Unsur Puisi
Unsur Puisi
Menurut
Ensiklopedi Sastra Indonesia, perkembangan puisi terdiri atas dua periode, yaitu
puisi lama dan puisi modern.
■ Puisi lama adalah jenis puisi yang masih terikat oleh persajakan, pengaturan
larik dalam setiap bait, dan jumlah kata dalam setiap larik, serta musikalitas puisi
sangat diperhatikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa puisi lama adalah puisi yang
terikat berbagai aturan baik dari segi substansi maupun dari segi sistematika
penulisan.
■ Puisi modern adalah puisi yang tidak terikat sama sekali dengan aturan-aturan
yang ada pada puisi lama. Puisi ini mulai terlihat dengan adanya pujangga-
pujangga baru dan mulai terkenal pada tahun 1945. Saat itu itu Chairil Anwar
adalah pelopor dari lahirnya puisi baru ini.
■ Tema (sense) merupakan gagasan utama dari puisi baik itu yang tersirat
maupun yang tersurat.
■ Tipografi disebut juga ukiran bentuk puisi. Tipografi merupakan tatanan larik,
bait, kalimat, frasem kata, dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang
mampu mendukung isi, rasa, dan suasana.
■ Amanat (intention) atau pesan merupakan suatu yang ingin disampaikan oleh
penyair melalui karyanya.
■ Verifikasi merupakan berupa rima dan ritma. Rima adalah persamaan bunyi
pada puisi dan sedangkan ritma adalah tinggi rendahnya, panjang pendeknya,
keras lemahnya bunyi dalam puisi)
■ Unsur Biografi
Unsur boigrafi ini adalah latar belakang pengarang. Latar belakang cukup
berpengaruh dalam pembuatan puisi, misalkan penulis puisi yang latar
belakangnya berasal dari keluarga miskin, maka jika ia membuat puisi akan sangat
menyentuh hati para pembacanya, yang terbawa dari latar belakang penulis
sehingga mampu dikesankan dalam sebuah puisi.
■ Unsur Sosial
Unsur sosial sangat erat kaitanya dengan kondisi masyarakat ketika puisi itu
dibuat. Misalkan puisi itu dibuat ketika masa orde baru menjelang berakhir. Pada
saat itu kondisi masyarakat itu sedang sangat kacau dan keadaan pemerintahan
pun sangat carut marut, sehingga puisi yang dibuat pada saat itu adalah puisi yang
mengandung sindiran-sindiran terhadap masyarakat.
■ Unsur Nilai
Unsur nilai dalam puisi ini meliputi unsur yang berkaitan dengan pendidikan, seni,
ekonomi, politik, sosial, budaya, adat-istiadat, hukum, dan lain-lain. Nilai yang
terkandung dalam puisi menjadi daya tarik tersendiri sehingga sangat
mempengaruhi baik atau tidaknya puisi.
Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
(Karya: Chairil Anwar)
3. Perasaan:
Perasaan berhubungan dengan suasana hati penyair. Dalam puisi
”Doa” gambaran perasaan penyair adalah perasaan terharu dan rindu.
Perasaan tersebut tergambar dari diksi yang digunakan antara lain:
termenung, menyebut nama-Mu, Aku hilang bentuk, remuk, Aku tak bisa
berpaling.
4. Amanat:
Sesuai dengan tema yang diangkatnya, puisi ”Doa” ini berisi amanat kepada
pembaca agar menghayati hidup dan selalu merasa dekat dengan Tuhan. Agar
bisa melakukan amanat tersebut, pembaca bisa merenung (termenung) seperti
yang dicontohkan penyair.
Contoh 2:
KARANGAN BUNGA
■ Ungkapan/Pilihan Kata
● Tiga anak kecil: tiga tuntunan rakyat yang mekar dan baru lahir.
● Pita hitam sebagai tanda berduka cita/berkabung.
● Kakak kami berarti orang yang dianggap sebagai kakak. ( AR Hakim)
● Salemba: markas mahasiswa UI yang tergabung dalam KAMI
■ Majas
● Datang ke Salemba: Alegori
● Pita hitam pada karangan bunga: Metafora
Contoh 3:
BERDIRI AKU
■ Tema Umum
Tema umum dari sajak ini adalah kesedihan.
