Anda di halaman 1dari 9

Pemanfaatan Kosakata Daerah Jambi dalam Penamaan Rupabumi

Ristanto

Kantor Bahasa Jambi


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Jalan Arif Rahman Hakim No. 101, Telanaipura, Jambi
Pos-el: ristantojambi@yahoo.co.id

Kosakata adalah himpunan kata yang diketahui oleh seseorang atau kelompok.
Kosakata juga berarti perbendaharaan. Pendapat ini dikemukakan oleh Alwi (2003) yang
mengemukakan bahwa kosakata adalah perbendaharaan kata. Sementara itu, Kridalaksana
(1992) berpendapat kosakata adalah kekayaan kata yang dimiliki oleh seseorang. Jadi pada
dasarnya kosakata adalah perbendaharaan kata yang terdapat pada suatu bahasa. Kosakata
daerah Jambi berati kumpulan kata-kata yang digunakan secara turun-temurun oleh
masyarakat daerah Jambi. Kosakata sangat penting pada suatu bahasa karena berfungsi
sebagai daya ungkap dalam mengemukakan pikiran. Suatu bahasa akan mempunyai peran
penting jika bahasa tersebut mampu menjadi alat untuk mengungkapkan ide dan pikiran
terutama pada bidang ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, seni, budaya, dan politik.
Istilah rupabumi digunakan pada Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2006
tentang Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi. Rupabumi adalah bagian dari
permukaan bumi yang dapat dikenal identitasnya sebagai unsur alam dan unsur buatan
manusia, misalnya sungai, danau, gunung, tanjung, desa, dan bendungan. Nama rupabumi
adalah nama yang diberikan pada bagian-bagian rupabumi baik yang bersifat alamiah
maupun yang bersifat buatan. Nama rupabumi yang bersifat alami seperti gunung,
pegunungan, bukit, daratan, lembah, danau, sungai, muara, selat, laut, dan pulau. Nama
rupabumi unsur buatan separti dam, gedung, taman, kampung, kantor, pasar, waduk, jalan,
jembatan, kota, hotel, bandara, pelabuhan, bendungan, kawasan administrasi (provinsi,
kabupaten, kecamatan, kota, desa), kawasan cagar alam, kawasan konservasi, taman
nasional, dan kawasan permukiman. Nama rupabumi unsur buatan seperti gedung, kantor,
dan hotel di dalamnya termasuk nama ruangan dan kamar.
Nama pada dasarnya adalah identitas yang berguna untuk memudahkan manusia
dalam berinteraksi. Nama rupabumi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Pembuatan nama rupabumi akan terus berkembang seiring dengan

1
perkembangan kebutuhan manusia. Pemberian nama rupabumi ini penting karena dapat
dipakai sebagai acuan bagi pemerintah, masyarakat, media massa, buku pelajaran sekolah,
perencana, dan pembuat peta.
Nama rupabumi yang ada di daerah Jambi akan menunjukkan identitas masyarakat
Jambi. Sebuah nama rupabumi mengandung makna sejarah dan mencerminkan peradaban
masyarakatnya. Aspek budaya juga bisa memengaruhi pemberian nama rupabumi.
Pemberian nama rupabumi tidak boleh dilakukan secara sembarangan karena dapat
menghilangkan identitas dan sejarah suatu tempat. Penamaan yang keliru, misalnya
menggunakan istilah asing juga dapat merugikan jati diri daerah. Oleh sebab itu, penting
menggunakan nama-nama daerah (lokal) agar tidak mengubah ikatan sejarah dan
mengaburkan identitas.
Tulisan ini bertujuan mengajak masyarakat untuk memanfaatkan kosakata daerah
Jambi dalam memberikan nama rupabumi khususnya nama rupabumi yang bersifat buatan
seperti nama jalan, jembatan, gedung, taman, permukiman, kampung, kantor, pasar, dan
bangunan. Pemberian nama ini diharapkan dapat memperkuat jati diri daerah Jambi. Untuk
itu, jangan sampai nama-nama asing menggantikan nama-nama lokal.
Saat ini sedang marak munculnya penamaan rupabumi yang menggunakan bahasa
asing. Penamaan taman misalnya ada nama Pedestrian Jomblo, Jambi Garden City, dan
Jambi Paradise. Penamaan tersebut dapat menggunakan kosakata daerah Jambi seperti
menggunakan kata taman, kebon, rimbo, dan ilok „indah atau cantik‟. Kita dapat menggali
kembali penggunaan kosakata yang berhubungan dengan alam. Kosakata seperti jeramba
„jembatan‟, payo „rawa‟, pematang „sungai‟, roban „kandang‟, talang „kebun‟, nio
„kelapa‟, dan buluh „bambu‟ sangat menarik digunakan untuk nama taman, kebun, dan
rumah makan.
Penamaan hotel masih didominasi oleh bahasa asing seperti Grand Hotel, Golden
Harvest Hotel, Aston Jambi Hotel, Swiss-Belhotel Jambi, Abadi Suite Hotel, dan Wiltop
Hotel Jambi. Penamaan hotel yang menggunakan ciri daerah Jambi juga ada seperti Hotel
Tepian Angso, Hotel Bungo Kincai, Hotel Putri Pinang Masak, dan Hotel Tepian
Batanghari tetapi penamaan seperti itu masih terbatas. Kosakata yang berhubungan dengan
rumah terasa sangat unik. Bagian-bagian rumah yang dapat dimanfaatkan untuk penamaan
seperti larik „rumah orang Kerinci‟, buncu „sudut atau pojok‟, kejang lako „rumah adat
suku Batin‟, jogan „tempat istirahat dan meletakkan air‟, serambi „kamar‟, pelamban

