Anda di halaman 1dari 25

1

BUKU PENUNTUN
PRAKTIKUM FISIOLOGI
BLOK CARDIOVASCULAR SYSTEM

Nama

NIM

Kelas / Grup

Tahun Ajaran

Praktikum Halaman
1 ECG and Peripheral Circulation 2
2 Tekanan Darah 12
3 Test untuk Menilai Kebugaran Jantung Paru 18
2

Praktikum 1
ECG & Peripheral Circulation

Latar Belakang
Jantung adalah pompa ganda yang membuat darah dapat bersirkulasi ke seluruh tubuh dan
secara khusus, melalui kedua paru. Darah yang memasuki kedua ruang atrium berada dalam
tekanan rendah sedangkan ketika meninggalkan kedua ruang ventrikel memiliki tekanan yang
tinggi. Tingginya tekanan arterial memungkinkan aliran darah melalui sistem sirkulasi.
Gambar 1 menunjukkan skema susunan jantung dan sistem sirkulasi manusia. Darah yang
kembali dari seluruh tubuh memasuki sisi kanan jantung dan kemudian dipompa menuju kedua
paru. Oksigen diambil dan karbon dioksida dibuang. Darah teroksigenasi kembali pada sisi kiri
jantung, yang kemudian dipompa kembali ke seluruh tubuh.

Gambar 1. A schematic diagram of the


human heart and circulatory system.

Aktivitas Listrik Jantung


Kontraksi jantung tidak bergantung kepada stimulasi persarafan. Namun, inervasi saraf
parasympathetic (vagus) dan sympathetic dapat memodifikasi irama dasar jantung. Dengan
demikian, SSP dapat mempengaruhi irama jantung. Contohnya, suatu keadaan yang disebut
sinus arrhythmia; yaitu adanya efek dari aktivitas pernapasan terhadap frekuensi denyut
jantung (heart rate).
Suatu kumpulan sel otot khusus, yang disebut sinoatrial (SA) node berfungsi sebagai
pacemaker jantung (Gambar 2). Sel-sel ini secara teratur dan berirama (rhythmically)
menghasilkan potensial aksi yang disebarkan melalui serat otot atrium. Kontraksiyang terjadi
mendorong darah masuk ke ventrikel. Satu-satunya koneksi listrik antara atrium dan ventrikel
adalah melalui atrioventricular (AV) node. Potensial aksi menyebar melalui AV node, sehingga
kontraksi atrium berkontribusi terhadap pengisian ventrikel (ventricular filling) yang kemudian
melaui AV bundle dan Purkinje fibers secara cepat meng-eksitasi kedua ventrikel.

Gambar 2. Components of the human heart


involved in conduction.
3

Siklus jantug (cardiac cycle) terdiri dari kontraksi berturutan antara atrium dan ventrikel.
Keseluruhan aktivitas listrik pada sel-sel miokardial menghasilkan arus listrik yag disebarkan
ke seluruh cairan tubuh. Arus ini cukup besar sehingga dapat dideteksi dengan menempatkan
elektroda di permukaan kulit (Gambar 3).

Gambar 3. Standard method for


connecting the limb ECG electrodes.

Pola perubahan arus pada sebuah cardiac cycle yang regular adalah seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. One cardiac cycle,


showing the P wave, QRS complex
and T wave.

Potensial aksi yang direkam dari serat-serat atrium dan ventrikel berbeda dari saraf dan otot
skelet. Potensial aksi jantung terdiri dari 3 fase: 1) rapid depolarization, 2) plateau
depolarization (yang terlihat paling jelas pada serat ventrikel) dan 3) repolarization-kembali ke
resting membrane potential (Gambar 5).

Gambar 5. A typical ventricular muscle


action potential

Komponen ECG berkorelasi dengan aktivitas listrik di otot atrium dan ventrikel:
o Gelombang P disebabkan oleh atrial depolarization
o Gelombang QRS complex disebabkan oleh ventricular depolarization; atrial repolarization
bersamaan terjadinya, namun kontribusinya tidak signifikan.
o Gelombang T disebabkan oleh ventricular repolarization.
4

Sirkulasi Perifer
Sistem arterial berfungsi sebagai penyangga/penampung tekanan (pressure reservoir). Darah
meninggalkan arteri secara kontinu ke kapiler, namun hanya kembali (ke arteri, dari jantung)
secara intermiten. Ketika ventrikel berkontraksi selama systole; katup semilunar terbuka dan
darah mengalir ke sistem arterial. Pada saat ini, arteri teregang dan tekanan darah meningkat.
'Systolic pressure', tekanan sistolik didefinisikan sebagai tekanan tertinggi selama siklus
jantung. Periode selama relaksasi ventrikel disebut 'diastole'. Selama diastole, sementara
ventrikel terisi darah yang kembali dari vena dalam rangka persiapan systole selanjutnya, darah
tetap mengalir dari sistem arterial ke kapiler. Aliran ini disebabkan adanya sifat elastic recoil
di arteri besar. Sebagai akibatnya, tekanan arteri menurun. Nilai terendah tekanan darah arteri,
segera sebelum kontraksi ventrikel mendorong darah ke arteri lagi, disebut 'diastolic pressure'.
Puncak gelombang tekanan systolic akan tampak di arteri perifer setelah gelombang QRS pada
ECG. Ini disebabkan oleh dibutuhkannya waktu untuk sampainya gelombang tekanan systolic
ke ekstremitas dan terukur oleh sensor yang ditempatkan. Dicrotic notch (sebuah dataran-
plateau- atau cekungan garis gelombang) dapat terlihat akibat penutupan katup aortic.
Meskipun variasi tekanan darah arteri selama siklus jantung diredam oleh sifat elastisitas arteri
besar, darah tetap menghasilkan denyut aliran saat melalui arteries dan arterioles.

