Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA TERAPAN

ACARA II
PENENTUAN MASSA JENIS ZAT CAIR

Penanggung Jawab:

Ana Andiana (A1F015025)


Novia Retno W. (A1F015035)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi
dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi
(misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa
sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air). Satuan SI massa jenis
adalah kilogram per meter kubik (kg/m3).
Massa jenis suatu bahan pangan merupakan salah satu indikator yang secara
langsung maupun tidak langsung turut berperan dalam suatu proses pengolahan
pangan maupun mutu suatu produk. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan
kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada
temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis,
dilihat dari definisinya, sangat lemah; akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai
kerapatan relatif.

Sebuah benda memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan
memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki
massa jenis lebih rendah (misalnya air). Satuan SI massa jenis adalah kilogram per
meter kubik (kg/m3). Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat
memiliki massa jenis yang berbeda. Dan suatu zat berapapun massanya, berapapun
volumenya akan memiliki massa jenis yang sama. Massa jenis air lebih besar
daripada massa jenis minyak. Massa jenis air 1 gram/cm3 dan massa jenis minyak
0,8 gram/cm3. Oleh karena itu, berapapun banyaknya minyak yang dicampurkan ke
dalam air maka minyak akan tetap di atas.

Tekanan hidrostatis adalah tekanan yang terjadi di bawah air. Tekanan


hidrostatis disebabkan oleh fluida tak bergerak. Tekanan hidrostatis yang dialami
oleh suatu titik di dalam fluida diakibatkan oleh gaya berat fluida yang berada di
atas titik tersebut. Jika besarnya tekanan hidrostatik pada dasar tabung adalah p,
menurut konsep tekanan, besarnya p dapat dihitung dari perbandingan antara gaya
berat fluida (F) dan luas permukaan bejana (A). Hukum tekanan hidrostatik
berbunyi ,”Tekanan hidrostatis pada sembarang titik yang terletak pada bidang
mendatar di dalam sejenis zat cair yang dalam keadaan setimbang adalah sama”.
Hukum hidrostatika berlaku pula pada pipa U (bejana berhubungan) yang diisi
lebih dari satu macam zat cair yang tidak bercampur. Contoh penerapan hukum
utama hidrostatik misalnya pada penggunaan water pass.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini untuk memahami hukum hidrostatika sebagai
landasan untuk menentukan massa jenis zat cair dengan alau ukur pipa U.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan tentang massa jenis dalam sebuah praktikum sangat penting
mengingat bahwa pengetahuan tentang massa jenis akan selalu kita butuhkan dan
selalu kita gunakan dalam praktikum lanjutan atau dalam pengaplikasiannya dalam
penelitian (Bresnick, 2002). Massa jenis (density) suatu zat adalah kuantitas
konsentrasi zat dan dinyatakan dalam massa persatuan volume. Nilai massa
jenis suatu zat dipengaruhi oleh temperatur. Semakin tinggi temperatur, kerapatan
suatu zat semakin rendah karena molekul - molekul yang saling berikatan akan
terlepas. Kenaikan temperatur menyebabkan volume suatu zat bertambah,
sehingga massa jenis dan volume suatu zat memiliki hubungan yang
berbanding terbalik (Besari, 2005).
Salah satu sifat yang penting dari suatu bahan adalah densitas (density)-nya,
didefinisikan sebagai massa persatuan volume. Bahan yang homogen seperti es atau
besi, memiliki densitas yang sama pada setiap bagiannya. Kita gunakan huruf
Yunani ρ (“rho”) untuk densitas. Jika sebuah bahan yang materialnya homogen
bermasa m memiliki volume v, densitasnya ρ adalah
𝑚
ρ= (1)
𝑣
keterangan:
ρ = massa jenis air (kg/m3);
m = massa benda (kg);
V = volume benda (m3)
Densitas suatu bahan, tidak sama pada setiap bagiannya; contohnya adalah
atmosfer bumi (yang seakin tinggi akan semakin kecil densitasnya) dal lautan (yang
semakin dalam akan semakin besar densitasnya). Untuk bahan-bahan ini persamaan
(1) memperlihatkan densitas rata-rata.. Secara umum, densitas bahan tergantung
pada faktor lingkungan suhu dan tekanan (Juliastuti, 2002).
Pipa U adalah pipa lengkung berbentuk
huruf U. Pipa ini termasuk bejana berhubungan. Jika
pipa U diisi dengan satu jenis zat cair, tinggi
permukaan zat cair pada pada kedua mulutnya selalu
sama. Tetapi, jika pipa U diisi dengan dua zat cair
yang tidak bercampur, tinggi permukaan zat cair
pada kedua mulut pipa berbeda. Bagaimana
hubungan antara massa jenis dan tinggi zat cair
dalam pipa U? Misalkan, massa jenis zat cair pertama adalah ρ1 dan massa jenis zat
cair kedua adalah ρ2. Dan titik pertemuan kedua zat cair, kita buat garis mendatar
yang memotong kedua kaki pipa U. Misalkan, tinggi permukaan zat cair pertama
dari garis adalah h1 dan tinggi permukaan zat cair kedua dari garis adalah h2. Zat
cair prtama setinggi h1 melakukan tekanan yang sama besar dengan tekanan zat cair
kedua setinggi h2.
P1 = P2