2
„ruang untuk mencuci piring, menjemur pakaian, dan menyimpan peralatan‟, laren „tempat
menerima tamu‟, garang „ruangan untuk menumbuk padi‟, tengganai „ruang pertemuan‟,
penteh „loteng‟, gaho „dapur‟, dan masinding „tempat pertemuan‟, bakholek „penganten‟,
bungo „bunga‟, dan balumbun „banyak‟. Kosakata tersebut dapat dimanfaatkan untuk nama
hotel dan bagian-bagian dari hotel seperti kamar, dapur, dan ruangan.
Penamaan nama perumahan banyak yang menggunakan kosakata asing. Hal ini jika
tidak segera ditangani, tentu akan mengancam keberadaan bahasa daerah Jambi.
Penggunaan istilah asing juga dapat mereduksi budaya daerah. Perumahan menggunakan
nama-nama asing seperti Citra Raya City Mendalo, Lazio Residence, Green Golf
Residence, Argentina Residence, Parma Residence, Monaco Residence, Arsenal Estate,
Liverpool Estate, Aston Regency, Barcelona Regency, dan Atalanta Regency. Nama
wilayah seperti nama kabupaten, kecamatan, dan kelurahan dapat dimanfaatkan sebagai
nama perumahan. Kosakata seperti jambi, mayang, kenali, selincah, telanaipura, buluran,
aurduri, dan masurai dapat menunjukkan identitas daerah atau wilayah.
Penggunaan nama-nama pahlawan sebagai nama perumahan dapat menjadi pilihan.
Nama-nama pahlawan yang bisa dijadikan nama perumahan seperti nama Sultan Thaha
Syaifuddin, Kolonel Abunjani, Depati Parbo, Raden Mat Tahir (Saudagar 2012), H. Abdul
Manap, Makallam, Mayjen A. Thalib, Letnan Kolonel Teuku Mohd Isya, Mayor H.
Syamsuddin Uban, Orang Kayo Hitam, Putri Pinang Masak, Raden Pamuk, Raden
Perang, Orang Kayo Pingai, dan Sersan Zuraida. Selama ini nama-nama pahlawan lebih
banyak digunakan sebagai nama jalan. Nama pahlawan yang digunakan pada penamaan
rumah sakit, sekolah, universitas, masjid, dan gedung masih belum optimal. Nama
perumahan juga dapat menggunakan nama pahlawan, tokoh kerajaan, dan tokoh cerita
yang ada di daerah. Pahlawan dari daerah yang dapat dimanfaatkan untuk nama perumahan
seperti Letnan Satu Lebay Hasan, Nurdin Hamzah, K.H.M. Daud Arief,
Prof.DR.H.M.Chatib Quzwain, Ahmad Ripin, dan H. Hanafie. Tokoh-tokoh kerajaan
seperti Datuk Paduko Berhalo, Putri Mayang Mangurai, Temenggung Merah Mato, Datuk
Darah Putih, Datuk Temenggung Rajo Api, Datuk Lengkui, Orang Kayo Kadataran, Orang
Kayo Gemuk, Raden Ahmad, Raden Kusen, dan Panglima Betung Besalai (Raden Saman).
Tokoh-tokoh cerita rakyat Jambi yang selama ini belum dikenal secara luas juga dapat
digunakan seperti Tapah Malenggang, si Guntang, si Gombok, Tapa Malenggang, Tapa
Kudung, Tapa Tima, dan Sati Menggung. Nama perumahan juga dapat menggunakan kata