■ Tema Khusus
Sajak “Berdiri Aku” ini merupakan ekspresi kesedihan yang ditampilkan penyair
dengan suasana sunyi. Kesedihan ini tidak lain dikarenakan oleh perpisahannya
dengankekasihnya dan dia harus pulang ke Medan dan menikah dengan putrid
pamannya. Perasan sedih yang sangat mendalam digambarkan penyair dengan
suasana sunyi pantai disore hari. Dengan demikian penyair hanya mampu melihat
keindahan alam sekitar karena kebahagiaannya dan harapan telah hilang.
2. Feeling atau Rasa:
Dalam sajak berdiri aku tergambar sikap pesimis penyair dalam mengadapi
permasalahan hidupnya, sikap pesimis ini mejadikannya melankolis.
3. Amanat:
Amir Hamzah ingin menyampaikan ide dan pemikiranya untuk yang membacanya
supaya menyerahkan hidupnya kepada Tuhan karena hanya dialah yang mampu
memberi kepastian dalam kehidupan di dunia ini.
4. Tipograf/Tata Wajah:
Tipografi dalam sajak ini penyair memanfaatkan margin halaman kertas dan
dalam penulisan sajak ini. Penyair begitu memperhatikan EYD.
5. Diksi:
Kata-kata seperti, senyap, mengurai, mengempas, berayun-ayun dan sayap
tergulung identik dengan kesunyian. Kata-kata tersebut membentuk makna
kesendirian yang ingin digambarkan pengarang. Kata “maha sempurna” dalam
akhir bait juga merupakan arti konotasi dari tuhan yang maha sempurna. Kata
“mengecap” memiliki arti yang ingin dirasakan. Permainan kata-kata yang
digunakan yang ditulis memang sebuah misteri untuk menyembunyikan ide
pengarang.
6. Citraan:
Sajak Berdiri Aku ini menimbulkan imaji penglihatan ”visualimagery”, seolah-olah
kita melihat suasana pantai yang indah. Dalam kalimat pertama imaji kita akan
merasakan kesejukan dengan kata-kata tersebut tetapi satyang angin itulah yang
menghempaskan harapan dan membawa lari sehingga yang terasa hanyalah sunyi
yang semakin dalam. Dengan berbagai citraan yang mampu ditampilkan penyair
ini pembaca akan ikut merasakan apa yang ditulis oleh penyair dengan inderanya
sendiri.
Contoh 4:
IBU
Contoh 5:
KARAWANG BEKASI
1. Tema:
Dalam puisi Karawang Bekasi kita dapat mengambil tema “Perjuangan”
2. Diksi:
Diksi atau pilihan kata yang digunakan dalam puisi tersebut adalah makna
konotasi dan makna denotasi.
3. Majas:
Majas yang digunakan dalam puisi Karawang Bekasi adalah Majas Metafora,
adapun kutipan dalam puisi tersebut adalah “Aku sekarang api aku sekarang laut”,
Sang Penyair mengibaratkan dirinya seperti laut dan api,mempunyai sifat-sifat
seperti api yang selalu membakar dan panas.
4. Rima:
Adapun Rima yang digunakan adalah sebagai berikut :
● Pada bait pertama terdapat rima sempurna dan bersajak {aaaa}
● Pada bait kedua terdapat rima aliterasi dan bersajak {ab-aa}, dan ada
perulangan kata “Kami”
● Pada bait ke tiga terdapat rima terbuka dan bersajak {aa} antara suku”sa” dan
“wa”.
● Pada bait ke empat terdapat rima tertutup dan bersajak {bab}.
● Pada bait ke lima terdapat rima sempurna (berkata-berkata) dan bersajak {bab}.
● Pada bait ke enam terdapat rima rangkai bersajak {aaaa}
● Pada bait ke tujuh terdapat rima berpeluk dan pengulangan kata aku dan kami.
5. Amanat:
● Kita harus menghargai perjuangan para pahlawan
● Kita harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan.
● Semangat perjuangan harus selalu mengelora meskibun berada di daerah yang
dianggap kecil.
Contoh 6:
SERENADA KELABU
1
Bagai daun yang melayang.
Bagai burung dalam angin.
Bagai ikan dalam pusaran.
Ingin kudengar beritamu!
2
Ketika melewati kali
terbayang gelakmu.
Ketika melewati rumputan
terbayang segala kenangan.
