Pragmatik adalah telaah makna tuturan (utterance), sedangkan Pragmatik dalam bahasa Cirebon diartikan
sebagai aktualisasi kemampuan berbahasa yang dimiliki dalam kehidupan sehari- hari dalam masyarakat
Cirebon. Yang mana gaya bahasa masyarakat Cirebon dan pesisir berdasarkan watak dan letak
geografisnya yang panas, cenderung apa adanya, lugas, ceplas-ceplos, keras nada dan intonasinya, dan
terkesan kasar. Dalam menyelesaikan suatu masalah juga cenderung tidak suka berbelit-belit. Hal ini
sangat berbeda dengan bahasa yang digunakan masyarakat pedalaman yang penuh tatakrama, halus, dan
tidak bernada tinggi. Bagi mereka yang tidak terbiasa dengan kehidupan dan mengerti watak masyarakat
pesisir, gaya bahasa seperti ini mungkin akan terdengar tidak santun. Akan tetapi, bagi penggunanya,
gaya babasa yang keras dan lugas ini tidak berarti membuat bahasa masyarakat pesisir tidak santun.
Contoh: Sugeng enjing! maksud: tergantung siapa yang berbicaraatau maksud lain, misalnya menyindir
atau memarahi
Perbedaan Bahasa Cirebon Dialek Jawareh (Jawa Sawareh), Dialek Dermayon, Dialek Plered, dan
Dialek Bagongan!
Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh) disebut juga sebagai Jawa Sawareh (separuh)
merupakan dialek dari Bahasa Cirebon yang berada disekitar perbatasan Kabupaten Cirebon dengan
Brebes, atau sekitar perbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kuningan. Dialek Jawareh ini
merupakan gabungan dari separuh Bahasa Jawa dan separuh bahasa Sunda.
Bahasa Cirebon dialek Dermayon merupakan dialek Bahasa Cirebon yang digunakan secara luas di
wilayah Kabupaten Indramayu. Ciri utama dari penutur dialek Dermayon adalah dengan
menggunakan kata "Reang" sebagai sebutan untuk kata "Saya" dan bukannya menggunakan kata
"Isun" seperti halnya yang digunakan oleh penutur Bahasa Cirebon.
Bahasa Cirebon dialek Plered dikenal dengan cirinya yaitu penggunaan huruf "o" yang kental,
misalkan pada Bahasa Cirebon standar menggunakan kata "Sira", lalu menggunakan kata "Siro"
untuk mengartikan "Kamu", kata "Apa" menjadi "Apo", Ora menjadi "Oro", Gawa (membawa)
menjadi "Gawo", Sapa menjadi "Sapo", dan Jendela menjadi "Jendelo". Penutur dialek ini lebih
mengekspresikan dirinya dengan sebutan "Wong Cirebon", berbeda dengan Penduduk Kota Cirebon
yang menggunakan Bahasa Cirebon standar (Sira) yang menyebut diri mereka sebagai "Tiang
Grage", walaupun antara "Wong Cirebon" dan "Tiang Grage" memiliki arti yang sama, yaitu "Orang
Cirebon".
Bahasa Cirebon dialek bagongan adalah bahasa yang biasa digunakan masyarakat Cirebon dalam
kehidupan sehari-hari atau bisa dibilang itu merupakan bahasa pergaulan. Bahasa Bagongan
merupakan bahasa keseharian yang selalu menerima hal-hal baru atau istilah-istilah baru dengan
mengadopsi bahasa-bahasa dari luar Cirebon. Bahasa bagongan lebih fleksibel dan lebih
akomodatif. Bahkan proses perkembangannya itu pesat. Karena Bagongan atau Padinan Cirebon
ini lah yang kemudian dalam perjalanannya sering terjadi proses akulturasi atau sering menyerap
bahasa lain.
Pidato Informatif, Persuasif, dan Rekreatif. Jelaskan dan berikan contoh penggunaan ketiga jenis
pidato tsb
Pidato informatif adalah pidato yang memiliki tujuan untuk menyampaikan sebuah pengetahuan atau
informasi penting. Informasi-informasi tersebut akan diberikan pada komunikan atau pendengar. Pidato
informatif dapat dibagi menjadi 3 macam.
Pertama, laporan lisan atau oral reports. Contoh dari laporan lisan adalah laporan panitia, laporan
ilmiah, laporan proyek, laporan tahunan dan sebagainya.
Kedua, pengajaran atau oral instruction. Contohnya seperti guru yang sedang menjelaskan sebuah
materi pelajaran. Selain itu, atasan yang menerangkan sebuah pekerjaan kepada karyawannya.
Ketiga, informative lectures atau kuliah. Contohnya seperti ceramah umum, presentasi yang
dilakukan di depan peserta konferensi, kegiatan pengajian dan sebuah penyajian makalah.
