Anda di halaman 1dari 19

Pengembangan Model Penilaian Kualitas Terjemahan (Mangatur Nababan, dkk.

PENGEMBANGAN MODEL
PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN

Mangatur Nababan, Ardiana Nuraeni & Sumardiono


Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta 57126

ABSTRACT

The main objective of this study is to produce a model of TQA from English into
Indonesian. It employed a descriptive-qualitative approach. Its data were obtained
through content analysis, interviewing with key informants, FGD and observation,
and analyzed with an interactive data analysis technique. The final findings of this
research indicate the followings. First, the Model of TQA produced assesses the qual-
ity of translation holistically. Second, the Model is applicable for assessing the qual-
ity of translation within the contexts of translation research and teaching and of
professional settings. Third, the Model opens opportunities for raters to assess vari-
ous units of translation, ranging from micro to macro levels. Fourth, the effective-
ness of the Model in assessing quality of translation depends solely on the ability of
the assessors or raters in applying it in various settings. Prior to its application, those
engaged in every translation quality assessment should read and understand all rel-
evant information and procedures of how it should be employed.
Key words: Model, holistic, TQA (Translation Qualitative Assessment)

ABSTRAK

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan sebuah model
penilaian kualitas terjemahan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data diperoleh melalui
wawancara dengan informan kunci, pengamatan, content analysis, dan focus group
discussion. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
interaktif. Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa pertama, model penilaian
kualitas terjemahan ini menghasilkan evaluasi karya terjemahan secara komprehensif
atau holistik. Kedua, model penilaian kualitas terjemahan ini sangat sesuai untuk
menilai kualitas terjemahan dalam konteks penelitian dan pengajaran penerjemahan
profesional. Ketiga, model penilaian kualitas terjemahan ini memberikan peluang
bagi para rater untuk memberikan penilaian terjemahan dalam berbagai satuan
unit, baik pada tataran mikro maupun makro. Keempat, keefektifan model penilaian
kualitas terjemahan ini dalam menilai kualitas terjemahan sangat tergantung pada
kemampuan para penilai atau rater tersebut dalam menerapkannya di berbagai hal,
utamanya bagi mereka yang terlibat dalam penilaian kualitas penerjemahan tersebut
harus membaca dan mengerti semua informasi yang relevan serta prosedur
bagaimana seharusnya menggunakan alat penilaian ini.
Kata Kunci: model, penilaian kualitas terjemahan, dan holistik

39
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 24, No. 1, Juni 2012: 39-57