3
griya, gerha, puri, hunian, bumi, pondok, vila, atau kediaman. Nama-nama perumahan
yang memanfaatkan kosakata daerah Jambi seperti Perumahan Puri Masurai, Puri Mayang,
Griya Kenali Asri, Perumahan Selincah Permai, dan Perumahan Aurduri Permai. Nama
perumahan yang memanfaatkan kosakata lokal seperti itu akan mempertahankan identitas
daerah Jambi.
Nama-nama pusat perbelanjaan yang menggunakan kosakata asing seperti Jambi
Town Square (Jamtos), Jambi Prima Mall, Wiltop Trade Center (WTC), dan Batanghari
Business Center (BBC). Pusat-pusat perbelanjaan tersebut dapat menggunakan kosakata
lokal seperti Simpang Tiga Kota Jambi untuk Jambi Town Square (Jamtos), Mal Prima
Jambi untuk Jambi Prima Mall, Pusat Perbelanjaan Wiltop Jambi untuk Wiltop Trade
Center (WTC), dan Pusat Bisnis Batanghari untuk Batanghari Business Center (BBC).
Nama-nama restoran masih banyak yang menggunakan istilah asing terutama
penggunaan kata restaurant (belum diindonesiakan). Kata restaurant dapat dipadankan
menjadi restoran. Penggunaan nama asing pada nama restoran seperti, Restaurant Happy
Family, Jump Bee Squce, Restaurant Hollywood, Restaurant Jumbo, Restaurant Holala,
Restaurant Lucky Star, Restaurant Hongkong, dan Restaurant Shanghay. Penggunaan
nama asing pada restoran cepat saji seperti Kentucky Fried Chicken, Texas Fried Chicken,
dan California Fried Chicken. Pusat jajanan yang menggunakan istilah asing seperti WTC
Food Court, Dast Ramayana Food Court, dan Matahari Food Bazaar termasuk toko roti
seperti Saimen Bakery, Christine Bakery, Shinta Bakery, dan Bread One. Penamaan
restoran, toko roti, dan pusat jajanan dapat menggunakan kosakata daerah Jambi seperti
kata tepek, nio, tekuyung, ibat, kawo, pudu, dan lempok. Istilah tepek merujuk pada gulai
tepek ikan yaitu makanan khas daerah Jambi yang berbahan dasar ikan gabus atau ikan
tenggiri. Kata nio „kelapa‟ berasal dari sambal nio yaitu sambal yang terbuat dari parutan
kelapa, sambal ini adalah sambal khas Dusun Rantau Embacang, Kecamatan
Tanahsepenggallintas, Kabupaten Bungo. Begitu juga istilah tekuyung „siput sungai„
berasal dari gulai tekuyung. Istilah ibat berasal dari nasi ibat, yaitu nasi khas Desa
Semabu, Kabupaten Tebo. Nasi ibat mampu bertahan tiga hari walaupun tanpa pengawet.
Kata kawo berasal dari air kawo yaitu air yang berasal dari tunas muda pohon kopi. Air
kawo merupakan minumah khas dari Kabupaten Kerinci. Kata pudu berasal dari pudu ikan
yaitu masakan yang bahan utamanya ikan kelemak. Masakan ini merupakan makanan khas

