Anda di halaman 1dari 23

A.

GAMBARAN UMUM

Jantung adalah salah satu organ penting dalam tubuh manusia yang
berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Organ Ini bertanggung-jawab
untuk memompa darah yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh dan
darah terdeoksigenasi ke paru-paru melalui sistem sirkulasi sistematik ritmik
yang terus menerus. Jantung manusia adalah organ berotot — kira-kira
sebesar kepalan tangan orang dewasa dengan berat 200-425 gram. Posisi
jantung berada di antara paru-paru, di tengah dada, tepatnya di belakang kiri
tulang dada.
Cara kerja jantung dalam memompa dan memasok darah darah ke seluruh
tubuh diilustrasikan pada gambar 2.14. Jantung normal terdiri dari empat
ruang, 2 ruang jantung atas dinamakan atrium (serambi) dan 2 ruang jantung
di bawahnya dinamakan ventrikel (bilik), yang berfungsi sebagai pompa.
Dinding yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel menjadi bagian kanan
dan kiri dinamakan septum
Atrium kanan menerima darah dari seluruh tubuh melalui vena cava
yang kemudian dialirkan ke ventrikel kanan. Darah dari ventrikel kanan
dipompa ke luar jantung menuju ke paru-paru untuk pertukaran karbon
dioksida dengan oksigen. Darah yang sudah dipenuhi oksigen, kemudian
dipompakan masuk ke atrium kiri, lalu ke ventrikal kiri, dan selanjutnya
dialirkan ke seluruh tubuh melalui aorta melalui sistem sirkulasi sistematik
dengan kontraksi ritmik dan berulang.

Sumber: www.commons.wikimedia.org

Gambar 2.14. Kerja Jantung


Denyut jantung rata-rata berubah menyesuaikan perkembangan usia.
Dalam satu menit rata-rata denyut jantung bayi berdetak 120 kali, anak 90
kali, remaja dan dewasa adalah 60–100 kali. Faktor-faktor yang
mempengaruhi denyut nadi adalah usia, jenis kelamin, intensitas dan lamanya
aktifitas fisik, kehamilan, riwayat kesehatan, rokok, kondisi psikis, dan lain-
lain. Pemeriksaan EKG diindikasikan untuk mendeteksi aritmia pada pasien
dengan risiko irama jantung yang abnormal.
Elektrokardiograf memberikan informasi yang obyektif tentang
struktur dan fungsi jantung. Alat ini merupakan alat diagnosis yang
digunakan untuk evaluasi awal pasien dengan keluhan jantung. Alat EKG
dapat kita temui di rumah sakit pada pelayanan Instalasi Gawat Darurat,
Rawat Inap, Rawat Jalan, Ruang Intensif, dan Ruang Medical Check Up.
Berdasarkan hasil perekaman yang dihasilkan, EKG dibagi dalam 1 channel
dan multi channel (3/6/12). Teknologi terkini memungkinkan EKG melakukan
interpretasi hasil selain melakukan perekaman aktifitas listrik jantungnya.
Evolusi dari alat EKG dijelaskan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2
Perkembangan Elektrokardiografi

1842 Matteuci Merekam aktifitas listrik jantung seekor


kodok’
1887 Waller Ahli pertama yang merekam aktifitas
listrik jantung manusia’
1893 Einthoven Ahli pertama yang menggunakan
terminologi EKG
1901 Einthoven Membuat string galvanometer berbasis
mesin 3 lead EKG.
1908 Einthoven EKG mulai memasuki pasar Amerika
Serikat
1924 Einthoven Memenangkan hadiah Nobel
1934-1938 Wilson Pencetus lahirnya precordial lead
1942 Goldberg Pencetus lahirnya augmented unipolar
lead
1954 AHA standar Standarisasi 12 lead EKG
Sumber: AlGhatrif, 2012
B. PRINSIP KERJA SECARA UMUM

