Anda di halaman 1dari 45

Di Indonesia, puisi merupakan bentuk kesusastraan yang paling tua.

Menurut
Ensiklopedi Sastra Indonesia, perkembangan puisi terdiri atas dua periode, yaitu
puisi lama dan puisi modern.

■ Puisi lama adalah jenis puisi yang masih terikat oleh persajakan, pengaturan
larik dalam setiap bait, dan jumlah kata dalam setiap larik, serta musikalitas puisi
sangat diperhatikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa puisi lama adalah puisi yang
terikat berbagai aturan baik dari segi substansi maupun dari segi sistematika
penulisan.

■ Puisi modern adalah puisi yang tidak terikat sama sekali dengan aturan-aturan
yang ada pada puisi lama. Puisi ini mulai terlihat dengan adanya pujangga-
pujangga baru dan mulai terkenal pada tahun 1945. Saat itu itu Chairil Anwar
adalah pelopor dari lahirnya puisi baru ini.

Unsur-Unsur Intrinsik Puisi


Unsur intrinsik puisi merupakan unsur-unsur yang berasal dari dalam naskah puisi
itu sendiri. Adapun unsur intrinsik puisi sebagai berikut :

■ Tema (sense) merupakan gagasan utama dari puisi baik itu yang tersirat
maupun yang tersurat.

■ Tipografi disebut juga ukiran bentuk puisi. Tipografi merupakan tatanan larik,
bait, kalimat, frasem kata, dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang
mampu mendukung isi, rasa, dan suasana.

■ Amanat (intention) atau pesan merupakan suatu yang ingin disampaikan oleh
penyair melalui karyanya.

■ Nada (tone) merupakan sikap penyair terhadap pembacanya, misalkan sikap


rendah hati, menggurui, mendikte, persuasif dan yang lainnya.

■ Perasaan (feeling) merupakan sikap pengarang terhadap tema dalam puisinya,


misalnya kepuasan, kesedihan, kemarahan, keheranan, konsisten, simpatik,
senang, sedih, kecewa, dan yang lainnya.
■ Enjambemen merupakan pemotongan kalimat atau frase dengan diakhiri lirik.
Kemudian meletakkan potongan itu diawal larik berikutnya. Tujuannya adalah
untuk memberikan tekanan pada bagian tertentu ataupun sebagai penghubung
antara bagian yang mendahuluinya dengan bagian-bagian yang berikutnya.

■ Kata konkret, merupakan penggunaan kata-kata yang tepat atau bermakna


denotasi oleh penyair.

■ Diksi merupakan pilihan kata yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan


melalui puisi tersebut.

■ Akulirik merupakan tokoh aku yang terdapat dalam puisi.


■ Rima merupakan pengindah dalam puisi yang berbentuk pengulangan bunyi
baik di awal, tengah, ataupun di akhir.

■ Verifikasi merupakan berupa rima dan ritma. Rima adalah persamaan bunyi
pada puisi dan sedangkan ritma adalah tinggi rendahnya, panjang pendeknya,
keras lemahnya bunyi dalam puisi)

■ Majas merupakan cara penyair menjelaskan pikiran dan perasaannya dengan


gaya bahasa yang sangat indah dalam bentuk puisi.

■ Citraan merupakan gambaran-gambaran yang ada di dalam pikiran penyair.


Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji. Gambaran pikiran ini merupakan
sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan
oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang bisa dilihat oleh mata.

Unsur-Unsur Esktrinsik Puisi


Unsur ekstrinsik puisi adalah unsur yang tepatnya berada diluar teks atau naskah
puisi. Umumnya unsur ekstrinsik ini berawal dari dalam diri pengarang atau
lingkungan-lingkungan tempat sang pengarang ketika menulis karya puisinya.
Adapun unsur-unsur ekstrinsik puisi adalah sebagai berikut.

■ Unsur Biografi
Unsur boigrafi ini adalah latar belakang pengarang. Latar belakang cukup
berpengaruh dalam pembuatan puisi, misalkan penulis puisi yang latar
belakangnya berasal dari keluarga miskin, maka jika ia membuat puisi akan sangat
menyentuh hati para pembacanya, yang terbawa dari latar belakang penulis
sehingga mampu dikesankan dalam sebuah puisi.

■ Unsur Sosial
Unsur sosial sangat erat kaitanya dengan kondisi masyarakat ketika puisi itu
dibuat. Misalkan puisi itu dibuat ketika masa orde baru menjelang berakhir. Pada
saat itu kondisi masyarakat itu sedang sangat kacau dan keadaan pemerintahan
pun sangat carut marut, sehingga puisi yang dibuat pada saat itu adalah puisi yang
mengandung sindiran-sindiran terhadap masyarakat.

■ Unsur Nilai
Unsur nilai dalam puisi ini meliputi unsur yang berkaitan dengan pendidikan, seni,
ekonomi, politik, sosial, budaya, adat-istiadat, hukum, dan lain-lain. Nilai yang
terkandung dalam puisi menjadi daya tarik tersendiri sehingga sangat
mempengaruhi baik atau tidaknya puisi.

Contoh Puisi dengan Unsur-Unsur Intrinsik dan


Ekstrinsiknya
Contoh 1:
DOA

Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
(Karya: Chairil Anwar)

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Doa” Karya Chairil Anwar


1. Tema: Ketuhanan
2. Nada dan Suasana:
Nama berarti sikap penyair terhadap pokok persoalan (feeling) atau sikap penyair
terhadap pembaca. Sedangkan suasana berarti keadaan perasaan pembaca
sebagai akibat pembacaan puisi. Nada yang berhubungan dengan tema
ketuhanan menggambarkan betapa dekatnya hubungan penyair dengan
Tuhannya.

Berhubungan dengan pembaca, maka puisi “Doa” tersebut bernada sebuah


ajakan agar pembaca menyadari bahwa hidup ini tidak bisa berpaling dari
ketentuan Tuhan. Karena itu, dekatkanlah diri kita dengan Tuhan. Hayatilah
makna hidup ini sebagai sebuah “pengembaraan di negeri asing”.

3. Perasaan:
Perasaan berhubungan dengan suasana hati penyair. Dalam puisi
”Doa” gambaran perasaan penyair adalah perasaan terharu dan rindu.
Perasaan tersebut tergambar dari diksi yang digunakan antara lain:
termenung, menyebut nama-Mu, Aku hilang bentuk, remuk, Aku tak bisa
berpaling.

