Disusun oleh :
I. Latar belakang
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
oleh setiap manusia sebagai makhluk biopsikososial, dimana tidur dapat
memulihkan tingkat aktifitas normal dan keseimbangan normal dari berbagai
bagian sistem saraf pusat. Apabila seseorang mengalami gangguan tidur
dapat menimbulkan dua efek fisiologik yaitu : efek pada sistem saraf dan
efek pada struktur tubuh lainnya. Efek pada sistem saraf dapat mengacaukan
fungsi tubuh maupun organ tubuh itu sendiri. Secara tidak langsung
kekurangan tidur akan mempengaruhi sistem saraf pusat.
Gangguan tidur ini sering dikaitkan dengan gangguan fungsi
pikiran yang progresif dan kadang-kadang bahkan dapat menimbulkan
perilaku abnormal dari sistem saraf. Gangguan tidur yang berkepanjangan
dapat menyebabkan kelambahan berfikir, mudah tersinggung atau bahkan
menjadi psikotik. Gangguan tidur ini sering dialami oleh orang dewasa dan
lansia yang disebabkan oleh berbagai hal seperti stress dan cemas. Untuk itu
perlu penanganan secara komprehensif.
Oleh karena itu dalam praktek keperawatan Gerontik, akan
melakukan penyuluhan mengenai gangguan tidur yang ditujukan pada
pengunjung Posyandu lansia.
V. Metoda
Ceramah dan tanya jawab
VIII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Pengunjung menyepakati kontrak yang telah disepakati, dan
tersedianya media penyuluhan
2. Evaluasi Proses
Pengunjung berpartisipasi selama kegiatan, lingkungan tidak bising
dan pelaksanaan sesuai dengan rencana.
3. Evaluasi Hasil
Pengunjung mampu menyebutkan :
- Pengertian tidur dengan bahasa sendiri
- Penyebab gangguan tidur dengan bahasa sendiri
- Tanda dan gejala gangguan tidur dengan bahasa sendiri
- Macam-macam gangguan tidur dengan bahasa sendiri
- Cara mengatasi gangguan tidur dengan bahasa sendiri
IX. Pengorganisasian
1. Pembimbing : Ns.Aida Kusnaningsih, M.Kep., Sp.Kep.Mat
2. Pelaksana
a. Leader : Nurul Fitria Oktaviani
b. Co Leader : Raupini
c. Fasilitator : Muhammad Sidik
d. Observer : Ratih Emasia Putri
3. Tugas Pelaksana
a. Leader : Pemimpin dan penanggung jawab secara umum
terhadap jalannya penyuluhan bertugas membuka acara
penyuluhan dan memperhatikan kelancaran
penyuluhan.
b. Co Leader : Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan mengevaluasi
hasil penyuluhan
c. Observer : Mengamati kegiatan penyuluhan apakah telah sesuai
dengan yang direncanakan serta segala faktor
pendukung ataupun faktor pengganggu jalannya
penyuluhan.
d. Fasilitator : Memfasilitasi pengunjung untuk berpartisipasi aktif.
X. Setting Tempat
L CL PK
P P P P PA
P P P P
P P P P
P P F P P
Keterangan :
L = Leader
CL = Co Leader
O = Observer
P = Pengunjung
F = Fasilitator
PK = Pembimbing klinik
PA = Pembimbing Akademi
Materi
GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA
A. Pengertian
Tidur adalah kondisi tidak sadar dan bekerjanya otot yang terjadi
secara periodik, dengan kata lain adanya hubungan dengan lingkungan
dalam kondisi tidur, kecuali oleh suatu stimulus.
Gangguan tidur merupakan suatu kondisi yang jika tidak diobati,
secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang
mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah berikut;
insomnia; gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau ketika terjaga di
tengah malam; atau rasa mengantuk yang berlebihandi siang hari (Naylor
dan Aldrich, 1994).
Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur yang buruk pada lansia
dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi.
Dampak fisiologi meliputipenurunan aktifitas sehari-hari, rasa lelah,
lemah, proses penyembuhan lambat, daya tahan tubuh menurun,
ketidakstabilan tannda vital (Briones et al,1996). Sedangkan dampak
psikologis meliputi perubahan pada suasana kejiwaan, cemas, tidak
konsentrasi, koping tidak efektif, dan lesu (Lanywati,2001).