The finger pulse transducer


Pada praktikum, akan digunakan sebuah finger pulse transducer. Alat inii dapat menunjukkan
kecepatan aliran darah ke jari. Software computer mengolah informasi sehingga waktu
denyutan dapat dihitung dan ditampilkan di panel LabTutor. Ini dapat menunjukkan terjadinya
perubahan volume denyut di jari selama perekaman. Percobaan-percobaan yang dilakukan
dapat menggambarkan pola aliran darah di arteri kecil selama siklus jantung.

Gambar 6. Distribution of blood


flow to the hand.
5

Introduction [Page 1]
Jantung adalah pompa ganda yang mendorong darah ke seluruh tubuh dan melalui kedua paru.
Denyut jantung menyebabkan aliran darah yang berpola ritmik. Pada praktikum ini, akan
dilakukan pengukuran denyutan di jari (finger pulse) dan mengkorelasikannya dengan ECG.
Juga akan dilakukan palpasi berbagai arteri, dan mengamati sirkulasi perifer serta efek dingin
terhadapnya.

Learning Objectives
Dengan melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu untuk:
o Merekam ECG dan mengukur pulse (dalam keaddan istirahat)
o Menganalisa rekaman dan mengamati adanya variasi.
o Mempalpasi denyutan di arteri radialis, ulnaris dan brachialis
o Menunjukkan bahwa suplai arteri ke jari-jemari berasal dari kedua arteri radialis dan ulnaris
dengan adanya anastomoses
o Mengukur pengaruh dingin terhadap amplitude denyutan di jari.

Peralatan yang diperlukan:


1. Perangkat komputer Desktop, dengan software Lab Tutor
2. PowerLab ADInstrument
3. 5-lead Bio Amp dan kabel
4. Finger pulse transducer
5. Disposable ECG electrode (6 buah)
6. Alcohol swab dan abrasive gel/pad
7. Kain lap tangan

Prosedur [Page 2]
1. Hidupkan Komputer dan PowerLab.
2. Pasangkan Finger Pulse Transducer di jari tengah.
3. Sambungkan Finger Pulse Transducer ke Input 1 (Gambar 7)
4. Lepaskan jam/perhiasan dari lengan dan kaki.
5. Hubungkan kabel electroda lead ke Earth, dan CH1 NEG, dan POS di Bio Amp (Gambar 8)
6. Sambungkan kabel Bio Amp ke Bio Amp input (Gambar 7)

Gambar 7
6

Standard Connection [Page 3]


Pasanglah elektroda positif di pergelangan tangan kiri, positif di pergelangan tangan kanan,
dan the ground di kaki kanan (Gambar 8A), dengan cara:
1. Gunakan pena untuk menandai tempat di mana elektroda akan dipasang. Bersihkan kulit
tersebut dengan alcohol swab dan abrasive gel. Hal ini untuk menurunkan electrical
resistance lapisan terluar kulit dan memperbaiki kontak listrik yang baik.
2. Tidak perlu menggunakan cream apabila menggunakan disposable electrodes (sudah ada
electrode gelnya).
3. Apabila, setelah mengamati perekaman pada percobaan pertama, tidak terlihat sinyal yang
bagus, cobalah alternative method (Gambar 8B)

A B

Gambar 8
Percobaan 1: ECG and Pulse [Page 4]

Tujuan: merekam ECG dan pulse saat istirahat, dan menganalisa berbagai aspek yang
menghubungkan keduanya.

Prosedur:
1. Praktikan harus dalam keadaan santai dan duduk setenang mungkin untuk meminimalkan
artefacts pada hasil rekaman.
2. Ketikkan nama Praktikan di Comment panel.
3. Klik Start, dan add comment.
4. Setelah 10 - 20 detik, klik Stop.

 Apabila ECG tidak terekam, periksa kembali apakah semua elektroda sudah terpasang
dengan benar.
 Apabila sinyal tidak teratur (noisy) dan tidak jelas, pastikan Praktikan dalam keadaan
tenagn tidak bergerak; atau pertimbangkan posisi alternative untuk pemasangan elektroda
sebagaimana ditunjukkan di alternative method.
5. Lepaskan lead ECG dari Praktikan.
6. Ulangi langkah 1-4 pada Praktikan lain.
Klik Autoscale apabila diperlukan sehingga dapat terlihat semua perekaman.
7

Analysis ECG and Pulse [Page 5]

1. Drag tanda Marker ke puncak QRS complex pada Channel 1.


2. Gerakkan kursor ke kanan, sehingga berada di titik awal pulse wave (channel 2) yang
mengikuti (sesudah) QRS complex tersebut.
3. Klik, untuk memunculkan nilai Δt di Value panel.
4. Drag nilai tersebut ke kolom Δt di table sebelahnya.
5. Scroll ke hasil perekaman Praktikan selanjutnya, dan ulangi langkah 1-4 untuk setiap
Praktikan.

