Anda di halaman 1dari 8

1.

Pemeriksaan fisik telinga

Inspeksi dan Palpasi Telinga Luar

Mengatur percahayaan dengan menggunakan auroskop, lampu kepala atau sumber cahaya lain
sehingga tangan pemeriksaan bebas kerja

Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk hygine, adanya lesi / massa dan
simetrisan dan bandingkan dengan hasil normal.

Lakukan palpasi dengan memegang telinga dengan jari telunjuk dan jempol

Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis yaitu dari jaringan lunak, kemudian jaringan keras
dan catat bila ada nyeri.

Lakukan penekan pada area tragus kedalam dan tekan pula tulang telinga dibawah daun telinga

Inspeksi Liang Telinga

Periksa mulut liang terhadap adanya benda asing sebelum memasukkan spekulum/otoskop.

Luruskan liang telinga pada klien dewasa dan anak dengan menarik daun telinga ke atas dan ke
belakang (pada bayi ke bawah dan ke depan).

Pegang otoskop diantara ibu jari dan jari telunjuk, ditopang dengan jari tengah (tangan kanan
untuk telinga kanan dan tangan kiri untuk telinga kiri).

Sisi luar tangan diletakkan di atas kepala klien untuk menstabilkan otoskop.

Minta klien untuk memiringkan kepala ke arah bahu yang berlawanan.

Masukkan perlahan spekulum ¼ sampai ½ (1 sampai 1,5cm) ke dalam liang. Jangan mengorek
liang telinga.

Hindari gerakkan tiba-tiba.

Periksa adanya peradangan , perdarahan atau kotoran / serumen pada liang telingan.

Minta Klien agar menghindari gerakkan kepala selama pemeriksaan, untuk menghindari
kerusakkan pada liang telinga dan membran timpani.

Inspeksi Membran Timpani

Lanjutkan dengan inspeksi membran timpani (otoskop masih berada dalam telinga)
Inspeksi membran timpani tentang warna, lesi, benda asing, dan serumen atau pengeluaran
cairan.

2. Pemeriksaan fisik mata

Prosedur Pemeriksaan Fisik Pada Mata

a. Alis Mata

- Normal Simetris

- Kondisi bulu mata (rontok atau sengaja di cabut)

- Suruh klien menaikan dan menurunkan alis ( mengetahui Otot & saraf Fasialis)

b. Kesimetrisan

- Warna seperti kulit sekitar, halus

- Posisi mata secara normal paralel satu sama lain.

- Bulu mata masuk (Enteropion, keluare ksteropion)

- Normal bisa menutup bola mata

- Catat jika ada lesi (ukuran,bentuk,warna, cairan yg keluar)

- Perhatikan bulu mata, normal menyebar rata dan melengkung keluar.

- Perhatikan pola kedipan bilateral (n : 20x/mnt)

c. Kornea

- Normal berkilau, transparan & halus

- BIla di uji sensitifitas dg kapas akan mengedip

d. Iris & Pupil

- Pola iris harus jelas dengan pantulan warna yang sama (sebutkan warna iris)

- Pupil normal untuk orang Indonesia berwarna hitam, bundar, teratur sebanding dlm ukuran
( diameter 3 s/d 7 mm)
- Bandingkan kanan dan kiri, normal sama besar (isokor), mengecil (miosis, ex; o/k obat;
morfin), amat kecil (pin point), melebar ( medriasis; o/k koma,alkohol,DM,uremia, epilepsy).

- Uji reflek pupil thd cahaya langsung serentak; normal bila diberi sinar akan mengecil

e. Lensa

- Normal jernih dan transparan, pada org tua kdg ada cincin putih seputar iris (Arkus senilis)

- Palpasi Mata

- Sebagian dillakukan bersamaan dengan Inspeksi

- Dllk dengan tujuan untuk menget.adanya nyeri tekan,besar benjolan dalam, konsistensi,
peningkatan TIO,

- Hanya dilakukan pada palpebra.

f. Gerakan 2 mata (ekstraokuler)

Normal dapat mengikuti 8 arah mata angin

Pemeriksaan dengan Alat (px. Penunjang Dasar)