Dengan menggunakan persamaan 2-1 diperoleh

ρ 1 g h1 = ρ 2 g h 2

ρ1 h1 = ρ2 h2 (2-2)

Dengan menggunakan persamaan 2-2, kita dapat menentukan massa jenis


zat cair lain jika massa jenis salah satu zat cair dikaetahui. Harus diperhatikan
bahwa kedua zat cair yang dimasukkan dalam pipa U tidak boleh zat cair yang
bercampur, misalnya air dan alkohol. Kedua zat cair yang dimasukkan harus tidak
bercampur agar batasnya jelas. Dengan demikian, tinggi permukaan masing-masing
zat cair dapat diukur.

Definisi Operaional Variabel

a) Kedalaman zat cair (cm) adalah ketinngian zat cair, yang diukur dari
permukaan zat cair ke permukaan zat cair yang berada di dalam corong
b) Massa jenis zat cair adalah kerapatan massa dari zat cair yang dimasukkan
kedalam pipa U dan gelas kimia
c) Tekanan hidrostatik adalah besarnya tekanan yang disebabkan oleh tinggi
permukaan zat cair yang dicari berdasarkan rumus tekanan berbanding lurus
dengan massa jenisnya dan tinggi permukaan zat cair pada pipa U dikali
dengan percepatan gravitasi 9,80
d) Tinggi permukaan zat cair (cm) adalah Selisih ketinggian zat cair pada pipa
U akibat dari tekanan yang diberikan. (Tim Dosen Fisika Dasar I, 2013)

Hukum pokok hidrostatika dapat digunakan untuk menentukan massa jenis


Zat cair dengan menggunakan pipa U. Hidrostatika dimanfaatkan antara lain dalam
mendesain bendungan, yaitu semakin ke bawah semakin tebal; serta dalam
pemasangan infus, ketinggian diatur sedemikian rupa sehingga tekanan zat cair
pada infus lebih besar daripada tekanan darah dalam tubuh (Esvandiari, 2006). Air
memiliki rapat jenis 1,00.103 kg/m3, atau 1,00 g/cm3. Rapat jenis sembarang
substansi yang dinyatakan dalam gram per centimeter kubik secara numerik sama
dengan specific gravity-nya; rapat jenis sembarang subsansi yang dinyatakan dalam
kilogram pe meter kubik sama dengan 103 kali specific gravity-nya (Wihantoro etl
al, 2005).
Minyak goreng selain digunakan dalam dunia industri juga digunakan
dalam rumah tangga sebagai media penghantar panas dalam pengolahan makanan
sehari-hari. Seiring dengan meningkatnya industri pengolahan makanan terutama
industri kecil dan rumah tangga, kebutuhan masyarakat akan minyak goreng juga
semakin meningkat. Namun demikian, industri-industri kecil ini seringkali tidak
mengontrol temperatur minyak yang digunakan dan membuangnya setelah
digunakan beberapa kali, sedangkan dalam industri rumh tangga minyak goreng
digunakan terus-menerus. Keadaan ini memberikan efek negatif terhadap kualitas
produk makanan, lingkungan, dan kesehatan manusia (Vera, 2005).
Minyak goreng sering kali dipakai untuk menggoreng secara berulang-
ulang, bahkan sampai warnanya coklat tua atau hitam dan kemudian dibuang.
Penggunaan minyak goreng secara berulang-ulang sangat berbahaya bagi
kesehatan. Dalam penggunaannya, minyak goreng mengalami perubahan kimia
akibat oksidasi dan hidrolisis, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada minyak
goreng tersebut. Untuk mengatasinya, limbah minyak goreng bekas (jelantah) dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel ( Adhiatma et al., 2012).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat-alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah:
a. Pipa U,
b. Pipet,
c. Beaker glass,
d. Corong, dan
e. Mistar.