Percobaan 2: The Pulse [Page 6]

Tujuan: mengukur pulse pada beberapa Praktikan untuk menentukan variasi antar individu.

Prosedur:
1. Pasanglah Finger Pulse Transducer pada seorang Praktikan.
2. Ketik nama Praktikan pada Comment panel.
3. Klik Start.
4. Klik Add dan lakukan perekaman selama 10 detik.
5. Klik Stop.
6. Ulangi langkah 1-5 untuk Praktikan lainnya.

Analysis: The Pulse [Page 7]

Gunakan Marker dan Waveform Cursor untuk menentukan amplitude dan interval pulse. Heart
rate (HR) dari setiap Praktikan akan dikalkulasi secara otomatis dan ditampilkan di table.

Cara menilai amplitudo:


1. Drag Marker ke titik terendah waveform sebelum sebuah peak.
2. Pindahkan Cursor ke puncak, di sebalah kanan Marker, lalu klik.
3. Drag nilai yang tertera pada Pulse Value panel ke kolom Amplitudo pada tabel.

Cara menilai interval:


4. Drag Marker ke titik tertinggi.
5. Pindahkan Cursor ke puncak lain di sebelah kanan Marker, lalu klik.
6. Drag nilai yang tercantum pada Time Value panel ke kolom Interval pada tabel.
Kolom terakhir di table akan menunjukkan HR yang terkalkulasi dari nilai interval, yaitu 60/
Δt.
8

Percobaan 3: Palpation of Arterial Pulses [Page 8]

Tujuan: mempelajari cara mempalpasi denyut arteri perifer.

Prosedur:
1. Palpasi denyut radialis, pada tempat yang ditunjukkan pada gambar. Gunakan 3 jari
(telunjuk, jari tengah, dan jari manis; index, middle and ring fingers) secara segaris di arteri
radialis.

 Jangan menggunakan ibu jari untuk mempalpasi; karena memiliki denyut yang nyata,
sehingga justru akan teraba denyutan pemeriksa daripada denyutan orang yang diperiksa.
 Jangan menekan terlalu kuat; lakukan tekanan ringan hingga sedang saja.
 Ketika akan menentukan letak arteri, sebaiknya rabalah dengan lembut searah proksimal-
distal di area tersebut, daripada langsung memberi tekanan.
2. Cobalah mempalpasi denyut ulnaris. Pada umumnya, denyut tidak dapat dirasakan.
3. Palpasi denyut brachial di siku.

Percobaan 4: Arterial Anastomoses [Page9]

Tujuan: untuk mendemonstrasikan bahwa suplai darah arterial ke jari-jemari berasal dari arteri
radialis dan ulnaris, dengan adanya anastomosis (koneksi antar pembuluh darah) di tangan.

Prosedur:
1. Gunakan Finger Pulse Transducer di segmen distal jari tengah.
2. Klik Start.
3. Lalu, secara bergantian lakukan hal berikut pada arteri radialis dan ulnaris:
 Tekanlah arteri selama 5-10 detik dengan menggunakan ibu jari. Lalu lepaskan.
 Add sebuah comment dengan nama arteri tersebut ketika mulai dilakukan penekanan, dan
add comment "release" ketika tekanan dilepaskan.
4. Klik Stop dan amati data yang ditampilkan. Gelombang semestinya terlihat seperti ini:
9

Analysis: Arterial Anastomoses [Page 10]

Raw data (perubahan nyata tekanan) ditampilkan di channel atas.


Channel bawah menampilkan amplitude denyut yang dikomputasi dari raw data.
Amati dengan seksama data tersebut, untuk melihat pengaruh tekanan masing-masing arteri
terhadap denyut di jari.

Exercise 5: The effect of cold [Page 11]

Tujuan: menganalisa pengaruh suhu dingin terhadap amplitude denyut di jari.

Prosedur:
1. Klik Start.
2. Lakukan perekaman selama 10-20 detik, pada keadaan suhu ruang.
3. Klik Stop.
4. Add sebuah comment 'before cold' mendekati akhir perekaman awal ini.
5. Lepaskan Finger Pulse Transducer dari jari.
6. Rendamlah tangan si Praktikan di dalam baskom berisi air es selama 30 detik, atau hingga
Praktikan merasa mulai merasa tidak nyaman di tangannya.
Semakin lama waktu perendaman, semakin besar perbedaan yang akan dapat diamati.
7. Keringkan tangan tersebut dan pasang kembali Finger Pulse Transducer.
8. Klik Start.
9. Add sebuah comment 'return to warmth' segera sesudah perekaman kembali dilakukan.
10. Tetaplah merekam selama beberapa menit selama periode recovery ini ketika tangan kembali
hangat.
11. Klik Stop.
Klik Autoscale apabila diperlukan agar seluruh perekaman dapat dilihat.

Analysis
1. Gunakan Marker dan waveform cursor, tentukan amplitude (di channel 2) setiap 30 detik
sepanjang perekaman, mulai dari saat sesudah mengalami pendinginan.
2. Transfer setiap nilai yang tertera di Value panel ke dalam table yang tersedia.
10

LEMBAR KERJA

Exercise 1: ECG and pulse at rest


Student’s name Δt (s)

Exercise 2: The Pulse


Pulse Rate Variability
Student’s name Amplitude Interval (s) Heart Rate (BPM)

Exercise 5: The effect of cold on the pulse


Pulse Amplitude
Time since immersion (s) Pulse amplitude
11

LEMBAR TUGAS

1. Jelaskan secara sistematis dan singkat, bagaimanakah proses terbentuknya gelombang


PQRS dan T yang terekam dengan ECG!