Pidato argumentatif adalah pidato yang di dalamnya mengandung beberapa hal. Seperti dalil,
argumentasi, data atau alasan. Hal-hal tersebut berfungsi untuk menolak atau mendukung sebuah
pernyataan. Contohnya seperti statistic, data-data faktual, bukti-bukti atau kesaksian seorang tokoh atau
pakar.
Pidato rekreatif juga sering disebut dengan pidato kekeluargaan. Pidato jenis ini umumnya akan
menyuguhkan sebuah kegembiraan yang banyak menyelipkan humor atau lelucon di dalamnya. Contohnya
Sang orator hendaknya mampu menciptakan suasana ramah lewat lelucon dan humor yang
disampaikannya.
Kesusasteraan Cirebon
Adalah kumpulan atau hal-hal yang berkenaan dengan sastra Cirebon. Wujud kesusastraan Cirebon
terbagi menjadi dua jenis, yaitu sastra lisan (kesusastraan yang mencakup ekspresi kesusastraan warga
suatu kebudayaan yang disebarkan dan diturun temurunkan secara lisan, dari mulut ke mulut) dan sastra
tulis (sastra yang menggunakan media tulisan atau literal)
Gobak Sodor, Dagongan, Lompat Tali, Poco-poco, Glindingan, Egrang, dan Bakiak.
faktor yang menjadikan permainan tradisional menjadi sesuatu yang langka pada saat ini
Pertama, karena zaman semakin modern sehingga menuntut manusianya untuk lebih dekat dengan
produk-produk berteknologi. Kedua, semakin minimnya para perajin yang membuat produk permainan
anak tradisional karena kalah bersaing dengan produsen permainan anak modern.
upaya yang dapat Anda lakukan untuk melestarikan permainan tradisional Cirebon
1. mengenalkan kembali kepada anak tentang permainan tradisional.
2. jangan memperkenalkan teknologi yang canggih kepada anak-anak terlalu dini.
3. mengadakan pelatihan permainan tradisional.
4. membuat permainan tradisional menjadi lebih menarik.
Permainan tradisional Cirebon memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran.
Pembelajaran apa sajakah?
Permainan tradisional juga dapat mengembangkan kreativitas anak, kognitif, afektif maupun motoriknya.
Contoh permainan tradisional yaitu gobag sodor, engklek, gasingan, yoyo, egrang, dakon, dan pasaran.
Dalam permainan tradisional terdapat aspek-aspek yang ditonjolkan. Gobag sodor misalnya menonjolkan
kerja sama dan kompetisi (keterampilan sosial), dakonan menonjolkan kemampuan untuk dapat
mengembangkan keterampilan kognitif dan melalui engklek dapat mengembangkan keterampilan motorik
dan keseimbangan. Aktivitas permainan yang dapat mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dapat
dijadikan sarana belajar sebagai persiapan menuju dunia orang dewasa.
Pasaran atau jual beli merupakan salah satu permainan tradisonal yang dapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran, terutama pembelajaran model tematik. Permainan ini selain mudah dilaksanakan juga tidak
mahal. Rata-rata anak yang tinggal di daerah pedesaan mengenal permainan ini. Dengan menggunakan
pembelajaran tematik, permainan ini dapat mencakup berbagai bidang studi pelajaran. Pelajaran yang
dapat diterapkan dalam permainan ini adalah Matematika (berhitung), Bahasa Indonesia (percakapan,
tawar menawar), IPS (hakikat jual beli), PKn (sopan santun dalam berjual beli), Agama (kejujuran),
Penjaskes (motorik), Seni Budaya dan Keterampilan (ketrampilan membungkus dan melipat benda), dan
berbagai manfaat lain.
Permainan tradisional mempunyai makna simbolis di balik gerakan, ucapan, maupun alat-alat yang
digunakan. Pesan-pesan tersebut bermanfaat bagi perkembangan kognitif, emosi dan sosial anak sebagai
persiapan/sarana belajar menuju kehidupan di masa dewasa. Pesatnya perkembangan permainan
elektronik membuat posisi permainan tradisional nyaris tak dikenal. Memperhatikan hal tersebut perlu
usaha-usaha dari berbagai pihak untuk mengkaji dan melestarikan keberadaannya melalui pembelajaran
ulang pada generasi sekarang melalui proses modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi sekarang.
Operasional pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan permainan tradisional pasaran dapat
dilakukan dengan memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitar. Misalnya tanah sebagai pengganti
pasir sebagai pengganti beras, kerikil kecil sebagai pengganti gula, minyak goreng dapat menggunakan
air dicampuri daun bunga sepatu. Peralatan tulis siswa seperti pensil, bolpoint, penghapus, buku tulis,
buku pelajaran, tas. Pada permainan ini anak-anak juga dilatih untuk bersosialisasi dengan melakukan
tawar-menawar. Melatih kesabaran dengan membudayakan antri waktu melakukan jual beli.
Semua hal ini senantiasa dilakukan agar anak-anak sejak usia dini dapat mengenal dan mencintai
permainan tradisional, sehingga permainan tradisional tidak tergerus oleh zaman.