Anda di halaman 1dari 32

PANDUAN KETERAMPILAN MEDIK

PROCEDURAL SKILLS PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI

PENDAHULUHAN
Berkontraksinya otot jantung disebabkan oleh perubahan perubahan listrik yang disebut electric
phenomenon dari otot jantung. Perubahan listrik ini juga dikenal sebagai potensial aksi otot jantung yang
normalnya diawali oleh SA node sebagai pace maker, AV node kemudian timbul perangsangan pada atria
dan otot vertikel melalui sistem konduksi.
Menurut hipotesa dari Einthoven, jantung dianggap sebagai sumber listrik dan perubahan perubahan
potensial yang terjadi dapat direkam di permukaan tubuh, karena cairan tubuh merupakan elektrolit yang
dapat menjadi penghantar listrik yang baik. Hasil rekaman perubahan potensial adalah berupa gambaran
grafik yang disebut Elektrokardiogram.
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari perekaman potensial listrik jantung secara eksternal,
berkaitan dengan denyut jantung. Hasil rekaman elektrokardiografi disebut elektrokardiogram (EKG), yaitu
berupa grafik potensial listrik dari serabut otot jantung. Sedangkan alat yang digunakan untuk merekam
elektrik dari serabut jantung disebut elektrokardiograf.
Meskipun EKG merupakan alat bantu diagnosis, rekaman EKG tidak selamanya konsisten. Penderita dengan
gangguan fungsi jantung dapat menghasilkan rekaman rekaman EKG normal. Sebaliknya, individu dengan
fungsi jantung normal dapat menghasilkan rekaman EKG abnormal, sehingga hasil rekaman EKG perlu
dikonfirmasi dengan gejala klinis yang lain.

DASAR TEORI
Jantung merupakan suatu organ yang berdenyut dengan irama tertentu (kontraksi ritmik). Fungsi utama
jantung adalah memonpa darah kearah sirkulasi sistemik maupun pulmoner. Jantung menerima darah dari
sistem vena (yang berasal dari jaringan dan organ-organ).
Sifat-sifat jantung yang utama adalah :
1. Batmotropik (excitability).
Sel otot jantung termasuk sel peka rangsang. Dengan demikian tunduk dengan hukum “all or none”.
Potensial aksi pada otot jantung berbentuk “plateau”. Bentuk aksi potensial plateau tersebut
menyebabkan kontraksi otot jantung berlangsung lebih lama. Masuknya Ca 2+ kedalam sel otot
jantung melalui “slow channel”nya menyebabkan munculnya bentuk plateau pada potensial otot
jantung.
2. Dromotropik (conductivity)
Lintasan penghantaran/konduksi potensial aksi meliputi SA node, serabut penghubung (junctional
fibre), AV node, His bundle dan Serabut Purkinje. Potensial aksi pada otot jantung timbul untuk
pertama kalinya di SA node yang terletak pada atrium kanan. Oleh karena itu kontraksi pertama kali
berlangsung di atrium kanan. Peran SA node tersebut diatas menyebabkan pada keadaan normal
dikatakan sebagai “pace maker”. Junctional fibre berfungsi untuk memperlambat tibanya potensial
aksi di AV node. Dengan demikian pada periode diastole waktu pengisian ventrikel bisa optimal.
Struktur lintasan penghantaran pada otot jantung tersebut diatas menyebabkan kontraksi pada otot
jantung berjalan dari bagian basis ke apeks. Kecepatan penghantaran potensial aksi paling tinggi ada
di AV node sementara terendah ada di SA node. Sedangkan frekuensi potensial aksi tertinggi
berlangsung di SA node dan terendah di AV node.
3. Kronotropik (rhymicity)
Karena SA node berperan sebagai pace maker maka ritme jantung juga akan diawali dari SA node.
Jantung yang ritmenya berawal dari SA node dikatakan menganut ritme “sinus”. Kemampuan
jantung untuk mengatur ritmenya ini menyebabkan siklus jantung berlangsung dengan sempurna.
Siklus jantung yang sempurna akan menyebabkan kapasitas “cardiac output” depat mencapai target
yang disesuaikan dengan kebutuhan fisiologis. Siklus jantung terdiri dari periode diastole dan sistole.