4
orang Batin dan Penghulu yang ada di Kabupaten Sarolangun. Kata lempok berasal dari
lempok durian yaitu jajanan khas daerah Jambi.
Nama-nama kamar, ruangan, dan gedung pertemuan yang terdapat pada hotel,
rumah sakit, dan kantor dapat menggunakan kosakata daerah Jambi yang berasal dari nama
tarian, tradisi, seni, dan budaya. Kabupaten Kerinci kaya dengan kosakata daerah yang
berasal dari tari, tradisi, dan adat. Nama-nama tarian seperti tari niti mahligai, asyiek,
rangguk, rentak kudo, dan maduamo. Tradisi lisan seperti tauh, keba, dan kunun „konon‟.
Istilah adat seperti depati „memutus‟, rio „ninik mamak‟, datuk „pemuka adat‟, dan
tengganai „anak jantan‟. Tari niti mahligai adalah tari yang digunakan untuk upacara
penobatan gelar adat bagi anak perempuan (bilan salih). Tari asyiek „asik‟ adalah tari yang
digunakan untuk memuja roh-roh nenek moyang dan mempunyai unsur magis. Tari
rangguk „angguk‟ adalah tari yang digunakan untuk menyambut tamu. Tari rentak kudo
„gerakan yang menghentak-hentak seperti kuda‟ adalah tari yang dipersembahkan untuk
merayakan hasil panen pertanian. Tari maduamo „memasak madu‟ adalah tari yang
dilaksanakan untuk pengobatan. Tradisi lisan tauh „mengajak menari dari jauh‟ adalah
pantun yang dipadukan dengan musik dan tari. Tradisi lisan keba „kabar‟ adalah
menyampaikan berita dengan cara bertutur dan bernyanyi serta diiringi musik (Andra
2013). Tradisi lisan kunun „konon‟ adalah dongeng yang diceritakan dengan bernyanyi.
Selain dari Kabupaten Kerinci, daerah lain seperti Kabupaten Sarolangun,
Kabupaten Merangin, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tanjungjabung Timur, Kabupaten
Muarojambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Tebo, Kabupaten Merangin, Kabupaten
Tanjungjabung Barat, dan Kota Madya Jambi juga memiliki seni, budaya, dan tradisi yang
kaya. Kabupaten Sarolangun mempunyai tari liang asak, kisan, dan mangkur berentak,
tradisi lisannya seperti kijang salai, anak imau, dan mantau. Tari liang asak „lubang kecil
tempat menabur benih‟ adalah tari yang menggambarkan proses menugal dan menanam
padi. Tari kisan adalah tari yang menggambarkan masyarakat dalam mengolah padi
menjadi beras. Tari mangkur berentak „mencangkul dan bergerak‟ adalah tarian yang
menggambarkan kebiasaan masyarakat dalam menggarap lahan pertanian dengan
mencangkul dan menimbulkan bunyi. Kabupaten Merangin mempunyai tari burung daro,
skin, dan lenggang kipas layang, dan ketalang petang. Tari burung daro „burung merpati‟
adalah tari muda-mudi. Tari skin „senjata tajam‟ adalah tari yang menggambarkan
semangat kepahlawanan dalam menghadapi musuh. Tari lenggang kipas layang adalah tari

5
muda-mudi yang menceritakan kegembiraan setelah bekerja. Tari ketalang petang „ke
ladang pada sore hari‟ adalah tari yang menggambarkan orang yang akan bekerja ke ladang
pada sore hari dengan mengajak para bujang dan gadis. Nama-nama tersebut dapat
dimanfaatkan untuk nama kamar, ruangan, dan bangunan. Kabupaten Bungo mempunyai
tari dan tradisi lisan seperti tari tauh dan klik elang. Tradisi lisannya seperti krinok, rampi-
rampo, anak imau, dan dideng. Kabupaten Tanjungjabung Timur mempunyai tari inai dan
tradisi lisannya kelintang perunggu. Kabupaten Muarojambi mempunyai tradisi lisan zikir
bardah dan senandung jolo (Hasan 2015). Kabupaten Batanghari mempunyai tradisi lisan
bakohak dan dadung. Kabupaten Tebo mempunyai tradisi lisan seperti gandai, badudu,
dan doak. Kabupaten Merangin mempunyai tradisi lisan ketalang petang. Kabupaten
Tanjungjabung Barat mempunyai tradisi lisan musik piul tantang badendang. Kota Madya
Jambi mempunyai tradisi lisan kulintang anak. Tarian dari Provinsi Jambi seperti tari
sekapur sirih, selampit delapan, sekato, kelintang kayu, dan serengkuh dayung. Nama-
nama tarian dan tradisi lisan tersebut belum dimanfaatkan, bahkan masih banyak yang
belum dikenal oleh masyarakat. Penggunaan kosakata daerah dapat melestarikan seni dan
tradisi yang di dalamnya banyak terdapat kearifan lokal.
Pemanfaatan kosakata daerah Jambi dapat menggunakan nama-nama yang
berhubungan dengan Candi Muarojambi. Kosakata yang berhubungan dengan candi seperti
kotomahligai, kedaton, gedong satu, gedong dua, gumpung, tinggi, kembar batu, astano,
teluk satu, teluk dua, menapo „gundukan tanah‟, kelari „nama kanal‟, telago,
prajnaparamita, dwarapala, gajahsimha, umpak batu, lumpang, lesung batu, sengalo, dan
bukit perak. Kosakata tersebut menarik untuk digunakan sebagai nama ruangan, toko, dan
kamar. Penggunaan kosakata yang berhubungan dengan candi dapat menarik wisatawan
untuk berkunjung ke Candi Muarojambi.
Orang Kubu juga mempunyai kosakata yang menarik. Kosakata orang Kubu seperti
sialong „kayu kruing‟, sentubung, tenggeris, jernang, tengganas, pedeho „lengkeng‟,
mencong „mangga‟, akokobu (embilia coreacea), akar satolu (pericamphylus glaucus),
bungaron „hutan lebat‟, moyang segayo, maalau sesat, beranjau „berjalan-jalan‟, kujur
„tombak‟, nangku „babi hutan‟, merapah, malim „pemimpin upacara‟, sesap, belukor,
benuaron „sumber makanan‟, kenoan biso (tetrastigms lanceolaris), melangun „pindah‟,
hompongan „batas‟, besale „memanggil dewa‟, tumenggung, mangku, menti, piawang,
sanak „saudara‟ dan jenang (Sager 2008). Kosakata tersebut belum dimanfaatkan secara