1. Pendahuluan prototip model penilaian kualitas terjemahan


Artikel ini merupakan laporan akhir dari yang dihasilkan mempunyai empat kekuatan
serangkaian penelitian yang sudah dilakukan utama, yang terkait dengan 1) sifat keholistikan
selama tiga tahun. Pada penelitian tahun penilaian, 2) validitas hasil penilaian, 3) aspek
pertama (Nababan, Nuraeni & Sumardiono, kualitatif penilaian dan 4) kebermanfaatan
2009) terungkap bahwa dalam literatur- prototip model penilaian kualitas terjemahan
literatur teori penerjemahan teridentifikasi tujuh dalam konteks penerjemahan profesional,
strategi penilaian kualitas terjemahan. Ke tujuh penelitian penerjemahan dan pengajaran
strategi tersebut adalah cloze technique (Nida penerjemahan.
& Taber, 1969), reading-aloud technique Hasil ujicoba tersebut juga menunjukkan
(Nida & Taber, 1969), knowledge test beberapa kelemahan dari prototip itu. Pertama,
(Brislin, 1976), performance test (Brislin, satuan lingual atau unit terjemahan yang dinilai
1976), back-translation (Brislin, 1976), berada pada tataran mikro, yaitu tataran
equivalence-based approach (Reis, 1971) kalimat, klausa, frasa dan kata. Oleh sebab
dan functional approach (Machali, 2000). itu, besar kemungkinan bahwa dalam penentu-
Masing-masing dari ketujuh strategi penilaian an kualitas terjemahan, penilai akan lepas
kualitas terjemahan tersebut mempunyai konteks. Kedua, penilai atau rater yang
orientasi yang berbeda dan satu pun diantara- memenuhi kriteria untuk jenis teks tertentu tidak
nya yang berusaha menilai kualitas terjemahan selalu mudah ditemukan dan dalam banyak
secara holistik, yaitu penilaian yang menyentuh kasus tidak bersedia untuk dilibatkan. Ketiga,
masalah keakuratan, keberterimaan dan sebelum melakukan penilaian, penilai atau rater
keterbacaan terjemahan. harus dilatih terlebih dahulu meskipun mereka
Meskipun masing-masing dari ketujuh sudah memenuhi kriteria sebagai penilai. Hal
strategi mempunyai kekuatan, sisi kelemahan- itu tentunya akan memakan banyak waktu
nya lebih menonjol karena alasan-alasan (time consuming).
berikut. Pertama, masing-masing dari ketujuh Penelitian tahun kedua tersebut kemudian
strategi penilaian tersebut mengukur kualitas disempurnakan dan penelitian tahun ketiga
terjemahan secara tidak holistik. Kedua, (Nababan, Nuraeni, Sumardiono, 2011),
karena hanya satu atau dua aspek dari menunjukkan bahwa penerapan model
terjemahan yang berkualitas yang dinilai, penilaian kualitas terjemahan pada tataran
pembobotan dari masing-masing aspek makro tersebut menimbulkan kendala-kendala
tersebut sama sekali tidak diberikan. Ketiga, yang berbeda-beda bagi penilai terjemahan
tidak ada penjelasan perihal siapa yang menilai profesional, peneliti di bidang penerjemahan
terjemahan dan kriteria apa saja yang harus dan pengajar mata kuliah praktik penerjemah-
dimiliki oleh seorang penilai kualitas terjemahan. an. Kendala-kendala tersebut adalah 1) bagi
Keempat, tidak ada penjelasan seberapa besar penilai kualitas terjemahan profesional, kendala
porsi dari suatu teks terjemahan yang harus yang muncul adalah sulitnya untuk menetapkan
dinilai. bagian mana dari suatu teks yang panjang
Berdasarkan hasil penelitian tahun (misalnya buku atau novel) untuk dinilai, 2) bagi
pertama tersebut, sebuah prototip model peneliti di bidang penerjemahan, kendala yang
penilaian kualitas terjemahan dari bahasa timbul juga berpusat pada penentuan bagian
Inggris ke dalam bahasa Indonesia disusun dan dari suatu yang teks terjemahan yang panjang
kemudian diujikan pada tahun kedua yang harus dinilai sebagai akibat dari
(Nababan, Nuraeni & Sumardiono, 2010). persyaratan metodologis yang mengharuskan
Hasil ujicoba tersebut menunjukkan bahwa mereka untuk menggunakan teks secara utuh