Awan lewat indah sekali.
Angin datang lembut sekali.
Gambar-gambar di rumah penuh arti.
Pintu pun kubuka lebar-lebar.
Ketika aku duduk makan
kuingin benar bersama dirimu.
(Karya: W.S. Rendra)
Contoh 7:
DERAI-DERAI CEMARA
Contoh 8:
JALAN SEGARA
Di sinilah penembakan
Kepengecutan
Dilakukan
Ditembuskan ke punggung
Anak-anaknya sendiri
(Karya: Taufiq Ismail)
Contoh 9:
PADAMU JUA
Habis kikis
Satu kekasihku
aku manusia
rindu rasa
rindu rupa.
Di mana engkau
rupa tiada
suara sayup
hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
engkau ganas
mangsa aku dalam cakarmu
bertukar tangkap dengan lepas
Kasihmu sunyi
menunggu seorang diri
lalu waktu - bukan giliranku
mati hari - bukan kawanku.
(Karya: Amir Hamzah)
Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Kita Adalah Pemilik Syah Republik Ini”
Karya Taufiq Ismail
1. Tema: perjuangan.
2. Rasa: semangat.
3. Nada: keras dan penuh semangat.
4. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini menggunakan makna konotasi atau
tidak menggunakan kata yang sebenarnya seperti layaknya puisi yang lain.
5. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan pengarang dalam puisi ini sangat
sederhana, dan dengan kesederhanaan itu pengarang mencapai kepada klimaks
yang ingin disampaikan.
6. Irama: irama dalam puisi ini tidak terlalu tinggi-tidak juga rendah.
Pengertian Puisi
Karya sastra puisi berbeda dengan karya sastra prosa. Karya sastra puisi bersifat
pemusatan (konsentrif) dan pemadatan (intensif). Pengarang tidak menjelaskan
secara terperinci apa yang ingin diungkapkannya. Pengarang hanya mengutarakan
apa yang menurut perasaannya atau pendapatnya merupakan bagian yang pokok
atau penting saja.
Definisi puisi dapat ditinjau dari segi etimologi dan menurut pendapat para ahli.
Berikut ini beberapa pengertian puisi:
■ Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari
kata poeima yang berarti “membuat” atau dari kata poeisis yang artinya
“pembuatan”. Dalam bahasa Inggris puisi disebut poem atau poetry.
■ Menurut Kamur Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 1 puisi adalah ragam sastra
yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan
bait. 2 puisi adalah gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata
secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan
membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi. 3 sajak.
■ Menurut Herman Waluyo, puisi adakah suatu bentuk karya sastra yang
mengungkapkan sebuah pikiran dan perasaan sih penyair dengan secara
imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dalam
pengonsentrasian sebuah struktur fisik dan struktur batinnya.
■ Menurut Sumardi, puisi karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan,
dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang pada dan pelihatan kata-kata
kias (imajinatif).
■ Menurut Thomas Carlye, puisi adalah ungkapan pikiran yang bersifat musikal.
■ Menurut James Reevas, puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh
daya tarik.
■ Menurut Watt-Dunton, puisi adalah suatu ekspresi yang konkret dan yang
sifatnya artistik dari sebuah pemikiran manusia dalam bahasa emosional dan
berirama.
Dari beberapa pengertian puisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
secara umum, puisi didefinisikan sebagai berikut.
Puisi adalah sebuah karya sastra berupa seni tertulis yang merupakan
bentuk ungkapan perasaan penulisnya melalui bahasa yang terikat dengan
irama, mantra, rima dan penyusunan lirik serta bait. Puisi merupakan karya
sastra yang mementingkan bunyi, struktur dan makna yang ingin
disampaikan. Jadi dapat dikatakan bahwa puisi mewujudkan penggunaan
bahasa sebagai sebuah seni yang memiliki kualitas estetika (keindahan).
Ciri-Ciri Puisi
Secara umum, puisi memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut.
● Dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa dalam puisi harus rapi, indah dan
tertata dengan baik untuk menghasilkan irama atau bunyi akhirnya.
● Puisi biasanya mengungkapkan isi pikiran dan perasaan penyair dari ruang
lingkup dan juga pengalaman yang mereka terapkan se-imajinatif mungkin.
■ Pengimajian
Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Diksi dan
pengimajian memiliki hubungan yang sangat erat. Diksi yang dipilih harus
menghasilkan pengimajian.
