Anda di halaman 1dari 6

.

Normal TIO : 10-20. Ciri2 TIO : pusing, mata terasa pegal, potopobia
- Makrokornea, ukuran kornea lebih besar daripada normal
- Mikrokornea, ukuran kornea lebih kecil daripada normal, normal diameter kornea 12 mm
- Arkus senilis, cincin berwarna putih abu2 di lingkaran luar. Biasa terjadi pada lansia, karena
proses degenerasi.
- Edema kornea, kornea keruh dan sedikit menebal. Edema kornea terjadi pada glaukoma
kongenital, pascabedah intraokular, dekompensasi endotel kornea, trauma, infeksi kornea
- Erosi, lepasnya epitel kornea superfisial (uji flouresen positif)
- Infiltrat, tertimbunnya sel radang pada kornea sehingga warnanya menjadi keruh yang dapat
memberikan uji placido positif
- Sikatriks, jaringan parut pada kornea yang mengakibatkan permukaan kornea ireguler
sehingga memberikan uji placido positif. Ada beberapa bentuk, yaitu :
- Fistula : keratitis yang sudah kronis, sehingga jaringan korneanya bisa berlubang dan humor
aquous-nya bisa keluar. Dimana nanti TIO , infeksi dan bisa terjadi panoftalmitis , yaitu
radang diseluruh bola mata.

Tes untuk melihat kelengkungan kornea : alatnya Keratoskop Placido.

Pemeriksa memegang papan Placido dengan salah 1 matanya mengintip dari balik
lubang papan minta pasien memperhatikan gambar di papan pemeriksa pelan2
bergerak arah pasien (dengan masih memegang papan) lihat bayangan lingkaran2 seperti
obat nyamuk itu yang terbentuk di kornea pasien, normalnya garis tidak
terputus2/konsentris. Abnormal kalau garisnya terputus/tidak beraturan, misal pada orang
astigmatisme, maka bentuk garis tidak beraturan. Baiknya dilakukan ditempat yang tidak
terlalu terang dan pasien tidak menghadap lampu. Kelemahannya tes bersifat subjekstif.

Flouresen test tetes (1 kali pakai, sudah jarang dipakai) & kertas, lebih objektif
Cara tes dengan tetes flouresens :
1. 1 mata ditetesi flouresen 1-2 tetes dan dikejap2kan, nanti warna matanya bakal jadi
hijau karena flouresinnya berpendar
2. setelah warnanya merata, nanti diirigasi dengan akuades pakai spuit 3 cc sampai bersih.
Kalau ada ulkus nanti ada sisa zat flouresen dimata, jadi ada bercak2 hijau gitu..karena
zat flouresennya akan mengisi rongga ulkus itu tadi.

Cara tes dengan kertas flouresen :


1. Ambil kertas flouresen, lalu dilipat 5 mm.
2. Letakkan di 1/3 lateral mata.
3. Dikedip2kan matanya sampai kira2 warnanya merata, trus irigasi lagi dengan akuades,
dilihat ada sisanya nggak (prinsipnya sama seperti tetes flouresen)

Gbr: tes fluoresen dengan kertas fluoresens.


Lebih akurat lagi dengan pemeriksaan slit lamp

gmbr. Slit lamp test

Tes juga untuk refleks kornea


Cara pemeriksaan : pasien diminta melirik ke kanan ke kiri/kiri ke kanan , terus dengan cuttenbud
pemeriksa menyentuhkan cuttenbud itu ke lapisan mata pasien dengan cepat, refleks (+) kalau
pasien mengedipkan mata.

Camera Oculi Anterior (COA) : lihat kejernihannya, sudutnya (dalam/dangkal)