2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah:
a. Minyak goreng baru,
b. Minyak jelantah dari beberapa kali penggorengan, dan
c. Aquades.

B. Prosedur Kerja
Kedudukan Pipa U diatur sedemikian rupa sehingga letaknya tidak miring.
Pipa U diisi dengan aquades (𝜌1 = 1 g/cm3).

Zat cair yang akan diselidiki dimasukkan ke dalam pipa U pada kaki yang lain.

Bidang batas permukaan zat zair ditentukan. Tinggi h1 dan h2 diukur.

Massa jenis zat cair yang diselidiki (𝜌2) dihitung dengan menggunakan rumus
ℎ1
𝜌2 = 𝜌1 ℎ2

Langkah 2-4 sebanyak 1 kali diulangi dengan merubah tinggi permukaan zat air
yang diselidiki (pipet digunakan untuk memasukkan/mengeluarkan zat cair).

Zat cair yang diselidiki dikeluarkan hingga bersih.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Sebelum dikurangi Sesudah dikurangi

No Jenis minyak h1 h2 𝜌minyak h1 h2 𝜌minyak

(cm) (cm) (g/cm3) (cm) (cm) (g/cm3)

Minyak jelantah 15 0,916


1 7 8,5 0.823 5,5 6
ml + aquades 30 ml
Minyak jelantah 20 0,94
2 8,5 10 0,85 8,5 9
ml + aquades 40 ml
Minyak baru 15 ml 0,903
3 7 9 0,778 5 5,5
+ aquades 30 ml
Minyak baru 20 ml 0,736
4 9 11 0,818 7 9,5
+ aquades 40 ml

Perhitungan:
Perlakuan 1 (Minyak jelantah 15 ml + aquades 30 ml)

Sebelum dikurangi

ℎ1
𝜌minyak jelantah = 𝜌air x ℎ2
7
= 1 g/cm3 x 8,5

= 0.823 g/cm3

Sesudah dikurangi

ℎ1
𝜌minyak jelantah = 𝜌air x ℎ2
5,5
= 1 g/cm3 x 6

= 0,916 g/cm3

1. Perlakuan 2 (Minyak jelantah 20 ml + aquades 40 ml)


Sebelum dikurangi
ℎ1
𝜌minyak jelantah = 𝜌air x ℎ2
8,5
= 1 g/cm3 x 10
3
= 0,85 g/cm
Sesudah dikurangi
ℎ1
𝜌minyak jelantah = 𝜌air x ℎ2
8,5
= 1 g/cm3 x 9
3
= 0,94 g/cm
2. Perlakuan 3 (Minyak baru 15 ml + aquades 30 ml)
Sebelum dikurangi
ℎ1
𝜌minyak baru = 𝜌air x ℎ2
7
= 1 g/cm3 x 9

= 0,778 g/cm3
Sesudah dikurangi
ℎ1
𝜌minyak baru = 𝜌air x ℎ2
5
= 1 g/cm3 x
5,5

= 0,903 g/cm3
3. Perlakuan 4 (Minyak baru 20 ml + aquades 40 ml)
Sebelum dikurangi
ℎ1
𝜌minyak baru = 𝜌air x ℎ2
9
= 1 g/cm3 x 11