Snellen Card (langsung Praktek dan perhatikan jarak periksa dan tahapan pemeriksaan serta
cara penulisan visus)

g. Pemeriksaan Lapang Pandang

- Px.Lapang pandang Kontroversi

- Px. Dengan Amsler Grid. (sentral 200

3. Pemeriksaan fisik hidung dan pranasal

a. Menyiapkan alat2 dan tempat pemeriksaan


-Alat2 nya adalah
-Head lamp
-Speculum hidung
-Pinset bayonet untuk tampon
-Kasa
-Adrenalin 1 ampul
-Cermin tenggorok
-xyilokain
-Lampu untuk transiluminasi
-Spatula lidah
-Tempat pemeriksaan sebaiknya agak gelap supaya lubang2 kecil pada
hidung bisa terlihat.

b. Memakai lampu kepala dengan benar


Pasti udah pada bisa kan, intinya jangan sampe kebalik trus fokuskan
cahayanya. Makin ke depan makin fokus, kalo digeser ke belakang lebih
ngeblur.

c. Mengatur posisi pasien dan dokter yang benar


Kaki pasien dengan dokter bersilangan, paha luar ketemu paha luar, duh gitu
lah pokoknya masi pada inget kan

d.Memeriksa hidung bagian luar (inspeksi dan palpasi)


Inspeksi hidung
Diliet tuh bagian luar hidung ada pembengkakan, trauma atau anomaly
congenital. Apakah hidungnya lurus ? apa deviasinya melibatkan bagian atas
terdiri dari tulang, atau bagian bawahnya terdiri dari tulang rawan ? lubang
hidungnya simetris pa g ? kalo ada pembengkakan ato deformitas harus
dipalpasi untuk cari nyeri tekannya.

e. Palpasi sinus
Kalo udah luarnya mari kita liat bagian dalam, minta pasien
menengadahkan kepala kemudian tangan letakkan tangan kiri dengan kuat
pada puncak kepala, pakai ibu jari untuk mengangkat ujung hidung pasien.
Periksa posisi septum terhadap tulang rawan lateral pada tiap sisi. Periksa
vestibulum ada peradangan apa g trus septum anterior ada deviasi ato
perforasi g ?
Warna normal pada membrane mukosa adalah merah pudar, lembab dan
mempunyai permukaan halus dan bersih.
Periksa juga ada apa ada pengeluaran secret ? kalo ada diskripsikan. Diliat
juga konkanya dikedua lubang biasanya si konka inferiornya g simetris.
Periksa ukuran, warna, dan keadaan mukosa konka media. Apa ada polip ?
apa konkanya aja yang membengkak ?
Nah gimana c caranya bedain itu konka yang bengkak sama polip ?
caranya t pake tampon yang dikasi adrenalin. Kalo kemps berarti itu konka
kalo g kemps berarti polip
Palpasi di daerah sinus frontalis dan maksilaris untuk tau ada tidaknya
nyeri tekan yang menunjukkan sinusitis. Cara tekannya uda pada tau kan ?
yap pke jempol.

f. Memilih speculum yang sesuai


Mungkin maksudnya dipilih ukurannya yang sesuai kaya waktu pilih
speculum telinga.
g. Memasukkan speculum untuk melihat kedua rongga hidung dan
diskripsikan hasilnya
Cara pake spekulumnya harus bener ya  pegang speculum pake tangan
kiritrus masukin ke libang hidung denganposisi vertical. Speculum g boleh
nempel di septum hidung. Masukin spekulumnya 1 cm k dalam vestibulum,
jangan lupa leher pasien ditengadahkan. Jari kiri telunjuk dipake buat fiksasi
letakkan di ala nasi. Diskipsikan yang keliatanapa aja yang biasnya keliatan
konka inferior, mukosa nya kaya gimana ? ada bengkan pa g ? ada masa g ?
kalo ada masa diskipsikan. Periksa kedua lubang hidung dengan tangan kiri
juga.

h. Melakukan fiksasi kepala/ dagu pasien


Tangan kanan pemeriksa memegang kepala pasien, tangan kanan
digunakan untuk mengubah posisi kepala agar dapat melihat struktur
dalam dengan lebih jelas.

