BUKU PENUNTUN
PRAKTIKUM FISIOLOGI
BLOK CARDIOVASCULAR SYSTEM
Nama
NIM
Kelas / Grup
Tahun Ajaran
Praktikum Halaman
1 ECG and Peripheral Circulation 2
2 Tekanan Darah 12
3 Test untuk Menilai Kebugaran Jantung Paru 18
2
Praktikum 1
ECG & Peripheral Circulation
Latar Belakang
Jantung adalah pompa ganda yang membuat darah dapat bersirkulasi ke seluruh tubuh dan
secara khusus, melalui kedua paru. Darah yang memasuki kedua ruang atrium berada dalam
tekanan rendah sedangkan ketika meninggalkan kedua ruang ventrikel memiliki tekanan yang
tinggi. Tingginya tekanan arterial memungkinkan aliran darah melalui sistem sirkulasi.
Gambar 1 menunjukkan skema susunan jantung dan sistem sirkulasi manusia. Darah yang
kembali dari seluruh tubuh memasuki sisi kanan jantung dan kemudian dipompa menuju kedua
paru. Oksigen diambil dan karbon dioksida dibuang. Darah teroksigenasi kembali pada sisi kiri
jantung, yang kemudian dipompa kembali ke seluruh tubuh.
Siklus jantug (cardiac cycle) terdiri dari kontraksi berturutan antara atrium dan ventrikel.
Keseluruhan aktivitas listrik pada sel-sel miokardial menghasilkan arus listrik yag disebarkan
ke seluruh cairan tubuh. Arus ini cukup besar sehingga dapat dideteksi dengan menempatkan
elektroda di permukaan kulit (Gambar 3).
Pola perubahan arus pada sebuah cardiac cycle yang regular adalah seperti pada Gambar 4.
Potensial aksi yang direkam dari serat-serat atrium dan ventrikel berbeda dari saraf dan otot
skelet. Potensial aksi jantung terdiri dari 3 fase: 1) rapid depolarization, 2) plateau
depolarization (yang terlihat paling jelas pada serat ventrikel) dan 3) repolarization-kembali ke
resting membrane potential (Gambar 5).
Komponen ECG berkorelasi dengan aktivitas listrik di otot atrium dan ventrikel:
o Gelombang P disebabkan oleh atrial depolarization
o Gelombang QRS complex disebabkan oleh ventricular depolarization; atrial repolarization
bersamaan terjadinya, namun kontribusinya tidak signifikan.
o Gelombang T disebabkan oleh ventricular repolarization.
4
Sirkulasi Perifer
Sistem arterial berfungsi sebagai penyangga/penampung tekanan (pressure reservoir). Darah
meninggalkan arteri secara kontinu ke kapiler, namun hanya kembali (ke arteri, dari jantung)
secara intermiten. Ketika ventrikel berkontraksi selama systole; katup semilunar terbuka dan
darah mengalir ke sistem arterial. Pada saat ini, arteri teregang dan tekanan darah meningkat.
'Systolic pressure', tekanan sistolik didefinisikan sebagai tekanan tertinggi selama siklus
jantung. Periode selama relaksasi ventrikel disebut 'diastole'. Selama diastole, sementara
ventrikel terisi darah yang kembali dari vena dalam rangka persiapan systole selanjutnya, darah
tetap mengalir dari sistem arterial ke kapiler. Aliran ini disebabkan adanya sifat elastic recoil
di arteri besar. Sebagai akibatnya, tekanan arteri menurun. Nilai terendah tekanan darah arteri,
segera sebelum kontraksi ventrikel mendorong darah ke arteri lagi, disebut 'diastolic pressure'.
Puncak gelombang tekanan systolic akan tampak di arteri perifer setelah gelombang QRS pada
ECG. Ini disebabkan oleh dibutuhkannya waktu untuk sampainya gelombang tekanan systolic
ke ekstremitas dan terukur oleh sensor yang ditempatkan. Dicrotic notch (sebuah dataran-
plateau- atau cekungan garis gelombang) dapat terlihat akibat penutupan katup aortic.
Meskipun variasi tekanan darah arteri selama siklus jantung diredam oleh sifat elastisitas arteri
besar, darah tetap menghasilkan denyut aliran saat melalui arteries dan arterioles.