2. Mengapakah terdapat potensial ‘plateau’ pada sel otot jantung?

3. Mengapakah resting potensial pada sel pacemaker tidak pernah menunjukkan baseline yang
datar seperti pada sel otot skelet dan sel saraf?

4. Jelaskan secara sistematis dan singkat sirkulasi sistemik dan pulmonary yang melibatkan
jantung, paru, dan jaringan!

5. Selain di lengan, di bagian tubuh mana lagikah dapat dilakukan palpasi denyutan arteri?

6. Anatomical sites, dimana denyut dapat dipalpasi juga merupakan tempat dilakukannya
'pressure points' untuk mengurangi perdarahan (haemorrhage) sebagai ‘first-aid treatment’.
Mengapa demikian?

Grup Praktikum / Tanggal

Nama & T.Tangan Praktikan

Nama & Paraf Pembimbing


12

Praktikum 2
Tekanan Darah

Tekanan darah arteri dapat ditentukan dengan mengukur tekanan yang harus diberikan
dari luar pada arteria brachialis, sehingga lumen arteri itu tertutup dan pengaliran darah
berhenti.
Sphygmomanometer terdiri dari sebuah manometer air raksa yang dihubungkan dengan
manchet karet yang dapat dipompa (lebarnya 12-13 cm). Manchet itu diikatkan pada lengan
atas. Sebuah pipa yang lain dihubungkan dari manchet itu ke satu pompa karet untuk
mengembangkan manchet tadi. Pompa karet itu juga dilengkapi dengan skrup
(membuka/menutup katup) untuk mengeluarkan udara yang ada di dalam manchet secara
perlahan (lihat gambar dibawah).

Cara bekerja:
Ikatkan manchet sphygmomanometer itu pada lengan atas, kira-kira 2½ cm dari lipatan
siku. Ketika manchet dipompa, jaringan disekitar manchet akan tertekan, demikian pula arteri
brachialis yang terdapat di dalamnya. Tekanan yang diberikan dapat dibaca pada manometer.
Penutupan lumen arteri dapat ditentukan dengan 2 cara, yaitu:
a. cara paplasi
b. cara auskultasi
13

Cara Paplasi
Paplasilah nadi arteri radialis. Naikkan tekanan dalam manchet pelan-pelan, setiap kali
pompa naikkan 10 mm Hg. Catatlah pada tekanan berapa nadi itu hilang. Kemudian tekanan
di dalam manchet dikurangi (membuka katup), maka timbullah denyutan nadi radialis kembali
dan catatlah pada tekanan berapa timbulnya nadi kembali. Kedua angka ini tidak pernah sama
tetapi tidak jauh berbeda dengan tekanan Systolis yang sebenarnya.

Cara Auskultasi
Palpasilah area di bawah fossa cubiti. Ujung stethoscope diletakkan pada tempat
dimana arteri dapat dipalpasi paling nyata .
Berikanlah tekanan pada manchet lebih tinggi dari tekanan systole, yaitu 180-200 mm Hg,
kemudian turunkanlah tekanan itu secara perlahan kira-kira 3 mm per detik. Pada satu saat akan
terdengarkah bunyi yang nyaring pada stethoscope, dan tekanan dimana terdengar bunyi yang
pertama itu adalah tekanan systolis.
Jika tekanan diturunkan terus maka bunyi suara itu akan kurang nyaring dan akan bertambah
kuat. Pada tekanan tertentu kuatnya suara itu akan berkurang dan menjadi lemah (lembut) dan
akhirnya hilang. Tekanan pada mana suara menjadi lemah biasanya dinyatakan sebagai tekanan
diastolis. Pada pemeriksaan intra arteri maka tekanan pada mana hilangnya suara tadi adalah
mendekati tekanan diastolis yang sebenarnya. Catatlah angka-angka tadi sebagai berikut:
Suara pertama terdengar (tekana systolis), perubahan suara (tekanan diastolis I),
hilangnya suara (tekanan diastolis II); misalnya: 120/80/70.
Tekanan darah yang lazim dicatat adalah systolis 120, diastolis 80 (120/80). Beda kedua
tekanan itu disebut tekanan nadi (dalam hal ini 40), yaitu variasi tekanan yang terjadi pada
arterial systole selama siklus jantung.

Perubahan tekanan darah dan tekanan nadi pada waktu kerja dan perubahan sikap.
Percobaan 1: Istirahat.
Catatlah tekanan darah dan denyut nadi pada seorang praktikan yang telah duduk
beristirahat dengan tenang selama 5 menit, hingga diperoleh harga yang tetap. Nadi dihitung
setiap 30 detik.
14

Percobaan 2: Perubahan Sikap.


Seorang praktikan berbaring, lalu dengan cepat bangun dari tidurnya tadi dan catatlah
segera tekanan darah dan denyut nadi setiap 1 – 1½ menit selama 10 menit. Segera setelah
bangun dianggap 0 menit.
Jelaskan pendapat saudara tentang perubahan-perubahan diatas.