4. Amanat:
Sesuai dengan tema yang diangkatnya, puisi ”Doa” ini berisi amanat kepada
pembaca agar menghayati hidup dan selalu merasa dekat dengan Tuhan. Agar
bisa melakukan amanat tersebut, pembaca bisa merenung (termenung) seperti
yang dicontohkan penyair.

Penyair juga mengingatkan pada hakikatnya hidup kita hanyalah sebuah


”pengembaraan di negeri asing” yang suatu saat akan kembali juga. Hal ini
dipertegas penyair pada bait terakhir sebagai berikut:
Tuhanku,
Di Puntu-Mu Aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling

Contoh 2:
KARANGAN BUNGA

Tiga anak kecil


Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu

“Ini dari kami bertiga


Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
siang tadi”.
(Karya: Taufiq Ismail)

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Karangan Bunga” Karya Taufiq Ismail


1. Tema: Kepahlawanan
2. Amanat: Kita harus menghargai jasa para pahlawan dan Kita harus meneruskan
perjuangan para pahlawan.
3. Sudut Pandang: Orang ketiga
4. Nada dan suasana: Nada sedih menimbulkan suasana duka
5. Tipografi: Bentuknya rapi, terdiri dari 2 bait, bait pertama terdiri dari 4
baris, bait kedua terdiri dari 5 baris.
6. Irama:
Bait pertama bersajak a b c b
Bait kedua bersajak a a a b b
7. Penginderaan/Citraan/Imaji
Penglihatan:
● bait pertama baris 1-4
● bait kedua baris 1-2
● bait kedua baris 4-5
Perasaan:
● bait kedua baris 3
8. Bahasa:

■ Ungkapan/Pilihan Kata
● Tiga anak kecil: tiga tuntunan rakyat yang mekar dan baru lahir.
● Pita hitam sebagai tanda berduka cita/berkabung.
● Kakak kami berarti orang yang dianggap sebagai kakak. ( AR Hakim)
● Salemba: markas mahasiswa UI yang tergabung dalam KAMI

■ Majas
● Datang ke Salemba: Alegori
● Pita hitam pada karangan bunga: Metafora
Contoh 3:
BERDIRI AKU

Berdiri aku di senja senyap


Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang dating ubur terkembang

Angin pulang menyeduk bumi


Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas

Benang raja mencelup ujung


Naik marak menggerak corak
Elang leka sayap tergulung
Dimabuk warna berarak-arak

Dalam rupa maha sempurna


Rindu-sendu mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Menyecap hidup bertentu tuju.
(Karya: Amir Hamzah)

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Berdiri Aku” Karya Amir Hamzah


1. Tema:

■ Tema Umum
Tema umum dari sajak ini adalah kesedihan.
■ Tema Khusus
Sajak “Berdiri Aku” ini merupakan ekspresi kesedihan yang ditampilkan penyair
dengan suasana sunyi. Kesedihan ini tidak lain dikarenakan oleh perpisahannya
dengankekasihnya dan dia harus pulang ke Medan dan menikah dengan putrid
pamannya. Perasan sedih yang sangat mendalam digambarkan penyair dengan
suasana sunyi pantai disore hari. Dengan demikian penyair hanya mampu melihat
keindahan alam sekitar karena kebahagiaannya dan harapan telah hilang.
2. Feeling atau Rasa:
Dalam sajak berdiri aku tergambar sikap pesimis penyair dalam mengadapi
permasalahan hidupnya, sikap pesimis ini mejadikannya melankolis.
3. Amanat:
Amir Hamzah ingin menyampaikan ide dan pemikiranya untuk yang membacanya
supaya menyerahkan hidupnya kepada Tuhan karena hanya dialah yang mampu
memberi kepastian dalam kehidupan di dunia ini.
4. Tipograf/Tata Wajah:
Tipografi dalam sajak ini penyair memanfaatkan margin halaman kertas dan
dalam penulisan sajak ini. Penyair begitu memperhatikan EYD.
5. Diksi:
Kata-kata seperti, senyap, mengurai, mengempas, berayun-ayun dan sayap
tergulung identik dengan kesunyian. Kata-kata tersebut membentuk makna
kesendirian yang ingin digambarkan pengarang. Kata “maha sempurna” dalam
akhir bait juga merupakan arti konotasi dari tuhan yang maha sempurna. Kata
“mengecap” memiliki arti yang ingin dirasakan. Permainan kata-kata yang
digunakan yang ditulis memang sebuah misteri untuk menyembunyikan ide
pengarang.
6. Citraan:
Sajak Berdiri Aku ini menimbulkan imaji penglihatan ”visualimagery”, seolah-olah
kita melihat suasana pantai yang indah. Dalam kalimat pertama imaji kita akan
merasakan kesejukan dengan kata-kata tersebut tetapi satyang angin itulah yang
menghempaskan harapan dan membawa lari sehingga yang terasa hanyalah sunyi
yang semakin dalam. Dengan berbagai citraan yang mampu ditampilkan penyair
ini pembaca akan ikut merasakan apa yang ditulis oleh penyair dengan inderanya
sendiri.

Contoh 4:
IBU

kalau aku merantau lalu datang musim kemarau


sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya mataair airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir

bila aku merantau


sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

Ibu adalah gua pertapaanku


dan ibulah yang meletakkan aku disini
saat bunga kembang menyerbak bau sayang
Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti

bila kasihmu ibarat samudra


sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu
bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal

Ibulah itu, bidadari yang berselendang bianglala


sesekali datang padaku
menyuruhku menulis langit biru
dengan sajakku.

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Ibu”


1. Rima:
Adalah persamaan bunyi yang terdapat pada larik-larik sajak. Pada sajak “Ibu”
tampak terutama berupa dominasi rima akhir, walau juga terdapat rima tengah.
2. Diksi:
Yaitu pilihan kata sebagai simbol, hal ini karena bukan makna yang sebenarnya.
Pada sajak “Ibu” terdapat diksi pada kata gua pertapaanku sebagai simbol makna
kehidupan di dalam kandungan. Kemudian kata pahlawan adalah sebagai simbol
seseorang yang telah berjasa besar dan telah rela berkorban. Kata bidadari juga
menyiratkan suatu simbol kecantikan lahiriah maupun keelokan akhlak/budi
pekerti. Dan kata bianglala adalah pelangi sebagai suatu simbol keindahan.
3. Majas:
Adalah ungkapan gaya dan rasa bahasa yang menunjukkan kepiawaian penyair.
Pada sajak “Ibu” pengarang menggunakan majas perbandingan yang disebut
metafora.
4. Imaji (pencitraan):
Yakni pembayangan kembali (reproduksi mental suatu ingatan) terhadap
pengalaman sensasional (perasaan) dan pengalaman persepsional (fikiran).
Pencitraan pada sajak “Ibu” berupa imaji visual yaitu pembayangan kembali
pengalaman sensasional-perseptual terhadap gambaran yang nampak, terdapat
pada: sumur-sumur, daunan, reranting, mataair, airmata, ibu, mayang siwalan,
bunga, langit, bumi, samudra, lautan, lumut, diri, pukat, sauh, lokan-lokan,
mutiara, kembang laut, bidadari, bianglala.

