi
- Lampu berpelindung
- Wadah/alat yang digunakan sudah tara pangan
- Mencatat penyimpangan dan tindakan koreksinya
Jenis,
SPESIFIKASI ukuran, Persyaratan Dokumen
Air
Bahan Kemasan
kemasan ANALISA AIR
Cara Komposisi
Produksi &
Baku Formulasi
Catatan
Catatan
FORMULA BAKU
PROSES PRODUKSI
7. PRODUK
AKHIR
Produk
Akhir harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan :
Peraturan Badan POM No 13 tahun 2019 tentang Batas Maksimal Cemaran Mikroba dalam
Pangan Olahan (dikecualikan untuk Pangan Steril Komersial)
Peraturan Kepala Badan POM no 5 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan
Peraturan Kepala Badan POM no 8 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Kimia
dalam Pangan Olahan
jlppi.or.id/ datalab-1--.html
9. KARYAWAN Kesehatan Karyawan
TIFUS
FLU
KULI
T
ISPA SAKIT
Pengawasan Perilaku
Karyawan Bercakap-
cakap
Makan/minum Bersin
10. PENGEMAS
⦿ Penggunaan pengemas yang memenuhi syarat akan mempertahankan mutu dan
melindungi produk terhadap pengaruh dari luar
⦿ Persyaratan kemasan : Peraturan Badan POM No 20 Tahun 2019 tentang
Kemasan Pangan
⦿ Kemasan harus tahan pada suhu sterilisasi dan memenuhi persyaratan batas
migrasi bahan berbahaya ke dalam produk. Kemasan yang dapat digunakan :
Logam
41
11. LABEL DAN KETERANGAN PRODUK
Peraturan Badan POM No 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan
KETERANGAN
YANG WAJIB DICANTUMKAN
Informasi a, c, d, e, g, h wajib
dicantumkan pada bagian yang
paling mudah dilihat dan dibaca
12. PENYIMPANAN
Penangana
n limbah
Program Pengendalian Hama
Lem
lalat
Pencegahan Tikus,
Serangga
PERHATIKAN:
- Jangan meletakkan insektisida/
pestisida dekat pangan
- Jangan semprot saat ada proses
produksi
14. PENGANGKUTAN
⦿ Pengangkutan produk akhir membutuhkan pengawasan untuk menghindari
kesalahan yang mengakibatkan kerusakan dan penurunan mutu.
Dokumen Rekaman: Bukti kerja yang merupakan bagian dari dokumen Mutu,
Level 4
Penunjang berupa formulir-formulir isian, check sheet, dll., yang harus diatur dan
dikendalikan secara tersendiri.
Pencatatan dan dokumentasi yang baik diperlukan untuk
memudahkan penelusuran masalah yang berkaitan dengan
proses produksi dan distribusi, mencegah produk melampaui
batas kedaluwarsa, meningkatkan keefektifan sistem
pengawasan pangan.
• Menghentikan sesegera mungkin, distribusi dan penjualan pangan yang berpotensi tidak
aman bagi kesehatan konsumen, tidak memenuhi persyaratan mutu pangan sesuai dengan
Standard Nasional Indonesia yang diwajibkan, tidak memenuhi persyaratan label pangan;
• Menarik kembali pangan yang berpotensi tidak aman dari peredaran secara efektif dan efisien;
• Memberitahukan perihal penarikan pangan secara efektif kepada instansi yang terkait,
produsen pangan, importir pangan, dan konsumen.