6
maksimal sebagai nama di Provinsi Jambi. Penggunaan kosakata orang Kubu dapat
melestarikan tradisi dan budaya mereka.
Pemanfaatan kosakata daerah terutama kosakata daerah Jambi harus terus
dilakukan dalam usaha pengembangan dan pelestarian bahasa daerah Jambi. Kosakata
bahasa daerah Jambi ternyata mempunyai keunikan dan berisi nilai-nilai kearifan lokal
yang tidak dijumpai pada bahasa lain. Kata mutur misalnya, kata ini digunakan untuk
mengungkapkan makan di antara waktu sarapan dan waktu makan siang, biasanya yang
dimakan berupa ketan tumis atau ketupat sayur. Istilah cuci kampung dapat digunakan
untuk memberi hukuman pada pasangan muda-mudi yang berbuat zina yaitu dengan
membayar uang denda. Istilah cuci kampung dapat juga digunakan untuk penggantian para
pejabat yang tidak berkualitas dengan pejabat yang berkualitas secara massal. Kata
kompangan digunakan untuk nama gendang pipih bundar, dibuat dari tabung kayu pendek,
ujungnya agak lebar, satu ujungnya diberi tutup kulit.
Bahasa sering dianggap sebagai simbol identitas kesukuan atau identitas
kebangsaan. Jadi, ketika seseorang kehilangan bahasanya, itu berarti ia telah kehilangan
identitas etnis atau identitas kebangsaannya. Kosakata bahasa daerah merupakan sumber
dan benih kearifan lokal. Oleh karena itu, kepunahan yang terjadi pada bahasa daerah
berarti juga hilangnya kearifan lokal yang ada pada budaya daerah. Tradisi dan budaya
lokal pada dasarnya adalah cara berpikir dan berekspresi yang merupakan warisan yang tak
ternilai. Pemanfaatan kosakata daerah Jambi dalam penamaan rupabumi merupakan bentuk
kecintaan terhadap budaya dan tradisi lokal. Melestarikan budaya, tradisi, dan kearifan
lokal akan melahirkan perilaku santun, arif, dan bermartabat.

7
Daftar Pustaka

Alwi, Hasan dkk. 2003 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
______________. 2003 Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi III, cetakan VI.
Jakarta: Balai Pustaka.

Andra, G.B. 2013. Tradisi Lisan Kuno Melayu Jambi. https://www.facebook.com. 28


Agustus 2016 (09:12).

Hasan, W. 2015. Taman Budaya Jambi: Kesenian Senandung Jolo. http:


tamanbudayajambi.tbj@gmail.com. 27 Agustus 2016 (23:15).

Kridalaksana, Harimurti.1992 Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:


Gramedia.

Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia No. 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta

Republik Indonesia. 2006. Undang-Undang No. 112 Tahun 2006 tentang Tim
Nasional Pembakuan Nama Rupabumi. Sekretariat Negara. Jakarta

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2009


tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.
Sekretariat Negara. Jakarta

Sager, S. 2008. The Sky is Our Roof, the Earth Our Floor Orang Rimba Customs and
Religion in the Bukit Duabelas region of Jambi, Sumatra. PhD Dissertation. The
Australian National University. Australia

Saudagar, F. 2012. Perjuangan Raden Mat Tahir dalam Menentang Kolonialisme di


Jambi. http: museumperjuanganrakyatjambi@ymail.com. 27 Agustus 2016 (23:25).