Kemudian imaji gerakan yaitu pembayangan kembali pengalaman sensasional-


perseptual yang berhubungan dengan gerakan, terdapat pada: merantau,
mengalir, ronta, meletakkan, menunjuk, mengangguk, mandi, mencuci, berlayar,
menebar, melempar, ditanya, kusebut, tunjukkan, berselendang, dan menulis.
5. Amanat:
Amanat penyair yang disampaikan dalam sajak Ibu adalah ajakan menyukuri
nikmat karunia Tuhan lewat sosok dan peranan seorang ibu, yang kasih sayangnya
diibaratkan sepanjang jalan bila dibanding bakti anak yang hanya sepanjang galah.

Contoh 5:
KARAWANG BEKASI

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi


tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju
dan mendegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan
dan harapan atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno,menjaga Bung Hatta,menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debu


Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh
(Karya: Chairil Anwar)

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Karawang Bekasi” Karya Chairil Anwar


Baca Juga:

 Puisi Baru: Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis dan Contohnya Lengkap


 Puisi Lama: Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis dan Contohnya Lengkap
 Puisi Kontemporer: Pengertian, Ciri, Jenis dan Contohnya Lengkap

1. Tema:
Dalam puisi Karawang Bekasi kita dapat mengambil tema “Perjuangan”
2. Diksi:
Diksi atau pilihan kata yang digunakan dalam puisi tersebut adalah makna
konotasi dan makna denotasi.
3. Majas:
Majas yang digunakan dalam puisi Karawang Bekasi adalah Majas Metafora,
adapun kutipan dalam puisi tersebut adalah “Aku sekarang api aku sekarang laut”,
Sang Penyair mengibaratkan dirinya seperti laut dan api,mempunyai sifat-sifat
seperti api yang selalu membakar dan panas.
4. Rima:
Adapun Rima yang digunakan adalah sebagai berikut :
● Pada bait pertama terdapat rima sempurna dan bersajak {aaaa}
● Pada bait kedua terdapat rima aliterasi dan bersajak {ab-aa}, dan ada
perulangan kata “Kami”
● Pada bait ke tiga terdapat rima terbuka dan bersajak {aa} antara suku”sa” dan
“wa”.
● Pada bait ke empat terdapat rima tertutup dan bersajak {bab}.
● Pada bait ke lima terdapat rima sempurna (berkata-berkata) dan bersajak {bab}.
● Pada bait ke enam terdapat rima rangkai bersajak {aaaa}
● Pada bait ke tujuh terdapat rima berpeluk dan pengulangan kata aku dan kami.
5. Amanat:
● Kita harus menghargai perjuangan para pahlawan
● Kita harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan.
● Semangat perjuangan harus selalu mengelora meskibun berada di daerah yang
dianggap kecil.
Contoh 6:
SERENADA KELABU

1
Bagai daun yang melayang.
Bagai burung dalam angin.
Bagai ikan dalam pusaran.
Ingin kudengar beritamu!
2
Ketika melewati kali
terbayang gelakmu.
Ketika melewati rumputan
terbayang segala kenangan.
Awan lewat indah sekali.
Angin datang lembut sekali.
Gambar-gambar di rumah penuh arti.
Pintu pun kubuka lebar-lebar.
Ketika aku duduk makan
kuingin benar bersama dirimu.
(Karya: W.S. Rendra)

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Serenada Kelabu” Karya W.S. Rendra


1. Tema:
Tema dari puisi Serenada Kelabu ini adalah kerinduan yang mendalam dalam diri
seseorang.
2. Diksi (pilihan kata):
Dalam puisi ini, Rendra menggunakan pilihan kata yang tepat sehingga
menimbulkan daya/kekuatan yang diinginkannya. Seperti pada bait Ketika
melewati kali terbayang gelakmu. Penyair memilih kata gelak untuk menggantikan
kata tawa, dengan tujuan untuk menambah nilai estetis puisi. Diksi (pilihan kata)
dalam puisi ini cukup sederhana, namun dalam kesederhanaan itulah letak
kekuatan dan keindahan puisi Serenada Kelabu ini.
4. Rima:
Rima adalah pengulangan bunyi untuk membentuk keindahan bunyi. Dalam puisi
Serenada Kelabu ini, Rendra juga bermain dengan bunyi untuk mencapai
keindahan. Seperti pada bait berikut ini, Rendra memanfaatkan rima akhir –an
untuk menambah nilai estetis puisi.
Ketika melewati rumputan
terbayang segala kenangan.
Rima akhir dengan vocal –i juga membantu menambah nilai keindahan puisi:
Awan lewat indah sekali.
Angin datang lembut sekali.
Gambar-gambar di rumah penuh arti.
5. Tipografi:
Tipografi adalah penataan bentuk larik/baris dalam puisi yang dapat menambah
aspek kekuatan makna dan ekspresi penyair. Dalam hal ini, puisi Serenada Kelabu
memiliki tipografi atau bentuk yang biasa, Rendra tidak melakukan eksperimen
pada bentuk puisi. Namun isi dan unsur lain yang terkandung dalam puisi ini
sudah cukup untuk menjadi kekuatan makna dan ekspresi Rendra.

