Anda di halaman 1dari 16

 Disusun Oleh Kelompok 3:

 1. Diah Ayu Mulyana (PO.62.20.1.16.132)


 2. Eka Setya Pratama Ripsonedie (PO.62.20.1.16.133)
 3. Eko Apriyanto (PO.62.20.1.16.134)
 4. Elia Suci Mayasari (PO.62.20.1.16.135)
 5. Elsi Soleka (PO.62.20.1.16.136)
 6. Enrico Paska (PO.62.20.1.16.137)
Dalam menghadapi gugur kandung, terdapat 3 pengertian
tentang “hidup manusia” yang terjadi sejak saat pembuahaan,
yaitu :

1) Penolong tidak beranggapan bahwa hasil konsepsi


berhak hidup, mereka tidak meluluskan atau ingin
melakukan gugur kandung terhadap kehamilan
yang belum atau tidaki dikehendaki.
2) Hasil konsepsi mempunyai potensi untuk hidup.
Tenaga kesehatan akan mempertimbangkan
permintaan gugur-kandung dengan alas an yang
diterima (dengan indikasi vital diperluas)
3) Hasil konsepsi hanya sebagian kecil dari tubuh.
Penolong akan meluluskan permintaan gugur
kandung setiap saat diminta (indikasi sosial)
Abortus biasanya disertai oleh perdarahan
kedalam desidua basalis dan nekrosis di jaringan dekat
tempat perdarahan. Ovum menjadi terlepas, dan hal
ini memicu kontraksi uterus yang menyebabkan
ekspulsi. Apabila kantung dibuka biasanya dijumpai
janin kecil yang mengalami meserasi dan dikelilingi oleh
cairan, atau mungkin tidak tampak janin di dalam
kantung dan disebut blighted ovum. Mola karneosa
atau darah adalah suatu ovum yang di kelilingi oleh
kapsul bekuan darah.
Lebih dari 80 persen abortus terjadi pada 12
minggu prtama, dan setelah itu angka ini cepat
menurun (harlap dan shiono, 1980). Kelainan kromosom
merupakan penyebab pada, paling sedikit separuh
dari kasus abortus dini ini, dan setelah itu insidennya
juga menurun resiko abortus spontan juga meningkat
seiring dengan paritas serta usia ibu dan ayah
(Warburton dan Fraser, 1964; Wilson dkk.,1986).A
a. Faktor Janin H. Pemakaian Obat Dan Faktor
1) Perkembangan Zigot Abnormal Lingkungan
I. Tembakau
2) Abortus Aneuploidi
J. Alkohol
3) Abortus Euploid K. Kafein
b. Faktor Ibu L. Radiasi
c. Infeksi M. Kontrasepsi
d. Serviks Inkompeten N. Faktor Aloimun
O. Trombofilia Herditer
e. Penyakit Debilitas Kronik
f. Kelainan Endokrin
g. Nutrisi
Pada awal abortus terjadilah
perdarahan dalam desidua basalis,
kemudian diikuti olehnekrosis jaringan di
sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan
hasil konsepsi terlepas sebagian
atauseluruhnya, sehingga merupakan
benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya.
 Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
 Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak
lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun,denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
 Perdarahan pervagina, mungkin disertai keluarnya
jaringan hasil konsepsi.
 Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simpisis,
sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
 Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simpisis,
sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
 Pemeriksaan ginekologi:
 1). Inspeksi vulva : perdarahan vervagina ada atau tidak
jaringan hasil konsepsi, tercium
tidak bau busuk dari vulva
 2). Inspekula : osteum uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada atau tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium.
 3). Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah
tertutup, besar uterus atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio di goyang.
 Plasenta sign (gejala plasenta) yaitu perdarahan dari
pembuluh-pembuluh darah sekitar plasenta.
 Pada pemeriksaan bimanual, uterus membesar, besar
uterus sesuai dengan riwayat haid, tidak mendatar dan
mempunyai konsintensi hamil normal.
Menurut WHO (1994), setiap wanita
pada usia reproduktif yang mengalami
dua daripada tiga gejala seperti di bawah
harus dipikirkan kemungkinan terjadinya
abortus:
a. Perdarahan pada vagina.
b. Nyeri pada abdomen bawah.
c. Riwayat amenorea.
 Perdarahan
 Syock
 Infeksi
a. Pengkajian
› Biodata
› Keluhan utama
› Riwayat kesehatan
› Pola aktivitas sehari-hari
› Pemeriksaan fisik
› Pemeriksaan laboratorium
› Data lain-lain
› Data psikososial
› Data spiritual
b. Diagnosa Keperawatan

 Devisit Volume Cairan s.d perdarahan.


 Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi.
 Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kerusakan jaringan
intrauteri.
 Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva
lembab.
 Cemas s.d kurang pengetahuan.
c. Rencana Tindakan

 Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan


 Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
 Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan
intrauteri
 Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva
lembab
 Cemas s.d kurang pengetahuan
d. Evaluasi

 Kebutuhan cairan tercukupi


 Dapat melakukan aktivitas
 Nyeri dapat terkontrol
 Infeksi tidak terjadi
 Tidak terjadi cemas

Anda mungkin juga menyukai