Jantung merupakan organ vital yang bertugas memompakan darah ke


seluruh tubuh. Kontraksi jantung dalam memompa darah diatur oleh
potensial aksi. Kontraksi jantung terjadi karena potensial aksi yang
dihantarkan sepanjang membran sel otot jantung itu sendiri tanpa adanya
rangsangan. Kemampuan ini dikenal dengan autoritmik atau otoritmisitas. Sel
otot jantung terdiri dari 1 % sel otoritmik yang bertugas untuk
menghantarkan potensial aksi sepanjang membran sel agar otot jantung
terus berkontraksi sedangkan 99% lainnya adalah sel kontraktil yang memiliki
tugas melakukan kerja mekanis, yaitu memompa.
Setiap bagian jantung memiliki karakteristik potensial aksi yang khas.
Sel- sel khusus jantung tidak memiliki potensial membran istirahat. Sel-sel ini
memperlihatkan aktivitas autoritmik berupa depolarisasi lambat yang diikuti
oleh potensial aksi apabila potensial membran tersebut mencapai ambang
tetap. Hal ini menimbulkan potensial aksi secara berkala yang akan menyebar
keseluruh jantung yang menyebabkan jantung berdenyut secara teratur
tanpa adanya rangsangan melalui saraf. Inilah yang menjadi dasar jantung
dapat berdetak dan irama jantung dapat terjadi.
Potensial aksi sel otoritmik jantung mempunyai 4 fase, yaitu fase 0
(depolarisasi cepat), fase 1 (repolarisasi awal), fase 2 (plateu), fase 3
(repolarisasi cepat), fase 4 (istirahat). Penjelasan potensial aksi ini dapat
dipelajari pada Gambar 2.15 (Irawati, 2015)
Sumber: www.pathophys.org
Gambar 2.15
Potensial Aksi Otot Jantung

Keterangan untuk setiap fase itu adalah sebagai berikut.


1. Fase resting (fase 4). Pada fase ini, potensial membran terukur sekitar –
90 mV. Dikarenakan ion natrium yang berlebihan di dalam sel dan ion
kalium yang berlebihan di luar sel dikembalikan ke tempat semula
dengan pompa natrium-kalium, sehingga ion natrium kembali ke luar
sel dan ion kalium kembali ke dalam sel.
2. Depolarisasi cepat (fase 0). Akibat permeabilitas Na meningkat
kemudian Na akan masuk melalui saluran cepat menyebabkan keadaan
di dalam (+) di luar (-). Dalam keadaan normal, serat otot jantung dapat
berkontraksi sekitar 60-100 kali/menit oleh karena impuls listrik yang
dihasilkan oleh sinus atrial atau SA node. Aksi ini mengubah potensial
istirahat membran yang ambang potensialnya -90 mV naik secara cepat
ke dalam sel melalui natrium channel dan membiarkan masuknya aliran
Na+ (sodium). Dengan masuknya ion natrium (bersifat positif) ke dalam
sel, maka potensial dalam membran sel akan menjadi lebih positif
sehingga ambang potensialnya akan naik (depolarisasi) sekitar 30 mV.
3. Repolarisasi awal (fase 1). Mendadak terjadi perubahan kadar ion
sebagai penyeimbang, ion negatif akan masuk, kemudian terjadi
inaktivasi sel Na.
Segera setelah fase 0, channel untuk ion K + (potassium) terbuka dan
melewatkan ion kalium ke luar dari dalam sel. Hal ini membuat potensial
membran sel menjadi lebih turun sedikit.
4. Plateu (fase 2). Tidak terjadi perubahan muatan listrik, ion masuk
seimbang dengan ion yang keluar. K, Na, Ca masuk melalui saluran
lambat. Segera setelah repolarisasi awal, untuk mempertahankan
ambang potensial di membran sel maka ion kalsium (Ca 2+) akan segera
masuk sementara ion kalium tetap ke luar. Dengan begini, ambang
potensial membran sel akan tetap datar untuk mempertahankan
kontraksi sel otot jantung.
5. Repolarisasi cepat (fase 3). Aliran lambat ion kalsium berhenti, akan
tetapi aliran ion kalium yang keluar membran sel tetap terjadi sehingga
potensial membran menjadi turun (lebih negatif) dan disebut dengan
repolarisasi. Aliran Ca & Na inaktif, permeabilitas terhadap K meningkat,
K akan keluar menyebabkan keadaan di dalam (-) dan di luar (+).
6. Fase resting (fase 4). Potensial membran menjadi ke fase istirahat
dengan potensial sekitar – 90 mV. Karena ion natrium yang berlebihan
di dalam sel dan ion kalium yang berlebihan di luar sel dikembalikan ke
tempat semula dengan pompa natrium-kalium, maka ion natrium
kembali ke luar sel dan ion kalium kembali ke dalam sel.