40
Pengembangan Model Penilaian Kualitas Terjemahan (Mangatur Nababan, dkk.)

sebagai objek kajian mereka dan 3) bagi 2 Oktober lalu di Lemhanas, Dr Salim Said
pengajar mata kuliah praktik penerjemahan, berkisah bahwa ia kapok membaca buku
kendala yang timbul lebih cenderung terjemahan, terutama dari bahasa Inggris ke
diakibatkan oleh ketidak-mampuan dan dalam bahasa Indonesia, karena sering
kurangnya pengalaman sebagian dari mereka menyimpang dari makna teks asli. Dan menurut
dalam menilai kualitas terjemahan pada Satmoko Budi Santoso, (Matabaca Oktober
umumnya dan dalam menerapkan model 2003), masalah ini telah dipersoalkan dalam
tersebut pada khususnya. berbagai artikel, reportase, dan surat pembaca
Secara alamiah, sasaran utama pener- di koran-koran. (Kompas 5 November 2003)
jemahan adalah teks, tidak perduli apakah teks Di satu sisi, keluhan itu harus direspon
yang dimaksud adalah teks yang pendek atau secara positif sebagai bahan introspeksi bagi
teks yang panjang. Jika demikian halnya maka para penerjemah dalam meningkatkan kualitas
idealnya, sasaran penilaian adalah juga teks terjemahan mereka. Bagaimanapun juga,
secara keseluruhan. Namun, fakta menunjuk- masyarakat adalah pengguna karya terjemahan
kan bahwa kendala-kendala seperti yang telah dan mereka tidak menghendaki adanya
dijelaskan di atas tidak bisa dihindari. Dalam kesalahan-kesalahan dalam buku-buku
kaitan itu, solusi untuk mengatasi kendala- terjemahan yang mereka beli dan baca. Di sisi
kendala tersebut dalam menerapkan model lain, keluhan tersebut acapkali tidak mendasar
penilaian kualitas terjemahan pada tataran karena parameter yang digunakan sangat
makro atau pada tataran teks adalah 1) Jika subjektif, bahwa terjemahan yang baik atau
suatu teks terjemahan sangat panjang dan berkualitas adalah terjemahan yang enak
terdiri atas beberapa subbagian, bagian awal dibaca. Padahal, terjemahan yang enak dibaca
dari setiap subbagian tersebut dipandang sudah hanyalah terjemahan yang mudah dipahami,
cukup memadai atau representatif sebagai dan terjemahan yang mudah dipahami tidak
objek penilaian, 2) Jika suatu teks terjemahan selalu identik dengan terjemahan yang akurat.
sangat panjang dan merupakan karya dari Dalam pembahasan tentang terjemahan
beberapa orang penerjemah, maka konsistensi (sebagai produk) dan penerjemahan (sebagai
penggunaan istilah teknis pada keseluruhan proses) masalah kualitas menjadi prioritas
teks terjemahan harus diperhatikan secara utama (Schäffner, 1997: 1). Para pakar teori
seksama dan 3) Kendala yang timbul sebagai penerjemahan sependapat bahwa suatu teks
akibat dari kekurangmampuan atau kurangnya terjemahan dapat dikatakan berkualitas baik
pengalaman pengajar dalam menerapkan jika: 1) teks terjemahan tersebut akurat dari
model ini hanya bisa diatasi dengan jalan mem- segi isinya (dengan kata lain, pesan yang
ber mereka pelatihan tentang tujuan, terkandung dalam teks terjemahan harus sama
karakteristik dan cara model ini diterapkan dengan pesan yang terkandung dalam teks asli
dalam menilai kualitas terjemahan pada tataran atau teks sumber), 2) teks terjemahan di-
makro. ungkapkan dengan kaidah-kaidah yang
berlaku dalam bahasa sasaran dan tidak
1.1 Konteks Sosial Penilaian Kualitas bertentangan dengan norma dan budaya yang
Terjemahan di Indonesia berlaku dalam bahasa sasaran, dan 3) teks
Di kalangan masyarakat di Indonesia terjemahan dapat dipahami dengan mudah oleh
terdapat keluhan bahwa kualitas terjemahan pembaca sasaran.
baik buku ilmiah maupun non-ilmiah yang sudah Berbagai strategi penilaian kualitas
dipublikasikan di Indonesia masih sangat terjemahan sudah banyak ditawarkan dalam
rendah. Dalam peluncuran dan diskusi buku, literatur-literatur teori penerjemahan, yang