Contoh 7:
DERAI-DERAI CEMARA

Cemara menderai sampai jauh


Terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan ditingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan


sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada satu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan


tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
1994
(Karya: Chairil Anwar)

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Derai-Derai Cemara” Karya Chairil


Anwar
1. Tema: Perubahan dalam diri manusia yang terpisah dari kehidupan masa lalu.
2. Rasa: sedih.
3. Nada: iba atau merengek.
4. Amanat: kehidupan hanyalah perjalanan yang keras untuk ditempuh dan setiap
manusia akan mati dengan tenang kalau apa yang harapkannya tercapai.
5. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini sangat sederhana dan dingin,
sehingga pembaca seolah-olah mengalami pesakitan yang dialami oleh
pengarang.
6. Imajinasi: imajinasi yang digunakan oleh pengarang sangat tinggi walaupun
menggunakan kata-kata yang sederhana tetapi sangat menyentuh hati pembaca.
7. Kata-kata konkret: kata-kata yang jika dilihat secara denotative sama, tetapi
secara konotatif tidak sama, bergantung pada situasi dan kondisi pemakainya.
8. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan pengarang dalam sajak ini sangat
sederhana, dan dengan kesederhanaan itu pengarang mencapai kepada klimaks
yang ingin disampaikan.
9. Irama: irama dalam sajak ini tidak terlalu tinggi-tidak juga rendah.
10. Rima: unsur bunyi dalam sajak ini sangat dingin sehingga menimbulkan
kemerduan puisi, dan dapat memberikan efek terhadap makna, nada dan suasana
puisi tersebut.

Contoh 8:
JALAN SEGARA

Di sinilah penembakan
Kepengecutan
Dilakukan

Ketika pawai bergerak


Dalam panas matahari

Dan pelor pembayar pajak


Negeri ini

Ditembuskan ke punggung
Anak-anaknya sendiri
(Karya: Taufiq Ismail)

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Jalan Segera” Karya Taufiq Ismail


1. Tema: keprihatinan terhadap suatu kondisi Negara.
2. Rasa: prihatin mengingat kejadian yang telah terjadi.
3. Nada: sedih.
4. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini menggunakan makna konotasi atau
tidak menggunakan kata yang sebenarnya seperti layaknya puisi yang lain.
5. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan pengarang dalam sajak ini sangat
sederhana, dan dengan kesederhanaan itu pengarang mencapai kepada klimaks
yang ingin disampaikan.
6. Irama: irama dalam sajak ini tidak terlalu tinggi-tidak juga rendah.

Contoh 9:
PADAMU JUA

Habis kikis

segala cintaku hilang terbang


pulang kembali aku padamu
seperti dahulu

Kaulah kandil kemerlap


pelita jendela di malam gelap
melambai pulang perlahan
sabar, setia selalu.

Satu kekasihku
aku manusia
rindu rasa
rindu rupa.

Di mana engkau
rupa tiada
suara sayup
hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
engkau ganas
mangsa aku dalam cakarmu
bertukar tangkap dengan lepas

Nanar aku, gila sasar


sayang berulang padamu jua
engkau pelik menarik ingin
serupa dara di balik tirai

Kasihmu sunyi
menunggu seorang diri
lalu waktu - bukan giliranku
mati hari - bukan kawanku.
(Karya: Amir Hamzah)

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Padamu Jua” Karya Amir Hamzah


1. Tema: penantian.
2. Rasa: kesedihan.
3. Nada: sedih.
4. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini menggunakan makna konotasi atau
tidak menggunakan kata yang sebenarnya seperti layaknya puisi yang lain.
5. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan pengarang dalam puisi ini sangat
sederhana, dan dengan kesederhanaan itu pengarang mencapai kepada klimaks
yang ingin disampaikan.
6. Irama: irama dalam puisi ini tidak terlalu tinggi-tidak juga rendah.
Contoh 10:
KITA ADALAH PEMILIH SYAH REPUBLIK INI

Tidak ada lagi pilihan


Kita harus berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
berarti hancur

apakah akan kita jual keyakinan kita


dalam pengabdian tanpa harga
akan maukah kita duduk satu meja
dengan para pembunuh tahun yang lalu
dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku!”

Tidak ada lagi pilihan


Kita harus berjalan terus

Kita adalah manusia bermata sayu,


Yang di tepi jalan mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahan hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka
Kita yang tak punya dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan
Kita harus berjalan terus
(Karya: Taufiq Ismail dari Tirani dan Benteng, 1993

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Kita Adalah Pemilik Syah Republik Ini”
Karya Taufiq Ismail
1. Tema: perjuangan.
2. Rasa: semangat.
3. Nada: keras dan penuh semangat.
4. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini menggunakan makna konotasi atau
tidak menggunakan kata yang sebenarnya seperti layaknya puisi yang lain.
5. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan pengarang dalam puisi ini sangat
sederhana, dan dengan kesederhanaan itu pengarang mencapai kepada klimaks
yang ingin disampaikan.
6. Irama: irama dalam puisi ini tidak terlalu tinggi-tidak juga rendah.

Puisi: Pengertian, Ciri, Unsur, Jenis, Struktur


dan Contohnya Lengkap
Unknown Reply February 03, 2018 A+ A-

Penahkah kalian mendengarkan pembacaan puisi? Dalam acara-acara tertentu,


puisi sering dibacakan untuk menggugah persaaan seseorang yang
mendengarnya. Misalnya, pada acara penggalangan dana kemanusiaan atau
peluncuran buku kumpulan puisi. Lalu tahukah kalian apa yang dimaksud dengan
puisi itu? Bagaimana ciri-ciri, unsur, jenis, strukturnya?
Nah, pada kesempatan kali ini kita akan mempelajari segala hal yang behubungan
dengan puisi. Untuk itu, silahkan kalian simak penjelasan berikut ini.

Pengertian Puisi
Karya sastra puisi berbeda dengan karya sastra prosa. Karya sastra puisi bersifat
pemusatan (konsentrif) dan pemadatan (intensif). Pengarang tidak menjelaskan
secara terperinci apa yang ingin diungkapkannya. Pengarang hanya mengutarakan
apa yang menurut perasaannya atau pendapatnya merupakan bagian yang pokok
atau penting saja.

Definisi puisi dapat ditinjau dari segi etimologi dan menurut pendapat para ahli.
Berikut ini beberapa pengertian puisi:

■ Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari
kata poeima yang berarti “membuat” atau dari kata poeisis yang artinya
“pembuatan”. Dalam bahasa Inggris puisi disebut poem atau poetry.

■ Menurut Kamur Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 1 puisi adalah ragam sastra
yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan
bait. 2 puisi adalah gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata
secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan
membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi. 3 sajak.

■ Menurut Pradopo, puisi merupakan ekspresi pemikiran yang membangkitkan


perasaan dan merangsang imajinasi pancaindra dalam susunan yang berirama.
Tambahnya lagi, puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia
yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.