Baris atau bait puisi itu seolah mengandung gema suara (imaji auditif), benda
yang nampak (imaji visual), atau sesuatu yang dapat Anda rasakan, raba atau
sentuh (imaji taktil). Ketiganya digambarkan oleh bayangan konkret yang dapat
Anda hayati secara nyata.
...
Dalam puisi tersebut, dipilih kat-kata yang berisi sikap kagum penyair kepada
perempuan-perempuan perkasa. Untuk menunjukkan rasa kagum itu, penyair
tidak cukup dengan penyebutan perempuan perkasa. Untuk memperkonkret
gambaran dalam pikiran pembaca, Ia menggunakan pengimajian berupa
ungkapan /Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta./. Untuk
menunjukkan kendaraan bagi perempuanperempuan itu secara konkret penyair
menciptakan pengimajian "Di atas roda-roda baja mereka berkendara".
■ Kata Konkret
Kata konkret adalah kata yang memungkinkan memunculkan imajinasi karena
dapat ditangkap indera yang mana kata ini berhubungan kiasan atau lambang.
Seperti kata konkret "salju" di mana melambangkan kebekuan cinta, kehampaan
hidup, dan sebagainya. Sedangkan kata kongkret "rawa-rawa" melambangkan
tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan dan sebagainya.
■ Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa
secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
Jenis gaya bahasa atau majas yang sering digunakan dalam puisi adalah:
1. Metafora
Metafora adalah kiasan kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak
disebutkan. Dalam "Surat Cinta", Renda mengiaskan diri kekasihnya bagai putri
duyung.
tawananku
mendesahlah bagiku.
2. Anafora
Yakni pengulangan kata atau frase pada awal dua larik puisi secara berurutan
untuk penekanan atau keefektifan bahasa. Misalnya, terdapat dalam salah satu
puisi Sapardi Djoko Damono berikut.
Kita tinggalkan kota ini, ketika menyeberang sungai terasa waktu masih
mengalir di luar diri kita. Awas, jangan menoleh, tak ada yang memerlukan
kita lagi tak ada yang memanggil kembali.
3. Personifikasi
Personifikasi adalah peristiwa alam yang dikiaskan sebagai keadaan atau peristiwa
yang dialamai manusia. Dalam "Padamu Jua" Amir Hamjah menulis :
engkau cemburu
engkau ganas
4. Hiperbola
5. Ironi
Dalam puisi pamflet, demonstrasi, dan kritik sosial, banyak digunakan ironi, yakni
kata-kata yang bersifat berlawanan untuk memberikan sindiran. Ironi dapat
berubah menjadi sinisme dan sarkasme, yakni penggunaan kata-kata yang keras
dan kasar untuk menyindir atau mengeritik. Nada sinisme dapat dinikmati dalam
sajak Rendra berjudul "Sajak Sebotol Bir" ini.
kota metropilotan disini tidak tumbuh dari industri
Itu tubuh
mengucur darah
mengucur darah
rubuh
patah
Puisi Chairil Anwar tersebut terdiri atas enam bait, tiga di antaranya merupakan
bait yang hanya terdiri atas satu larik puisi tersebut. Salah satunya terdapat dalam
penggalan tersebut, yakni bait "mendampar tanya: aku salah?" Peranan bait
dalam puisi adalah untuk membentuk suatu kesatuan makna dalam rangka
mewujudkan pokok pikiran tertentu yang berbeda dengan satuan makna dalam
kelompok larik lainnya.
■ Sajak/Rima
Keindahan sebuah puisi terdapat pada rima/sajak bunyi di akhir baris sesuai
pilihan kata yang digunakan.
Contoh:
Dalam sajak di atas yang dominan adalah bunyi sengau/ng, m, n/. Bunyi sengau
dalam sajak ini mendukung suasana bunyi yang khusuk dan rasa senang si aku
karena ia mendapat kasih sayang, serta kedamaian hati sebab kerinduannya pada
Hua (Tuhan) hadir pada dirinya dan hatinya. Perhatikan pula sajak akhir baris,
kekonsistenan pada keindahan rima/sajak ditonjolkan pada kata /senang,
melayang, semalam, ku kenang, sayang, dan dalam/.