Introduction [Page 1]
Jantung adalah pompa ganda yang mendorong darah ke seluruh tubuh dan melalui kedua paru.
Denyut jantung menyebabkan aliran darah yang berpola ritmik. Pada praktikum ini, akan
dilakukan pengukuran denyutan di jari (finger pulse) dan mengkorelasikannya dengan ECG.
Juga akan dilakukan palpasi berbagai arteri, dan mengamati sirkulasi perifer serta efek dingin
terhadapnya.
Learning Objectives
Dengan melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu untuk:
o Merekam ECG dan mengukur pulse (dalam keaddan istirahat)
o Menganalisa rekaman dan mengamati adanya variasi.
o Mempalpasi denyutan di arteri radialis, ulnaris dan brachialis
o Menunjukkan bahwa suplai arteri ke jari-jemari berasal dari kedua arteri radialis dan ulnaris
dengan adanya anastomoses
o Mengukur pengaruh dingin terhadap amplitude denyutan di jari.
Prosedur [Page 2]
1. Hidupkan Komputer dan PowerLab.
2. Pasangkan Finger Pulse Transducer di jari tengah.
3. Sambungkan Finger Pulse Transducer ke Input 1 (Gambar 7)
4. Lepaskan jam/perhiasan dari lengan dan kaki.
5. Hubungkan kabel electroda lead ke Earth, dan CH1 NEG, dan POS di Bio Amp (Gambar 8)
6. Sambungkan kabel Bio Amp ke Bio Amp input (Gambar 7)
Gambar 7
6
A B
Gambar 8
Percobaan 1: ECG and Pulse [Page 4]
Tujuan: merekam ECG dan pulse saat istirahat, dan menganalisa berbagai aspek yang
menghubungkan keduanya.
Prosedur:
1. Praktikan harus dalam keadaan santai dan duduk setenang mungkin untuk meminimalkan
artefacts pada hasil rekaman.
2. Ketikkan nama Praktikan di Comment panel.
3. Klik Start, dan add comment.
4. Setelah 10 - 20 detik, klik Stop.
Apabila ECG tidak terekam, periksa kembali apakah semua elektroda sudah terpasang
dengan benar.
Apabila sinyal tidak teratur (noisy) dan tidak jelas, pastikan Praktikan dalam keadaan
tenagn tidak bergerak; atau pertimbangkan posisi alternative untuk pemasangan elektroda
sebagaimana ditunjukkan di alternative method.
5. Lepaskan lead ECG dari Praktikan.
6. Ulangi langkah 1-4 pada Praktikan lain.
Klik Autoscale apabila diperlukan sehingga dapat terlihat semua perekaman.
7
Tujuan: mengukur pulse pada beberapa Praktikan untuk menentukan variasi antar individu.
Prosedur:
1. Pasanglah Finger Pulse Transducer pada seorang Praktikan.
2. Ketik nama Praktikan pada Comment panel.
3. Klik Start.
4. Klik Add dan lakukan perekaman selama 10 detik.
5. Klik Stop.
6. Ulangi langkah 1-5 untuk Praktikan lainnya.
Gunakan Marker dan Waveform Cursor untuk menentukan amplitude dan interval pulse. Heart
rate (HR) dari setiap Praktikan akan dikalkulasi secara otomatis dan ditampilkan di table.
Prosedur:
1. Palpasi denyut radialis, pada tempat yang ditunjukkan pada gambar. Gunakan 3 jari
(telunjuk, jari tengah, dan jari manis; index, middle and ring fingers) secara segaris di arteri
radialis.
Jangan menggunakan ibu jari untuk mempalpasi; karena memiliki denyut yang nyata,
sehingga justru akan teraba denyutan pemeriksa daripada denyutan orang yang diperiksa.
Jangan menekan terlalu kuat; lakukan tekanan ringan hingga sedang saja.
Ketika akan menentukan letak arteri, sebaiknya rabalah dengan lembut searah proksimal-
distal di area tersebut, daripada langsung memberi tekanan.
2. Cobalah mempalpasi denyut ulnaris. Pada umumnya, denyut tidak dapat dirasakan.
3. Palpasi denyut brachial di siku.
Tujuan: untuk mendemonstrasikan bahwa suplai darah arterial ke jari-jemari berasal dari arteri
radialis dan ulnaris, dengan adanya anastomosis (koneksi antar pembuluh darah) di tangan.