■ Menurut Herman Waluyo, puisi adakah suatu bentuk karya sastra yang
mengungkapkan sebuah pikiran dan perasaan sih penyair dengan secara
imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dalam
pengonsentrasian sebuah struktur fisik dan struktur batinnya.
■ Menurut Sumardi, puisi karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan,
dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang pada dan pelihatan kata-kata
kias (imajinatif).

■ Menurut Thomas Carlye, puisi adalah ungkapan pikiran yang bersifat musikal.
■ Menurut James Reevas, puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh
daya tarik.

■ Menurut Herbert Spencer, puisi adalah bentuk pengucapan gagasan yang


bersifat emosional dengan mempertimbangkan unsur keindahan.

■ Menurut Watt-Dunton, puisi adalah suatu ekspresi yang konkret dan yang
sifatnya artistik dari sebuah pemikiran manusia dalam bahasa emosional dan
berirama.

■ Menurut H. B. Jassin, puisi adalah suatu pengucapan dengan sebuah perasaan


yang di dalamnya mengandung suatu pikiran-pikiran dan sebuah tanggapan-
tanggapan.

Dari beberapa pengertian puisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
secara umum, puisi didefinisikan sebagai berikut.

Puisi adalah sebuah karya sastra berupa seni tertulis yang merupakan
bentuk ungkapan perasaan penulisnya melalui bahasa yang terikat dengan
irama, mantra, rima dan penyusunan lirik serta bait. Puisi merupakan karya
sastra yang mementingkan bunyi, struktur dan makna yang ingin
disampaikan. Jadi dapat dikatakan bahwa puisi mewujudkan penggunaan
bahasa sebagai sebuah seni yang memiliki kualitas estetika (keindahan).

Ciri-Ciri Puisi
Secara umum, puisi memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut.

● Bahasa yang biasanya dipakai untuk membentuk puisi bersifat konotatif


(kiasan).

● Dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa dalam puisi harus rapi, indah dan
tertata dengan baik untuk menghasilkan irama atau bunyi akhirnya.

● Setiap puisi mempunyai pemadatan kata dari seluruh unsur kemampuan


bahasa.

● Puisi biasanya mengungkapkan isi pikiran dan perasaan penyair dari ruang
lingkup dan juga pengalaman yang mereka terapkan se-imajinatif mungkin.

Unsur-Unsur yang Terdapat dalam puisi


Unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah puisi dapat dibedakan berdasarkan
strukturnya, yaitu struktur fisik dan struktur batin. Macam-macam struktur fisik
dan batin dari sebuah puisi adalah sebagai berikut.

1. Struktur Fisik Puisi


■ Tipografi (Perwajahan Puisi)
Tipografi merupakan bentuk dari puisi tersebut. Diantaranya mencangkup
halaman puisi, tepi halaman, pengaturan baris, penulisan kata, penulisan tanda
baca, penggunaan huruf kapital, dan sebagainya. Tipografi puisi adalah segala hal
yang dapat dilihat dengan mata ketika membaca puisi.

■ Diksi (pemilihan kata)


Diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh penyair untuk mewakili apa yang
dipikirkannya sebagai media ekspresi dalam puisi. Pengarang menggunakan
citraan, majas, kata asing, atau kata lain untuk mewakilinya. Diksi sangat
berpengaruh terhadap keindahan puisi. Pemilihan kata yang tepat akan
memberikan daya magis yang sangat kuat pada puisi yang penyair ciptakan.

Namun, hendaknya disadari bahwa kata-kata dalam puisi bersifat konotatif,


artinya memiliki kemungkinan makna yang lebih dari satu. Kata-katanya juga
dipilih yang puitis artinya mempunyai efek keindahan dan berbeda dari kata-kata
yang Anda pakai dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemilihan kata yang
cermat ini, orang akan langsung tahu bahwa yang dihadapi itu puisi.

■ Pengimajian
Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Diksi dan
pengimajian memiliki hubungan yang sangat erat. Diksi yang dipilih harus
menghasilkan pengimajian.

Baris atau bait puisi itu seolah mengandung gema suara (imaji auditif), benda
yang nampak (imaji visual), atau sesuatu yang dapat Anda rasakan, raba atau
sentuh (imaji taktil). Ketiganya digambarkan oleh bayangan konkret yang dapat
Anda hayati secara nyata.

Contoh diksi dan pengimajian terlihat dalam petikan puisi Perempuan-Perempuan


Perkasa karya Hartoyo Andangjaya berikut ini.
...

Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta dari manakah


mereka

Di atas roda-roda baja mereka berkendara

Mereka berlomba dengan surya menuju ke gerbang kota merebut hidup di


pasar-pasar kota

...

Dalam puisi tersebut, dipilih kat-kata yang berisi sikap kagum penyair kepada
perempuan-perempuan perkasa. Untuk menunjukkan rasa kagum itu, penyair
tidak cukup dengan penyebutan perempuan perkasa. Untuk memperkonkret
gambaran dalam pikiran pembaca, Ia menggunakan pengimajian berupa
ungkapan /Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta./. Untuk
menunjukkan kendaraan bagi perempuanperempuan itu secara konkret penyair
menciptakan pengimajian "Di atas roda-roda baja mereka berkendara".

■ Kata Konkret
Kata konkret adalah kata yang memungkinkan memunculkan imajinasi karena
dapat ditangkap indera yang mana kata ini berhubungan kiasan atau lambang.
Seperti kata konkret "salju" di mana melambangkan kebekuan cinta, kehampaan
hidup, dan sebagainya. Sedangkan kata kongkret "rawa-rawa" melambangkan
tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan dan sebagainya.
■ Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa
secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
Jenis gaya bahasa atau majas yang sering digunakan dalam puisi adalah:

1. Metafora

Metafora adalah kiasan kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak
disebutkan. Dalam "Surat Cinta", Renda mengiaskan diri kekasihnya bagai putri
duyung.

engkaulah putri duyung

tawananku

putri dyung dengan suara merdu

lembut bagi angin laut

mendesahlah bagiku.

2. Anafora

Yakni pengulangan kata atau frase pada awal dua larik puisi secara berurutan
untuk penekanan atau keefektifan bahasa. Misalnya, terdapat dalam salah satu
puisi Sapardi Djoko Damono berikut.

Kita tinggalkan kota ini, ketika menyeberang sungai terasa waktu masih
mengalir di luar diri kita. Awas, jangan menoleh, tak ada yang memerlukan
kita lagi tak ada yang memanggil kembali.