Tubuh manusia merupakan konduktor listrik yang baik. Cairan dalam


jaringan tubuh mengandung ion-ion. Perbedaan potensial akan
menyebabkan ion berpindah. Pergerakan ion disebabkan perbedaan
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel. Aktifitas listrik jantung disebabkan
pergerakan ion melalui saluran ion. Ion yang berperan dalam aktifitas ini
adalah Na+, K+, dan Ca2+. Elektroda yang ditempatkan pada permukaan kulit
akan merekam beda potensial. Perubahan letak elektroda akan
mengakibatkan perubahan hasil perekaman. Ilustrasi elektrokardiogram dan
potensial aksi otot jantung pada 1 detak jantung ditunjukkan pada Gambar
2.16.
Sumber: (Bell, 2008)
Gambar 2.16
Elektrokardiogram dan Potensial Aksi Otot Jantung
Durasi 1 Detak Jantung

Pada intinya denyut jantung di peroleh dari siklus depolarisasi


repolarisasi. Saat melaksanakan kedua proses tersebut jantung secara tidak
langsung membangkitkan juga sinyal listrik. Sinyal listrik ini nantinya akan
menjadi unsur utama dan penting dalam proses perekaman data jantung
dengan menggunakan alat elektrokardiografi (EKG) selain arah defleksi yang
ditentukan berdasarkan penempatan elektroda. Berikut ini penjelasan
tentang rangsangan hantaran sel otoritmik (www.theafibclinic.com) yang
terdapat pada jantung diilustrasikan oleh Gambar 2.17, dengan keterangan
sebagai berikut.
1. SA NODE: sinus atrial node merupakan pembangkit sinyal listrik yang
pertama kali bekerja dan menghasilkan denyut terbesar dengan kisaran
60-100 beats per minute (BPM)
2. AV N0DE: bekerja setelah terjadi atrial contraction, dalam hal ini terjadi
jeda waktu. Pada keadaan normal AV node bekerja setelah SA node.
Denyut yang di hasilkan antara 40-60 BPM.
3. BUNDLE BRANCHES: memiliki kemampuan membangkitkan sinyal listrik
sendiri, dengan denyut yang dihasilkan antara 20-40 BPM.
4. PURKINJE FIBERS: merupakan jaringan berupa serat serat halus yang
dapat menghantar rangsangan listrik langsung menuju sel otot
ventricular. Denyut yang dihasilkan antara 20-40 BPM.