41
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 24, No. 1, Juni 2012: 39-57

dihasilkan oleh para pakar di negara barat, yang landasan pelaksanaan penelitian ini. Penulis
belum tentu cocok untuk diterapkan di Indo- berpandangan bahwa strategi penilaian kualitas
nesia, yang sistem kebahasaan dan budayanya terjemahan tidak akan mampu menjalankan
berbeda dari sistem bahasa Indonesia dan tugas dan fungsinya dengan baik jika hanya
budaya penutur bahasa Indonesia. Di samping berpedoman pada tinjauan teoritis. Bagaimana
itu, jika dikaji secara cermat, masing-masing pun juga, suatu terjemahan dihasilkan karena
dari strategi tersebut hanya mengukur kualitas ada pihak yang membutuhkannya. Dalam
terjemahan secara parsial dan juga tidak secara kaitan itu, pihak tersebut perlu dilibatkan atau
komperensif dan holistik. Penilaian secara perlu memberi tanggapan terhadap terjemahan
parsial terhadap kualitas terjemahan tidak akan yang mereka baca. Namun, perlu ditekankan
menghasilkan penilaian yang valid. Dengan bahwa dalam konsep teori penerjemahan,
kata lain, hingga kini belum ada model penilaian pembaca sasaran dimasukkan dalam kategori
yang holistik terhadap kualitas terjemahan, yang sebagai orang awam, yaitu orang yang tidak
dapat digunakan untuk menetapkan kualitas mempunyai akses ke teks bahasa sumber.
terjemahan dari bahasa Inggris ke dalam Pelibatan pembaca sasaran dalam konteks
bahasa Indonesia. Dalam kaitan itu, Jamal Al- penilaian kualitas suatu terjemahan hanya pada
Qinai (2000: 517) menyatakan: terbatas pada penilaian tingkat keterbacaan teks
terjemahan. Jika aspek keakuratan pengalihan
Along these lines, a follow-up to the pesan dan keberterimaan terjemahan juga
present study would be a further investi- menjadi sasaran penilaian, maka diperlukan
gation of the practicality of the proposed keterlibatan informan kunci, yang menguasai
model with a greater variety of texts us- seluk beluk penerjemahan baik pada tataran
ing different language pairs with various teoritis dan praktis.
provinces and text types. Such studies
should elicit informants’ responses involv- 1.2 Tujuan Penerjemahan
ing a number of monolingual and bilin- Pada bagian Pengantar dalam bukunya
gual ‘critics/judges’ whose task is to rate yang berjudul Translating as a Purposeful
the TT version as per the proposed Activity, Christiane Nord (1997: 1) menulis:
model.
Human actions or activities are carried
Kutipan di atas secara implisit menyaran- out by ‘agents’, individuals playing roles.
kan beberapa hal yang terkait dengan penelitian When playing the role of senders in com-
tentang model penilaian kualitas terjemahan. munication, people have communicative
Pertama, perlu diadakan penelitian lanjutan purposes that they try to put into prac-
untuk menghasilkan model penilian kualitas tice by means of texts. Communicative
terjemahan. Kedua, aspek kepraktisan dari purposes are aimed at other people who
model yang dimaksud perlu juga dikaji dengan are playing the role of receivers. Com-
melibatkan bahasa yang berbeda-beda dan munication takes place through a medium
tipe teks yang berbeda. Ketiga, penelitian yang and in situation that are limited in time and
dimaksudkan perlu mempertimbangkan space. Each specific situation determines
tanggapan informan yang berperan sebagai what and how people communicate, and
penilai atau pengkritik karya terjemahan yang it is changed by people communicating.
dihasilkan. Situations are not universal but are em-
Pernyataan-pernyataan yang telah bedded in a cultural habitat, which in turn
diuraikan di atas menjadi pemantik dan conditions the situation. Language is thus

