Anda di halaman 1dari 13

BAB I. PENDAHULUAN I.A.

Latar Belakang Membahas tentang sastra daerah, kita harus bisa mengklasifikasikan bentuk dari sastra daerah. Jenis-jenis bahasa daerah dapat digolongkan menjadi Bahasa Daerah, Pertanyaan tradisional/ teka-teki, serta Ungkapan tradisional. Bahasa Indonesia merupakan perkembangan dari bahasa dan sastra daerah. Oleh karena itu, bahasa dan sastra daerah merupakan komponen utama bagi utuhnya bahasa Indonesia. Indonesia memiliki berbagai macam kebudayaan daerah yang memperkaya perolehan sastra yang ada dari berbagai macam suku di Indonesia. Salah satunya.adalah bahasa rakyat yang dimiliki masing-masing daerah. Bahasa rakyat disebut juga bahasa ibu atau bahasa daerah karena hanya masyarakat setempat yang mengerti akan bahasa yang dilafalkan. Bahasa rakyat adalah bahasa yang sering diucapkan oleh sebagian besar masyarakat yang mendomisili suatu daerah dan sehingga menyatakan kekhasan dari suatu daerah. Bahasa daerah harus tetap dikembangkan agar mempunyai nilai unsur budaya yang tinggi bagi sastra daerah. Contoh dari bahasa rakyat itu sendiri tidaklah terpaku dari tutur bicaranya saja.tetapi juga termasuk didalamnya ungkapan tradisional,pertanyaan dan juga julukan yang mengacu pada pemahaman daerah tertentu yang mengerti arti dari pembicaraan itu. Fungsi bahasa rakyat yakni untuk memperkokoh identitas, memperkokoh

kedudukan pada jenjang lapisan masyarakat, dan memperkokoh kepercayaan rakyat.

II. B. Rumusan Masalah 1. 2. 3. Apakah klasifikasi dari bahasa daerah? Bagaimanakah bentuk dari pertanyaan tradisional?? Bagaimanakah bentuk dan penjelasan dari ungkapan tradisional itu?

II. C. Tujuan 1. Agar masing-masing individu mengetahui pengelompokkan dari beragam bahasa daerah. 2. Menjelaskan bentuk-bentuk atau beragam pertanyaan tradisonal yang menyertakan contoh agar masing-masing individu memahami. 3. Agar Mahasiswa mampu mendefinisikan arti dari ungkapan tradisional hingga kejenis-jenisnya.

BAB II. PEMBAHASAN

I.

Bahasa Daerah

I.A. Pengertian Bahasa Daerah INDONESIA sebagai negara dwibahasa umumnya memiliki bahasa ibu yang dikenal sebagai bahasa daerah. suatu komunitas/masyarakat. Bahasa rakyat adalah suatu sebutan atau ucapan yang selalu diungkapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam suatu Selain bahasa ibu, dalam masyarakat hidup juga bahasa rakyat, yaitu bahasa yang hidup dan dikenal dalam kelompok masyarakat setempat sehingga menyatakan kekhasan suatu bahasa rakyat yang dimiliki oleh daerahnya. Yang bermaksud untuk mencapai sesuatu maksud dan tujuan dengan kata-kata yang telah menjadi tradisi dalam penuturan dan pemakaiannya. Dalam konteks ini Danandjaja ( 1994:22 ) berpendapat bahwa yang termasuk kelompok bahasa rakyat adalah logat ( dialek ) bahasa-bahasa Nusantara, misalnya logat Jawa dari Indramayu, yang merupakan bahasa Jawa Tengah yang telah mendapat pengaruh bahasa Sunda atau logat bahasa Sunda dari Banten atau logat bahasa Jawa Cirebon dan logat bahasa Sunda Cirebon. Contoh di Sumatra Selatan adalah dialek-dialek bahasa Komering, yaitu Belitang Cempaka Buay Madang dan dialek Martapura-Simpang atau bahasa Ogan dialek pegagan, dialek-dialek dalam bahasa Kayuagung.