Prosedur:
1. Gunakan Finger Pulse Transducer di segmen distal jari tengah.
2. Klik Start.
3. Lalu, secara bergantian lakukan hal berikut pada arteri radialis dan ulnaris:
Tekanlah arteri selama 5-10 detik dengan menggunakan ibu jari. Lalu lepaskan.
Add sebuah comment dengan nama arteri tersebut ketika mulai dilakukan penekanan, dan
add comment "release" ketika tekanan dilepaskan.
4. Klik Stop dan amati data yang ditampilkan. Gelombang semestinya terlihat seperti ini:
9
Prosedur:
1. Klik Start.
2. Lakukan perekaman selama 10-20 detik, pada keadaan suhu ruang.
3. Klik Stop.
4. Add sebuah comment 'before cold' mendekati akhir perekaman awal ini.
5. Lepaskan Finger Pulse Transducer dari jari.
6. Rendamlah tangan si Praktikan di dalam baskom berisi air es selama 30 detik, atau hingga
Praktikan merasa mulai merasa tidak nyaman di tangannya.
Semakin lama waktu perendaman, semakin besar perbedaan yang akan dapat diamati.
7. Keringkan tangan tersebut dan pasang kembali Finger Pulse Transducer.
8. Klik Start.
9. Add sebuah comment 'return to warmth' segera sesudah perekaman kembali dilakukan.
10. Tetaplah merekam selama beberapa menit selama periode recovery ini ketika tangan kembali
hangat.
11. Klik Stop.
Klik Autoscale apabila diperlukan agar seluruh perekaman dapat dilihat.
Analysis
1. Gunakan Marker dan waveform cursor, tentukan amplitude (di channel 2) setiap 30 detik
sepanjang perekaman, mulai dari saat sesudah mengalami pendinginan.
2. Transfer setiap nilai yang tertera di Value panel ke dalam table yang tersedia.
10
LEMBAR KERJA
LEMBAR TUGAS
3. Mengapakah resting potensial pada sel pacemaker tidak pernah menunjukkan baseline yang
datar seperti pada sel otot skelet dan sel saraf?
4. Jelaskan secara sistematis dan singkat sirkulasi sistemik dan pulmonary yang melibatkan
jantung, paru, dan jaringan!
5. Selain di lengan, di bagian tubuh mana lagikah dapat dilakukan palpasi denyutan arteri?
6. Anatomical sites, dimana denyut dapat dipalpasi juga merupakan tempat dilakukannya
'pressure points' untuk mengurangi perdarahan (haemorrhage) sebagai ‘first-aid treatment’.
Mengapa demikian?
Praktikum 2
Tekanan Darah
Tekanan darah arteri dapat ditentukan dengan mengukur tekanan yang harus diberikan
dari luar pada arteria brachialis, sehingga lumen arteri itu tertutup dan pengaliran darah
berhenti.
Sphygmomanometer terdiri dari sebuah manometer air raksa yang dihubungkan dengan
manchet karet yang dapat dipompa (lebarnya 12-13 cm). Manchet itu diikatkan pada lengan
atas. Sebuah pipa yang lain dihubungkan dari manchet itu ke satu pompa karet untuk
mengembangkan manchet tadi. Pompa karet itu juga dilengkapi dengan skrup
(membuka/menutup katup) untuk mengeluarkan udara yang ada di dalam manchet secara
perlahan (lihat gambar dibawah).
Cara bekerja:
Ikatkan manchet sphygmomanometer itu pada lengan atas, kira-kira 2½ cm dari lipatan
siku. Ketika manchet dipompa, jaringan disekitar manchet akan tertekan, demikian pula arteri
brachialis yang terdapat di dalamnya. Tekanan yang diberikan dapat dibaca pada manometer.
Penutupan lumen arteri dapat ditentukan dengan 2 cara, yaitu:
a. cara paplasi
b. cara auskultasi
13
Cara Paplasi
Paplasilah nadi arteri radialis. Naikkan tekanan dalam manchet pelan-pelan, setiap kali
pompa naikkan 10 mm Hg. Catatlah pada tekanan berapa nadi itu hilang. Kemudian tekanan
di dalam manchet dikurangi (membuka katup), maka timbullah denyutan nadi radialis kembali
dan catatlah pada tekanan berapa timbulnya nadi kembali. Kedua angka ini tidak pernah sama
tetapi tidak jauh berbeda dengan tekanan Systolis yang sebenarnya.