42
Pengembangan Model Penilaian Kualitas Terjemahan (Mangatur Nababan, dkk.)

to be regarded as part of culture. And 1.3 Terjemahan dan Yang Bukan


communication is conditioned by the con- Terjemahan
straints of the situation-in-culture. Dalam literatur komunikasi interlingual
terdapat istilah terjemahan dan saduran. Secara
Pernyataan di atas dapat pula diterapkan sederhana, terjemahan adalah hasil dari proses
dalam penerjemahan. Terjemahan merupakan pengambilan keputusan dalam komunikasi
alat komunikasi. Sebagai alat komunikasi, interlingual. Suatu pernyataan atau suatu teks
terjemahan mempunyai tujuan komunikatif, dan disebut terjemahan apabila pernyataan atau
tujuan komunikatif itu ditetapkan oleh penulis teks tersebut mempunyai hubungan padanan
teks bahasa sumber, penerjemah sebagai me- dengan teks lain. Hubungan padanan itu
diator, dan klien atau pembaca teks bahasa merujuk pada kesamaan pesan dan kesamaan
sasaran. Penetapan tujuan itu sangat bentuk bahasa.
dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya Kesamaan pesan pada umumnya dapat
serta ideologi penulis teks bahasa sumber, dicapai dalam proses penerjemahan. Semen-
penerjemah, dan klien atau pembaca teks tara itu, karena sistem bahasa sumber dan
bahasa sasaran. bahasa sasaran pada umumnya berbeda satu
Dalam banyak kasus, budaya penulis teks sama lain, kesamaan bentuk yang dimaksudkan
bahasa sumber sangat berbeda dari budaya hanya bisa terwujud pada tataran mikro (baca:
pembaca teks bahasa sasaran, dan demikian tataran teks). Dalam kegiatan penerjemahan,
pula dengan ideologi penerjemah dan klien misalnya, penerjemah menerjemahkan abstrak
yang acapkali berbeda satu sama lain. Karena penelitian dan hasilnya berwujud terjemahan
terjemahan ditujukan kepada pembaca teks abstrak penelitian. Oleh sebab itu, suatu
bahasa sasaran, perhatian penerjemah harus terjemahan harus mengandung keseluruhan isi
diarahkan pada pecarian padanan yang sesuai atau pesan teks bahasa sumber. Jika hal itu
dengan budaya pembaca teks bahasa sasaran. tidak bisa direalisasikan, maka terjemahan
Hal-hal yang berbau asing harus dihindari, dan yang dihasilkan adalah terjemahan yang buruk.
terjemahan harus terasa sebagai karya asli Dalam bidang penerjemahan teks-teks
bukan sebagai karya terjemahan. Untuk ilmiah yang beresiko tinggi, kesamaan pesan
mencapai tujuan yang seperti itu, kadangkala menjadi prioritas utama. Pengurangan pesan
penerjemah harus melakukan perubahan yang berarti menghianati penulis teks bahasa
sangat radikal dalam terjemahannya, yang sumber. Demikian pula, penambahan pesan
menimbulkan pertanyaan: apakah yang yang berlebih-lebihan berarti membohongi
dihasilkan adalah terjemahan ataukah saduran? pembaca bahasa sasaran. Bahkan, akibat yang
Menempatkan pembaca teks bahasa ditimbulkan oleh usaha untuk mengurangi dan
sasaran sebagai “raja” menimbulkan kecaman menambah-nambahi pesan teks sumber dalam
(lihat Nord, 1997). Seperti yang telah diurai- teks bahasa sasaran bisa sangat fatal. Dalam
kan di bagian pendahuluan, pembaca teks konteks kegiatan penerjemahan di pengadilan
bahasa sasaran adalah orang awam, yang tidak (baca: court interpreting), usaha yang seperti
mempunyai akses ke teks bahasa sumber. itu, yang lazim dikenal sebagai summary inter-
Mereka tidak mempunyai kompetensi yang preting, dilarang karena dapat menimbulkan
memungkinkan mereka dapat memahami isi kerugian secara hukum pada pihak-pihak yang
teks asli. Oleh karena itu, tidaklah pada terlibat dalam persidangan.
tempatnya jika pembaca “menggurui” pe- Di atas telah disinggung secara ringkas
nerjemah, yang notabene adalah ahli. tentang terjemahan yang baik dan terjemahan