b. Bentuk-Bentuk Bahasa Rakyat


Menurut Danandjaja (1994.22) berpendapat bahwa yang termasuk bahasa rakyat adalah Logat (dialek) dan bahasa nusantara. Ada bentuk lain dari bahasa rakyat disebutkan dibawah ini : 1. Slang ,adalah bermaksud untuk merahasiakan suatu informasi. Slang adalah

ragam bahasa tidak resmi, dan tidak baku yang sifatnya musiman, dipakai oleh kelompok sosial terteentu untuk komunnikasi intern, dengan maksud, agar yang bukan anggota kelompok tidak mengerti. Contoh,. Bahasa prokem merupakan bahasa preman. Preman biasanya memakai bahasa prokem untuk

berkomunikasi agar tidak diketahui oleh orang lain

yang bukan komunitas menjadi bahasa

preman tersebut. Dewasa ini, bahasa prokem tidak lagi

rahasia melainkan menjadi bahasa gaul di suatu daerah atau komunitas tertentu.
2. Sirkumlokusi, adalah ungkapan tidak langsung

Bentuk

bahasa

rakyat

yang

lain

adalah

yang

disebut

sirkumlokusi

(circumlocutio), yaitu ungkapan tidak langsung. Contoh sirkumlokusi ini di Jawa Tengah misalnya, jika seorang sedang berjalan di tengah hutan, ia takkan berani menyebut istilah macan jika hendak menyatakan harimau, melainkan mempergunakan istilah eyang yang sebenarnya berarti kakek. Penggunaan sirkomlokusi ini sebenarnya untuk menghindari terkaman si raja hutan, yang

menurut kepercayaan orang Jawa tidak akan menyerang mereka yang memanggilnya kakek.
3. Berkaitan dengan pemberian nama, misalnya dalam bahasa suku minang

menyebutkan orang yang bertubuh hitam dengan panggilan Si Kaliang. Pemberian julukan berkaitan dengan warna kulit seseorang. Si keling bekerja menjadi knek mobil angkutan barang pecah belah. Ketika itu mobil yang membawa barang-barang itu berangkat dari pekanbaru menuju medan. Ketika separuh perjalanan tiba-tiba si keling knek satu terjatuh karena tergelincir, knek kedua memberitahu sang supir bahwa si keling jatuh. bang,,bang baranti sabonta. Sikaliang jatuah, teriak knek kedua pada supir. Namun si supir melanjutkan perjalanan tanpa menghiraukan ucapan knek tadi. Ia mengira bahwa yang jatuh adalah sebuah kaleng barang bawaan mereka. Knek itu melanjutkan ucapan serupa dengan supir,namun tetap hasilnya nihil tak dihiraukan. Sesampainya di Medan ,supir menanyakan pada knek kedua, kemana si keling?. Knek itu pun menjawab dengan bahasa daerahnya,tapi alah ambo kecek koo,,si kaliang jatuah, waang taruih juo. Jadi sikaliang tinggal di perjalanan. Itulah cerita pemberian nama berdasarkan warna kulit seseorang yang menimbulkan kesalah pahaman . 4. Berkaitan dengan gelar kebangsawanan atau jabatan tradisional. Misalnya gelar kebangsawanan bagi orang jawa yang mempunyai aliran darah keratin atau kerajaan memakai gelar Raden Mas (bagi laki-laki), Raden Mas Ayu (bagi perempuan). Di provinsi Riau orang Melayu Kerajaan juga mempunyai gelar, Tengku,Syarifah ,Wan, Datuk. 5. Bahasa bertingkat. Misalnya dalam bahasa Jawa yang mempunyai tingkatan bahasa. Antara bahasa jawa halus dan bahasa jawa Kasar. Perbedaan berbahasa dengan orang biasa dan orang bangsawan juga terdapat dalam tutur bahasa Melayu. Misal, dalam menghadiri suatu acara besar dengan pertemuan anggota kerajaan atau petinggi kerajaan penggunaan kata aku/saiia tidaklah dilafalkan tetapi menggunakan patik. 5

Bahasa rakyat satu dengan yang lain tidaklah serupa karena perbedaan tempat dan kultur dari sebuah daerah. Karena itu bahasa rakyat menjadi kekhasan dari suatu daerah. Bahasa sapaan juga termasuk bahasa rakyat.

c. Fungsi Bahasa Rakyat Dalam Bermasyarakat Beberapa fungsi bahasa rakyat yakni : 1. Untuk memberi serta memperkokoh identitas folknya ( slang, cant, shop talk, argot,

jargon, nama gelar, bahasa bertingkat, colloquial, onomatopoetis ).


2. Untuk melindungi folk pemilik folklor itu dari ancaman kolektif lain atau penguasa (slang, bahasa rahasia). 3. Untuk memperkokoh kedudukan folknya pada jenjang pelapisan masyarakat ( gelar dan bahasa bertingkat ). 4. Untuk memperkokoh kepercayaan rakyat dari folknya ( sirkomlokusi dan julukan atau alias yang diberikan kepada anak-anak yang buruk kesehatannya ).