Cara Auskultasi
Palpasilah area di bawah fossa cubiti. Ujung stethoscope diletakkan pada tempat
dimana arteri dapat dipalpasi paling nyata .
Berikanlah tekanan pada manchet lebih tinggi dari tekanan systole, yaitu 180-200 mm Hg,
kemudian turunkanlah tekanan itu secara perlahan kira-kira 3 mm per detik. Pada satu saat akan
terdengarkah bunyi yang nyaring pada stethoscope, dan tekanan dimana terdengar bunyi yang
pertama itu adalah tekanan systolis.
Jika tekanan diturunkan terus maka bunyi suara itu akan kurang nyaring dan akan bertambah
kuat. Pada tekanan tertentu kuatnya suara itu akan berkurang dan menjadi lemah (lembut) dan
akhirnya hilang. Tekanan pada mana suara menjadi lemah biasanya dinyatakan sebagai tekanan
diastolis. Pada pemeriksaan intra arteri maka tekanan pada mana hilangnya suara tadi adalah
mendekati tekanan diastolis yang sebenarnya. Catatlah angka-angka tadi sebagai berikut:
Suara pertama terdengar (tekana systolis), perubahan suara (tekanan diastolis I),
hilangnya suara (tekanan diastolis II); misalnya: 120/80/70.
Tekanan darah yang lazim dicatat adalah systolis 120, diastolis 80 (120/80). Beda kedua
tekanan itu disebut tekanan nadi (dalam hal ini 40), yaitu variasi tekanan yang terjadi pada
arterial systole selama siklus jantung.
Perubahan tekanan darah dan tekanan nadi pada waktu kerja dan perubahan sikap.
Percobaan 1: Istirahat.
Catatlah tekanan darah dan denyut nadi pada seorang praktikan yang telah duduk
beristirahat dengan tenang selama 5 menit, hingga diperoleh harga yang tetap. Nadi dihitung
setiap 30 detik.
14
Tujuan praktikum
Lembar Observasi.
Nama/NIM : ..........................................
Group/Meja : ..........................................
Tanggal : ..........................................
Pengukuran :
4. 5. 6.
Ya / tidak
Kesimpulan: tekanan systolis meningkat
4. 5. 6.
1. . . . . / . . . . . /. . . . . . .
2. . . . . ./ . . . . ./ . . . .
3. . . . ./. . . . . . / . . . . . . .
4. . . . . / . . . . . . / . . . .
5. . . . ./ . . . . . / . . . . . .
1. . . . . . . . . . . ./ menit
3. . . . . . . . . . . / menit
4. . . . . . . . . . . / menit
5. . . . . . . . . . . / menit
Kesimpulan: denyut nadi meningkat akibat
kerja Ya / tidak
Praktikum 3
Test Untuk Menilai Kebugaran Jantung Paru
Fungsi sistem jantung paru dapat diketahui dengan pengukuran VO 2max, ataupun
dengan pemantauan frekuensi nadi dan tekanan darah pada kecepatan kerja submaksimal.
Latihan kerja bertahap (Graded exercise test, GXT) merupakan bentuk latihan yang
digunakan untuk menilai fungsi jantung paru (Cardiorespiratory Function, CRF).
Protokol GXT dapat submaksimal ataupun maksimal tergantung pilihan penghentian
test. Penentuan protokol GXT haruslah berdasarkan populasi yang diuji (atlit, kondisi jantung
pasien, anak-anak), tujuan tes (penilaian kebugaran jantung paru, nilai VO 2max, penyakit
jantung koroner), dan biaya (perlengkapan dan personil). Perbedaan jenis latihan ini penting
diperhatikan, sebab latihan yang merupakan tahap akhir bagi pasien dengan masalah jantung
bisa jadi merupakan tahap pemanasan bagi subjek atlit muda.
Uji kebugaran jantung paru biasanya dilakukan dengan treadmill, sepeda statis atau
naik turun bangku. Latihan ini bersifat berjenjang, dimana perubahan kecepatan kerja terjadi
setiap 2 atau 3 menit sampai subjek mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya (yaitu target
frekuensi nadi), atau ketika tanda atau gejala patologis muncul. Variabel yang diukur selama
latihan dapat berupa hanya frekuensi nadi dan tekanan darah atau bahkan VO2max tergantung
tujuan latihan, fasilitas, perlengkapan dan personil yang terlibat.