43
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 24, No. 1, Juni 2012: 39-57

yang buruk. Di kalangan orang awam di bidang sepadan ataukah belum. Konsep kesepadanan
penerjemahan, adaptasi atau saduran di- mengarah pada kesamaan isi atau pesan antar
pandang sebagai terjemahan. Pandangan yang keduanya. Suatu teks dapat disebut sebagai
seperti itu sangat keliru. Jika kita menelisik suatu terjemahan, jika teks tersebut mem-
kembali pada konsep penerjemahan sebagai punyai makna atau pesan yang sama dengan
proses pengalihan pesan dari teks bahasa teks lainnya (baca: teks bahasa sumber). Oleh
sumber ke dalam bahasa sasaran dengan sebab itu, usaha-usaha untuk mengurangi atau
mengutamakan kesetiaan atau keakuratan menambahi isi atau pesan teks bahasa sumber
pesan, maka adaptasi atau saduran bukan dalam teks bahasa sasaran harus dihindari.
termasuk terjemahan. Christina Schaffner Usaha-usaha yang seperti berarti menghianati
(dalam Baker & Mamlkjer, 2001: 5) penulis asli teks bahasa sumber dan sekaligus
mengatakan: membohongi pembaca sasaran. Dalam
konteks yang lebih luas, pengurangan atau
Adaptation may be understood as a set penambahan dapat menimbulkan akibat yang
of translative operations which result in a fatal pada manusia yang menggunakan suatu
text that is not accepted as a translation karya terjemahan, terutama pada teks-teks
but is nevertheless recognized as repre- terjemahan yang beresiko tinggi, seperti teks
senting a source text of about the same terjemahan di bidang hukum, kedokteran,
length. As such, the term may embrace agama dan teknik.
numerous vague notions such as imita- Di dalam literatur teori penerjemahan
tion, rewriting, and so on. Strictly speak- terdapat beberapa teknik penerjemahan yang
ing, the concept of adaptation requires dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah
recognition of translation as non-adapta- padanan. Dua di antaranya adalah penghilang-
tion, as a somehow more constrained an (deletion) dan penambahan (addition).
mode of transfer. Kedua teknik penerjemahan itu bukan
dimaksudkan untuk mengurangi informasi atau
Dari kutipan di atas tampak jelas bahwa menambahi informasi sesuka hati, tetapi
meskipun pada adaptasi terjadi proses dimaksudkan untuk menghasilkan terjemahan
pengalihan pesan, adaptasi atau saduran tidak yang berterima dan mudah dipahami oleh
bisa dikategorikan sebagai terjemahan. pembaca sasaran. Dalam praktik pener-
Saduran adalah saduran dan terjemahan jemahan yang sesungguhnya, teknik pe-
adalah terjemahan. nambahan ditujukan untuk mengeksplisitkan
atau untuk memperjelas suatu konsep bahasa
1.4 Parameter Terjemahan Yang Ber- sumber terutama jika konsep tersebut tidak
kualitas mempunyai one-to-one correspondence dalam
Terjemahan yang berkualitas harus bahasa sasaran.
memenuhi tiga aspek, yaitu aspek keakuratan,
aspek keberterimaan dan aspek keterbacaan. 1.4.2 Aspek Keberterimaan
Ketiga aspek tersebut diuraikan di bawah ini. Aspek kedua dari terjemahan yang
berkualitas terkait dengan masalah keber-
1.4.1 Aspek Keakuratan terimaan. Istilah keberterimaan merujuk pada
Keakuratan merupakan sebuah istilah apakah suatu terjemahan sudah diungkapkan
yang digunakan dalam pengevaluasian sesuai dengan kaidah-kaidah, norma dan
terjemahan untuk merujuk pada apakah teks budaya yang berlaku dalam bahasa sasaran
bahasa sumber dan teks bahasa sasaran sudah ataukah belum, baik pada tataran mikro