3. Personifikasi
Personifikasi adalah peristiwa alam yang dikiaskan sebagai keadaan atau peristiwa
yang dialamai manusia. Dalam "Padamu Jua" Amir Hamjah menulis :

pelita jendela di malam gelap

melambai pulang perlahan

engkau cemburu

engkau ganas

mangsa aku dengan cakarmu

bertukar tangkap dengan lepas.

4. Hiperbola

Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan. Untuk melebih-lebihkan sifat jelek


yang dikritik, Rendra membuat hiperbola sebagai berikut:

politisi dan pegawai tinggi

adalah caluk yang rapih

kongres-kongres dan konferensi

tak pernah berjalan tanpa kalian.

5. Ironi

Dalam puisi pamflet, demonstrasi, dan kritik sosial, banyak digunakan ironi, yakni
kata-kata yang bersifat berlawanan untuk memberikan sindiran. Ironi dapat
berubah menjadi sinisme dan sarkasme, yakni penggunaan kata-kata yang keras
dan kasar untuk menyindir atau mengeritik. Nada sinisme dapat dinikmati dalam
sajak Rendra berjudul "Sajak Sebotol Bir" ini.
kota metropilotan disini tidak tumbuh dari industri

tapi tumbuh dari negara industri asing

akan pasaran dan sumber pengadaan bahan alam

kota metropulitan disini

adalah sarana penumpukan bagi Eropa, Jepang, Cina, Amerika, Australia,


dan negara industri lainya.

■ Bait dalam Puisi


Bait merupakan satuan yang lebih besar dari baris yang ada dalam puisi. Bait
merujuk pada kesatuan larik yang berada dalam rangka mendukung satu kesatuan
pokok pikiran, terpisah dari kelompok larik (bait) lainnya. Dalam puisi, keberadaan
bait sebagai kumpulan larik tidaklah mutlak. Perhatikanlah puisi "Isa" karya Chairil
Anwar berikut.

Itu tubuh

mengucur darah

mengucur darah

rubuh

patah

mendampar tanya: aku salah?

Puisi Chairil Anwar tersebut terdiri atas enam bait, tiga di antaranya merupakan
bait yang hanya terdiri atas satu larik puisi tersebut. Salah satunya terdapat dalam
penggalan tersebut, yakni bait "mendampar tanya: aku salah?" Peranan bait
dalam puisi adalah untuk membentuk suatu kesatuan makna dalam rangka
mewujudkan pokok pikiran tertentu yang berbeda dengan satuan makna dalam
kelompok larik lainnya.

■ Sajak/Rima
Keindahan sebuah puisi terdapat pada rima/sajak bunyi di akhir baris sesuai
pilihan kata yang digunakan.

Contoh:

Hati yang masygul menjadi senang

Sukma riang terbang melayang

Karna lahir kerinduan semalam

Ribaan Hua yang ku kenang

Kudapat terang kasih dan sayang

Serta damai hati di dalam

Dalam sajak di atas yang dominan adalah bunyi sengau/ng, m, n/. Bunyi sengau
dalam sajak ini mendukung suasana bunyi yang khusuk dan rasa senang si aku
karena ia mendapat kasih sayang, serta kedamaian hati sebab kerinduannya pada
Hua (Tuhan) hadir pada dirinya dan hatinya. Perhatikan pula sajak akhir baris,
kekonsistenan pada keindahan rima/sajak ditonjolkan pada kata /senang,
melayang, semalam, ku kenang, sayang, dan dalam/.
2. Struktur Batin Puisi
■ Tema Puisi
Tema merupakan gagasan pokok penyair yang dituangkan dalam bait-bait
puisinya. Tema berasal dari berbagai masalah/peristiwa di sekitar kehidupan
penyair. Tema adalah langkah dasar penyair dalam menyusun puisinya.

■ Pesan (Amanat) Puisi


Pesan disebut juga amanat puisi. Pesan adalah sesuatu yang ingin disampaikan
penyair kepada pembacanya/pendengarnya. Pesan merupakan nilai yang didapat
dan dilihat dari sudut pandang penyair, sedangkan kesan adalah nilai dari segi
pembaca atau pendengar.

■ Makna Puisi
Makna puisi adalah isi yang tersirat dalam puisi tersebut. Untuk menemukan isi
puisi, kamu harus mendengarkan pembacaan puisi dengan saksama dan
memahami simbol atau lambang dari puisi.

Contoh:

Aku

Kalau sampai waktuku

Ku mau tak seorang kan merayu

Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu!


Dari bait puisi di atas, dapat ditemukan isinya, yaitu sebagai berikut. Dalam sajak
di atas menampilkan ide atau gagasan individualisme di Aku yang ingin hidup
mandiri. Ku mau menunjukkan semangat individualisme si penyair.

Si Aku dengan kemauannya sendiri menolak orang lain untuk bersedih pada saat
kematiannya. Bahkan orang yang paling dekat dengan dia tidak perlu bersedih
pada saat kematiannya nanti. Orang yang paling dekat dengan dia pun tidak perlu
bersedih sebab hidup-mati itu adalah tanggung jawab pribadi. Oleh karena itu tak
perlu sedu sedan itu!

■ Rasa (Feeling)
Yaitu sikap penyair mengenai pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya akan latar belakang sosial dan
psikologi penyair, seperti latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas
sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis,
dan pengetahuan.

Kedalaman pengungkapan tema dan ketetapan dalam menyikapi suatu masalah


tidak tergantung dari kemampuan penyair memili kata-kata, rima, gaya bahasa,
dan bentuk puisi saja, namun juga dari wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan
keperibadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
■ Nada (Tone)
Adalah sikap penyair terdapat pembacanya. Nada berhubungan dengan tema dan
rasa. Penyair dapat menyampaikan tema baik dengan nada yang menggurui,
mendikte, bekerja sama dengan pembaca dalam pemecahan masalah,
menyerahkan masalah kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap
bodoh dan rendah pembaca dan sebagainya.

Jenis-Jenis Puisi dan Contohnya


Baca Juga:

 Puisi Baru: Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis dan Contohnya Lengkap


 Puisi Lama: Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis dan Contohnya Lengkap
 Puisi Kontemporer: Pengertian, Ciri, Jenis dan Contohnya Lengkap

Berdasarkan bentuknya, puisi dibedakan atas puisi konvensional (lama) dan


inkonvensional (modern/baru). Pengertian, jenis dan contoh puisi lama dan puisi
baru adalah sebagai berikut.