Percobaan 3: Akibat menahan napas.


Periksalah tekanan darah pada waktu duduk. Kemudian suruh praktikan bernapas dalam
dan menahan napas itu selama mungkin. Pada waktu ini periksalah tekanan systole sebanyak
mungkin. Setelah beristirahat beberapa saat, maka ulangi percobaan itu dan catat pula pada
tekanan diastole dan setelah istirahat sejenak maka ulangi lagi percobaan itu dan hitung pula
sekarang denyut nadi.
Bandingkanlah hasil yang didapat ini dengan hasil-hasil pada waktu duduk dan berilah
keterangan saudara.

Percobaan 4: Akibat aktifitas fisik.


Seorang praktikan diminta melakukan suatu aktivitas fisik. Ukurlah tekanan darah dan
denyut nadi istirahat. Kemudian melakukan kerja dengan naik turun pada sebuah bangku yang
tingginya 50 cm. Naik turun ini diatur dengan metronom yang bergerak 120 kali permenit atau
dengan komando setiap ½ detik: “satu” kaki kanan diatas bangku, “dua” kaki kiri naik bangku,
“tiga” kaki kiri turun, “empat” kaki kanan turun. Ini dikerjakan dalam 3 menit dan setelah itu
ia duduk dan ukurlah tekanan darah setiap 1 menit hingga tekanan sewaktu istirahat dicapai.
(Jangan dilakukan pada orang yang sakit jantung).

Apakah yang menyebabkan perubahan tekanan darah akibat kerja?


15

Tujuan praktikum

1. Dapat memahami prinsip pengukuran tekanan darah dan faktor-faktor yang


mempengaruhi tekanan darah.
2. Dapat menyebutkan factor-faktor yang menentukan tekanan darah.
3. Menerangkan terjadinya Korotkov sound pada pangukuran tekanan darah dengan
mempergunakan sphygmomanometer.
4. Dapat mendemonstrasikan cara-cara mengukur tekanan darah dan denyut nadi pada
berbagai keadaan.
TIK : 1. Dapat mendemonstrasikan cara mempergunakan sphygmomanometer.

2. Dapat mendemonstrasikan dan mencatat hasil pengukuran tekanan darah


secara auskultasi dan paplasi dalam keadaan istirahat.
3. Dapat mendemonstrasikan dan mencatat pengukuran denyut nadi dalam
keadaan istirahat.
4. Dapat mendemonstrasikan/mencatat tekanan darah dan nadi pada perubahan
sikap (cepat bangun dari tidur) selama 15 menit.
5. Dapat mendemonstrasikan/mencatat tekanan systole sesering mungkin
sewaktu menahan nafas.
6. Dapat mendemonstrasikan/mencatat tekanan diastole sesering mungkin
sewaktu menahan napas.
7. Dapat mendemonstrasikan/mencatat denyut nadi sesering mungkin sewaktu
menahan napas.
8. Dapat mendemonstrasikan/mencatat tekanan darah dan nadi setelah 3 menit
beraktivitas fisik hingga kembali ke nilai sewaktu istirahat.
16

Lembar Observasi.

Nama/NIM : ..........................................

Group/Meja : ..........................................

Tanggal : ..........................................

No. Hasil observasi Teori terkait / Hasil


yang diharapkan

Pengukuran :

1. a. tekanan darah istirahat . . . . /. . . . . /. . . . .


b. denyut nadi istirahat . . . . . . . / menit
Kesimpulan: tekanan darah dan denyut nadi
berada dalam batas normal Ya / tidak

2. Tekanan darah pada perubahan sikap:

a. mula-mula lebih kecil/lebih besar/sama Ya / tidak


dengan waktu berbaring.
b. Sesudah beberapa menit kembali sama
dengan waktu istirahat Ya / tidak

3. a. akibat menahan napas;


tekanan systolis : 1 . 2. 3.

4. 5. 6.
Ya / tidak
Kesimpulan: tekanan systolis meningkat

b. akibat menahan napas ;


tekanan diastolis : 1 . 2. 3.

4. 5. 6.

Kesimpulan: tekanan diastolis meningkat


Ya / tidak
c. Denyut nadi: 1. 2. 3.
1. 5. 6.
Kesimpulan : denyut nadi makin bertambah Ya / tidak
17

4. Tekanan darah sehabis kerja 3 menit:

1. . . . . / . . . . . /. . . . . . .
2. . . . . ./ . . . . ./ . . . .
3. . . . ./. . . . . . / . . . . . . .
4. . . . . / . . . . . . / . . . .
5. . . . ./ . . . . . / . . . . . .