Kelainannya :
- hifema : adanya darah di COA, warnanya jadi kemerahan, dan karena di COA ada trabekulum
jadi darah tidak bisa masuk ke area itu, akibatnya TOA akan meningkat.
- Hipopion : ada pus di COA, gambarannya putih2
- Sudut normalnya dalam, jadi irisnya tidak terlalu ke atas. Kalau dangkal berarti irisnya terlalu
ke atas. Cara melihatnya : pasien diminta melihat ke depan, pemeriksa menyenteri mata dari
lateral. Normalnya, sinar bisa menembus sampai ujung mata yaitu nasal sudutnya dalam.
Sudut dangkal bayangannya tidak ada/ gelap. Sudut dangkal adalah suspek pada penyakit
glaukoma karena penyempitan trabekulum.
Iris
Iris normalnya warnanya bermacam2 tergantung suku bangsanya yaa, kalo bule bisa
hijau,biru,abu2, tapi kita bisa juga kalau pake contact lens,hehehee. Warna itu terbentuk karena
terdapat pigmen. Warna iris juga normalnya merata. Gimana kalo irisnya gak berpigmen? Ya ga
berwarna berarti, so pasti gak normal.
Kelainan :
Atrofi, berwarna putih dan sukar bergerak bersama pupil. Iris atropi terdapat pada DM,
lansia, iskemia iris, glaukoma.
Tonjolan2 di permukaan iris (suspek tumor iris) atau istilahnya iritis granulomatosa.
- Adanya pembuluh darah di iris / rubeosis. Karena radang dalam iris, rubeosis iridis.
Penyebabnya bisa karena DM, glaukoma kronis, pascauveitis, dll.
- Sinekia anterior, menempelnya iris dengan kornea belakang. Gambarannya permukaan bola
mata akan berlekuk2.
- Sinekia posterior, menempelnya iris dengan dataran depan lensa, terdapat pada uveitis.
- Subluxasio, iris bisa bergerak2 dan keluar dari zonula zinii bisa terjadi iris tremolans (saat
berkedip2 irisnya ikut bergerak juga)
- Injeksi silier, penyebabnya radang di badan silier sehingga ada pelebaran pembuluh darah ,
gambarannya dari iris ada garis lurus2.

Pupil
Pupil adalah celahnya bola mata, bagian hitam ditengah2 iris. Normal pupil diameter 3-4
mm. Normalnya juga pupil bisa menyempit/miosis (diatur oleh s.parasimpatis)dan
membesar/midriasis (diatur s.simpatis) untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya masuk ke bola
mata. Reflek pupil direk: mata diberi cahaya senter,dilihat refleknya bergantian. Reflek indirek : salah
satu mata diberi cahaya, dengan mata lainnya ditutupi dengan tangan ditempelkan di tengah2
wajah. Nanti kedua mata akan berefleks sama (miosis) yang disebut refleks konjugasi. Dinilai
refleknya, apabila tidak sama dinamakan anisokonia (misal 1 miosis,1 midriasis).
Kelainan : miopi cenderung untuk miosis, hipermetropi cenderung midriasis.

Lensa
Dilihat kejenihannya. Normal jernih, kalau keruh bisa jadi suspek katarak. Dan kalau positif katarak,
dilihat matur/ imatur. Untuk melihat lensa lebih jelas bisa memakai obat tetes yang berisi
midriatikum (midriatil) yang fungsinya untuk midriasis pupil, jadi lensanya bisa lebih mudah dilihat.
Untuk melihat suatu katarak itu matur/imatur menggunakan pemeriksaan Shadow Test.
Cara pemeriksaan :
1. Pasien diminta melihat lurus ke depan
2. Lalu pemeriksa menyenteri mata pasien pada sudut 450 dari samping, dari bayangan iris.
3. Nanti ada bayangan yang dibiaskan dari humor aquosus.
4. Katarak matur : lensa lebih cembung karena menyerap cairan lebih banyak,bayangan iris
pada lensa terlihat kecil dan letaknya dekat terhadap pupil, shadow test (-) ; katarak imatur:
lensa masih kecil,terdapat bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh
terhadap pupil, shadow test (+)
Kelainannya :
- Luxasio : seluruh lensa lepas dan masuk ke vitreus
- Subluxasio : sebagian lensa lepas dari pegangannya. Baik luksasio dan subluxasio bisa ada
tanda2 iris tremolans.
Fundus, melihat bagian dalam bulbu oculi untuk melihat vaskularisasinya, macula, papilla,dll dengan
funduskopi ofthalmoskop.
gmbr. funduskopi
Tekanan Intraokular (TIO)
normal : 10-20 mmHg. Kalau >20 mmHg suspek glaukoma, kalau >25 mmHg sudah positif glaukoma.
metode:
Manual : - tempelkan lidah di pipi,rasakan tekanan dengan jari seberapa kerasnya
- Raba palpebra pasien, tekan lembut dan rasakan apakah tekanannya sama dengan
tekanan lidah. Kalau tekanannya sama = normal (N) ; lebih keras = N (+); lebih lembek =
N(-).
- Tapi ini ga objektif yaa...subjektif, kurang akurat juga...
Tonometer , ada 2 :
Tonometer Schiotz :
1. Pakai Pantokain 0,5 % (isinya tetrakain untuk anestesi lokal) diteteskan dimata pasien 1-2
tetes.
2. Tunggu sampai pasien bilang pedes di matanya, pegang tonometer di kedua sisi
pemegangnya.
3. Letakkan di kornea pasien dan dilihat skalanya.
4. Misal tekanannya >20 mmHg, tambahkan pemberat di tonometer tsb, letakkan ke kornea
pasien, hasil skalanya sebelumnya (20 mmHg) ditambahkan nilai jarum penunjuk skala yang
baru.