Ada beberapa langkah yang harus dipersiapkan sebelum memulai latihan fisik untuk
menilai fungsi jantung paru, berupa:
1. menandatangani formulir persetujuan
2. skrining
3. nilai frekuensi nadi dan tekanan darah istirahat bahkan nilai kadar kolesterol maupun
EKG istirahat
Terdapat beberapa indikasi umum untuk menghentikan latihan pada individu dewasa resiko
rendah (latihan bersifat nondiagnostik dan dikerjakan tanpa melibatkan dokter atau
pemantauan EKG), sebagai berikut:
munculnya angina atau gejala mirip angina
tekanan darah sistolik berkurang >10mmHg atau tekanan darah sistolik tidak meningkat
sesuai dengan peningkatan intesitas latihan
tekanan darah meningkat berlebihan: sistolik >250 mmHg atau diastolic >115 mmHg
sesak nafas, wheezing, tungkai kram atau claudication
tanda-tanda perfusi jelek seperti kepala hoyong, pusing, ataksia, pucat, sianosis, mual,
kulit dingin dan lembab
denyut jantung gagal meningkat sesuai dengan peningkatan intensitas latihan
perubahan irama jantung
subjek minta berhenti
gambaran fisk dan verbal berupa kelelahan berat
kegagalan alat latihan
19
Adapun elektroda yang dipasang cukup 10 tapi menggambarkan 12 lead EKG. Ke-10
elektroda tersebut dipasang sebagai berikut:
V1 ; sela iga 4 garis sternalis kanan
V2 ; sela iga 4 garis stenalis kiri
V3 ; antara V2 dan V4
V4 ; sela iga 5 garis midklavikularis kiri
V5 ; sela iga 5 garis aksilaris anterior kiri
V6 ; sela iga 5 garis midaksilaris kiri
RA ; di bawah klavikula kanan
LA ; di bawah klavikula kiri
RL ; di hipokondrium kanan
LL ; di hipokondrium kiri
Note: pemasangan elektroda dapat diobservasi pada layar monitor; menampilkan
gambaran berwarna hijau (yang berarti sinyal bagus diterima mesin), kuning (berarti
sinyal kurang kuat tapi masih dapat dibaca mesin), atau merah (berarti elektroda
terlepas).
4. Periksalah tekanan darah subjek pada saat berbaring, BP cuff (blood pressure cuff) tetap
terpasang untuk pengukuran tekanan darah selama tes berlangsung.
5. Pada komputer, mulailah operasi program dengan memilih New Test
6. Memasukkan data pasien dengan memilih New Patient
a. Ketik Patient’s last name kemudian tekan tab dan ketik first name
b. Patient ID harus diisi, tidak boleh sama dengan subjek lainnya
c. Date of birth, Gender, Race, height dan weight juga harus diisi
d. Setelah semua data pasien diisi tekan Accept
7. Pada layar monitor akan tampil Test information window yang berisikan:
a. Protocol yang diinginkan, pilih.
b. Max predicted HR
c. Target HR
d. Tekanan Darah
e. Obat-obatan yang digunakan
Perlu diinformasikan kepada subjek agar memberitahu petugas jika tidak mampu
melanjutkan test atau dapat menekan tombol merah (STOP TREADMILL) untuk
memberhentikan putaran dari belt treadmill.
Setelah diisi semua kemudian klik OK.
20
8. Terdapat 3 tahapan pada stress test yaitu Pretest, Exercise dan Recovery (Post test)
a. Pretest terdiri atas:
i. Supine; subjek masih dalam posisi berbaring dan kemudian direkam ECG 12
channel sebagai acuan untuk melakukan stress test. Agar diperhatikan
gambaran gelombang EKG yang muncul.
Klik pretest untuk ke step selanjutnya.
ii. Standing; Pasien dalam kondisi berdiri.
Klik pretest untuk ke step selanjutnya.
iii. Hyperventilation; Pasien diminta untuk berdiri di atas treadmill dengan posisi
kaki di tepi ban kemudian ambil nafas dan buang kurang lebih 10 kali
kemudian rekam ECG 12 channel
iv. Tekan Start Treadmill. Instruksikan subjek untuk mulai berjalan di belt track.