II. Pertanyaan Tradisional


Pertanyaan tradisional lebih dikenal dengan teka-teki yang bersifat tradisional dan mempunyai jawaban yang tradisional pula. Pertanyaan tradisiional/teka teki dalam bahasa daerah mempunyai sebutan yang beragam. Pertanyaan/teka-teki disusun sehingga susah untuk djawab bahkan sering kali tidak bisa dijawab.
6

Secara umum pertanyaan tradisional berfungsi sebagai pengasah otak selain sebagai alat penghibur bagi yang menggunakannya. Selain itu teka-teki juga berfungsi sebagai untuk menguji kepandaian seseorang, untuk meramal, untuk mengisi waktu

yang senggang, untuk dapat melebihi dari orang lain. Acer dan Taylor mengatakan bahwa teka teki dibagi menjadi dua yaitu : 1. Teka teki yang sesungguhnya 2. Teka-teki yang tergolong bentuk lainnya

A. Teka-teki yang sesunguhnya


Adalah teka-teki yang memiliki perbandingan antara jawaban yang tidak diberitahukan dengan sesuatu yang dilukiskan dalam pertanyaan. Pelukisan itu biasanya mempunyai bagian yang umum dan yang lebih nyata tapi bersifat bertentangan. Oleh karena itu, teka-teki digolongkan menjadi: 1. Teka-teki yang berisi persamaan dengan makhluk hidup. contoh : makhkluk apa yang pada pagi hari mempunyai empat kaki,pada siang hari mempunyai 2 kaki,dan malam hari 2 kaki? jawabannya : manusia 2. Teka-teki yang berisi persamaan dengan binatang. Contoh : ayam apa yang berbulu terbalik bermain dikebun? jawabannya : Nenas 3. Teka-teki yang berisi persamaan dengan beberapa binatang. Contoh : ada dua baris kuda putih berbaris diatas bukit merah. Apakah itu? jawabannya : dua baris gigi diatas gusi

4. Teka-teki yang berisi persamaan dengan manusia. contoh : nenek tua jatuh sambil bersorak-sorak. Apakah itu? jawabannya : daun kelapa tua terjatuh. 5. Teka-teki yang berisi persamaan dengan beberapa orang. contoh : anak dua beradik, bergantian menggantungkan leher. Apakah itu? jawabannya : tangga yang digunakan untuk memanjat enau. 6. Teka-teki yang berisi persamaan dengan tanaman. contoh : jagung apa yang bisa makan jagung jawabannya : jagung yang merupakan akronim jaksa agung 7. Teka-teki yang berisi persamaan dengan benda. contoh : apa yang besar pada gajah? jawabannya : kandangnya

B. Teka-teki yang tergolong bentuk lain


Diklasifikasikan menjadi : 1. Pertanyaan yang bersifat teka-teki, yaitu pertanyaan yang jawabannya tidak dapat diramalkan sebelumnya. Contoh: pulau apa yang paling menerikan?, jawabannya : Pulau Seram. Ular jika diberi kaki apa jadinya?,jawabannya : dipatuk oleh ular. 2. Pertanyaan yang bersifat permainan kata-kata adalah teka-teki yang terbentuk dari permainan kata-kata lucu. Contoh : ban apakah yang dinanti oleh orang dalamkeadaan darurat?, jawabannya : bantuan. 3. Pertanyaan permasalahan. Contoh : jika untuk membuat satu lubang sebesar 4cm seekor pelatuk membutuhkan waktu 10 menit, berapa waktu yang diperlukan seekor pelatuk untuk memindahkan bukit ?? jawabannya : tidak ada jawabannya tolol!

4. Pertanyaan perangkap adalah teka-teki yang digunakan membuat orang yang kurang waspada akan malu karena terpedaya oleh pertanyaan teka-teki ini. Contoh : hangat-hangat tahi ayam, hangatnya Cuma sebentar. Benarkah hangat tahi ayam hanya sebentar? Jawabannya : tidak tahu karena saya belum pernah mencoletnya (jika anda menjawab ya atau tidak, berarti anda pernah mencolet tahi ayam). 5. Pertanyaan lelucon. Contoh : siapa yang selalu berjalan diatas jalan yang tidak rata? Jawabannya : si orang pincang.