2. Struktur Batin Puisi
■ Tema Puisi
Tema merupakan gagasan pokok penyair yang dituangkan dalam bait-bait
puisinya. Tema berasal dari berbagai masalah/peristiwa di sekitar kehidupan
penyair. Tema adalah langkah dasar penyair dalam menyusun puisinya.
■ Makna Puisi
Makna puisi adalah isi yang tersirat dalam puisi tersebut. Untuk menemukan isi
puisi, kamu harus mendengarkan pembacaan puisi dengan saksama dan
memahami simbol atau lambang dari puisi.
Contoh:
Aku
Si Aku dengan kemauannya sendiri menolak orang lain untuk bersedih pada saat
kematiannya. Bahkan orang yang paling dekat dengan dia tidak perlu bersedih
pada saat kematiannya nanti. Orang yang paling dekat dengan dia pun tidak perlu
bersedih sebab hidup-mati itu adalah tanggung jawab pribadi. Oleh karena itu tak
perlu sedu sedan itu!
■ Rasa (Feeling)
Yaitu sikap penyair mengenai pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya akan latar belakang sosial dan
psikologi penyair, seperti latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas
sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis,
dan pengetahuan.
1. Puisi Lama
Puisi lama adalah jenis puisi yang masih terikat oleh persajakan, pengaturan larik
dalam setiap bait, dan jumlah kata dalam setiap larik, serta musikalitas puisi
sangat diperhatikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa puisi lama adalah puisi yang
terikat berbagai aturan baik dari segi substansi maupun dari segi sistematika
penulisan.
● Persajakan (rima)
● Banyak suku kata di tiap baris
● Irama
● Sangat terikat akan aturan-aturan misalnya mengenai jumlah baris tiap bait,
jumlah suku kata maupun rima.
■ Mantra
Mantra adalah rangkaian kata yang mengandung rima dan irama yang dianggap
mengandung kekuatan gaib. Mantra biasanya diucapkan oleh seorang dukun atau
pawang untuk melawan atau menandingi kekuatan gaib lainnya. Namun, hakikat
mantra itu sendiri adalah doa yang diucapkan oleh seorang pawang dalam
keadaan trance ‘kerasukan’.
Di dalam mantra yang penting bukan makna kata demi kata, melainkan kekuatan
bunyi yang bersifat sugestif. Karakteristik mantra sangat unik, ciri-ciri mantra
adalah sebagai berikut.
● Mantra merupakan sesuatu yang utuh, yang tidak dapat dipahami melalui
bagian-bagiannya.
● Mantra sesuatu yang tidak dipahami oleh manusia karena merupakan sesuatu
yang serius.
Sebagai contoh marilah kita perhatikan mantra berikut ini, yang biasa diucapkan
pawang ketika mengusir anjing galak.
■ Pantun
Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama di Indonesia yang dipengaruhi
oleh kebudayaan Melayu. Sebuah puisi dikatakan sebuah pantun, apabila
memiliki karakteristik sebagai berikut.
● Tiap bait biasanya terdiri dari empat baris (a-b-a-b).
● Baris pertama dan kedua berisi sampiran, baris ketiga dan keempat berisi isi.
Contoh pantun:
■ Syair
Syair merupakan puisi lama yang berirama. Syair disampaikan dalam bentuk
rangkap dan menjadi kegemaran masyarakat Melayu lama. Syair tidak memiliki
pengarang khusus. Syair dianggap milik bersama oleh masyarakat Melayu lama.
Secara umum syair memiliki karakteristik sebagai berikut.
● Setiap baris dalam syair mempunyai makna yang berkaitan dengan baris-baris
terdahulu. Sebuah syair biasanya menceritakan suatu kisah.
● Bilangan perkataan dalam setiap baris adalah sama yaitu 4 kata dan 8-12 kata
dalam satu baris.
■ Seloka
Seloka disebut juga pantun berantai atau berkait yaitu pantun yang bersambung
antara bait satu dan bait berikutnya. Dengan catatan, larik kedua dan keempat
setiap bait pantun akan muncul kembali pada larik pertama dan ketiga pada bait
berikutnya.Perhatikan contoh seloka berikut ini.
Bahan penting dalam pengkaryaan cerita pelipur lara. Ada banyak tema yang
digunakan dalam menciptakan talibun. Berikut ini adalah tema-tema yang sering
digunakan dalam talibun.