Sumber: (www.theafibclinic.com/normal-heart-rhythm)

Gambar 2.17
Sistem Kelistrikan
Jantung

Sewaktu impuls jantung melewati jantung, arus listrik akan menyebar


ke jaringan di sekeliling jantung, dan sebagian kecil dari arus listrik ini akan
menyebar ke segala arah di seluruh permukaan tubuh. Impuls yang masuk ke
dalam jantung akan membangkitkan sistem konduksi pada jantung sehingga
terjadi potensial aksi. Dalam potensial aksi jantung secara umum, terdapat
dua fase yang terjadi, yaitu depolarisasi dan repolarisasi. Depolarisasi adalah
rangsangan ketika gelombang rangsang listrik terbesar dari nodus SA melalui
sistem penghantar menuju miokardium untuk merangsang otot berkontraksi.
Sedangkan repolarisasi adalah pemulihan listrik kembali.
Terdapat 6 gelombang utama pada EKG normal pada satu fase pompa
jantung yaitu: P, Q, R, S, T dan U. Biopotential yang dibangkitkan jantung
terlihat pada Gambar 2.18 yang dikenal dengan nama elektrokardiogram.
Gelombang ini terdiri dari beberapa bagian gelombang yang muncul selama
proses kerja jantung.
1. Gelombang P menunjukkan depolarisasi pada otot-otot atrial.
Gelombang P adalah defleksi positif pertama sebelum QRS. Interval PR
diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan defleksi garis
isoelektrik berikutnya. Interval ini adalah waktu yang diperlukan impuls
listrik dikonduksikan melalui atrium dan simpul AV sampai mulai timbul
depolarisasi ventrikel.
2. Gelombang QRS terdiri atas tiga gelombang yaitu Q, R dan S.
Gelombang Q adalah defleksi negatif pertama yang mendahului
gelombang R atau sesudah interval PR. Gelombang Q menunjukkan
depolarisasi normal dari kiri ke kanan septum interventrikel. Gelombang
R adalah defleksi positif pertama setelah gelombang P. Gelombang R
menunjukkan depolarisasi ventrikel awal. Gelombang S adalah defleksi
negatif kedua pada EKG yang menGambarkan akhir depolarisasi
ventrikel. Gelombang ini adalah defleksi negatif yang menyertai
gelombang R. Pengukuran QRS dimulai dari permulaan gelombang Q
sampai gelombang S mencapai garis isoelektrik. Segment ST adalah
bagian garis yang berlanjut dari ujung gelombang S sampai permulaan
gelombang T. Lebar QRS normal adalah 70 -100 ms (durasi 110 ms
terkadang diamati pada subyek sehat).

Sumber: (Smeltzer, 2000)


Gambar 2.18
Hasil Pengukuran Lead II
3. Gelombang T adalah defleksi positif setelah setiap kompleks QRS. Ini
mewakili repolarisasi ventrikel.
4. Gelombang U tak selalu terlihat, bentuknya kecil dan mengikuti
gelombang T. Gelombang U diperkirakan menggambarkan repolarisasi
otot serabut Purkinje.

Selang waktu dari P – Q menunjukan waktu delay di dalam fiber-fiber di


dekat node AV. Gelombang ini selanjutnya akan direkam oleh
Elektrokardiograf. Beberapa nilai amplitudo dan durasi normal yang penting
pada parameter EKG dijelaskan pada Gambar 2.19.

Amplituda Durasi
P 0.25 mV P-R 0.12 - 0.20 sec

Q 1.60 mV Q-T 0.35 - 0.44 sec

Q 25% x R S-T 0.05 – 0.15 sec

Sumber: (Smeltzer, 2000)


Gambar 2.19
Amplitudo dan Durasi Parameter Sinyal EKG
Sumber: (www.rpw.chem.ox.ac.uk/the-standard-12-Lead-ECG)

Gambar 2.20
Sadapan EKG Berdasarkan Bidang Frontal dan Horizontal

Signal EKG yang berasal dari jantung merambat ke seluruh tubuh dan
mempunyai magnitude dengan arah tertentu (cardiac vector). Untuk
mendeteksi signal EKG, ditentukan titik-titik reference pengukuran untuk
menempatkan elektroda. Elektrokardiogram dapat mencatat aktivitas listrik
otot jantung (miokardium) dari 12 posisi yang berbeda yaitu bidang frontal (3
posisi bipolar, 3 posisi unipolar) dan bidang horizontal (6 posisi precondial)
seperti diilustrasikan pada Gambar 2.20.