III. Ungkapan Tradisional

Ungkapan sering juga disebutkan peribahasa. Ungkapan atau idiom adalah gabungan kata (frase) yang maknanya sudah menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan makna unsur yang membentuknya. Contoh: tinggi hati : sombong ringan kepala : mudah belajar darah daging : anak kandung dingin hati : tidak bersemangat uang panas : uang tidak halal panas rezeki : sukar mencari rezeki Sedangkan Peribahasa ialah bahasa berkias berupa kalimat atau kelompok kata yang tetap susunannya. Berdasarkan isinya, Peribahasa mencakup pepatah, perumpamaan, pemeo, dan ungkapan.

Menurut Alan dunes peribahasa atau ungkapan sukar sekali untuk didefinisikan, pada intinya keduanya sama-sama mempunyai makna tersirat dan berkias. Ungkapan tradisional mempunyai sifat : 1. Peribahasa harus berupa satu kalimat ungkapan, tidak cukup hanya berupa satu kata tradisional saja, misalnya : astaga atau ajigile. 2. Peribahasa ada dalam bentuk yang sudah standar , misalnya : seperti kata yang congkak adalah peribahasa,tetapi seperti kodok yang sombong bukan peribahasa. 3. Suatu peribahasa harus mempunyai vitalitas (daya hidup) tradisi lisan, yang dapat dibedakan dari bentuk klise tulisan sehingga mudah dilupakan orang. Peribahasa dapat dibagi menjadi 4 golongan besar,yakni : 1. Peribahasa yang sesungguhnya, adalah ungkapan tradisional yang mempunyai sifat, kalimatnya lengkap, bentuknya biasanya kurang mengalami perubahan, mengandung kebenaran atau kebijaksanaan. Contoh : siapa cepat dia dapat, orang haus diberi air, orang lapar diberi nasi!. Namun kebanyakannya peribahasa yang sesungguhnya merupakan lukisan yang bersifat kiasan atau ibarat. Contohnya : buah yang manis berulat didalamnya, yang mengibaratkan orang yang bermulut manis, tapi sesungguhnya hatinya busuk jadi terhadap orang yang seperti itu kita harus waspada. 2. Peribahasa yang tidak lengkap kalimatnya, juga mempunyai sifat yang khas, seperti kalimat yang tidak lengkap,bentuknya sering berubah-ubah, jarang mengungkapkan kebijaksanaan biasanya bersifat kiasan. Contoh : dari sabang sampai marauke yang mengibaratkan kesatuan wilayah Indonesia. 3. Peribahasa perumpamaan, adalah ungkapan tradisional. Yang menggunakan kata bagai, seperti,dll.
10

Contohnya : seperti sikodong dapat cincin, yang mengibaratkan seseorang yang bangga pada sesuatu sedangkan ia tidak bisa menikmatinya. 4. Ungkapan-ungkapan yang mirip peribahasa, adalah ungkapan yang dipergunakan untuk penghinaan, nyelatuk,suatu jawaban yang pendek,tajam,lucu,dan merupakan peringatan yang dapat menyakitkan hati. Contohnya : dari daerah riau, mulutnya kayak murai cabut bulu. Yang mengandung arti seseorang yang tidak berhenti berbicara meskipun ada kegiatan yang sedang ia kerjakan.

11

BAB III. PENUTUP

Kesimpulan : Bahasa merupakan alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk berkomunikasi (secara lisan maupun tulisan), ataupun gerakan (bahasa isyarat yang semuanya bertujuan untuk menyampaikan pesan/ informasi kepada orang lain. Indonesia yang mempunyai beragam suku budaya yang tidak hanya terdapat dari unsure budaya tempat serta adat tetapi juga terdapat pada bahasa rakyat/daerah masing-masing. Keanekaragaman bahasa di Indonesia menjadi kebanggaan tersendri bagi Indonesia ,dengan adanya bahasa rakyat yang hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai bahasa komunitas tertentu, yang akan menjadi ciri khas dari suatu daerah yang melambangkan etnis budaya masing-masing suku kebudayaan. Penggunaan bahasa daerah/rakyat tidak hanya digunakan pada ucapan atau sebuatan keseharian dalam bermasyarakat. Tetapi juga digunakan pada pertanyaan tradisional dan ungkapanungkapannya. Yang bertujuan melambangkan identitas suatu daaerah untuk

mempertahankan kebudayaan yang turun temurun dilahirkan secara lisan.

12

Daftar pustaka :

Internet :

13

Anda mungkin juga menyukai