Kesimpulan: tekanan darah meningkat akibat Ya / tidak


kerja

Normal kembali setelah . . . . . . . .menit

Denyut nadi sehabis kerja :

1. . . . . . . . . . . ./ menit

3. . . . . . . . . . . / menit
4. . . . . . . . . . . / menit
5. . . . . . . . . . . / menit
Kesimpulan: denyut nadi meningkat akibat
kerja Ya / tidak

Normal kembali setelah . . . . . . . .menit

Grup Praktikum / Tanggal

Nama & T.Tangan Praktikan

Nama & Paraf Pembimbing


18

Praktikum 3
Test Untuk Menilai Kebugaran Jantung Paru

Fungsi sistem jantung paru dapat diketahui dengan pengukuran VO 2max, ataupun
dengan pemantauan frekuensi nadi dan tekanan darah pada kecepatan kerja submaksimal.
Latihan kerja bertahap (Graded exercise test, GXT) merupakan bentuk latihan yang
digunakan untuk menilai fungsi jantung paru (Cardiorespiratory Function, CRF).
Protokol GXT dapat submaksimal ataupun maksimal tergantung pilihan penghentian
test. Penentuan protokol GXT haruslah berdasarkan populasi yang diuji (atlit, kondisi jantung
pasien, anak-anak), tujuan tes (penilaian kebugaran jantung paru, nilai VO 2max, penyakit
jantung koroner), dan biaya (perlengkapan dan personil). Perbedaan jenis latihan ini penting
diperhatikan, sebab latihan yang merupakan tahap akhir bagi pasien dengan masalah jantung
bisa jadi merupakan tahap pemanasan bagi subjek atlit muda.
Uji kebugaran jantung paru biasanya dilakukan dengan treadmill, sepeda statis atau
naik turun bangku. Latihan ini bersifat berjenjang, dimana perubahan kecepatan kerja terjadi
setiap 2 atau 3 menit sampai subjek mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya (yaitu target
frekuensi nadi), atau ketika tanda atau gejala patologis muncul. Variabel yang diukur selama
latihan dapat berupa hanya frekuensi nadi dan tekanan darah atau bahkan VO2max tergantung
tujuan latihan, fasilitas, perlengkapan dan personil yang terlibat.
Ada beberapa langkah yang harus dipersiapkan sebelum memulai latihan fisik untuk
menilai fungsi jantung paru, berupa:
1. menandatangani formulir persetujuan
2. skrining
3. nilai frekuensi nadi dan tekanan darah istirahat bahkan nilai kadar kolesterol maupun
EKG istirahat

Terdapat beberapa indikasi umum untuk menghentikan latihan pada individu dewasa resiko
rendah (latihan bersifat nondiagnostik dan dikerjakan tanpa melibatkan dokter atau
pemantauan EKG), sebagai berikut:
 munculnya angina atau gejala mirip angina
 tekanan darah sistolik berkurang >10mmHg atau tekanan darah sistolik tidak meningkat
sesuai dengan peningkatan intesitas latihan
 tekanan darah meningkat berlebihan: sistolik >250 mmHg atau diastolic >115 mmHg
 sesak nafas, wheezing, tungkai kram atau claudication
 tanda-tanda perfusi jelek seperti kepala hoyong, pusing, ataksia, pucat, sianosis, mual,
kulit dingin dan lembab
 denyut jantung gagal meningkat sesuai dengan peningkatan intensitas latihan
 perubahan irama jantung
 subjek minta berhenti
 gambaran fisk dan verbal berupa kelelahan berat
 kegagalan alat latihan
19

Exercise stress test with treadmill


1. Pilih salah seorang peserta praktikum sebagai subjek
2. Subjek tersebut diminta membuka kemeja dan melepas barang-barang pribadi yang
berbahan metal sebelum berbaring di atas tempat tidur
3. Pasang elektroda pada dinding dada dan pergelangan tangan-kaki yang sebelumnya
dipastikan bersih dan kering.

Adapun elektroda yang dipasang cukup 10 tapi menggambarkan 12 lead EKG. Ke-10
elektroda tersebut dipasang sebagai berikut:
V1 ; sela iga 4 garis sternalis kanan
V2 ; sela iga 4 garis stenalis kiri
V3 ; antara V2 dan V4
V4 ; sela iga 5 garis midklavikularis kiri
V5 ; sela iga 5 garis aksilaris anterior kiri
V6 ; sela iga 5 garis midaksilaris kiri
RA ; di bawah klavikula kanan
LA ; di bawah klavikula kiri
RL ; di hipokondrium kanan
LL ; di hipokondrium kiri
Note: pemasangan elektroda dapat diobservasi pada layar monitor; menampilkan
gambaran berwarna hijau (yang berarti sinyal bagus diterima mesin), kuning (berarti
sinyal kurang kuat tapi masih dapat dibaca mesin), atau merah (berarti elektroda
terlepas).
4. Periksalah tekanan darah subjek pada saat berbaring, BP cuff (blood pressure cuff) tetap
terpasang untuk pengukuran tekanan darah selama tes berlangsung.
5. Pada komputer, mulailah operasi program dengan memilih New Test
6. Memasukkan data pasien dengan memilih New Patient
a. Ketik Patient’s last name kemudian tekan tab dan ketik first name
b. Patient ID harus diisi, tidak boleh sama dengan subjek lainnya
c. Date of birth, Gender, Race, height dan weight juga harus diisi
d. Setelah semua data pasien diisi tekan Accept
7. Pada layar monitor akan tampil Test information window yang berisikan:
a. Protocol yang diinginkan, pilih.
b. Max predicted HR
c. Target HR
d. Tekanan Darah
e. Obat-obatan yang digunakan
Perlu diinformasikan kepada subjek agar memberitahu petugas jika tidak mampu
melanjutkan test atau dapat menekan tombol merah (STOP TREADMILL) untuk
memberhentikan putaran dari belt treadmill.
Setelah diisi semua kemudian klik OK.
20