1
4. Inotropik (contractility)
Secara umum proses kontraksi pada otot jantung sama dengan otot lainnya. Perbedaan struktur
yang dominan terdapat pada retikulum sarkoplasma yang sedikit sedangkan tubulus T nya berukuran
lebih besar dibandingkan dengan otot lainnya.

Jantung dipersarafi oleh saraf otonomik. Rangsangan terhadap saraf simpatis menyebabkan keempat sifat
utama jantung teraktivasi (batmotropik positif, dromo-tropik positif, kronotropik positif, inotropik positif).
Sementara rangsangan terhadap saraf parasimpatis menyebabkan keadaan sebaliknya yaitu peristiwa
penghambatan. Disamping dipengaruhi oleh saraf, aktivitas jantung dipengaruhi oleh faktor suhu, hormon
dan neurotransmiter.
Elektrokardiografi adalah grafik yang merekam potensial elektrik pada sel otot jantung dari luar sel (ekstra
sel) waktu jantung berkontraksi. Kontraksi otot jantung disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan
listrik, yang diawali pada pusat pacu jantung SA node kemudian timbul perangsangan pada atrium
selanjutnya ke otot-otot ventrikel melalui system hantaran implus didalam jantung.
Dasar perekaman EKG adalah tubuh manusia merupakan konduktor yang baik, cairan dalam jaringan tubuh
mangandung ion-ion, akan terjadi perbedaan potensial jika terjadi perpindahan ion, elektroda pada
permukaan kulit akan merekam beda potensial dan perubahan letak elektroda akan menghasilkan
perubahan hasil perekaman.
Untuk memahami EKG perlu diketahui elektrofisiologi dari otot jantung dimana kita dapat menemukan 3
keadaan :
 Polarisasi, (keadaan diam) muatan positif di luar dan muatan negatif didalam sel dan tidak
terjadi aliran ion-ion pada lapisan membran (garis isoelektrik).
 Depolarisasi, sel otot dirangsang maka terjadi aliran muatan ion positif akan masuk ke dalam
sel, sehingga potensial membrane menjadi lebih positif.
 Repolarisasi, sel yang aktif kembali ke keadaan diam proses ini timbul spontan dan terjadi
aliran muaran ion positif ke luar sel.

2
3
Menfaat pemeriksaan EKG untuk diagnosa pasti dan diagnosa penunjang pemeriksaan jantung :
 Mengetahui adanya hipertrofi atrium dan ventrikel
 Infark myocardium, sebagai diagnosa pasti
 Arrhymia
 Pericarditis
 Penyakit sistemik yang menpunyai efek pada jantung misalnya hipertensi pulmonal, hipertensi
sistemik
 Efek pemberian obat-obat jantung misalnya keracunan digitalis
 Kelainan elektrolit, misalnya hiperkalsemia dan hiperkalemia

Electrode dan pencatatan grafik


Pencatatan potensial oleh elektroda tergantung dari :
1. Letak dan penempatan electrode.
2. Arah gerak dipole.
3. Jarak antara electrode dengan sel otot.

1. Letak Electrode
EKG merekam aktivitas bioelektrik jantung, satu electrode positive (anode) dan electrode negative (katode).

2. Arah Gerak Dipole


Jika arus depolarisasi yang bergerak, menuju ke elektroda positif menyebabkan jarum galvanometer
mengadakan defleksi positif (keatas) dan jika arah arus bergerak meninggalkan elektroda positif
menyebabkan defleksi negatif (kebawah). Sedangkan arus depolarisasi yang mula-mula menuju dan
kemudian meninggalkan electrode positif/tegak lurus terhadap sumbu dua electrode menyebabkan defleksi
positif kemudian negatif (bifasik). Dikenal sebagai 3 hukum dasar Goldberger.
Arus repolarisasi yang bergerak menuju elektroda menimbulkan defleksi negatif sedang arus repolarisasi
yang bergerak meninggalkan elektroda menyebabkan defleksi positif. Proses repolarisasi merupakan proses
yang lebih komplek dan aktif sehingga lebih lama dan dengan potensial yang lebih rendah dari proses
depolarisasi.

3. Pengaruh Jarak Electrode Dengan Sel Otot

4
Oleh karena potensial listrik yang timbul berbanding terbalik dengan kwadrat jarak elektroda, maka makin
jauh electrode dipasang maka semakin jauh electrode dipasang dengan potensial yang dicatat semakin kecil.
Jika ada isolator, seperti udara/air maka gelombang akan makin kecil. Pada orang gemuk dengan jarak
jantung dan dinding dada lebih panjang.
Pencatatan potensial listrik terukur dalam miliVolt. Rekaman EKG dibuat pada kertas dengan kecepatan
standard 25 mm/detik dan defleksi 10 mm sesuai dengan potensial 1 mVolt.

Sadapan EKG (Lead)


Ada 3 penggolongan sadapan pada EKG :
1. Bipolar lead (standard lead)
2. Extremitas lead (unipolar extremitas lead)
3. Precordial lead (unipolar precordial lead)

SADAPAN BIPOLAR (SADAPAN STANDAR)


Mencatat beda potensial pada dua titik. Jantung dan ekstrimitas terletak dalam satu bidang frontal.
Dalam sadapan digunakan istilah :
LI = Sadapan I : mencatat perbedaan potensial antara lengan kiri dan lengan kanan. Elektrode positif di
lengan kiri, elektrode negatif di lengan kanan.
LII = Sadapan II : elektroda positif di kaki kiri, elektrode negatif di lengan kanan.
LIII = Sadapan III : elektrode posistif di kaki kiri, elektrode negatif di lengan kiri

SADAPAN UNIPOLAR
a. AUGMENTED UNIPOLAR LIMB LEADS
Sadapan unipolar mencatat besarnya potensial yang terjadi di tempat itu. Elektrode negatif
dihubungkan pada central terminal, sedang elektrode positif diletakkan pada ekstrimitas, sebagai
berikut :
aVR : Pada lengan kanan
aVL : Pada lengan kiri
aVF : Pada tungkai kiri

b. PRECORDIAL LEADS
Sadapan unipolar juga dipakai dalam precordial leads yaitu untuk mengetahui perubahan potensial
jantung dalam bidang horizontal, sadapan precordial ini tidak pernah augmented.
Elektroda prekordial negatif dihubungkan dengan central terminal, sedang elektroda precordial
positif diletakkan :
V1 : Pada ruang antara costa ke empat di sebelah kanan sternum.
V2 : Pada ruang antara costa ke empat di sebelah kiri sternum.
V3 : Antara V2 dan V4.
V4 : Diruang antara costa kelima pada garis medioclavicular.
V5 : Di left anterior axillary line setinggi V4.
V6 : Di left mid axillary line setinggi V4.
Bila diperlukan, dilakukan pencatatan dada bagian kanan. Lokasi elektroda identik dengan bagian
kiri, sedangkan simbol yang dipakai ditambah dengan R, umpama V1R, V2R, dst.

5
6
ALAT
Pada praktikum ini digunana alat dan perlengkapan sebagai berikut :
1. EKG dari Fukuda model FJC-7110
2. Kertas EKG
3. Pasta elektroda
4. Alkohol 70 %
5. Kapas

TATA KERJA
Persiapan alat EKG dari Fukuda model FJM-7110.
1. Pada alat ini ada 2 tombol untuk power.
2. Sebelum percobaan dimulai, kedua tombol harus dalam posisi “OFF”.
3. Pada alat Fukuda, didapatkan tombol pengukur pilihan sadapan dan untuk standardisasi
besarnya voltage. Tombol pengukur pilihan sadapan digunakan untuk semua sadapan tersebut
diatas dengan cara memutar pengatur sadapan sesuai dengan pencatatan yang akan dikerjakan.
4. Lakukan standarisasi sebelum dan setelah dilakukan pencatatan EKG.
5. Hubungkan kabel penghubung antara EKG dan arus listrik umum. Pasang kabel arde (grounding)
dan jepitkan pada kran logam/arde.

Persiapan Subyek
1. Pencatatan data : nama, umur, jenis dan frekuensi olah raga serta jenis dan jumlah rokok perhari
yang dihisap.
2. Pengukuran : berat badan, tinggi badan, tekanan darah dan frekuensi nadi secara palpasi.
3. Subyek dipersilahkan berbaring kemudian permukaan kulit berikut dibersihkan dengan alkohol 70%
a. Bagian ventral kedua tangan dekat pergelangan tangan.
b. Bagian anterolateral kedua tungkai dekat pergelangan kaki.
c. Bagian dinding dada dimana elektroda unipolar precodial lead akan ditempelkan.

Pemasangan elektroda
Berikan sedikit pasta pada lempengan elektroda dan pasang atau tempelkan pada kulit yang sudah
dibersihkan. Elektroda yang sudah menempel pada kulit kemudian dihubungkan dengan kabel sbb:
1.Kabel R untuk elektroda yang dipasang di pergelangan tangan kanan.
2.Kabel L untuk elektroda yang dipasang di pergelangan tangan kiri.
3.Kabel N untuk elektroda yang dipasang di pergelangan kaki kanan.
4.Kabel F untuk elektroda yang dipasang di pergelangan kaki kiri.

Untuk unipolar precodial lead elektroda dipasang sbb :


1. Kabel V1 (merah) untuk elektroda diruang intercostal IV pada sternal kanan.
2. Kabel V2 (kuning) untuk elektroda diruang intercostal IV pada sternal kiri.
3. Kabel V3 (hijau) untuk elektroda pergelangan garis lurus antara V2 dan V4.
4. Kabel V4 (coklat) untuk elektroda dititik potong antara linea medio clavicularis dan ruang
intercostal IV.
5. Kabel V5 (jingga) untuk elektroda dititik potong linea axilaris anterior dan garis mendatar melalui
V4.
6. Kabel V6 (ungu) untuk elektroda dititk potong antara linea aksilaris media dan garis mendatar
melalui V4 dan V5.

Kecepatan kertas EKG diatur 25 mm/detik dengan mengatur tombol kecepatan. kepekaan alat diatur 1 mV =
1 cm dengan menekan tombol kepekaan sehingga input sebesar 1 mV = defleksi 1 cm.

7
Pelaksanaan pemeriksaan
Perekaman otomatis
1.Geser tombol [operate] keposisi ‘A’.
2.Tekan tombol [start/stop].
Perekaman manual
1.Geser tombol [operate] keposisi ‘M’.
2.Pilih lead EKG dengan tombol [lead].
3.Tekan tombol [start/stop] untuk memulai.
4.Ubah ke lead lain dengan menekan tombol [lead].
5.Tekan tombol [start/stop] untuk menghentikan.

DIAGRAM KOMPLEKS EKG, INTERVAL DAN SEGMEN

EKG terdiri dari garis isoelektris dan gelombang-gelombang yang diberi tanda dengan huruf P; Q; R; S; T dan
U. Gelombang ini tercatat pada kertas EKG yang memiliki skala 1 mm 2. Garis datar 1 mm menunjukkan waktu
dan garis 1 mm vertikal menunjukkan voltase 0,1 mVolt. Setiap 5 kotak kecil ada garis batas yang lebih tebal
yang menunjukkan waktu 0,20 detik, sedang garis vertikal 10 mm mempunyai nilai 1 mVolt.
Kertas EKG biasanya dijalankan dengan kecepatan 25 mm/detik. Gelombang EKG dikatakan positif bila
defleksi ke atas garis iso elektris dan dikatakan negative bila defleksinya di bawah garis iso elektris.

CARA MEMBACA EKG


 Cek kalibrasi alat pada hasil EKG
 Pastikan letak sadapan benar dengan melihat aVR gelombangnya semua terbalik
 Cek identitas, tensi, kecepatan respirasi dan nadi
 Menentukan irama jantung
 Menghitung HR
 Regularitas gelombang
 Menghitung aksis jantung
 Analisa tiap gelombang EKG pada tiap sadapan

8
IDENTIFIKASI RITME/IRAMA JANTUNG
Ini penting untuk diagnosa aritmia dengan membuat lead II panjang dan harus menunjukan irama sinus ,
dimana kita menjumpai adanya gelombang P. Dari sini dapat dikategorikan :
 Regular Vs irregular : menggunakan metode pensil dan kertas dan dengan jangka. Reguler
didapatkan jika jarak antara QRS kompleks satu dengan lainnya sama, jika tidak sama maka iramanya
irregular.
 Bradikardia Vs takikardia : dengan menghitung denyut jantung.
 Supraventrikuler Vs ventrikuler : dengan melihat gelombang yang dihasilkan.

MENGHITUNG DENYUT JANTUNG (HEART RATE) PADA EKG


Pada denyut jantung yang teratur dapat dihitung dengan melihat R – R interval dari EKG, artinya jarak antara
gelombang R ke gelombang R komplek QRS berikutnya. Pengukuran denyut ini dapat dilakukan jika R – R
interval tetap/regular. Garis datar menunjukkan waktu tiap 1 mm sama 0,04 detik, ini berarti dalam 1 menit
terdiri dari 1500 mm. Cara menghitung mencari R – R interval kemudian 1500 dibagi R – R interval (dalam
kotak kecil) atau 300 dibagi R – R interval (dalam kotak besar).
Dengan melihat membuat lead II panjang dengan minimal 15 kotak besar kita dapat menentukan ritme
jantung.

9
VEKTOR EKG
Vektor adalah satuan dari besar, arah dan muatan dari proses depolarisasi/repolarisasi. Gerakan-gerakan ion
ini dapat diukur dengan vektor, ditunjukkan dengan tanda panah dimana arah panah menunjukkan arah
muatan positif. Yang mempengaruhi vektor besar, arah dan waktu.

Vektor dilihat dari 3 dimensi :


 Bidang frontal : lead I,II,III, aVR, aVL, aVF.
 Bidang horizontal : precordial lead
 Bidang sagital

Arah vektor rata-rata dipengaruhi oleh umur, sehingga komplek QRS pada EKG normal bervariasi. Cara
menentukan arah vektor dapat dengan cara :
1. Segi tiga Einthoven
2. Triangle reference system Bailey
3. Hexaxial reference system

Dari sini kita dapat menentukan vector rata-rata, dengan melihat bentuk komplek QRS di lead I (bifasik) dan
aVF (terbesar). Dari sini kita akan tahu aksis sumbu jantung.

Pada orang yang normal QRS aksis berkisar antara -30° sampai +100°. Bila lebih ke kiri (kurang dari -30°)
disebut devisiasi aksis ke kiri (Left Axis Deviation). dijumpai pada keadaan left anterior hemiblok, Wolff
Parkinson White syndrome, inferior miokardia infark, ventrikuler takikardi. Bila lebih ke kanan (lebih dari
+100°) disebut devisiasi aksis ke kanan (Right Axis Deviation), dijumpai pada keadaan hipertrofi ventrikel
kanan, Wolff Parkinson White syndrome, anterolateral miokard infark, dextrokardia, left posterior hemiblok.

Membuktikan kebenaran HUKUM EINTHOVEN

SII = SI + SIII

10
Aksis Jantung Pada Bidang Horizontal
Aksis komplek di bidang horizontal normal terletak antara 0° sampai -30°. Apabila aksis terletak lebih ke kiri
(lebih negative) dari -30°, maka keadaan ini disebut deviasi aksis ke posterior. Sebaliknya aksis terletak lebih
ke kanan (lebih positif) dari 0°, maka disebut deviasi aksis ke anterior. Kegunaan tahu aksis sumbu horizontal
untuk evaluasi gelombang R dan menentukan posisi jantung.
R-wave progression, pada EKG normal sadapan prekordial merekam gambaran gelombang R yang makin
membesar (mulai V1 sampai V6) dan gelombang S terekam makin mengecil. Hal ini karena miokard semakin
menebal, sehingga intensitas arus depolarisasi bertambah besar.
Sadapan V3 memiliki komplek QRS ekuifasik sehingga daerah diantara sadapan V2 sampai V4 (paling sering
V3) disebut transitional zone, menggambarkan posisi jantung yang sebenarnya.

Gelombang-gelombang EKG
Gelombang P
Gelombang P terjadi akibat depolarisasi atrium kanan dan kiri dimana atrium menerima stimulus. Arah
vektor gelombang P kiri depan bawah, dimana atrium menerima stimulus dari SA node yang terletak di
atrium kanan, maka atrium kanan akan memulai dan mengakhiri depolarisasi lebih dulu dari atrium kiri.
Setengah bagian pertama gelombang P mewakili depolarisasi atrium kanan sedang setengah bagian yang
lain mewakili depolarisasi atrium kiri.

Gelombang P normal :
 Defleksi positif pada sadapan lateral (I, aVL, V5 dan V6) dan sadapan inferior (aVF)
 Biasanya bifasik pada sadapan V1
 Defleksi negatif pada sadapan aVR
 Bervariasi pada sadapan III, V2 sampai V4
 Lebarnya kurang dari 2,5 mm (bervariasi antara 0,08-0,11)
 Tingginya kurang dari 2,5 mm (0,25 mVolt)

P-R interval
Waktu yang menunjukkan dari permulaan depolarisasi atrium sampai permulaan depolarisasi ventrikel. P-R
interval normal 0,12 sampai 0,20 detik, dihitung dari permulaan gelombang P sampai permulaan komplek
ORS.

Kompleks QRS
Kompleks ini mempunyai arti klinis yang penting dari semua gambaran EKG, karena kompleks QRS
merupakan depolarisasi ventrikel atau penyebaran impuls di seluruh ventrikel. Waktu komplek QRS normal
0,08 sampai 0,10 detik yang dihitung dari permulaan gelombang Q sampai akhir gelombang S. Memiliki 3
komponen :
 Gelombang Q yaitu bagian defleksi negatif sebelum suatu defleksi positif. Normal dijumpai pada lead
I,II,aVL, V5 dan V6, merupakan depolarisasi septum dari kiri ke kanan.
 Gelombang R yaitu defleksi positif yang pertama muncul, disertai/tidak disertai gelombang Q,
merupakan depolarisasi septum dan ventrikel kiri.
 Gelombang S yaitu defleksi negatif setelah gelombang R, merupakan depolarisasi lambat dinding
ventrikel bergerak menuju aterobasal.
Gelombang Q menunjukkan gelombang pertama komplek QRS tapi tidak dijumpai pada setiap sadapan.
menunjukkan proses depolarisasi septum interventrikel arah depolarisasi kanan bawah depan. Gelombang
ini kecil yang tampak pada sadapan ventrikel kiri (V4 sampai V6). Gelombang Q dikatakan pathologi jika
lebarnya melebihi 0,04 detik dan dalamnya melebihi sepertiga dari tinggi gelombang R pada komplek QRS
yang sama disertai gelombang T terbalik ini dijumpai pada infark miokard transmural, left ventrkel hipertrofi
dan bundle branch blok.

11
Gelombang R yang menunjukkan depolarisasi dinding ventrikel arah resultante vektor gelombang R kiri
bawah depan. Gelombang S yang menggambarkan depolarisasi antero basal dan konus pulmonalis, arah
resultante vektor biasanya sama dengan septum. Ketinggian gelombang R dan kedalaman gelombang S
bervariasi tergantung pada posisi electrode. Gambaran normal pada EKG :
 Gelombang R makin tinggi pada sadapan V1 ke sadapan V6.
 Gelombang R mirip dengan gelombang S pada lead V1 dan V2.
 Gelombang R lebih besar dari gelombang S pada lead V5 dan V6.
 Gelombang R tingginya tidak lebih 25 mm.
 Gelombang S dalamnya tidak lebih 25 mm.

Segmen S-T
Adalah interval antara akhir QRS komplek (titik J) sampai permulaan gelombang T. Ini menunjukkan waktu
kedua ventrikel dalam keadaan aktif sebelum dimulainya repolarisasi S. S-T segmen biasanya iso elektris,
tetapi 1 mm diatas/dibawahnya masih dianggap normal. Panjang S-T segmen antara 0,05 sampai 0,15 detik.

Gelombang T
Gelombang ini menunjukkan proses repolarisasi ventrikel, arah repolarisasi ventrikel berlawanan dengan
arah depolarisasi (dari epikard ke endokard) sehingga pada pencatatan EKG tampak gelombang T searah
dengan penjumlahan komplek QRS. Panjang gelombang T normal 0,10 sampai 0,25 detik. Pada EKG
gelombang T positif pada lead I,II, V2 sampai V6, negative pada lead aV R dan bifasik pada lead III, aVL, aVF dan
V1. gelombang ini sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan fisiologis (tidur, olah raga dan perut
kenyang) maupun patologis maka pada keadaan normal tinggi gelombang T pada sadapan yang sama dapat
berubah-ubah dari waktu ke waktu. Tinggi gelombang T minimal 1 mm dan tingginya tidak lebih 10 mm (1
mVolt) pada sadapan prekordial dan tidak lebih 5 mm (0,5 mVolt) pada sadapan ekstremitas. Normal bentuk
gelombang T berbentuk sedikit asimetris dimana defleksi positif terjadi perlahan sampai mencapai puncak
kemudian menurun secara curam.

QT interval
QT interval adalah waktu yang diperlukan untuk depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Diukur dari
permulaan gelombang Q sampai akhir gelombang T, nilai normal antara 0,35 sampai 0,44 detik tergantung
pada denyut jantung.

Gelombang U
Gelombang kecil yang kadang terlihat sesudah gelombang T. Gelombang ini merupakan bagian akhir dari
fase repolarisasi yang sebenarnya masih termasuk gelombang T sehingga memiliki polaritas yang sama
dengan gelombang T. Gelombang U dibentuk dari repolarisasi septum interventrikel atau otot papilaris
tetapi mekanisme pasti belum diketahui.

12
13
TUJUAN
Rekaman EKG dapat untuk mengetahui berbagai macam keadaan jantung, misalnya :
 Posisi jantung
 Kelainan hantaran impuls
 Kelainan vaskularisasi
 Kelainan metabolisme

Pada praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat melakukan dan mengetahui :


1. Cara merekam EKG
2. Irama jantung
3. Frekuensi jantung
4. Hantaran impuls
5. Besar voltage gelombang impuls
6. Posisi jantung pada bidang frontal
7. Posisi jantung pada bidang horizontal
8. Mengambil kesimpulan hasil rekaman EKG

KELAINAN IRAMA JANTUNG


Kelainan irama pada jantung sering kita sebut sebagai ARITMIA. Frekuensi denyut jantung normal 60-100
kali/menit. Frekuensi jantung adalah tanda vital. Jangan dianggap enteng atau memeriksanya secara sambil
lalu, karena relevan secara klinis. Sinus takikardi, jika frekuensi jantung lebih besar dari 100 denyut/menit.
Sinus bradikardi, jika frekuensi jantung kurang dari 60 kali/menit.

14
Irama normal berasal dari SA node yang disebut irama sinus, syarat suatu EKG dikatakan irama sinus jika :
1. Setiap 1 gelombang P diikuti 1 kompleks QRS
2. Interval PR 0,12-0,20 detik (3-5 mm)
3. Gelombang P di lead II positif, gelombang P di lead aVR negatif
4. Frekuensi denyut jantung antara 60-100x/menit, reguler

15
16
17
18
19
20
KELAINAN PR INTERVAL
Kelainan pada PR interval hanya diukur pada sadapan ekstremitas (sadapan frontal : I, II, III, aVR, aVL dan
aVF) interval tidak pernah diukur pada sadapan prekordial (sadapan horizontal). PR interval diukur dengan
satuan waktu (detik), PR interval normal 0,12 detik sampai 0,20 detik. PR interval diukur dari awal
gelombang P ke permulaan depolarisasi ventrikel, ini menggambarkan jumlah waktu yang diperlukan implus
listrik menjalar dari nodus sinus melalui atrium dan melalui nodus AV serta berakhir pada permulaan
depolarisasi ventrikel. PR interval lebih panjang dari 0,20 detik menunjukkan AV blok derajat 1.

21
22
23
KELAINAN INTERVAL QRS
Interval QRS mengukur jarak dari permulaan kompleks QRS sampai akhir kompleks QRS, menunjukkan
jumlah waktu yang diperlukan implus listrik untuk depolarisasi ventrikel. Interval QRS normal adalah 0,09
detik atau kurang. Kelainan dapat berupa keterlambatan konduksi intraventrikel dan blok cabang berkas.
Interval QRS lebih dari 0,10 detik menunjukkan konduksi abnormal.

24
25
KELAINAN ANATOMI JANTUNG

26
KELAINAN PADA PEMBULUH DARAH JANTUNG

27
28
29
30
31
CHECKLIST PROCEDURAL SKILLS EKG

No SKOR
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Hidupkan power alat EKG
2. Siapkan orang yang diperiksa dan melepas semua bahan logam
3. Orang yang diperiksa dipersilahkan berbaring
4. Permukaan kulit berikut dibersihkan dengan alkohol 70%
a. Bagian ventral kedua tangan dekat pergelangan tangan
b. Bangian anterolateral kedua tungkai dekat pergelangan kaki
c. Bagian dinding dada dimana elektroda unipolar precodial lead akan
ditempelkan
5. Permukaan kulit berikut dibersihkan dengan pasta elektroda
a. Bagian ventral kedua tangan dekat pergelangan tangan
b. Bangian anterolateral kedua tungkai dekat pergelangan kaki
c. Bagian dinding dada dimana elektroda unipolar precodial lead akan
ditempelkan
6. Menempatkan elektroda pada tangan kanan kemudian dihubungkan dengan
kabel R
7. Menempatkan elektroda pada tangan kiri kemudian dihubungkan dengan kabel L
8. Menempatkan elektroda pada kaki kiri kemudian dihubungkan dengan kabel F
9 Menempatkan elektroda pada kaki kanan kemudian dihubungkan dengan kabel
N
10. Menempatkan elektroda pada sadapan precordial, kabel V1 (merah) untuk
elektroda diruang intercostal IV pada sternal kanan
11. Menempatkan elektroda pada sadapan precordial, kabel V2 (kuning) untuk
elektroda diruang intercostal IV pada sternal kiri
12. Menempatkan elektroda pada sadapan precordial, kabel V3 (hijau) untuk
elektroda pergelangan garis lurus antara V2 dan V4
13. Menempatkan elektroda pada sadapan precordial, kabel V4 (coklat) untuk
elektroda dititik potong antara linea medio clavicularis dan ruang intercostal IV.
14. Menempatkan elektroda pada sadapan precordial, kabel V5 (jingga) untuk
elektroda dititik potong linea axilaris anterior dan garis mendatar melalui V4.
15. Menempatkan elektroda pada sadapan precordial, kabel V6 (ungu) untuk
elektroda dititik potong antara linea aksilaris media dan garis mendatar melalui
V4 dan V5.
16. Mengatur kecepatan kertas EKG diatur 25 mm/detik dengan mengatur tombol
kecepatan.
17. Kepekaan alat diatur 1 mV = 1 cm dengan menekan tombol kepekaan sehingga
input sebesar 1 mV = defleksi 1 cm.
18. Tekan tombol start
19. Menunggu hasil pemeriksaan EKG
20. Melepas semua elektroda dari tubuh yang diperiksa
21. Merapi kabel-kabel elektroda
22. Mematikan power mesin EKG

32

Anda mungkin juga menyukai