1. Puisi Lama
Puisi lama adalah jenis puisi yang masih terikat oleh persajakan, pengaturan larik
dalam setiap bait, dan jumlah kata dalam setiap larik, serta musikalitas puisi
sangat diperhatikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa puisi lama adalah puisi yang
terikat berbagai aturan baik dari segi substansi maupun dari segi sistematika
penulisan.

Aturan-aturan penulisan puisi lama:


● Jumlah kata dalam 1 baris

● Jumlah baris dalam 1 bait

● Persajakan (rima)
● Banyak suku kata di tiap baris

● Irama

Ciri-ciri puisi lama:


● Tidak diketahui nama pengarangnya

● Penyampaiannya dari mulut ke mulut, sehingga merupakan sastra lisan

● Sangat terikat akan aturan-aturan misalnya mengenai jumlah baris tiap bait,
jumlah suku kata maupun rima.

Macam-macam puisi lama:


Berikut ini akan dijelaskan satu per satu pengertian dan contoh dari jenis-jenis
puisi lama.

■ Mantra
Mantra adalah rangkaian kata yang mengandung rima dan irama yang dianggap
mengandung kekuatan gaib. Mantra biasanya diucapkan oleh seorang dukun atau
pawang untuk melawan atau menandingi kekuatan gaib lainnya. Namun, hakikat
mantra itu sendiri adalah doa yang diucapkan oleh seorang pawang dalam
keadaan trance ‘kerasukan’.

Di dalam mantra yang penting bukan makna kata demi kata, melainkan kekuatan
bunyi yang bersifat sugestif. Karakteristik mantra sangat unik, ciri-ciri mantra
adalah sebagai berikut.

● Di dalam mantra terdapat rayuan dan perintah.


● Mantra mementingkan keindahan bunyi atau permainan bunyi.

● Mantra menggunakan kesatuan pengucapan.

● Mantra merupakan sesuatu yang utuh, yang tidak dapat dipahami melalui
bagian-bagiannya.

● Mantra sesuatu yang tidak dipahami oleh manusia karena merupakan sesuatu
yang serius.

● Dalam mantra terdapat kecenderungan esoteris (khusus) dari kata-katanya.

Sebagai contoh marilah kita perhatikan mantra berikut ini, yang biasa diucapkan
pawang ketika mengusir anjing galak.

Pulanglah engkau kepada rimba sekampung,

Pulanglah engkau kepada rimba yang besar,

Pulanglah engkau kepada gunung guntung,

Pulanglah engkau kepada sungai yang tiada berhulu,

Pulanglah engkau kepada kolam yang tiada berorang,

Pulanglah engkau kepada mata air yang tiada kering,

Jikalau kau tiada mau kembali, matilah engkau.

■ Pantun
Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama di Indonesia yang dipengaruhi
oleh kebudayaan Melayu. Sebuah puisi dikatakan sebuah pantun, apabila
memiliki karakteristik sebagai berikut.
● Tiap bait biasanya terdiri dari empat baris (a-b-a-b).

● Tiap baris biasanya terdiri dari empat kata.

● Baris pertama dan kedua berisi sampiran, baris ketiga dan keempat berisi isi.

Contoh pantun:

Air dalam bertambah dalam

Hujan di hulu belum lagi teduh

Hati dendam bertambah dendam

Dendam dahulu belum lagi sembuh

■ Syair
Syair merupakan puisi lama yang berirama. Syair disampaikan dalam bentuk
rangkap dan menjadi kegemaran masyarakat Melayu lama. Syair tidak memiliki
pengarang khusus. Syair dianggap milik bersama oleh masyarakat Melayu lama.
Secara umum syair memiliki karakteristik sebagai berikut.

● Syair terdiri dari 4 baris lengkap.

● Syair tidak memiliki maksud.

● Setiap baris dalam syair mempunyai makna yang berkaitan dengan baris-baris
terdahulu. Sebuah syair biasanya menceritakan suatu kisah.

● Bilangan perkataan dalam setiap baris adalah sama yaitu 4 kata dan 8-12 kata
dalam satu baris.

● Tema-tema yang digunakan adalah romantik, sejarah, perumpamaan dan


keagamaan.
Contoh syair:

Dengarlah adik, abang berpesan

Jangan adik menurut perasaan

Pilih pasangan hendak fikirkan

Baik buruk harap bedakan

■ Seloka
Seloka disebut juga pantun berantai atau berkait yaitu pantun yang bersambung
antara bait satu dan bait berikutnya. Dengan catatan, larik kedua dan keempat
setiap bait pantun akan muncul kembali pada larik pertama dan ketiga pada bait
berikutnya.Perhatikan contoh seloka berikut ini.

Tanam melati di rumah-rumah

Ubur-ubur sampingan dua

Kalau mati kita bersama

Satu kubur kita berdua

Ubur-ubur sampingan dua

Tanam melati bersusun bangkai

Satu kubur kita berdua

Kalau boleh bersusun bangkai


■ Talibun
Talibun merupakan bentuk puisi lama, hampir sama dengan pantun karena
terdapat sampiran dan isi, dalam kesusastraan Indonesia yang memiliki jumlah
baris lebih dari 4 (mulai 6-20 baris) dan memiliki persamaan bunyi pada akhir
baris. Secara umum talibun memiliki karakteristik sebagai berikut. „

● Merupakan sejenis puisi bebas.

● Terdapat beberapa baris dalam rangkap untuk menjelaskan pemerian.

● Substansinya berdasarkan suatu perkara yang diceritakan secara rinci.

● Tiada pembayang, setiap rangkap dapat menjelaskan suatu keseluruhan cerita.

● Menggunakan puisi lain dalam pembentukannya.

● Gaya bahasa yang luas dan lugas.

● Berfungsi untuk menjelaskan suatu perkara.

Bahan penting dalam pengkaryaan cerita pelipur lara. Ada banyak tema yang
digunakan dalam menciptakan talibun. Berikut ini adalah tema-tema yang sering
digunakan dalam talibun.

● Menceritakan kebesaran suatu tempat.

● Menceritakan keajaiban suatu benda.

● Menceritakan kehebatan/kecantikan seseorang.

● Menceritakan perbuatan dan sikap manusia.