8. Terdapat 3 tahapan pada stress test yaitu Pretest, Exercise dan Recovery (Post test)
a. Pretest terdiri atas:
i. Supine; subjek masih dalam posisi berbaring dan kemudian direkam ECG 12
channel sebagai acuan untuk melakukan stress test. Agar diperhatikan
gambaran gelombang EKG yang muncul.
Klik pretest untuk ke step selanjutnya.
ii. Standing; Pasien dalam kondisi berdiri.
Klik pretest untuk ke step selanjutnya.
iii. Hyperventilation; Pasien diminta untuk berdiri di atas treadmill dengan posisi
kaki di tepi ban kemudian ambil nafas dan buang kurang lebih 10 kali
kemudian rekam ECG 12 channel
iv. Tekan Start Treadmill. Instruksikan subjek untuk mulai berjalan di belt track.
Kemudian apabila subjek sudah siap untuk melakukan exercise tekan tombol
PHASE untuk masuk ke menu EXERCISE.
Diinformasikan kepada pasien agar ketika berjalan di atas belt tract tetap
dengan posisi tegak dan kepala menghadap ke depan.

b. Exercise
Pada phase EXERCISE, treadmill akan naik secara bertahap dan akan
bertambah kecepatannya setiap 3 menit. Sebelumnya akan diminta BP setiap 2
menit untuk diisikan pada kolom yang akan muncul.
Hasil ECG dapat di print out.
Tekan Recovery apabila target heart rate sudah tercapai atau subjek tidak
mampu lagi melanjutkan stress test.

c. Recovery
Treadmill akan turun secara bertahap sampai dengan posisi semula. Tunggu
beberapa menit sesuai dengan prosedur recovery yang sudah diatur.
Isi BP, ECG 12 channel akan terekam sesuai dengan waktu yang sudah diatur.
Tekan Test End untuk memproses hasil akhir dari stress test. Pilih alasan kenapa
tes diakhiri.
21

The Bruce Protocol Formula for Estimating VO 2 Max


 For Men VO2 max = 14.8 - (1.379 x T) + (0.451 x T²) - (0.012 x T³)
 For Women VO2 max = 4.38 x T - 3.9
 T = Total time on the treadmill measured as a fraction of a minute (ie: A test time of 9 minutes 30
seconds would be written as T=9.5).
Value guidelines:

VO2 Max Norms for Men - Measured in ml/kg/min

Age Very Poor Poor Fair Good Excellent Superior

13-19 <35.0 35.0-38.3 38.4-45.1 45.2-50.9 51.0-55.9 >55.9

20-29 <33.0 33.0-36.4 36.5-42.4 42.5-46.4 46.5-52.4 >52.4

30-39 <31.5 31.5-35.4 35.5-40.9 41.0-44.9 45.0-49.4 >49.4

40-49 <30.2 30.2-33.5 33.6-38.9 39.0-43.7 43.8-48.0 >48.0

50-59 <26.1 26.1-30.9 31.0-35.7 35.8-40.9 41.0-45.3 >45.3

60+ <20.5 20.5-26.0 26.1-32.2 32.3-36.4 36.5-44.2 >44.2

VO2 Max values for Women as measured in ml/kg/min

Age Very Poor Poor Fair Good Excellent Superior

13-19 <25.0 25.0-30.9 31.0-34.9 35.0-38.9 39.0-41.9 >41.9

20-29 <23.6 23.6-28.9 29.0-32.9 33.0-36.9 37.0-41.0 >41.0

30-39 <22.8 22.8-26.9 27.0-31.4 31.5-35.6 35.7-40.0 >40.0

40-49 <21.0 21.0-24.4 24.5-28.9 29.0-32.8 32.9-36.9 >36.9

50-59 <20.2 20.2-22.7 22.8-26.9 27.0-31.4 31.5-35.7 >35.7

60+ <17.5 17.5-20.1 20.2-24.4 24.5-30.2 30.3-31.4 >31.4

Referensi:

1. Powers SC, Howley ET. Exercise Physiology. Theory and Application to Fitness and Performance. Sixth
Edition. New York. McGraw-Hill International Edition. 2007. p.299-316.
2. Wilmore JH and Costill DL. (2005) Physiology of Sport and Exercise: 3rd Edition. Champaign, IL: Human Kinetics.
3. Vivian H. Heyward, Advance Fitness Assessment & Exercise Prescription, 3rd Edition, The Cooper Institute for Aerobics Research, Dallas TX, 1998
22

Physical Fitness (Harvard Step Test)

Harvard step test merupakan suatu tes kesanggupan badan dinamis/fungsional.


Syarat-syarat test kesanggupan badan dinamis yang baik menurut Harvard adalah sebagai
berikut:
1. Test harus memberikan pembebanan kepada berbagai golongan otot yang besar,
sedemikian sehingga kesanggupan seseorang lebih dibatasi oleh kemampuan susunan
kardiovaskuler dan pernafasan, daripada kelelahan otot-otot itu sendiri.
2. Test itu harus sedemikian berat, sehingga tidak lebih daripada 66% orang yang di test
dapat menyelesaikan test itu.
3. Test itu harus yang dapat dikerjakan dengan baik tanpa memerlukan suatu keterampilan
yang luar biasa.