8
Biodata Penulis

Ristanto, S.Pd., M.Hum. lahir di Bungotebo, 30 Agustus


1978, tepatnya di Jalan Jelutung, Desa Tirtakencana, Kecamatan
Rimbobujang, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Masa Kecilnya
dihabiskan di Desa Tirtakencana, Desa Transmigrasi yang dibuka
pada tahun 1976 oleh pemerintah dan kini menjadi salah satu desa
maju di Kabupaten Tebo. Setelah lulus SMA pendidikan formalnya
dilanjutkan ke Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jambi (Unja)
pada tahun 2002. Pendidikan strata duanya diselesaikan di Program
Studi Linguistik, Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran (Unpad),
Bandung pada tahun 2009. Pengalaman kerjanya dimulai dari
menjadi guru bimbingan belajar Ganesa tahun 1999--2000, mengajar di SMP dan SMA Al
Progo Jambi tahun 2002--2003, menjadi Guru Bantu dan mengajar di SMK 3 Jambi (dulu
STM Jambi) tahun 2003--2005. Menjadi PNS di Kantor Bahasa Provinsi Jambi pada tahun
2005 sampai sekarang. Selain menjadi pegawai juga mengajar di Jurusan Bahasa dan Seni,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Batanghari Jambi dan Sekolah
Tinggi Teknologi Nasional Jambi. Mata kuliah yang diampu yaitu bahasa Indonesia,
Morfologi, Semantik, Analisis Kesalahan Berbahasa, Metode Penelitian Bahasa,
Psikolinguistik, Penulisan Karya Ilmiah, dan Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Karya ilmiah yang telah diterbitkan dalam bentuk buku yaitu “Kamus Bahasa
Melayu Dialek Suku Anak Dalam” tahun 2013 dan “Bahasa Kubu: Bentuk dan Makna”
tahun 2015. Karya ilmiah yang telah diterbitkan dalam bentuk jurnal dan antologi yaitu
“Morfofonemik Prefiks me- dalam Bahasa Kubu “ tahun 2010, “Tabu dalam Bahasa
Kubu” tahun 2012, “Kesantunan dalam Bahasa Kubu” tahun 2012, dan ”Fleksibilitas
Prefiks Verba(l) me- Bahasa Kubu di Provinsi Jambi: Kajian Struktur dan Semantik” tahun
2015. Karya ilmiah dalam bentuk skripsi dan tesis yaitu “Analisis Tajuk Rencana Surat
Kabar Kompas Terbitan 2001” dan “Afiks Verba(l) dalam Bahasa Melayu Rimba” tahun
2009. Tulisan-tulisannya juga hadir di surat kabar Jambi Ekspres, Posmetro Jambi, dan
Star Batanghari, antara lain “Menuju Cita-cita Bahasa Internasional” tahun 2006, “RUU
Bahasa, Mendesak!” tahun 2006, “Fenomena Pernikahan A.A. Gym” tahun 2006,
“Menjadikan Bangga Berbahasa Indonesia” tahun 2007, “Mencintai Bahasa Indonesia”
tahun 2007, “Merenungi Kepunahan Bahasa” tahun 2007, dan “Merindukan Sejarah
Jambi” tahun 2007.
Kegiatan di Kantor Bahasa Provinsi Jambi yang diikuti yaitu menjadi Juri, mengisi
siaran di TV, dan menjadi narasumber. Penjurian yang pernah dilakukan yaitu juri duta
bahasa Kantor Bahasa Provinsi Jambi tahun 2012--2016, juri penulisan karya ilmiah untuk
pembina pramuka, juri membaca puisi, juri lomba penulisan teks, juri pewara, dan juri
lomba debat berbahasa Indonesia. Siaran TV yang diisi yaitu TVRI Jambi, Jek TV, dan
Jambi TV. Menjadi narasumber di Kantor Bahasa Provinsi Jambi pada “Sosialisasi Uji
Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI)” tahun 2009--2014, “Implementasi Kurikulum
2013” tahun 2013 dan 2014, “Penguatan Kompetensi Guru dalam Penulisan Teks untuk
Guru SD” di delapan kabupaten di Provinsi Jambi tahun 2015 dan 2016, dan “Pelatihan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah untuk Guru SLTP dan SLTA Se-Provinsi Jambi” tahun 2016.

Anda mungkin juga menyukai