Akibat gangguan tidur, depirivasi tidur, dan rasa ngantuk yaitu
penurunan produktivitas, penurunan performa kognitif, peningkatan
kemungkinan kecelakaan, resiko morbiditas, dan mortalitas yang tinggi,
dan penurunan kualitas hidup. Selain itu, muncul juga ketidakbahagiaan,
dicekam kesepian dan yang terpenitng mengakibatkan penyakit-penyakit
degeneratif yang sudah diderita mengalami eksaserbasi akut, perburukan
dan menjadi tidak terkontrol.
B. Penyebab
1. Kondisi medis yang dapat menyebabkan gangguan tidur:
a. Gangguan pada jantung seperti gagal jantung dan iskemia pada
pembuluh koroner
b. Stroke, kondisi degenerative, demensia, gangguan tidur karena
gangguan CNS
c. Hipotiroid, menopause, siklus menstruasi, kehamilan, dan
hipogonadism
d. Gangguan paru obstruktif, asma, Pickwikian sindrom (Obstructive
sleep apnea syndrome).
e. Penyakit muntahan cairan lambung
f. Gangguan pada darah
g. Penggunaan obat seperti dekongestan, koritokosteroid, dan
bronkodilator
h. Kondisi lainnya seperti Demam, nyeri dan infeksi
2. Kondisi psikologis yang dapat menyebabkan gangguan tidur:
a. Depresi dapat menyebabkan gangguan dalam REM (rapid eye
movement)
b. Sindrom Post Trauma
c. Obat-obatan psikotropika
d. Pikiran yang membebani atau stress
e. Tegang-cemas
3. Kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan gangguan tidur :
a. Kejadian yang mengancam nyawa atau kejadian yang memiliki
stress tinggi
b. Gangguan siklus tidur akibat waktu kerja yang tidak tetap (malam
dan pagi)
c. Lingkungan yang bising, dingin, ataupun terlalu panas.
Kesulitan tidur hanyalah satu dari beberapa gejala insomnia. Gejala yang
dialami waktu siang hari adalah:
1. Mengantuk
2. Resah
3. Sulit berkonsentrasi
4. Sulit mengingat
5. Gampang tersinggung
2. Hipersomnia
Hipersomnia dicirikan dengan tidur lebih dari 8 atau 9 jam periode 24
jam, dengan keluhan tidur berlebihan. Penyebab hiperinsomnia masih
bersifat sspekulatif tetapi dapat berhubungan dengan ketidakefektifan,
gaya hiduo yang membosankan, atau depresi. Orang tersebut dapat
menunjukkan mengantuk di siang hari yang persisten, mengalami
“serangan tidur”, tampak mabuk atau komatose, atau mengalami
mengantuk pascaensefalitik. Keluhan keletihan, kelemahan, dan
kesulitan mengingat atau belajar merupakan hal yang sering terjadi.
3. Apne Tidur
Apnea Tidur adalah berhentinya pernapasan selama tidur. Gangguan
ini di identifikasi dengan gejala “mendengkur, berhentinya pernapasan
minimal 10 detik, dan rasa kantuk di siang hari yang luar biasa.
Selama tidur, pernapasan dapat berhenti paling banyak 300 kali, dan
episode apnea dapat berakhir dari 10 sampai 90 detik. Pria dewasa
dengan riwayat mendengkur yang keras dan intermiten, yang juga
obesitas dengan leher yang pendek dan besar biasanya beresiko
mengalami apnea tidur. Gejala apnea tidur antara lain adalah:
1) Dengkuran yang keras dan periodik.
2) Aktivitas malam hari yang tidak biasa, seperti duduk tegak,
(noctural waking).
4) Perubahan memori.
5) Depresi.
6) Rasa kantuk yang berlebihan di siang hari.
7) Nokturia.
8) Sakit kepala di pagi hari.
9) Ortopnea akibat apnea tidur.
Pengobatan yang spesifik untuk apnea tidur melibatkan penurunan
berat badan, dengan penatalaksanaan medis atau pembedahan untuk
membuang penumpukan jaringan di area faring. Pasien dapat
dianjurkan untuk menghindari alkohol dan obat-obatan yang dapat
memengaruhi respons terbangun dan untuk menggunakan bantal
tambahan atau tidur di kursi. Semua tindakan tersebut dapat
membantu mengurangi kemungkinan komplikasi yang disebabkan
oleh apnea.
REFERENSI
Stanley M, Patricia GB. 2006 . Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC.
Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. 2000. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut), Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Setiabudhi, T. 1997. Gangguan Pola Tidur pada Usia Lanjut. Jakarta: Dalam
Cermin Dunia Kedokteran.
SKM, Hardiwinoto, Stiabudi, Tony. 2005. Tinjauan Dari Berbagai Aspek. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
http://repository.unair.ac.id/29669/2/BAB%201%20PENDAHULUAN.pdf