Kemudian apabila subjek sudah siap untuk melakukan exercise tekan tombol
PHASE untuk masuk ke menu EXERCISE.
Diinformasikan kepada pasien agar ketika berjalan di atas belt tract tetap
dengan posisi tegak dan kepala menghadap ke depan.
b. Exercise
Pada phase EXERCISE, treadmill akan naik secara bertahap dan akan
bertambah kecepatannya setiap 3 menit. Sebelumnya akan diminta BP setiap 2
menit untuk diisikan pada kolom yang akan muncul.
Hasil ECG dapat di print out.
Tekan Recovery apabila target heart rate sudah tercapai atau subjek tidak
mampu lagi melanjutkan stress test.
c. Recovery
Treadmill akan turun secara bertahap sampai dengan posisi semula. Tunggu
beberapa menit sesuai dengan prosedur recovery yang sudah diatur.
Isi BP, ECG 12 channel akan terekam sesuai dengan waktu yang sudah diatur.
Tekan Test End untuk memproses hasil akhir dari stress test. Pilih alasan kenapa
tes diakhiri.
21
Referensi:
1. Powers SC, Howley ET. Exercise Physiology. Theory and Application to Fitness and Performance. Sixth
Edition. New York. McGraw-Hill International Edition. 2007. p.299-316.
2. Wilmore JH and Costill DL. (2005) Physiology of Sport and Exercise: 3rd Edition. Champaign, IL: Human Kinetics.
3. Vivian H. Heyward, Advance Fitness Assessment & Exercise Prescription, 3rd Edition, The Cooper Institute for Aerobics Research, Dallas TX, 1998
22
4. Praktikan menaiki bangku harus tetap dalam sikap tegak dan tidak diperkenankan
membungkuk.
5. Praktikan harus mengikuti irama detikan metronom dengan tepat bilamana tampak ada
tanda-tanda akan keluar dari irama, maka peringatan diberikan supaya kembali
mengikuti irama dengan baik.
6. Apabila ternyata sikap/irama tetap salah selama 10-15 detik, walaupun telah berkali-
kali deberikan peringatan dan anjuran, maka test harus dihentikan dan lama masa kerja
dicatat.
7. Guna mencegah terjadinya kelelahan pada satu tungkai, kepada praktikan diberikan izin
untuk sekali-sekali mengubah langkahnya, dalam arti kata kalau mula-mula naik
dengan kaki kanan, boleh mengubah dengan mulai naik dengan kaki kiri, akan tetapi
pengubahan langkah semacam ini tidak boleh terlalu sering dilakukan.
8. Selanjutnya setiap waktu kepada praktikan dianjurkan agar meneruskan kerja selama
mungkin, sedapat-dapatnya sampai 5 menit.
9. Pada saat tes dihentikan, kedua stopwatch ditekan. Penghentian stopwatch I akan
menunjukkan waktu lama masa kerja naik turun bangku, sedangkan penekanan
stopwatch II merupakan tanda permulaan masa pemulihan dan sekaligus menentukan
saat menghitung nadi.
10. Nadi dihitung pada arteri radialis di pergelangan tangan dari 1 – 1½ menit, 2 – 2½
menit, dan 3 – 3 ½ menit (sejak tes berhenti).
11. Indeks kesanggupan badan dihitung dengan cara lambat atau cara cepat.
12. Tiap-tiap test didahului oleh suatu test percobaan guna memberikan kesempatan kepada
praktikan untuk membiasakan diri naik turun bangku dan mengikuti irama metronom.
Test percobaan ini hanya dilakukan sebentar saja. Setelah tidak merasa lelah sama
sekali barulah test yang sesungguhnya dimulai.
13. Suhu kamar harus berada diantara 23° - 35°C.
24
55 – 64 : Kesanggupan sedang
65 – 79 : kesanggupan cukup
80 – 89 : kesanggupan baik
B. Perhitungan dengan cara cepat, maka indeks kesanggupan badan dapat ditentukan dengan
rumus:
I K B = Lama naik turun nadi (dalam detik) x 100
5 x frekuensi nadi 30 dtk (pertama)
55 – 80 : Kesanggupan sedang
Lembar Observasi.
Group/Meja : ............................................
Tanggal : ............................................