= 0,818 g/cm3
Sesudah dikurangi
ℎ1
𝜌minyak baru = 𝜌air x ℎ2
7
= 1 g/cm3 x 9,5

= 0,736 g/cm3
B. Pembahasan
Praktikum penentuan massa jenis zat cair ini menggunakan 2 sample
minyak, minyak baru dngan minyak jelantah, dan dengan dua kali ulangan (pertama
tanpa pengurangan minyak dan yang kedua dengan pengurangan minyak).
Penentuan massa jenis minyak ini menggunakan massa jenis yang telah diketahui,
yaitu massa jenis air 1 g/cm3. Mula-mula mengatur kedudukan pipa U sedemikian
rupa sehingga letaknya tidak miring. Pipa U diisi dengan akuades. Minyak dituang
ke dalam pipa U pada kaki yang lain. Penentuan massa jenis ini menggunakan
indikator tinggi minyak dan air dengan rumus:

ℎ1
𝜌2 = 𝜌1 x ℎ2

dengan:

ρ1 = massa jenis zat cair pembanding

ρ2 = massa jenis zat cair yang dicari

h1 = tinggi permukaan zat cair pembanding

h2 = tinggi permukaan zat cair yang diselidik

Dalam menentukan tinggi air maupun minyak, sebelumnya harus


ditentukan terlebih dahulu bidang batas permukaan zat cair. Dihasilkan massa jenis
minyak goreng jelantah pada perlakuan pertama sebesar 0.823 g/cm3, dan setelah
minyak dikurangi massa jenisnya 0,916 g/cm3. Massa jenis minyak goreng jelantah
pada perlakuan kedua sebesar 0.85 g/cm3, dan setelah minyak dikurangi massa
jenisnya 0,94 g/cm3. Sedangkan pada massa jenis minyak goreng baru pada
perlakuan ketiga sebesar 0,778 g/cm3, dan setelah minyak dikurangi massa jenisnya
0,903 g/cm3. Perlakuan 4 menunjukkan hasil massa jenis minyak goreng baru pada
sebesar 0,818 g/cm3, dan setelah minyak dikurangi massa jenisnya 0,736 g/cm3.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, S., et al, (2015) massa
jenis minyak jelantah pada suhu 400C sebesar 850 kg/m3 yang setara dengan 0,850
g/cm3. Namun, pada percobaan yang telah dilakukan, terdapat perbedaan selisih
lebih cukup signifikan pada perlakuan minyak jelantah yang sudah dikurangi.
Mungkin ini bisa terjadi disebebkan kurang telitinya kemampuan mengukur mistar,
ataupun kurang telitinya pengamat dalam melihat hasil tinggi minyak maupun air.
Bisa jadi karena kurang tepatnya penentuan batas permukaan batas cairnya.

Pengukuran kerapatan minyak goreng yang diteliti oleh K, Sutiyah (2008),


dilakukan dengan mengukur massa dari minyak goreng dibagi dengan volume
minyak goreng. Massa minyak goreng dihitung dengan menggunakan timbangan,
sedangkan volume minyak goreng dihitung dengan menggunakan gelas ukur.
Hasilnya nilai massa jenis minyak goreng baru sebesar 858,51 kg/m 3, minyak
goreng satu kali pakai 857,22 kg/m3, minyak goreng dua kali pakai 851,31 kg/m3.
Seperti yang dikemukakan K, Sutiyah (2008) dapat diketahui bahwa nilai
kerapatan dari minyak goreng yang paling kecil yaitu pada minyak goreng yang
sudah dipakai dua kali, dan nilai kerapatan yang paling besar yaitu pada minyak
goreng yang belum pernah dipakai. Minyak goreng yang sudah dipakai dua kali
mempunyai nilai kerapatan yang paling kecil karena minyak goreng tersebut telah
mengalami pemanasan sehingga ikatan antar molekulnya berkurang dan
menyebabkan kerapatan minyak berkurang. Minyak goreng yang belum pernah
dipakai mempunyai nilai kerapatan yang paling besar karena minyak goreng
tersebut belum mengalami pemanasan, sehingga molekul-molekulnya tidak
mengalami perenggangan dan kerapatannya lebih besar. Jadi, minyak goreng
dengan kerapatan paling besar adalah minyak goreng yang belum dipakai, dan
kerapatan yang paling kecil yaitu pada menyebabkan kerapatan minyak berkurang.
Minyak goreng yang belum pernah dipakai mempunyai nilai kerapatan yang paling
besar karena minyak goreng tersebut belum mengalami pemanasan, sehingga
molekul-molekulnya tidak mengalami perenggangan dan kerapatannya lebih besar.
Jadi, minyak goreng dengan kerapatan paling besar adalah minyak goreng yang
belum dipakai, dan kerapatan yang paling kecil yaitu pada minyak goreng yang
sudah dipakai dua kali.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa semakin minyak goreng


digunakan, densitasnya/ nilai massa jenisnya makin kecil nilainya. Maka massa
jenis minyak jelantah lebih kecil daripada massa jenis minyak baru. Namun dari
hasil percobaan yang telah dilakukan, massa jenis yang telah dihitung hasilnya
banyak yang tidak sesuai dengan teori yang ada.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum argentometri yang dilakukan oleh praktikan, dapat ditarik
kesimpulan yaitu:
1. Massa jenis minyak semakin terkena pemanasan ( telah dipakai berulang),
semakin nilainya kecil
2. Pada minyak baru massa jenisnya lebih besar dibanding dengan massa jenis
minyak jelantah.

B. Saran
Dari praktikum penentuan massa jenis zat cair yang dilakukan, praktikan
menyarankan Dalam melakukan percobaan ini hendaknya menggunakan metode
dan langkah kerja yang sesuai dengan panduan agar kita terhindar dari banyak
kesalahan. Sehingga tidak perlu banyak melakukan pengulangan dalam
memperoleh data, dan tidak menyia-nyiakan bahan yang ada dan praktikan harus
teliti dalam membaca hasil pengukuran panjang, agar hasil data yang diperoleh
akan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Adhiatma, A. Anshory., et al. 2012. “The Enhancement of Waste Cooking Oil


Esterification Catalyzed by Sulfated Zirconia and Assisted by The Addition
of Silica Gel", Proceeding of 19th Regional Symposium on Chemical
Engineering, Bali.

Besari, Ismail. 2005. Kamus Fisika. Bandung: Pionir Jaya.


Bresnick, S. 2002. Intisari Fisika, Hipokrates. Jakarta: Erlangga.
Esvandiari. 2006. Smart Fisika. Jakarta: Puspa Swara.
Juliastuti, Endang. 2002. Fisika Universitas Jilid 1 (Edisi Kesepuluh). Jakarta:
Erlangga.
K. Sutiah., et al. 2008. “Studi Kualitas Minyak Goreng dengan Paameter Viskositas
dan Indeks Bias”. Jurnal Berkala Fisika. (11). 53-58.
Tim Dosen Fisika Dasar I. 2013. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1. Makassar:
UNM.

Vera, K. 2005. Efek Temperatur pada Proses Chemisorpsi Katalis NZA dan H5-
NZA dalam proses Peningkatan Kualitas Jelantah dengan Reaktor Fluida
Fixed Bed. Skripsi. FMIPA UNEJ. Universitas Jember: tidak diterbitkan.
Wahyuni, S., et al. 2015. “Pengaruh Suhu Proses dan Lama Pengendapan Terhadap
Kualitas Biodesel dari Minyak Jelantah”. Jurnal Pillar of Physics. (6). 33-
40.
Wihantoro,. et al. 2005. Fisika Dasar Universitas. Purwokerto: Universitas
Jenderal Soedirman.
LAMPIRAN
A. ACC
B. Dokumentasi

Minyak jelantah yang dipakai dalam Minyak Goreng baru belum


percobaaan digunakan

Penuangan air pada sisi kanan pipa Proses penakaran minyak baru 15 ml
dan 30 ml
Prosespenuangan minyak Pengukuran tinggi minyak dan air

pada pipa sebelah kiri

Anda mungkin juga menyukai