Contoh talibun:

Tengah malam sudah terlampau

Dinihari belum lagi tampak

Budak-budak dua kali juga

Orang muda pulang bertandang

Orang tua berkasih tidur

Embun jantan rintik-rintik

Berbunyi kuang jauh ke tengah

Sering lantang riang di rimba

Melenguh lembu di padang

Sambut menguat kerbau di kandang

Berkokok mendung merah mengigal

Fajar sidik menyingsing naik

Kicau-kicau bunyi murai

Taktibau melambung tinggi

Berkuku balam di hujung bendul

Terdengar puyuh panjang bunyi

Puntung sejengkal tunggal sejari

Itulah alamat hari nak siang

■ Karmina
Karmina disebut juga puisi kilat yang memiliki syarat serupa dengan pantun biasa.
Perbedaan terjadi karena karmina sangat singkat, yaitu baitnya hanya terdiri atas
dua larik, sehingga sampiran dan isi terletak pada larik pertama dan kedua.
Perhatikan contoh karmina berikut.

Ada ubi ada talas,

Ada budi ada balas.

Anak ayam pulang ke kandang,

Jangan lupa akan sembahyang.

Satu dua tiga dan empat,

Siapa cepat tentu dapat.

■ Gurindam
Gurindam, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai ragam sastra
Indonesia (lama) yang berisi dua baris yang mengandung petuah atau nasihat.
Umumnya baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian.
Sedangkan baris kedua berisikan jawaban atau akibat dari masalah pada baris
pertama. Contohnya adalah sebagai berikut.

Baik-baik memilih kawan

Salah-salah bisa menjadi lawan


■ Bidal
Bidal merupakan jenis peribahasa yang memiliki arti lugas, memiliki rima dan
irama, sehingga sering digolongkan ke dalam bentuk puisi. Dalam kesusastraan
Melayu, bidal yang mengandung kiasan, sindirin atau pengertian tertentu. Bidal
termasuk salah satu jenis sastra yang tertua. Secara teoritis, makna bidal
seringkali disamakan dengan pepatah atau ungkapan. Dalam kehidupan sehari-
hari, bidal mempunyai fungsi sebagai berikut.

● Sebagai media komunikasi.

● Sebagai media pengajaran dan pendidikan.

● Sebagai media untuk mengkritik.

● Sebagai media untuk mengontrol dalam masyarakat.

● Sebagai media untuk menunjukkan kebijaksanaan.

● Sebagai media untuk melihat dan mengukur status seseorang.

Contoh bidal:

Bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau.

Ada ubi ada talas, ada budi ada balas.

Tulus tangan dilakukan, lulus kata dilangkahkan.

2. Puisi Baru
Puisi baru adalah puisi yang tidak terikat sama sekali dengan aturan-aturan yang
ada pada puisi lama. Puisi ini mulai terlihat dengan adanya pujangga-pujangga
baru dan mulai terkenal pada tahun 1945. Saat itu itu Chairil Anwar adalah
pelopor dari lahirnya puisi baru ini.

Lahirnya puisi baru terjadi karena diakibatkan oleh semangat para pujangga
dalam mencari kebebasan dalam berbicara. Dan kebebasan tersebut tak terikat
pada pola –pola estetika yang kaku atau aturan yang membelenggu diri seseorang
penyair dalam bicara.

Ciri-ciri puisi baru:


● Memiliki bentuk yang rapi, simetris

● Persajakan akhir yang teratur

● Menggunakan pola sajak pantun dan syair walaupun dengan pola yang lain

● Umumnya puisi empat seuntai

● Di setiap baris atasnya sebuah gatra (kesatuan sintaksis)

● Di tiap gatranya terdiri dari dua kata (pada umumnya) : 4-5 suku kata

Jenis-jenis puisi baru berdasarkan isinya


No. Jenis Keterangan
Puisi

1. Balada Balada adalah puisi yang berisi kisah atau cerita. Puisi jenis ini
terdiri atas 3 bait, yang setiap 8 larik dengan skema rima a-b-a-
b-b-c-c-b. Lalu skema berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik
terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren pada
bait-bait berikutnya. Contohnya pada puisi karya Sapardi
Damono berjudul "Balada Matinya Seorang Pemberontak".

2. Himne Himne adalah puisi pujaan kepada Tuhan, tanah air, atau
pahlawan. Ciri-ciri himne adalah lagu pujian yang menghormati
seorang dewa, tuhan, pahlawan, tanah air, almamater
(pemandu di Dunia Sastra). Semakin berkembangnya zaman,
arti himne berubah yang mana pengertian himne sekarang
adalah sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap
yang dihormati seperti guru, pahlawan, dewa, tuhan yang
bernapaskan ketuhanan.

3. Romansa Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
Arti romansa berarti keindahan perasaan; persoalan kasih
sayang, rindu dendam, serta kasih mesra (perancis
"Romantique).

4. Orde Ode adalah puisi yang berisi sanjungan untuk orang yang telah
berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat),
bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat
menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa
umum.

5. Epigram Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan atau ajaran hidup.
Epigram berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa
ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada
teladan.

6. Elegi Elegi adalah puisi yang berisi rata tangis atau kesedihan yang
berisi sajak atau lagu dengan mengungkapkan rasa duka atau
keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena
kematian/kepergian seseorang.

7. Satire Satire adalah puisi yang berisi sindira/kritik. Istilah berisi bahasa
latin Sature yang berarti sindiran; kejaman tajam terhadap
sesuatu fenomena; tidak puasa hati satu golongan (ke atas
pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dsb).

Jenis-jenis puisi baru berdasarkan bentuknya


No. Jenis Keterangan
Puisi

1. Distikon Distikon adalah puisi yang mana di tiap baitnya terdiri dari dua
baris (puisi dua seuntai).

2. Terzina Terzina adalah puisi yang mana di tiap baitnya terdiri dari tiga
baris (puisi tiga seuntai).

3. Kuatrain Kuatrain adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari empat
baris (puisi empat seuntai).

4. Kuint Kuint adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari lima baris
(puisi lima seuntai).

5. Sektet Sektet adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari enam baris
(puisi enam seuntai).

6. Septime Septime adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari tujuh baris
(tujuh seuntai).

7. Oktaf Oktaf adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari delapan baris
(double kutrain atau puisi delapan seuntai).

8. Soneta Soneta adalah puisi yang terdiri dari empat belas baris yang
terbagi dalam dua, dimana dua bait pertama masing-masing
empat baris dan pada dua bait kedua masing-masing tiga baris.
Kata soneta berasal dari bahasa Italia yaitu Sonneto. Kata sono
berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara.

Anda mungkin juga menyukai