Alat-alat yang dipergunakan pada percobaan ini:


1. bangku 19 inci
2. 2 buah stopwatch untuk menghitung lama masa kerja dan saat penghitungan nadi
sesudah kerja.
3. metronom untuk mengatur irama kerja.

Perincian penyelenggaraan test Harvard sebagai berikut:


1. Praktikan dengan hanya menggunakan baju kaos dan celana sport tanpa sepatu, disuruh
berdiri dengan tenang tetapi dengan penuh perhatian di depan bangku yang akan
digunakan.
2. Sebuah metronom yang sebelumnya telah dicek ketelitiannya, memberi irama dengan
kecepatan 120 kali/menit.
3. Pada saat tanda “mulai” diberikan (stopwatch I dihidupkan), praktikan menempatkan
salah satu kakinya (terserah kaki yang mana, kaki kanan atau kaki kiri) diatas bangku
tepat pada suatu detikan metronom yang sekaligus merupakan tanda permulaan test.
Pada detikan metronom kedua praktikan menempatkan kedua kakinya penuh diatas
bangku sehingga praktikan berdiri tegak diatas bangku. Pada detikan ketiga, praktikan
turun dan menurunkan dulu kakinya yang pertama kali naik tadi. Pada detikan keempat,
kakinya yang kedua diturunkan pula, sehingga praktikan sekarang berdiri lagi tegak
diatas lantai. Siklus ini terus menerus diulangi selama mungkin tetapi tidak lebih dari 5
menit.
23

4. Praktikan menaiki bangku harus tetap dalam sikap tegak dan tidak diperkenankan
membungkuk.
5. Praktikan harus mengikuti irama detikan metronom dengan tepat bilamana tampak ada
tanda-tanda akan keluar dari irama, maka peringatan diberikan supaya kembali
mengikuti irama dengan baik.
6. Apabila ternyata sikap/irama tetap salah selama 10-15 detik, walaupun telah berkali-
kali deberikan peringatan dan anjuran, maka test harus dihentikan dan lama masa kerja
dicatat.
7. Guna mencegah terjadinya kelelahan pada satu tungkai, kepada praktikan diberikan izin
untuk sekali-sekali mengubah langkahnya, dalam arti kata kalau mula-mula naik
dengan kaki kanan, boleh mengubah dengan mulai naik dengan kaki kiri, akan tetapi
pengubahan langkah semacam ini tidak boleh terlalu sering dilakukan.
8. Selanjutnya setiap waktu kepada praktikan dianjurkan agar meneruskan kerja selama
mungkin, sedapat-dapatnya sampai 5 menit.
9. Pada saat tes dihentikan, kedua stopwatch ditekan. Penghentian stopwatch I akan
menunjukkan waktu lama masa kerja naik turun bangku, sedangkan penekanan
stopwatch II merupakan tanda permulaan masa pemulihan dan sekaligus menentukan
saat menghitung nadi.
10. Nadi dihitung pada arteri radialis di pergelangan tangan dari 1 – 1½ menit, 2 – 2½
menit, dan 3 – 3 ½ menit (sejak tes berhenti).
11. Indeks kesanggupan badan dihitung dengan cara lambat atau cara cepat.
12. Tiap-tiap test didahului oleh suatu test percobaan guna memberikan kesempatan kepada
praktikan untuk membiasakan diri naik turun bangku dan mengikuti irama metronom.
Test percobaan ini hanya dilakukan sebentar saja. Setelah tidak merasa lelah sama
sekali barulah test yang sesungguhnya dimulai.
13. Suhu kamar harus berada diantara 23° - 35°C.
24

Cara menghitung indeks kesanggupan badan:


A. Pada perhitungan cara lambat, maka indeks kesanggupan badan (IKB) dihitung dengan
rumus:

I.K.B = Lama naik turun (dalam detik) x 100


2 x jumlah ketiga harga nadi tiap 30 dtk

Penilaian cara lambat:

< 55 : kesanggupan kurang

55 – 64 : Kesanggupan sedang

65 – 79 : kesanggupan cukup

80 – 89 : kesanggupan baik

> 90 : kesanggupan sangat baik

B. Perhitungan dengan cara cepat, maka indeks kesanggupan badan dapat ditentukan dengan
rumus:
I K B = Lama naik turun nadi (dalam detik) x 100
5 x frekuensi nadi 30 dtk (pertama)

< 55 : kesanggupan kurang

55 – 80 : Kesanggupan sedang

> 80 : Kesanggupan baik.


25

Lembar Observasi.

Physical Fitness (Harvard Step Test)

Nama / NIM : ............................................

Group/Meja : ............................................

Tanggal : ............................................

No. Hasil observasi Teori terkait

1. Praktikan untuk Harvard Step Test :


- Nama :
- Gender :
- B.B :
- T.B :
- Umur :
- Indeks Massa Tubuh :
- Kebiasaan olahraga :

2. Denyut nadi istirahat : ...................... x/menit

3. Nadi sesudah di test:


a. dari 1 – 1½ menit : ...................... x/menit
b. dari 2 – 2½ menit : ......................
x/menit
c. dari 3 – 3½ menit : ......................
x/menit

4. Lama melakukan test : ........................... menit

5. Kesanggupan badannya dengan penilaian


cara lambat : .................
6. Kesanggupan badannya dengan penilaian
cara cepat : ....................

Tanda tangan Pembimbing Penilaian

Anda mungkin juga menyukai