Gbr: Tonometer Schiotz

Tonometer Aplanasi : mirip seperti slit lamp, mata pasien nanti ditembakkan semacam angin dan
hasil nilai TIO nya akan keluar sendiri di layar.

gmb. Tonometer aplanasi


Glandula lacrimalis

1: Kelenjar lakrimalis
2: Duktus Lakrimalis
3: Punctum Lakrimalis
4: Sakus Lakrimalis
5: Ductus naso Lakrimalis
6: Kanalikuli Lakrimalis

Glandula lacrimalis adalah kelenjar penghasil air mata, letaknya dibagian antero-superior-
temporal orbita. Air mata yang dihasilkan akan mengalir ke kelopak, kornea dan konjunctiva bulbi.
Setelah itu masuk ke punctum superior dan inferior dan selanjutnya masuk ke canaliculi superior dan
inferior bermuara ke saccus lacrimalis. Dari saccus lacrimalis akan masuk ke ductus nasolacrimalis
dan keluar lewat meatus nasi inferior. Makanya kalo orang nangis kan ada cairan keluar dari
hidungnya, karena ada ductus nasolacrimal itu.
Pemeriksaan sistem saluran lacrimalis, yaitu :
Tes Schimmer : untuk menilai fungsi sekresi sistem lacrimalnya. Alat yang digunakan kertas
Whatman 41 (p : 35 mm, l: 5 mm)
Cara pemeriksaan :
1. Siapkan kertas whatman 41 dengan melipat 5 mm dari ujungnya.
2. Letakkan kertas di 1/3 lateral fornik inferior
3. Tunggu 5-10 menit
4. Amati dan ukur bagian yang basahdikatakan normal kalau kertas basah 10-30 mm (1-3
cm).
5. Kalau kurang dari nilai tersebut menunjukkan sekresi/produksi air matanya berkurang.
Bisa karena dehidrasi atau obstruksi glandula lacrimalis (tumor,kongenital).
Tetes chloramphenicol : chloramphenicol adalah salah satu obat antibiotik mata. Obat ini rasanya
pahit, sehingga bisa dipakai untuk menilai fungsi ekskresi glandula lacrimalis.
Cara pemeriksaan :
1. Beri 1-3 tetes chloramphenicol pada mata yang akan diperiksa
2. Tunggu sampai 5-10 menit.
3. Penderita diminta merasakan apakah terasa pahit pada mulutnya.
4. Jika terasa pahit, maka sistem lacrimal dikatakan baik.
Tes flouresin :
Flouresin merupakan zat warna yang jika diteteskan pada mata dapat melalui sistem lacrimalis
sampai ke dalam cavum nasi. Bisa dengan tetes/kertas flouresin.
Cara pemeriksaan :
1. Beri 1-2 tetes flouresin pada mata yang akan diperiksa
2. Penderita diminta mengedipkan mata dengan keras dan berkali-kali.
3. Tunggu 5 10 menit.
4. Penderita diminta bersin atau beringus dengan menyekanya dengan kertas tissue.
5. Kalau ada zat warna menempel pada tissue maka sistem lacrimal nya dianggap baik.

Alhamdulillah, semoga yang sedikit ini bermanfaat...

Anda mungkin juga menyukai