■ Karmina
Karmina disebut juga puisi kilat yang memiliki syarat serupa dengan pantun biasa.
Perbedaan terjadi karena karmina sangat singkat, yaitu baitnya hanya terdiri atas
dua larik, sehingga sampiran dan isi terletak pada larik pertama dan kedua.
Perhatikan contoh karmina berikut.
■ Gurindam
Gurindam, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai ragam sastra
Indonesia (lama) yang berisi dua baris yang mengandung petuah atau nasihat.
Umumnya baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian.
Sedangkan baris kedua berisikan jawaban atau akibat dari masalah pada baris
pertama. Contohnya adalah sebagai berikut.
Contoh bidal:
2. Puisi Baru
Puisi baru adalah puisi yang tidak terikat sama sekali dengan aturan-aturan yang
ada pada puisi lama. Puisi ini mulai terlihat dengan adanya pujangga-pujangga
baru dan mulai terkenal pada tahun 1945. Saat itu itu Chairil Anwar adalah
pelopor dari lahirnya puisi baru ini.
Lahirnya puisi baru terjadi karena diakibatkan oleh semangat para pujangga
dalam mencari kebebasan dalam berbicara. Dan kebebasan tersebut tak terikat
pada pola –pola estetika yang kaku atau aturan yang membelenggu diri seseorang
penyair dalam bicara.
● Menggunakan pola sajak pantun dan syair walaupun dengan pola yang lain
● Di tiap gatranya terdiri dari dua kata (pada umumnya) : 4-5 suku kata
1. Balada Balada adalah puisi yang berisi kisah atau cerita. Puisi jenis ini
terdiri atas 3 bait, yang setiap 8 larik dengan skema rima a-b-a-
b-b-c-c-b. Lalu skema berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik
terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren pada
bait-bait berikutnya. Contohnya pada puisi karya Sapardi
Damono berjudul "Balada Matinya Seorang Pemberontak".
2. Himne Himne adalah puisi pujaan kepada Tuhan, tanah air, atau
pahlawan. Ciri-ciri himne adalah lagu pujian yang menghormati
seorang dewa, tuhan, pahlawan, tanah air, almamater
(pemandu di Dunia Sastra). Semakin berkembangnya zaman,
arti himne berubah yang mana pengertian himne sekarang
adalah sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap
yang dihormati seperti guru, pahlawan, dewa, tuhan yang
bernapaskan ketuhanan.
3. Romansa Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
Arti romansa berarti keindahan perasaan; persoalan kasih
sayang, rindu dendam, serta kasih mesra (perancis
"Romantique).
4. Orde Ode adalah puisi yang berisi sanjungan untuk orang yang telah
berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat),
bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat
menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa
umum.
5. Epigram Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan atau ajaran hidup.
Epigram berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa
ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada
teladan.
6. Elegi Elegi adalah puisi yang berisi rata tangis atau kesedihan yang
berisi sajak atau lagu dengan mengungkapkan rasa duka atau
keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena
kematian/kepergian seseorang.
7. Satire Satire adalah puisi yang berisi sindira/kritik. Istilah berisi bahasa
latin Sature yang berarti sindiran; kejaman tajam terhadap
sesuatu fenomena; tidak puasa hati satu golongan (ke atas
pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dsb).
1. Distikon Distikon adalah puisi yang mana di tiap baitnya terdiri dari dua
baris (puisi dua seuntai).
2. Terzina Terzina adalah puisi yang mana di tiap baitnya terdiri dari tiga
baris (puisi tiga seuntai).
3. Kuatrain Kuatrain adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari empat
baris (puisi empat seuntai).
4. Kuint Kuint adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari lima baris
(puisi lima seuntai).
5. Sektet Sektet adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari enam baris
(puisi enam seuntai).
6. Septime Septime adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari tujuh baris
(tujuh seuntai).
7. Oktaf Oktaf adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari delapan baris
(double kutrain atau puisi delapan seuntai).
8. Soneta Soneta adalah puisi yang terdiri dari empat belas baris yang
terbagi dalam dua, dimana dua bait pertama masing-masing
empat baris dan pada dua bait kedua masing-masing tiga baris.
Kata soneta berasal dari bahasa Italia yaitu Sonneto. Kata sono
berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara.