Anda di halaman 1dari 9

TUGAS FISIKA KESEHATAN

EKG ( Elektrokardiogram)

Nama Anggota :
1. Siti Rosi Sunaryo ( 222050079)
2. Esther Mareike Takumansang (222050080)
3. Sherly Risda Butar -Butar (222050081)
4. Irma Susanti (222050082)
5. Erni Rohaeni (222050083)
6. Lioni Amelia Putri (222050084)
7. Intan Pratiwi (222050085)
8. Sekar Pratiwi (222050086)
9. Edeh Patmawati (222050087)
10. Ani Apriyanti (222050088)
11. Riris Nuristiani Marsa (222050089)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
BAB I
PENDAHULUAN

Jantung adalah salah satu organ vital bagi tubuh yang fungsi utamanya untuk sirkulasi darah ke
seluruh tubuh. Jantung terdiri dari bagian kanan dan kiri yang terbagi menjadi atrium pada bagian atas
jantung dan ventrikel pada bagian bawah jantung. Darah dari masing-masing atrium dikirim ke ventrikel.
Darah dari ventrikel kanan dipompa ke paru dan darah dari ventrikel kiri dipompa ke seluruh tubuh.
Jantung dapat berkontraksi yang biasa disebut dengan ritme jantung dari adanya mekanisme ini. (Guyton,
2006)
Pada jantung terdapat otot yang berkontraksi secara otomatis hingga dihasilkan arus listrik dalam
bentuk potensial aksi atau konduksi jantung dan ritme jantung dapat dikontrol (Kurachi, 2001). Arah
konduksi jantung adalah dari Sinotrial (SA) node menuju Atriventricular (AV) node selanjutnya menuju
bundle of his dan bercabang di serat purkinje yang masing-masing menuju ventrikel kiri dan ventrikel
kanan (Jones, 2005). Konduksi jantung berhubungan dengan jumlah heart rate (detak jantung) per menit.
Heart rate digunakan sebagai indikasi adanya kelainan pada jantung. Jumlah normal heart rate adalah 60-
100 kali/menit.
Jantung sebagai salah satu organ vital tubuh sangat rentan terserang penyakit. Pemeriksaan jantung
biasa dilakukan dengan EKG (elektrokardiogram). Hasil yang ditampilkan pada EKG berupa sinyal
PQRST dengan makna tertentu. Gelombang P sebagai bentuk adanya depolarisasi atrium, kompleks QRS
berarti depolarisasi pada ventrikel, dan gelombang T berarti repolarisasi ventrikel. Berdasarkan sinyal
yang dihasilkan dapat dianalisa oleh dokter tentang penyakit yang diderita.
Kebanyakan perangkat EKG saat ini merupakan produk import serta harga yang sangat mahal.
Selain itu penggunaan perangkat EKG tersebut yang tidak praktis karena kurang mobile karena
perangkatnya yang besar dan biasanya hanya dimiliki oleh rumah sakit besar. Subhi telah melakukan
penelitian di tahun 2012 mengenai EKG. Penelitian yang dilakukannya adalah dengan menghitung jumlah
heart rate dari satu lead saja, yaitu lead II yang ditampilkan pada LCD dengan sistem wireless. Namun
penelitian ini dirasa kurang lengkap karena hanya menghitung jumlah heart rate tanpa bisa melihat kondisi
jantung keseluruhan dari lead standard tubuh. Berdasarkan hal tersebut, maka dibuat rancang bangun EKG
yang tetap bersifat mobile, dapat menampilkan bentuk kompleks PQRST jantung serta diambil dari tiga
lead standard tubuh untuk penggunaan EKG. EKG yang dibuat menggunakan sistem soundcard ke laptop.
Selain itu pembuatan di dalam negeri dengan biaya terjangkau juga menjadi sebuah kelebihan.
Penggunaan soundcard juga dirasa praktis dan hasil yang didapatkan tidak terlalu banyak menimbulkan
noise. Penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu software dan hardware.
Pada bagian software terdapat tampilan sinyal jantung dengan bentuk kompleks P,Q,R,S,T yang
ditampilkan pada program Scope Osiloskop. Pada bagian hardware terbagi atas beberapa rangkaian yang
terdiri dari rangkaian catu daya, rangkaian amplifier, rangkaian filter, dan rangkaian buffer.
Rangkaian catu daya digunakan sebagai sumber tegangan keseluruhan sistem hardware yang
bekerja. Rangkaian Amplifier digunakan untuk penguat sinyal agar dapat diproses sistem. Rangkaian filter
digunakan untuk mereduksi noise dan interferensi lainnya yang terbawa penguatan. Rangkaian buffer
digunakan sebagai penyangga rangkaian.
Sebagai pengukur dari tubuh pasien digunakan hanya tiga buah sadapan, yaitu RA (right arm), LA
(left arm), dan LL (left leg) serta ditambah satu sadapan sebagai grounding yaitu di RL (right leg). Analisis
yang dilakukan berdasarkan pengambilan data berupa nilai tegangan dari amplifier dan filter serta gambar
sinyal yang ditampilkan untuk dibandingkan dengan alat yang sudah terkalibrasi. Diharapkan dengan
adanya alat ini dapat memberikan tampilan sinyal yang rendah noise dan akurat serta dapat digunakan
sebagai alat yang tepat guna di bidang medis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Jantung
Secara fisiologi, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital fungsinya dibandingkan
dengan organ tubuh lainnya. Dengan kata lain, apabila fungsi jantung mengalami gangguan maka besar
pengaruhnya terhadap organorgan tubuh lainnya terutama ginjal dan otak karena fungsi utamanya untuk
sirkulasi darah ke seluruh tubuh sebagai metabolisme sel-sel untuk kelangsungan
hidup. Jantung terdiri dari dua bagian, yaitu jantung bagian kanan dengan fungsi sebagai pemompa
darah ke paru dan jantung bagian kiri sebagai pemompa darah ke seluruh tubuh. Pada masing-masing
bagian jantung terdapat dua bilik (ruang) yaitu atrium pada bagian atas jantung dan ventrikel pada bagian
bawah jantung. Masing-masing atrium adalah sebuah pompa yang lemah untuk memompa darah ke
ventrikel. Ventrikel sebagai pompa utama pengiriman darah baik ke paru melalui ventrikel kanan dan ke
seluruh tubuh melalui ventrikel kiri. Ketika system ini berfungsi normal, atrium berkontraksi kira-kira
seper enam detik mendahului kontraksi ventrikel, sehingga memungkinkan pengisian ventrikel sebelum
ventrikel memompa darah menuju paru-paru dan tubuh. Pada jantung terdapat otot yang mirip dengan otot
rangka karena mekanisme kontraksi keduanya hampir sama. Namun terdapat beberapa perbedaan pada
keduanya, yaitu otot jantung bekerja tanpa perintah neuron seperti pada otot rangka karena kerja otot
jantung adalah otomatis. Perbedaan kedua terletak pada durasi kontraksi keduanya yang mana durasi
(lama) kontraksi otot jantung lebih lama dibanding otot rangka. Jantung tersusun dari beberapa jenis otot,
yaitu otot atrial, otot ventricular, otot excitatory dan serat otot conductive.
Kontraksi jantung yang kuat terletak pada otot atrial dan otot ventricular. Otot excitatory dan otot
conductive berkontraksi sangat lemah karena hanya terdiri dari sedikit benang-benang fibril. Namun,
masing-masing otot tersebut berkontraksi secara otomatis hingga dihasilkan arus listrik dalam bentuk
potensial aksi atau konduksi jantung dan ritme jantung dapat dikontrol (Kurachi, 2001). Sewaktu impuls
jantung melewati jantung, arus listrik akan menyebar kedalam jaringan di sekeliling jantung dan sebagian
kecil dari arus tersebut akan menyebar kepermukaaan tubuh yang lain.
Jantung dapat terserang penyakit sehingga jantung tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Hal-hal tersebut antara lain:
1. Otot jantung yang lemah. Ini adalah kelainan bawaan sejak lahir. Otot jantung yang lemah membuat
penderita tak dapat melakukan aktifitas yang berlebihan, karena pemaksaan kinerja jantung yang
berlebihan akan menimbulkan rasa sakit di bagian dada, dan kadangkala dapat menyebabkan tubuh
menjadi Nampak kebiru-biruan. Penderita lemah otot jantung ini mudah pingsan.
2. Adanya celah antara serambi kanan dan serambi kiri, oleh karena tidak sempurnanya pembentukan
lapisan yang memisahkan antara kedua serambi saat penderita masih di dalam kandungan. Hal ini
menyebabkan darah bersih dan darah kotor tercampur. Penyakit ini juga membuat penderita tidak
dapat melakukan aktifitas yang berat, karena aktifitas yang berat hampir dapat dipastikan akan
membuat tubuh penderita menjadi biru dan sesak nafas, walaupun tidak menyebabkan rasa sakit di
dada. Ada pula variasi dari penyakit ini, yakni penderitanya benar-benar hanya memilikisatu buah
serambi (Azhar, 2009).

B. Elektrofisiologis Sel Jantung


Dinding sel dalam tubuh manusia pada umumnya merupakan membrane semipermeabel yang
hanya dapat melewatkan zat-zat tertentu (Rosyadi, 2001). Sel-sel dalam tubuh tersusun dari protoplasma
yang mengandung ion-ion yang terjadi akibat proses ionisasi. Ion-ion yang dominan adalah Na+ (sodium),
K+ (potassium), dan Cl- (klorida). Terdapat beribu-ribu kanal ion pada membran selsel otot jantung
(myocardium) yang merupakan jalur utama bagi ion-ion untuk berdifusi. Kanal-kanal tersebut bersifat
relatif spesifik terhadap ion-ion tertentu, misalnya kanal Kalsium dilalui Ca++, kanal Kalium dilalui K+ ,
kanal Natrium dilalui Na+ , dan seterusnya. Selain itu, kanal-kanal ion tersebut dikontrol oleh suatu
mekanisme "pintu gerbang" sehingga dapat membuka dan menutup tergantung pada kondisi trans
membran. Ion-ion cenderung membentuk persamaan elektron di dalam dan di luar sel, sehingga terjadi
distribusi yang tidak seimbang dan menimbulkan gaya suatu gaya tarik menarik antara ion-ion dimana ion
negatif (terutama anion organik) berkumpul di permukaan dalam, sedangkan ion positif (terutama Na+)
berkumpul di permukaan luar membran sel. Keadaan ini dikatakan sel berada dalam stadium polarisasi.
Ion-ion memiliki muatan listrik dan pada waktu sel tidak aktif, terdapat perbedaan potensial antara
permukaan dalam dan luar membran sel sebesar 90 mV, dimana muatan intra sel lebih negatif
dibandingkan muatan ekstra sel sehingga ditulis -90 mV. Keadaan ini terjadi saat membran sedang
istirahat dan keadaan demikian dikatakan bahwa membran mengalami polarisasi. Membran yang sedang
istirahat disebut dengan keadaan tanpa rangsang atau resting state. Pada keadaan ada rangsang terjadi
kenaikan potensial membran plasmadisebut depolarisasi dimana terjadi kenaikan potensial membran
sebesar +35mV. Saat depolarisasi terjadi peningkatan ion Na + ekstra sel yang menyebabkan permeabilitas
membran terhadap ion Na juga meningkat sehingga dapat masuk ke intra sel dan intra sel bermuatan
positif. Bila rangsang sudah tidak ada lagi terjadi penurunan potensial membran. Membran yang
mengalami hiperpolarisasi mempunyai negatif potensial membran lebih besar dari pada saat potensial
istirahat atau potensial membrane depolarisasi. Pada saat hiperpolarisasi terjadi perpindahan ion Kalium
dari intrasel ke luar menuju ekstra sel sehingga intrasel bermuatan negatif. Selanjutnya membran
mengalami proses repolarisasi yaitu proses pengembalian ion-ion Na+ ke luar sel dimana membran
kembali ke potensial istirahat. Keseluruhan proses tersebut disebut dengan potensial aksi yang dapat
dilihat pada
C. Konduksi Jantung
Kontraksi otot manapun akan selalu menimbulkan perubahan kelistrikan yang dikenal dengan
istilah potensial aksi. Potensial aksi bisa terjadi bila suatu daerah membran syaraf atau otot mendapat
rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi mempunyai kemampuan merangsang daerah sekitar sel
membrane untuk mencapai nilai ambang. Potensial aksi yang timbul pada otot jantung(miokardium) dan
jaringan transmisi jantung inilah yang memberikan gambaran kelistrikan jantung (konduksi jantung).
Adanya konduksi jantung dapatmenghasilkan impuls listrik secara ritmis yang menyebabkan adanya
kontraksi ritmis otot jantung yang disebut ritme jantung, mengirim potensial aksi melalui otot jantung dan
menyebabkan terjadinya detak jantung (Guyton, 2006). sinoatrial (SA) yang terletak pada bagian atas
serambi kanan. Simpul SA inilah yang menimbulkan rangsangan yang menyebabkan jantung berkontraksi.
Simpul atrioventrikular (AV) terletak pada dinding yang membatasi serambi kanan dan bilik kanan.
Simpul ini berfungsi menghantarkan impuls dari serambi ke bilik. Impuls dari simpul AV kemudian
diteruskan ke seluruh bilik melalui berkas His. Pada ujung berkas His terdapat banyak cabang. Cabang-
cabang ini disebut serat Purkinje. Serat-serat Purkinje bertugas meneruskan impuls dari berkas His ke
seluruh otot bilik. Bilik kemudian berkontraksi sehingga darah dipompa keluar dari bilik dan mengalir
dalam sistem peredaran darah (Jones, 2005).
Konduksi jantung berhubungan dengan jumlah heart rate (detak jantung) per menit. Heart rate
digunakan sebagai indikasi adanya kelainan pada jantung.
Jumlah normal heart rate adalah 60-100 kali/menit. Jika jumlah heart rate dibawah 60 kali/menit
maka terjadi bradikardi, sedangkan jumlah heart rate yang di atas 100 kali/menit terjadi takikardi.
Perbedaan potensial membran istirahat pada sistem konduksi jantung yang terdiri atas simpul SA, atrium,
simpul AV, His-purkinje, dan ventrikel bergantung pada tipe potensial aksi masing-masing. Potensial aksi
ini terdiri atas 2 tipe berdasarkan penyebab depolarisasi primer, yaitu tipe potensial aksi respon cepat dan
potensial aksi respon lambat. Atrium, His-purkinje, dan ventrikel memiliki karakteristik potensial aksi
respon yang cepat. Sedangkan yang memiliki karakteristik potensial aksi respons lambat yaitu simpul SA
dan simpul AV
D. EKG (Elektrokardiograf)
EKG adalah suatu gambaran grafis mengenai gambaran puncak aktifitas elektris dari serabut otot
jantung, berupa kurva tegangan fungsi waktu yang terdiri dari berbagai puncak (Heru, 2008). Sebuah EKG
dapat digunakan untuk mengukur denyut jantung, mendiagnosis adanya infark mikroad yang sedang
berkembang, mengidentifikasi aritmia dan efek dari obat dan peralatan yang digunakan pada penanganan
jantung.
1. Gelombang P berasal dari kontraksi atrium dari sinus atrialis ke nodusatrio ventricularis saat darah
mulai memasuki jantung dari seluruh tubuh.
2. Gelombang R adalah tanda akhir dari kontraksi atrium dan awal dari kontraksi ventrikel saat darah
memasuki ruang ventrikel.
3. Kompleks QRS berasal dari adanya aktivitas kontraksi pada ventrikel yang memompakan darah ke
seluruh tubuh dan merupakan gelombang tertinggi.
4. Gelombang T berasal dari repolarisasi ventrikel atau ventrikel kembali dalam keadaan istirahat setelah
proses pemompaan darah ke seluruh tubuh selesai.5.
5. Interval P-R menandakan waktu dari permulaan kontraksi atrial sampai permulaan kontraksi ventrikel.
6. Interval R-T menunjukkan kontraksi otot (ventrikel sistole), dan interval
7. T-R menyebabkan adanya relaksasi otot (ventrikel diastole). (Hadiyoso, 2011)

a. Sadapan EKG
Penggunaan EKG dilengkapi dengan pemasangan sadapan pada tubuh sebagai monitor
adanya perubahan tegangan antara elektroda yang ditempatkan pada berbagai posisi di tubuh.
Pengukuran sinyal pada EKG dilakukan dengan pemilihan tiga titik bipolar yang pertama kali
diperkenalkan oleh Einthoven yang terletak di lengan kanan, lengan kiri, dan kaki kiri.
Pengambilan titik reference ini kemudian dikenal dengan segitiga Einthoven.
Lead I : L1 = LA-RA (1) LA (left arm) = potensial pada lengan kiri \
Lead II : L2 = LL-RA (2) RA (right arm) = potensial lengan kanan
Lead III : L3 = LL-LA (3) LL (left leg) = potensial pada kaki kiri
Sehingga :
Lead I + Lead III = LA-RA + LL-LA = LL-RA = Lead II
Lead II – Lead I = Lead III (Aston, 1991).
Menunjukkan jika tegangan pada Lead III dapat dihitung dari Lead II dan Lead I. Setelah
dilakukan penentuan titik reference yang mengunakan prinsip segitiga Einthoven selanjutnya
adalah melakukan proses sadapan yang merupakan proses pencatatan sinyal elektrik jantung dari
gabungan elektroda yang ditempatkan pada titik – titik reference tersebut.
b. Pembacaan EKG
Mesin EKG merupakan alat yang digunakan untuk mengolah sinyal elektrik jantung melalui
elektroda dan menampilkannya lewat kertas/layer monitor dengan skala tertentu. Aksis horizontal
mewakili waktu dengan kecepatan 25mm/detik. Setiap kotak kecil kertas EKG berukuran 1 mm2.
Dengan kecepatan 25 mm/s, 1 kotak kecil kertas EKG sama dengan 0,04 s (40 ms). Lima kotak kecil
menyusun 1 kotak besar, yang sama dengan 0,20 s (200 ms) yang mana ada 5 kotak besar per menit.
Standarisasi untuk voltase (amplitudo) adalah 1, artinya 10 kotak kecil vertikal (1 cm) mewakili 1 mV.
Sinyal kalibrasi harus dimasukkan dalam tiap rekaman. Sinyal standar 1 mV harus menggerakkan
jarum 1 cm secara vertikal, yakni 2 kotak besar di kertas EKG. Kalibrasi 1 mV diperlukan untuk
standar perbandingan antara besarnya input dengan besarnya penguatan amplifier sesuai dengan
kepekaan (sensitivity) yang dipilih. Standarisasi ini harus selalu konsisten agar dengan melihat
amplitude gambaran EKG, dapat diketahui ada tidaknya perubahan voltase dari konduksi jantung.
Hasil EKG terdiri atas dua unsur yaitu komplek dan interval. Komplek yang normal adalah gelombang
P, komplek QRS dan gelombang T (Soeliadi, 1991.
Pengukuran EKG dilakukan dengan menggunakan penguat diferensial. Elektroda dua sadapan pada
suatu waktu yang dipilih digunakan untuk input ke tahapan penguat diferensial. EKG amplifier biasanya
memiliki penguatan sekitar 1000x sehingga meningkatkan nilai biopotensial sebesar 1mV menjadi sekitar
1 V. Grafik kecepatan dalam rekaman EKG telah distandarkan pada 25 dan 50 mm/s (McGraw-Hill,
2004).

E. Elektroda
Elektroda biasa digunakan untuk pengukuran sinyal tubuh. Elektroda untuk mengambil sinyal-
sinyal biolistrik berdasarkan prinsip bahwa kontak antara ion metal dengan metal yang bersesuaian
menghasilkan potensial listrik yang disebut potensial elektroda. Potensial ektroda dihasilkan oleh adanya
perbedaan laju perpindahan ion yang masuk dan keluar metal. Elektroda dibuat dari material yang
memiliki resistansi rendah antara kulit dan permukaan elektroda. Menurut polaritasnya, maka elektroda-
elektroda EKG dapat dibagi menjadi elektroda positif (anoda), negatif (katoda) dan netral (ground
electrode). Pengukuran potensial biolostrik memerlukan dua buah elektroda, maka tegangan yang terukur
sesungguhnya merupakan perbedaan potensial antara kedua elektroda. Apabila kedua elektroda
mempunyai jenis sama, maka besar potensial bergantung pada perbedaan nyata potensial ion antara dua
titik pada tubuh yang sedang diukur. Salah satu sifat elektroda yang penting yang perlu diketahui adalah
bahwa besar impedensi elektroda bergantung pada frekuensi. Perubahan impedansi elektroda dapat
menimbulkan kesalahan pengukuran sinyal biolistrik. Dalam pemakaiannya untuk memperoleh sinyal
biolistrik, elektroda memiliki jenis yang beragam. Pemakaian elektroda terdiri dari 2 jenis yaitu invasive
yang melukai kulit dan non-invasive yang tidak melukai kulit. Elektroda permukaan diletakkan pada
permukaan kulit dengan tujuan mengukur isyarat listrik dari sejumlah unit motoris. Potensial elektroda
dihasilkan oleh electron yang meninggalkan gel elektrolit dan masuk ke logam (Rusmawati, 2006).
F. Rangkaian Instrumentasi
a. Rangkaian Catu Daya
Rangkaian catu daya berfungsi untuk menyediakan arus dan tegangan tertentu sesuai dengan
kebutuhan beban dari sumber daya listrik yang ada (Istataqomawan, 2011). Selanjutnya rangkaian
catu daya digunakan untuk menyuplai tegangan ke seluruh rangkaian yang ada. Salah satu
rangkaian catu daya yang dapat digunakan pada rangkaian EKG adalah rangkaian yang
menghasilkan tegangan keluaran sebesar +5V. Untuk sebuah rangkaian catu daya yang memiliki
tegangan rendah, biasanya digunakan baterai +9V. Sebagai penurun tegangan agar dihasilkan nilai
+5V dapat menggunakan sebuah regulator 7805. Selain itu regulator 7805 digunakan agar keluaran
yang dihasilkan tetap bernilai +5V walaupun terjadi perubahan pada tegangan masukan. Regulator
7805 terdiri dari tiga kaki, yaitu, input, ground dan output. Input mendapat tegangan yang lebih
tinggi dari sumber tegangan untuk diproses oleh regulator. Output adalah nilai akhir tegangan yang
akan dihasilkan regulator 7805sebesar +5V.
b. Rangkaian Diferensial Amplifier
Sinyal jantung umumnya memiliki amplitudo yang sangat kecil dalam jangkauan mV. Pada sebuah
sistem instrumentasi biomedis, peran rangkaian penguat sangat penting. Penguat digunakan untuk
menguatkan sinyal yang masuk dari tubuh dengan tetap memelihara bentuk dan karakteristik dari
sinyal asli. Selanjutnya sinyal yang telah dikuatkan akan diproses sistem. Penguat awal
biopotensial jantung menggunakan serangkaian penguat operasional. Salah satu sifat yang harus
dimiliki rangkaian penguat operasional adalah memiliki impedansi input tinggi. Hal ini bertujuan
agar sinyal input tidak terpengaruh oleh impedansi rangkaian. Selain itu, penguat instrumentasi
juga harus memiliki CMRR (Common Mode Rejection Ratio) yang tinggi. Sinyal common mode
adalah sinyal yang timbul dari hasil interferensi secara terusmenerus pada kedua input. Penguat
yang memiliki CMMR tinggi berarti memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memperkecil
noise. Penguat yang baik juga harus low noise karena amplitudo sinyal input dari tubuh sangat
rawan terhadap noise, bahkan bisa hilang, sehingga diperlukan sebuah penguat dengan
karakteristik low noise. Pembuatan penguat operasional juga harus menggunakan komponen
dengan toleransi rendah (1%). Penguat operasional dibentuk dari penguat diferensial
c. Rangkaian Buffer
Rangkaian buffer adalah rangkaian yang menghasilkan tegangan output sama dengan tegangan
input atau bisa juga disebut memiliki penguatan sama dengan 1 Rangkaian buffer banyak
digunakan dan diaplikasikan pada sebuah rangkaian elektronika. Fungsi dari rangkaian buffer pada
peralatan elektronika adalah sebagai sebuah rangkaian penyangga, dimana prinsip kerjanya adalah
sebagai penguat arus tanpa ada penguatan tegangan. Selain itu rangkaian buffer juga berfungsi
sebagai stabilizer sinyal agar tidak rusak ketika masuk rangkaian pertama kali. Rangkaian buffer
yang dibangun dari sebuah Op-Amp dapat dibuat dengan sangat sederhana. Hal ini dikarenakan
tidak diperlukannya komponen tambahan pada konfigurasi rangkaian buffer non-inverting. Gambar
rangkaian buffer ditunjukkan.

Anda mungkin juga menyukai