Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA TERAPAN

ACARA II
PENENTUAN MASSA JENIS ZAT CAIR

Penanggung Jawab:

Krisna Kharisma Suga (A1F015024)

Farah Fatimah (A1F015034)

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zat didefinisikan sebagai sesuatu yang mempunyai massa dan
memerlukan ruang. Berdasarkan wujudnya, zat dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu zat padat, zat cair dan gas. Setiap zat padat mempunyai massa
jenis tertentu. Demikian juga dengan zat cair dan gas. Oleh karena itu kita
dapat mengetahui jenis zat cair berdasarkan massa jenisnya.
Suatu fluida dalam sebuah pipa yang berbentuk U akan bergerak atau
diam.Apabila zat cair dalam pipa setimbang maka zat cair tersebut akan
diamtetapi apabila diberikan perlakuaan dengan cara salah satu permukaan zat
cair dibuat lebih tinggi dari yang lain.Sehingga zat cair tersebut akan bergerak
secara periodik naik turun sampai keadaannya kembali ke posisi
setimbang.Hal itu merupakan salah satu sipat fluida yang disebabkan oleh
gaya luar berupa tekanan udara dan percepatan gravitasi yang menyebabkan
fluida menjadi bergerak dan berhenti saat zat cair tersebut kembali setimbang.
Sifat fluida tersebut dapat dimanfaatkan untuk mencari besar percepatan
gravitasi di suatu tempat dengan melakukan percobaan yang menunjukan
adanya indikasi percepatan gravitasi mempengaruhi gerak fluida pada sebuah
pipa yang berbentuk U.Hal itu dilakukan dengan cara menghitung waktu yang
dibutuhkan zat cair untuk melakukan satu getaran / osilasi, yaitu gerak bolak
balik yang berlangsung secara periodik melalui titik kesetimbangan.Dengan
demikian,percepatan gravitasi di suatu tempat dapat dihitung dengan bantuan
periode getaran zat cair tersebut.

B. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk memahami hukum hidrostatika sebagai
landasan untuk menentukan massa jenis zat cair dengan alat pipa U.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Minyak goreng bekas adalah minyak makan nabati yang telah digunakan
untuk menggoreng dan biasanya dibuang setelah warna minyak berubah
menjadi coklat tua. Proses pemanasan selama minyak digunakan merubah
sifat fisika-kimia minyak. Pemanasan dapat mempercepat hidrolisis
trigliserida dan meningkatkan kandungan asam lemak bebas (FFA) di dalam
minyak. Penggunaan minyak jelantah yang sudah berulang kali mengandung
zat radikal bebas yang bersifat karsinogenik seperti peroksida, epioksida, dan
lain-lain (Zulkarnain, 2011).
Menurut Nurlaili (2012), massa suatu benda adalah ukuran banyak zat
yang terkandung dalam suatu benda. Sedangkan massa jenis adalah besaran
yang menunjukkan perbandingan Antara massa dengan volume suatu benda,
sebagaimana yang dikemukakan Bahwa: “massa jenis suatu benda adalah
massa benda itu dibagi dengan volumenya”. Dapat ditulis dengan persamaan:

ρ=

dimana:
ρ = massa jenis air (kg/m3)
m = massa benda (kg)
v = volume benda (m3)
Massa jenis merupakan nilai yang menunjukkan besarnya
perbandingan antara massa benda dengan volume benda tersebut, massa jenis
suatu benda bersifat tetap artinya jika ukuran dan bentuk benda diubah massa
jenis benda tidak berubah. Misalnya ukurannya diperbesar sehingga baik
massa benda maupun volume benda makin besar. Walaupun kedua besaran
yang menunjukan ukuran benda tersebut makin besar tetapi massa jenisnya
tetap, hal ini disebabkan oleh kenaikan massa benda atau sebaliknya kenaikan
volume benda diikuti secara linier dengan kenaikan volume benda atau massa
benda (Kanginan, 2002).
Sebuah benda memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan
memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang
memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air). Satuan SI massa jenis
adalah kilogram per meter kubik (kg/m3). Massa jenis berfungsi untuk
menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Dan suatu zat
berapapun massanya, berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang
sama. Massa jenis air lebih besar daripada massa jenis minyak. Massa jenis air
1 gram/cm3 dan massa jenis minyak 0,8 gram/cm3. Oleh karena itu, berapapun
banyaknya minyak yang dicampurkan ke dalam air maka minyak akan tetap di
atas (Giancoli, 2004).
Tekanan merupakan suatu ukuran yang terdiri dari besarnya gaya yang
bekerja pada suatu benda untuk setiap satu satuan luas permukaan bidang
tekan. Tekanan dapat dinotasikan sebagai simbol p (pressure) dan memiliki
satuan SI Nnr2. Satuan tekanan yang lain adalah pascal (Pa) dan bar (Young,
2002).

Keterangan :
F = gaya (N),
A = luas permukaan (m2),
P = tekanan
Persamaan diatas menyatakan bahwa tekanan P berbanding terbalik
dengan luas permukaan bidang tempat gaya bekerja. Jadi, untuk besar gaya
yang sama, luas bidang yang kecil akan mendapatkan tekanan yang lebih
besar daripada luas bidang yang besar (Young, 2002).
Tekanan Hidrostatis adalah tekanan yang terjadi di bawah air.Tekanan
hidrostatis disebabkan oleh fluida tak bergerak. Tekanan hidrostatis yang
dialami oleh suatu titik di dalam fluida diakibatkan oleh gaya berat fluida
yang berada di atas titik tersebut. Jika besarnya tekanan hidrostatik pada
dasar tabung adalahp, menurut konsep tekanan, besarnya p dapat dihitung dari
perbandingan antara gaya berat fluida (F) dan luas permukaan bejana (A).
Hukum tekanan hidrostatik berbunyi ,”Tekanan hidrostatis pada sembarang
titik yang terletak pada bidang mendatar di dalam sejenis zat cair yang dalam
keadaan setimbang adalah sama”.Hukum hidrostatika berlaku pula pada pipa
U (bejana berhubungan) yang diisi lebih dari satu macam zat cair yang tidak
bercampur (Soedojo, 2004).
Pada pipa U bila dari salah satu mulut pipa U dituangkan zat cair yang
berbeda (massa jenisnya berbeda dengan massa jenis zat cair yang sudah ada
di dalam pipa). Tekanan pada kedua permukaan zatcair di kedua mulut pipa U
selalu sama, yaitu merupakan tekanan hidrostatis.Misalkan, massa jenis zat
cair pertama adalah ρ 1 dan massa jenis zatcair kedua adalah ρ 2 . Dari titik
pertemuan kedua zat cair, kita buat garis mendatar yang memotong kedua kaki
pipa U. Misalkan, tinggi permukaan zat cair pertama dari garis adalah h1 dan
tinggi permukaan zat cair kedua dari garis adalah h2. Zat cair pertama setinggi
h1 melakukan tekanan yang samabesar dengan tekanan zat cair kedua setinggi
h2 (Soedojo, 2004).
P1 = P2

Dengan menggunakan persamaan di atas, maka diperoleh :


ρ1 g h1 = ρ2 g h2 , ρ1 h1 = ρ2 h2
Hukum pokok hidrostatika dapat digunakan untuk menentukan massa
jenis Zat cair dengan menggunakan pipa U. Hidrostatika dimanfaatkan antara
lain dalam mendesain bendungan, yaitu semakin ke bawah semakin tebal;
serta dalam pemasangan infus, ketinggian diatur sedemikian rupa sehingga
tekanan zat cair pada infus lebih besar daripada tekanan darah dalam tubuh
(Esvandiari, 2006).
III. METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


1. Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
a. Selang
b. Gelas ukur
c. Pipet tetes
d. Mistar
2. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
a. Aquades
b. Minyak goreng baru
c. Minyak jelantah dari beberapa kali penggorengan
B. Prosedur Kerja

Kedudukan pipa U diatur sedemikian rupa sehingga letaknya tidak


miring. Pipa U diisi dengan aquades (ρ1 = 1 g/cm3).

Zat cair yang akan diselidiki dimasukkan ke dalam pipa U pada kaki yang
lain.

Ditentukan bidang batas permukaan zat cair. Ukurlah tinggi h1 dan h2.

Dihitung massa jenis zat cair yang diselidiki ( ρ2) dengan


menggunakan persamaan (3).

Langkah 2-4 diulangi sebanyak 2 kali dengan merubah tinggi permukaan


zat cair yang diselidiki (digunakan pipet untuk
memasukkan/mengeluarkan zat cair).

Zat cair yang telah diselidiki dikeluarkan sampai bersih, kemudian diatur
kembali kedudukan pipa U.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Sebelum ditambah 2 tetes Setelah ditambah 2 tetes


Kel.
h1 h2 ρ1 ρ2 h1 h2 ρ1 ρ2

1 7,3 cm 9,7 cm 1 g/cm3 0,753 g/cm3 7 cm 7,6 cm 1 g/cm3 0,921 g/cm3

2 9,6 cm 11 cm 1 g/cm3 0,873 g/cm3 9,2 cm 10,2 cm 1 g/cm3 0,902 g/cm3

3 7,2 cm 8,3 cm 1 g/cm3 0,867 g/cm3 6,5 cm 7,5 cm 1 g/cm3 0,867 g/cm3

4 9 cm 10 cm 1 g/cm3 0,9 g/cm3 8,2 cm 9,1 cm 1 g/cm3 0,901 g/cm3

5 16 cm 17,5 cm 1 g/cm3 0,914 g/cm3 13,5 cm 16 cm 1 g/cm3 0,844 g/cm3


Keterangan :
h1 = tinggi aquades
h2 = tinggi minyak goreng jelantah atau minyak goreng baru
ρ1 = massa jenis aquades (1 g/cm3)
ρ2 = massa jenis minyak goreng jelantah atau minyak goreng baru

1. Perhitungan massa jenis minyak goreng jelantah dan minyak goreng baru
sebelum ditambahkan 2 tetes minyak goreng jelantah :

ρ minyak jelantah = ℎℎ12 x ρair = 79,,73 x 1 = 0,753 g/cm3

ρ minyak jelantah = ℎℎ12 x ρair = 911,6 x 1 = 0,873 g/cm3

ρ minyak baru = ℎℎ12 x ρair = 78,,23 x 1 = 0,867 g/cm3

ρ minyak baru = ℎℎ12 x ρair = 109 x 1 = 0,9 g/cm3

16
ρ minyak jelantah = ℎℎ12 x ρair =
17,5 x 1 = 0,914 g/cm3
2. Perhitungan massa jenis minyak goreng jelantah dan minyak goreng baru
setelah ditambahkan 2 tetes minyak goreng jelantah :

= ℎℎ12 x ρair = 7
ρ minyak jelantah 7,6 x 1
= 0,921 g/cm3

ρ minyak jelantah = ℎℎ12 x ρair = 109,2,2 x 1 = 0,902 g/cm3

ρ minyak baru = ℎℎ12 x ρair = 67,,55 x 1 = 0,867 g/cm3

ρ minyak baru = ℎℎ12 x ρair = 89,,12 x 1 = 0,901 g/cm3

ρ minyak jelantah = ℎ1 ℎ2 x ρair16= x 1 = 0,844 g/cm3


13,5

B. Pembahasan
Pada praktikum penentuan massa jenis zat cair, alat yang digunakan
sebagai pipa U adalah selang, sedangkan, bahan yang digunakan adalah
aquades dan dua macam minyak yang akan diteliti yaitu minyak goreng baru
dan minyak goreng jelantah dari beberapa kali penggorengan.
Pertama bentuk selang menjadi berbentuk seperti pipa U, kemudian
posisi kan selang yang berbentuk pipa U sedemikian rupa sehingga letaknya
tidak miring dan tinggi ujung selang satu dengan ujung selang lain sama.
Ukur miyak goreng jelantah atau minyak goreng baru dan aquades dengan
gelas ukur sesuai dengan takaran yang telah ditentukan. Selanjutnya isi selang
pipa U dengan aquades , kemudian masukkan zat cair yang akan diselidiki ke
dalam selang pipa U yaitu minyak goreng baru atau minyak goreng jelantah.
Percobaan dilakukan dengan melakukan dua macam perbandingan. Pertama,
perbandingan antara minyak goreng baru dengan aquades dengan
menggunakan volume yang berbeda-beda. Kedua, perbandingan antara
minyak goreng jelantah dengan aquades dengan menggunakan volume yang
berbeda-beda juga. Setelah kedua cairan dicampur, tinggi masing-masing
cairan diukur menggunakan mistar.
Pada perlakuan pertama, yaitu perbandingan antara minyak goreng
jelantah dengan aquades, volume yang digunakan adalah 15 ml minyak
goreng jelantah dengan 40 ml aquades. Setelah dicampurkan, tinggi cairan
pada selang pipa U diukur dan didapatkan perbandingan tinggi kedua cairan
yaitu 9,7 cm minyak goreng jelantah dan 7,3 cm aquades. Kemudian, pada
perlakuan kedua, perbandingan antara minyak goreng jelantah dengan
aquades, volume yang digunakan adalah 20 ml minyak goreng jelantah
dengan 50 ml aquades. Setelah dicampurkan, tinggi cairan pada selang pipa U
diukur dan didapatkan perbandingan tinggi kedua cairan yaitu 11 cm minyak
goereng jelantah dan 9,6 cm aquades. Pada perlakuan ketiga, perbandingan
antara minyak goreng baru dengan aquades, volume yang digunakan adalah
15 ml minyak goreng baru dengan 50 ml aquades. Setelah dicampurkan,
tinggi cairan pada selang pipa U diukur dan didapatkan perbandingan tinggi
kedua cairan yaitu 8,3 cm minyak goreng baru dan 7,2 cm aquades. Pada
perlakuan keempat, perbandingan antara minyak goreng baru dengan
aquades, volume yang digunakan adalah 20 ml minyak goreng baru dengan 50
ml aquades. Setelah dicampurkan, tinggi cairan pada selang pipa U diukur dan
didapatkan perbandingan tinggi kedua cairan yaitu 10 cm minyak jelantah
dan 9 cm aquades. Pada perlakuan kelima, perbandingan antara minyak
goreng jelantah dengan aquades, volume yang digunakan adalah 30 ml
minyak goreng jelantah dengan 50 ml aquades. Setelah dicampurkan, tinggi
cairan pada selang pipa U diukur dan didapatkan perbandingan tinggi kedua
cairan yaitu 17,5 cm minyak goereng jelantah dan 16 cm aquades. Jika
dibandingkan, ketinggian minyak goreng lebih tinggi dibandingkan dengan
ketinggian aquades.
Setelah didapatkan perbandingan antara minyak goreng jelantah dengan
aquades dan minyak goreng baru dengan aquades, ditambahkan minyak
goreng baru atau minyak goreng jelantah pada selang pipa U. Minyak yang
ditambahkan sebanyak 2 tetes dengan menggunakan pipet. Kemudian
dilakukan perbandingan antara minyak goreng jelantah dengan aquades dan
minyak goreng baru dengan aquades kembali. Dalam hal ini, ketinggian kedua
cairan pada pipa U berubah.
Pada perlakuan pertama, setelah ditambahkan 2 tetes minyak goreng
jelantah, didapatkan perbandingan tinggi kedua cairan yaitu 7,6 cm minyak
goreng jelantah dan 7 cm aquades. Selisih tinggi pada minyak goreng jelantah
sebelum dan setelah ditambahkan 2 tetes minyak goreng jelantah adalah 2,1
cm dan selisih tinggi pada air sebelum dan setelah ditambahkan 2 tetes
minyak goreng jelantah adalah 0,3 cm. Pada perlakuan kedua, setelah
ditambahkan 2 tetes minyak goreng jelantah, didapatkan perbandingan tinggi
kedua cairan yaitu 10,2 cm minyak goreng jelantah dan 9,2 cm aquades.
Selisih tinggi pada minyak goreng jelantah sebelum dan setelah ditambahkan
2 tetes minyak goreng jelantah adalah 0,8 cm dan selisih tinggi pada air
sebelum dan setelah ditambahkan 2 tetes minyak jelantah adalah 0,4 cm.
Pada perlakuan ketiga, setelah ditambahkan 2 tetes minyak goreng baru,
didapatkan perbandingan tinggi kedua cairan yaitu 7,5 cm minyak goreng
baru dan 6,5 cm aquades. Selisih tinggi pada minyak goreng baru sebelum dan
setelah ditambahkan 2 tetes minyak goreng baru adalah 0,8 cm dan selisih
tinggi pada air sebelum dan setelah ditambahkan 2 tetes minyak goreng baru
adalah 0,7 cm. Pada perlakuan keempat, setelah ditambahkan 2 tetes minyak
goreng baru, didapatkan perbandingan tinggi kedua cairan yaitu 10 cm
minyak goreng baru dan 9 cm aquades. Selisih tinggi pada minyak goreng
baru sebelum dan setelah ditambahkan 2 tetes minyak goreng baru adalah 0,9
cm dan selisih tinggi pada air sebelum dan setelah ditambahkan 2 tetes
minyak goren baru adalah 0,8 cm. Pada perlakuan kelima, setelah
ditambahkan 2 tetes minyak goreng jelantah, didapatkan perbandingan tinggi
kedua cairan yaitu 16 cm minyak goreng jelantah dan 13,5 cm aquades.
Selisih tinggi pada minyak goreng jelantah sebelum dan setelah ditambahkan
2 tetes minyak goreng jelantah adalah 1,5 cm dan selisih tinggi pada air
sebelum dan setelah ditambahkan 2 tetes minyak goreng jelantah adalah 2,5
cm.
Setelah didapatkan perbandinga ketinggian kedua larutan, massa jenis
dari minyak goreng jelantah atau minyak goreng baru dicari dengan
menggunakan persamaan hidrostatika. Pada perlakuan pertama, didapatkan
massa jenis minyak goreng jelantah sebelum ditambahkan 2 tetes minyak
goreng jelantah sebesar 0,753 g/cm3 dan massa jenis minyak goreng jelantah
sebelum ditambahkan 2 tetes minyak goreng jelantah sebesar 0,921 g/cm 3 .
Pada perlakuan kedua, didapatkan massa jenis minyak goreng jelantah
sebelum ditambahkan 2 tetes minyak goreng jelantah sebesar 0,873 g/cm3 dan
massa jenis minyak goreng jelantah sebelum ditambahkan 2 tetes minyak
goreng jelantah sebesar 0,902 g/cm3. Pada perlakuan ketiga, didapatkan massa
jenis minyak goreng baru sebelum ditambahkan 2 tetes minyak goreng baru
sebesar 0,867 g/cm3 dan massa jenis minyak goreng baru sebelum
ditambahkan 2 tetes minyak goreng baru sebesar 0,867 g/cm3. Pada perlakuan
keempat, didapatkan massa jenis minyak goreng baru sebelum ditambahkan 2
tetes minyak goreng baru sebesar 0,9 g/cm3 dan massa jenis minyak goreng
baru sebelum ditambahkan 2 tetes minyak goreng baru sebesar 0,901 g/cm3.
Pada perlakuan kedua, didapatkan massa jenis minyak goreng jelantah
sebelum ditambahkan 2 tetes minyak goreng jelantah sebesar 0,914 g/cm3 dan
massa jenis minyak goreng jelantah sebelum ditambahkan 2 tetes minyak
goreng jelantah sebesar 0,844 g/cm3.
Keberadaan minyak goreng selalu diatas aquades disebabkan karena
massa jenis minyak goreng jelantah atau minyak goreng baru lebih kecil
dibandingkan ketinggian aquades baik sebelum ditambahkan 2 tetes minyak
goreng jelantah atau minyak goreng baru maupun setelah ditambahkan 2 tetes
minyak goreng jelantah atau minyak goreng baru. Hal ini sesuai dengan
literature yang ada. Menurut Ketaren (2011), salah satu poin teori partikel
adalah bahwa ada ruang yang tak terlihat antara partikel, dan yang lain adalah
bahwa partikel selalu bergerak. Oleh karena itu, menggabungkan dua poin
tersebut, maka semakin banyak partikel bergerak, semakin besar ruang antara
mereka. Oksigen dan merkuri misalnya, oksigen adalah gas pada suhu kamar,
sehingga partikel ini bergerak lebih cepat daripada merkuri, yang cair pada
suhu kamar, berarti bahwa, mereka memiliki kerapatan yang berbeda. Dari
tinjauan ini berarti dapat disimpulkan bahwa partikel minyak goreng lebih
banyak bergerak dibanding partikel air sehingga memiliki ruang kosong yang
lebih besar dibanding air. Akibatnya massa jenis air akan lebih besar
dibanding minyak goreng.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah :
1. Massa jenis (density) suatu zat adalah kuantitas konsentrasi zat
dan dinyatakan dalam massa persatuan volume.
2. Hukum tekanan hidrostatik berbunyi,”Tekanan hidrostatis pada
sembarang titik yang terletak pada bidang mendatar di dalam sejenis zat
cair yang dalam keadaan setimbang adalah sama.”
3. Perbandingan ketinggian kedua cairan sebelum ditambahkan 2 tetes
minyak goreng jelantah atau minyak goreng baru pada 15 ml minyak
goreng jelantah dengan 40 ml aquades 9,7 cm : 7,3 cm dengan massa
jenis minyak goreng jelantah 0,753 g/cm 3 . Pada 20 ml minyak goreng
jelantah dengan 50 ml aquades 11 cm : 9,6 cm dengan massa jenis
minyak goreng jelantah 0,873 g/cm 3 . Pada 15 ml minyak goreng baru
dengan 50 ml aquades 9,7 cm : 7,3 cm dengan massa jenis minyak goreng
baru 0,867 g/cm3. Pada 20 ml minyak goreng baru dengan 50 ml aquades
10 cm : 9 cm dengan massa jenis minyak goreng baru 0,9 g/cm3. Pada 30
ml minyak goreng jelantah dengan 50 ml aquades 17,5 cm : 16 cm
dengan massa jenis minyak goreng jelantah 0,914 g/cm3.
4. Perbandingan ketinggian kedua cairan setelah ditambahkan 2 tetes
minyak goreng jelantah atau minyak goreng baru pada 15 ml minyak
goreng jelantah dengan 40 ml aquades 7,6 cm : 7 cm dengan massa jenis
minyak goreng jelantah 0,921 g/cm3. Pada 20 ml minyak goreng jelantah
dengan 50 ml aquades 10,2 cm : 9,2 cm dengan massa jenis minyak
goreng jelantah 0,902 g/cm3. Pada 15 ml minyak goreng baru dengan 50
ml aquades 7,5 cm : 6,5 cm dengan massa jenis minyak goreng baru
0,867 g/cm3. Pada 20 ml minyak goreng baru dengan 50 ml aquades 10
cm : 9 cm dengan massa jenis minyak goreng baru 0,91 g/cm3. Pada 30
ml minyak goreng jelantah dengan 50 ml aquades 17,5 cm : 16 cm
dengan massa jenis minyak goreng jelantah 0,844 g/cm3.
5. Keberadaan minyak goreng selalu diatas aquades disebabkan karena
massa jenis minyak goreng jelantah atau minyak goreng baru lebih kecil
dibandingkan ketinggian aquades baik sebelum ditambahkan 2 tetes
minyak goreng jelantah atau minyak goreng baru maupun setelah
ditambahkan 2 tetes minyak goreng jelantah atau minyak goreng baru.

B. Saran
Sebaiknya praktikan dalam melakukan praktikum harus teliti terutama
pada saat pengukuran tinggi minyak dan air
DAFTAR PUSTAKA

Besari, Ismail. 2005. Kamus Fisika. Bandung : Pionir Jaya.


Esvandiari, 2006.Smart Fisika SMA.Jakarta : Puspa Swara.
Giancoli, Douglas C. 2004. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Kanginan, Marthen. 2000. Fisika. Jakarta : Erlangga.
Peter Soedojo. 2004. Fisika Dasar. Yogyakarta : Andi Offset.
Ketaren, S., 2008. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas
(terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga.
Zulkarnain, E. 2011. Pengaruh pemanasan terhadap kejenuhan asam lemak
minyak goreng sawit dan minyak goreng jagung. Jurnal Med Assoc Volume 61
Nomor 6, Juni 2011, hal. 248 – 252.
LAMPIRAN

Pengukuran aquades Aqudes yang telah Aqudes dimasukkan ke


menggunakan gelas ukur. diukur. dalam selang pipa U

Minyak goreng jelantah Minyak goreng jelantah Minyak goreng jelantah


yang digunakan. yang telah diukur. dan aquades dalam selang
pipa U.

Anda mungkin juga menyukai