i. Melepas speculum dalam keadaan terbuka


Kenapa terbuka ? ya biar bulu hidungnya g kecabut, kan sakit -__-

j. Palpasi antara kedua mata dan pipi untuk memeriksa sinus


frontalis dan maksilaris
Palpasinya pake jempol ya

l. Melakukan pemeriksaan ternsiluminasi/ diapanaskopi dan


diskripsikan hasilnya
Jika ada gejala yang berkaitan dengansinus lakukan pemeriksaan ini tapi
sinus ethmoidalis dan spenoidalis tidak dapat diperiksa dengan
transiluminasi. Kita mulai dengan memeriksa sinus maksilaris ya
Caranya yaitu dengan menempelkan lampu transiluminan di deket hidung
trus liat bagian dalam mulut pasien. Jika ada sinus mengandung cairan,
berisi masa atau mengalami penebalan mukosa, maka sinarnya akan
berkurang yang menunjukkan hilangnya aerasi pada sisi tsb
Ada cara lain yaitu dengan meletakkan sumber chaya di sisi palatum durum.
Cahaya bakalan dihantarkan melalui rongga sinus maksilaris dan terlihat
sebagai sinar samar2 berbentuk sabit di bawah mata. Periksa sisi lain, pada
orang normal sinar padatiap sisi sama.
Lanjutkan sinus frontalis, prinsipnya sama arahkan lampu di bagian bawah
aspek medial alis mata dan amati sinarnya di atas mata.
4. Pemeriksaan fisik lidah

a. Inspeksi Lidah
Pemeriksaan fisik lidah didahului dengan pemeriksaan mukosa.
-Periksa mukosa apakah ada massa?
-Apakah lidahnya lembab?
-Apakah ada lesi berbentuk massa pada sisi atau permukaan bawah lidah?
Minta pada pasien untuk mengangkat lidahnya ke atap mulut sehingga permukaan
bawah lidah mudah diperiksa. Pada orang-orang yang lebih tua, vena-vena besar pada aspek
ventral lidah dapat menjadi berkelok-kelok. Varikosis ini tidak pernah berdarah dan tidak
mempunyai arti klinis.
Periksa pada lidah pasien apakah ada Candidiasis. Candidiasis yang dikenal pula
sebabagi moniliasis atau thrush, adalah suatu infeksi jamur oportunistik yang lazim
berkaitan dengan pemakaian antibiotik berspektrum luas. Infeksi sering menyerang rongga
mulut, saluran cerna, perineum atau vagina. Lesinya terlihat sebagai membran putih yang
melekat secara longgar, dan dibawahnya terdapat mukosa yang merah menyala. Candidiasis
oral tidak lazim ditemukan pada rang yang sehat yang tidak mendapat terapi antibiotik.
Adanya candidiasis pada orang seperti itu mungkin merupakan manifestasi dini AIDS.
Candidiasis merupakan infeksi oral yang paling sering ditemukan pada pasien AIDS.
Selain memeriksa lidah pasien apakah ada candidiasis, periksa juga apakah pada lidah
pasien terdapat leukoplakia. Leukoplakia bentuk baru yang disebut leukoplakia berambut
oral kelihatannya berkaitan dengan perkembangan AIDS selanjutnya. Lesi putih yang
menonjol ini kelihatannya berombak-ombak atau “berambut” dan ukurannya berkisar mulai
dari beberapa milimeter sampai 2-3 cm. Penyakit ini paling sering ditemukan pada tepi
lateral lidah tetapi dapat dijumpai pula pada mukosa pipi.

b. Pemeriksaan Saraf Kranialis XII


Minta pada pasien untuk menjulurkan lidahnya. Apakah lidah tersebut berdeviasi ke
satu sisi? Kelumpuhan nervus hipoglosus atau saraf kranialis kedua belas membuat otot-otot
lidah pada sisi yang terkena tidak dapat berkontraksi dengan normal. Oleh karena itu, sisi
kontralateral “mendorong” lidah ke sisi lesi.