Parameter EKG terdiri dari:


1. BPM (Beat Per Menit) adalah jumlah detak jantung tiap menit. Untuk
menghitung BPM ini kita harus mengetahui lebar interval R ke R. Rumus
yang di gunakan untuk menghitung BPM adalah :
BPM = (V/S) X 60

Dimana V = Kecepatan kertas (


mm/s) S = Jarak antara R ke
R ( mm)
BPM = Jumlah detak jantung permenit

Gambar 2.21
Elektrokardiogram
Strip

Pada EKG strip pada Gambar 2.21 tampak jarak antara P-P dan R-R yang
sama, yaitu 3,2 (kotak besar) atau 16 (kotak kecil). Berdasarkan Gambar 2.21
itu, heart rate yang didapat adalah:

300 : 3,2 = 93,75 ~ 90 kali/menit


atau
1500 : 16 = 93,75 ~ 90 kali/menit.

Penggunaan rumus 300 untuk mewakili kotak besar R-R akan


memudahkan perhitungan dan pembacaan yang dilakukan

2. Paper speed
Kecepatan Kertas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Kecepatan Kertas = (bpm x s ) / 60

dimana : bpm = beat per menit


s = jarak R ke R ( mm)
Kecepatan kertas = 25/50 mm/sec
Paper speed EKG dapat dipilih pada 25 mm/s atau 50 mm/s. Kecepatan
normal EKG adalah 25 mm/s artinya dalam 1 detik mewakili 25 mm atau
kotak kecil dalam bidang horizontal. Terlihat pada Gambar 2.22,
1 kotak kecil = 1 mm = 1 kotak kecil = 0,04 detik = 0,1 mVolt
1 kotak besar = 5 mm = 5 kotak kecil = 0,2 detik = 0,5 mVolt
10 kotak kecil = 10 mm = 2 kotak besar = 0,4 detik = 1 mVolt
5 kotak besar = 25 mm = 25 kotak kecil = 1 detik = 5 mVolt

Sumber: (Cromwell, 1980)


Gambar 2.22. Kertas EKG

3. Sensitivity
Sensitivity adalah voltage elektrik jantung dalam satuan mm Volt
Sumber: (Cromwell, 1980)
Gambar 2.23. Kertas EKG

C. DIAGRAM BLOK

Berdasarkan diagram blok pada Gambar 2.24, fungsi masing-masing


blok dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Multiplexer, biasanya digunakan pada EKG yang sudah menggunakan
sistem digital, sedangkan untuk EKG yang masih manual menggunakan
saklar putar. Fungsi dari multiplexer ini adalah untuk memilih mode
perekaman lead, meliputi lead I, II, III, aVR, aVL, aVF, V1, V2, V3, V4, V5
dan V6. Rangkaian multiplexer menerima input dari elektroda yang
terhubung ke pasien melalui kabel pasien.
2. Pre-Amp, rangkaian ini menerima input langsung dari sinyal
biopotensial jantung dengan level tegangan mili volt. Pada kondisi ini
maka rangkaian pre amp harus memiliki karakteristik yang cukup baik
terhadap derau/noise. Selain itu pre-amp juga mendapat sinyal kalibrasi
1mV. Sinyal ini biasanya digunakan untuk mengkalibrasi amplitudo.

Gambar 2.24 adalah gambar diagram blok EKG secara umum.


Sumber: (Aston, 1990)
Gambar 2.24. Blok Diagram Alat EKG

3. Filter, berfungsi untuk meredam keluaran pre-amp terhadap noise atau


gangguan baik dari frekuensi jala-jala, gerakan pasien atau frekuensi
lainnya.
4. Main-amp, merupakan penguat utama yang berfungsi menguatkan
sinyal dari level miliVolt sampai level Volt. Penguatan dari penguat
utama ini mencapai 400 kali. Pada penguat utama terdapat selektor
sensitivitas yang berfungsi untuk mengatur penguatan, antara lain 0,5;
1; 1,5; 2 mV.
5. Power Supply, adalah sumber tegangan bagi seluruh rangkaian. Power
supply/catu daya yang digunakan pada EKG adalah jenis DC to DC
converter yang berperan juga sebagai sistem isolasi terhadap tegangan
jala-jala.
6. Motor Control, berfungsi untuk mengatur kecepatan perekaman dengan
kecepatan kertas yang dapat dipilih pada 25mm/s dan 50 mm/s.
7. Head print, berfungsi untuk merekam elektrokardiogram pada kertas
thermal paper.

Adapun cara kerja pesawat EKG secara keseluruhan adalah sebagai


berikut. Elektrode dipasang sesuai standar sadapan unipolar, bipolar dan
precondial. Sinyal biopotensial jantung diubah oleh elektroda menjadi sinyal
listrik yang level amplitudonya masih kecil (mV). Untuk mendapatkan sinyal
jantung yang sebenarnya sesuai dengan lead pengukuran yang dipilih maka
digunakan pre-amp dengan bentuk rangkaian penguat diferensial. Kelebihan
penguat ini adalah mampu meredam noise atau yang biasa disebut common
mode rejection ratio (CMRR). Pemfilteran pada EKG dilakukan empat kali lipat
yaitu HPF, LPF, notch, dan mode umum.
Filter high-pass menghilangkan sinyal frekuensi rendah (yaitu hanya
frekuensi yang lebih tinggi yang boleh lewat), filter low-pass menghilangkan
sinyal frekuensi tinggi. Filter high-pass dan low-pass bersama-sama dikenal
sebagai filter bandpass, yang dengan kata lain hanya memungkinkan
frekuensi tertentu untuk melewatinya.
Filter takik digunakan untuk menghilangkan frekuensi garis dan
biasanya dicetak pada EKG (mis. ~ 60 Hz). Penolakan mode umum sering
dilakukan melalui penggerak kaki kanan, di mana sinyal terbalik dari tiga
elektroda ekstremitas dikirim kembali melalui elektroda kaki kanan.
Semua filter menyebabkan distorsi pada sinyal keluaran yang dihasilkan.
Distorsi ini dapat berupa amplitudo atau fase. Filter yang ditemukan di
monitor jantung harus real-time sehingga tidak dapat mentolerir penundaan.
Dengan demikian keluaran filter menunjukkan karakteristik non-linier karena
penundaan yang diperlukan lebih singkat. Pada dasarnya, ffilter-filter itu
mendistorsi frekuensi yang berbeda secara berbeda yang menyebabkan
distorsi fase. Jika filter diterapkan selama pasca-pemrosesan, di mana output
sinyal secara real-time tidak diperlukan, desain filter ini bisa linier yang
meminimalkan distorsi fase.
Filter low-pass pada EKG digunakan untuk menghilangkan artefak otot
frekuensi tinggi dan gangguan eksternal. Mereka biasanya hanya
melemahkan amplitudo komponen EKG frekuensi tinggi. Filter low-pass
analog memiliki pengaruh yang nyata pada kompleks QRS, epsilon, dan
gelombang J tetapi tidak mengubah sinyal repolarisasi.
Filter high-pass menghilangkan komponen frekuensi rendah seperti
artefak gerakan, variasi pernapasan, dan baseline wander. Tidak seperti filter
low-pass, filter high-pass analog tidak banyak mengurangi sinyal. Namun,
filter high-pass analog mengalami pergeseran fasa yang mempengaruhi 5
hingga 10 harmonik pertama dari sinyal. Ini berarti bahwa filter high pass 0,5
Hz, yang merupakan frekuensi lebih rendah daripada yang dihasilkan
miokardium, masih dapat mempengaruhi frekuensi hingga 5 Hz.
Kecilnya level amplitudo masih memungkinkan terjadinya gangguan
pada sinyal biopotensial. Untuk menghindari gangguan itu maka setelah
penguat awal digunakan filter tambahan seperti hum filter (50/60 Hz) yaitu
filter untuk menghindari masuknya frekuensi jala-jala dan filter EMG untuk
menapis frekuensi rendah yang berasal dari gerakan pasien atau kabel
pasien. Keluaran dari filter ini kemudian akan dikuatkan kembali menjadi
sinyal dengan amplitudo lebih besar oleh main-amp. Keluaran dari main-amp
digunakan untuk menggerakkan head print sehingga dapat mencetak sinyal
jantung baik amplitudo maupun ritmenya. Contoh hasil perekaman sinyal
jantung pada head, dengan berbagai noise dan artefak, dapat dipelajari pada
Gambar 2.25.

Sumber: (Rodrigues, J. et al., 2017).

Gambar 2.25
Noise and Artefak Pada Sinyal EKG:
1a) Artefak Gerak (MA); 1b) Wandering Baseline (WB);
1c) Muscular Activation Interference (MI); 1d) AC Interference (ACI).

Sinyal EKG yang representatif berpotensi terganggu adanya noise dan


artefak seperti sinyal biomedical lainnya. Sumber dari artefak dan noise dapat
bersifat fisiologis seperti aktifitas otot dan pergerakan kulit; atau non
fisiologis sebagai akibat dari perangkat listrik yang berdekatan, atau
penggunaan peralatan yang salah. Jenis noise atau artefak ditunjukkan pada
Gambar 2.25
Jenis EKG dapat dibedakan dari penggunaan jenis kertas, teknologi
(mampu menginterpretasi hasil) dan kecepatan pembacaan hasil. EKG 12
channel memiliki keunggulan dalam dukungan teknologi, kecepatan, dan
keakuratan dalam pengoperasiannya. EKG 1 channel berisi satu channel
amplifier dan satu sistem perekaman. Pada model ini biasanya memiliki
sakelar
multi posisi. Dengan memilih sakelar, koneksi kabel yang diinginkan dapat
dipilih. Hanya satu lead dalam satu waktu yang dapat direkam atau dicetak.
EKG multichannel (3/6/12 channel) terdiri dari beberapa saluran
amplifier dan sejumlah sistem perekaman yang sesuai sehingga dapat
memfasilitasi pencatatan/perekaman beberapa lead EKG secara bersamaan
sehingga dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
serangkaian rekaman. Dalam mesin EKG Modern 3/6/12 channel,
menggunakan mikroprosesor untuk menangkap sinyal jantung dari
konfigurasi 12 lead standar, mengurutkan pemilih lead untuk menangkap
empat grup dari 3 sinyal lead dan mengganti grup setiap beberapa detik.

a. 3 Channel

b. 12 Channel

Gambar 2.26. Jenis Kertas EKG


1a) 3 channel 1b) 12 channel
Jenis kertas EKG yang digunakan untuk perekaman elektrokardiogram
adalah thermal paper meskipun kini banyak bermunculan juga kemampuan
print out hasil elektrokardiogram di atas kertas folio atau kuarto. Ukuran
thermal paper beragam dan cukup signifikan antara kertas single channel dan
multi channel (3/6/12). Kertas EKG single channel memiliki ukuran kertas
paling kecil dengan lebar ± 5 cm, sedangkan multi channel dengan 3 channel
memiliki lebar ± 8 cm, 6 channel adalah ± 11 cm dan EKG 12 channel
berukuran
± 22 cm.

D. BAGIAN ALAT

Secara umum unit EKG terdiri dari unit utama, asesoris, dan bahan habis
pakai sebagai penunjang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.27 dan
2.28. Bagian dari alat EKG terdiri dari:
1. 6 (enam) bulb EKG untuk sadapan dada (chest) V1, V2, V3, V4, V5 dan V6.
2. 4 (empat) clamp untuk sadapan ekstremitas tangan kiri (LA = left arm),
tangan kanan (RA = right arm), kaki kiri (LL = left leg) dan kaki kanan (RL
= right leg).
3. Kabel sadapan 10 (sepuluh) leads bisa dalam bentuk ujung lead tipe
banana plug atau tipe snap (kancing)
4. Kabel power
5. Kertas grafik EKG (bahan habis pakai)
6. Conductive gel (bahan habis pakai)
7. Disposable pad EKG untuk jenis kabel pasien tipe snap
Gambar 2.27
Unit EKG dan Asesoris

Pada Gambar 2.27 tampak 2 (dua) jenis kabel pasien yang memiliki
bentuk ujung lead yang berbeda yaitu tipe banana plug dan tipe snap
(kancing) plug. Perbedaan keduanya adalah jenis banana plug biasanya
dilengkapi dengan 6 bulb EKG chest dan 4 clamp ekstremitas dengan
kebutuhan bahan habis pakai tambahan berupa conductive gel. Sedangkan
pada jenis snap plug cukup menggunakan disposable pad EKG.

Gambar 2.28
Bahan Habis Pakai EKG
E. PENGOPERASIAN ALAT

Berikut adalah Langkah-langkah pengoperasian EKG.


1. EKG sebaiknya direkam dengan posisi pasien yang berbaring di tempat
tidur yang membuat pasien nyaman.
2. Berikan penjelasan terkait informasi tindakan yang akan dilakukan atau
hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan pasien selama proses
perekaman berlangsung.
3. Buka dan longgarkan pakaian pasien bagian atas, bila pasien memakai
jam tangan, gelang, logam lain agar dilepas.
4. Bila diperlukan, bersihkan kotoran dengan menggunakan kapas pada
daerah dada, kedua pergelangan tangan dan kedua tungkai di lokasi
untuk manset elektroda.
5. Oleskan conductive jelly pada permukaan tubuh yang akan dipasang
elektroda. Bilamana menggunakan disposable pad, tidak diperlukan
penggunaan gel tersebut.
6. Lakukan penempatan elektrode pada tubuh pasien sesuai standar.
Kontak yang terjadi antara kulit dan elektrode harus baik (Gambar 2.29)

Sumber: www.cardio-research.com
Gambar 2.29
Penempatan Elektroda EKG
7. Hubungkan kabel power dengan jala-jala PLN atau pergunakan sumber
tenaga baterei bukan listrik PLN. Gunakan mode pengoperasian DC
untuk menghindari noise akibat interferensi tegangan AC. Dalam hal ini
kabel power yang terhubung ke tegangan jala-jala PLN dicabut.
8. Tekan tombol On/Off untuk mengaktifkan EKG.
9. Aktifkan filter 60 Hz dan filter EMG untuk menghindari gangguan
selama proses perekaman berlangsung
10. Pilih kecepatan kertas apakah 25 mm/s atau 50 mm/s. Hasil akhir
perekaman dari masing-masing speed ditunjukkan pada Gambar 2.30

Sumber: www.litfl.com/ecg-rate-interpretation/

Gambar 2.30
Perbedaan Hasil EKG Pada Kecepatan Kertas Berbeda

11. Proses perekaman dapat dijalankan dengan menekan tombol “START”.


Gambar 2.31menunjukkan perekaman pada EKG 3 channel 25 mm/s
Sumber: www.intmath.com/blog/wp-content/images/2010/03/ECG-full.jpg

Gambar 2.31
Gain 1 mv Pada EKG 3 Channel 25 mm/s

12. Bila rekaman elektrokardiogram telah lengkap terekam,


semua elektroda yang melekat ditubuh pasien dilepas
dan dibersihkan seperti semula.
13. Bantu pasien untuk merapihkan pakaian.

Anda mungkin juga menyukai