c. Palpasi Lidah
Setelah melakukan inspeksi lidah dengan cermat, pemeriksaan dilanjutkan dengan
palpasi yang seksama. Palpapsi lidah dilakukan dengan meminta pasien untuk menjulurkan
lidahnya ke dalam sepotong kasa. Lidah itu kemudian dipegang oleh tangan kiri pemeriksa
ketika sisi-sisi lidah diinspeksi dan dipalpasi dengan tangan kanan.
Dua pertiga anterior dan tepi lateral lidah dapat diperiksa tanpa menimbulkan refleks
muntah. Sangat penting untuk mempalpasi tepi lateral lidah, karena lebih dari 85% dari
semua kanker lidah timbul didaerah ini.
Semua lesi putih harus dipalpasi. Apakah ada tanda-tanda indurasi (pengerasan)?
Indurasi atau ulserasi sangat mengarah kepada karsinoma. Setelah palpasi lidah, lidah
tersebut dikeluarkan dari kasa dan kasanya dibuang.
Sewaktu mempalpasi mulut pasien, pemeriksa harus memegang pipi pasien,
merupakan tindakan pencegahan kalau-kalau pasien berusaha berbicara atau menggigit jari
pemeriksa.
d. Palpasi Dasar Mulut
Dasar mulut harus diperiksa denga palpasi bimanual. Ini dilakukan dengan meletakkan
satu jari di bawah lidah dan jari lain di bawah dagu untuk memeriksa adanya penebalan atau
massa.
5. Pemeriksaan fisik integumen
a. Kulit

Inspeksi dan palpasi kulit dengan menggunakan :

-Penlight untuk menyinari lesi

-Pakaian pasien atau klien dapat dilepaskan seluruhnya dan diselimuti dengan benar.

-Proteksi diri sarung tangan harus dipakai ketika melakukan pemeriksaan kulit.

Periksa seluruh permukaan kulit dibawah cahaya yang baik lalu Inspeksi dan palpasi setiap area.
Perhatikan :

b. Warna kulit

Normal : Saat di inspeksi kulit nampak lembab, Jika ditemukan kemerahan itu merupakan hal yang
disebabkan kulit sering terpapar cahaya matahari yang berlebihan sehingga berpigmen efek vasodilatasi
yang ditimbulkan oleh demam sengatan matahari dan inflamasi yang menimbulkan bercak kemerahan
pada kulit.

Abnormal : Ditemukan Jaundice / Ikterik, Cyanosis / Pucat.

c. Tekstur kulit
Palpasi tekstur kulit dengan cara menekan secara lembut dengan ujung jari lembut dengan ujung jari.

Normal : Lembut dan elastis ( dewasa ), lembek dan kurang elastis ( orang tua). Turgor adalah elastisitas
dari kulit. Diukur dengan tekan berapa lama kulit dan jaringan dibawahnya kembali ke bentuk awal
setelah ditarik kembali ke bentuk awal setelah ditarik. Normalnya kembali < 3 detik.

Abnormal : Nampak tegang karena odema dan adanya atrofi.

d. Kelainan / lesi kulit

Normal : Tidak terdapat lesi

Abnormal : Terdapat lesi kulit, tentukan :

-Bentuk Lesi

Lesi Primer : Bulla, macula, papula, plaque, nodula, pigmentasi, hypopigmentasi, pustula.

Lesi Sekunder : Tumor, crusta, fissura, erosi, vesikel, eskoriasi, lichenifikasi, scar, ulceratif.

Distribusi dan konfigurasinya : General, Unilateral, Soliter, Bergerombol.

e. Temperatur

Dikaji dengan dorsal tangan.

Normal : Saat diraba hangat secara keseluruhan. Bila ada hipertermi atau hipotermi, bandingkan dengan
bagian opposite.

Abnormal : Kulit terasa dingin ( kekurangan oksigen/sirkulasi), temperatur meningkat ( infeksi).

f. Odor / Bau

Pada kulit normal, kulit bebas dari bau yang tidak mengenakan. Bau yang tajam secara normal akan
ditemukan pada peningkatan produksi keringat pada area aksila dan lipat paha atau bau yang disebabkan
karena adanya luka terbuka ataupun kurangnya perawatan hygiene dari pasien.

Anda mungkin juga menyukai