44
Pengembangan Model Penilaian Kualitas Terjemahan (Mangatur Nababan, dkk.)

maupun pada tataran makro. Konsep kebert- Suatu istilah teknis mungkin mempunyai
erimaan ini menjadi sangat penting karena padanan yang akurat dalam bahasa sasaran.
meskipun suatu terjemahan sudah akurat dari Namun, penerjemah seyoganya tidak dengan
segi isi atau pesannya, terjemahan tersebut akan serta merta menggunakan padanan tersebut
ditolak oleh pembaca sasaran jika cara karena bisa berakibat terjemahan yang
pengungkapannya bertentangan dengan dihasilkannya tidak berterima bagi pembaca
kaidah-kaidah, norma dan budaya bahasa sasaran. Dalam bidang ilmu kedokteran,
sasaran. misalnya, terdapat istilah vagina. Meskipun,
Dalam budaya penutur asli bahasa istilah tersebut mempunyai padanan dalam
Inggris, seorang cucu dapat menyapa bahasa Jawa, penerjemah biasanya tidak
kakeknya dengan How are you, John. menggunakan padanan dalam bahasa Jawa
Tampak jelas bahwa sang cucu langsung tersebut karena dipandang tidak sopan.
menyebut nama kecil kakeknya. Penyapaan
yang seperti itu tentu saja dipandang tidak 1.4.3 Aspek Keterbacaan
sopan bagi penutur bahasa Jawa, yang selalu Pada mulanya istilah keterbacaan hanya
menyertakan sapaan Mbah yang diikuti oleh dikaitkan dengan kegiatan membaca.
nama kecil kakeknya, misalnya Mbah Prawiro, Kemudian, istilah keterbacaan itu digunakan
ketika seorang cucu berinteraksi dengan pula dalam bidang penerjemahan karena setiap
kakeknya. Dalam konteks budaya bahasa kegiatan menerjemahkan tidak bisa lepas dari
batak Tapanuli, penyebutan nama kecil kegiatan membaca. Dalam konteks pener-
seorang kakek dianggap tidak sopan. Contoh jemahan, istilah keterbacaan itu pada dasarnya
ini menunjukkan bahwa konsep keberterimaan tidak hanya menyangkut keterbacaan teks
merupakan suatu konsep yang relatif. Sesuatu bahasa sumber tetapi juga keterbacaan teks
yang dianggap sopan dalam suatu kelompok bahasa sasaran. Hal itu sesuai dengan hakekat
masyarakat bisa dipandang tidak sopan dalam dari setiap proses penerjemahan yang memang
masyarakat lainnya. selalu melibatkan kedua bahasa itu sekaligus.
Di atas telah dijelaskan bahwa salah satu Akan tetapi, hingga saat ini indicator yang
parameter dari konsep keberterimaan adalah digunakan untuk mengukur tingkat keterbacan
apakah suatu terjemahan sudah diungkapkan suatu teks masih perlu dipertanyakan
sesuai dengan kaidah-kaidah tatabahasa keandalannya. Bahkan, Gilmore dan Root
sasaran. Suatu terjemahan dalam bahasa In- (1977:102) berpendapat bahwa ukuran suatu
donesia yang diungkapkan menurut kaidah- teks yang didasarkan pada faktor-faktor
kaidah tatabahasa Inggris, misalnya, akan kebahasaan dan pesonainsani tidak lebih dari
membuat terjemahan tersebut menjadi tidak sekedar alat Bantu bagi seorang penulis dalam
alamiah dan dalam banyak kasus akan sulit menyesuaikan tingkat keterbacaan teks
dipahami maksudnya. Demikian pula, suatu dengan kemampuan para pembaca teks itu.
terjemahan abstrak penelitian sebagai salah Terlepas dari belum mantapnya alat ukur
bentuk dari teks ilmiah akan ditolak pembaca keterbacaan itu, seorang penerjemah perlu
sasaran jika terjemahan tersebut diungkapkan memahami anggitan atau konsep keterbacaan
dengan bahasa gaul. Demikian pula sebaliknya, teks bahasa sumber dan bahasa sasaran.
suatu terjemahan karya sastra akan tidak Pemahaman yang baik terhadap konsep
berterima bagi pembaca sasaran jika keterbacaan itu akan sangat membantu
terjemahan karya sastra tersebut diungkapkan penerjemah dalam melakukan tugasnya.
dengan kaidah-kaidah tatabahasa baku.

45
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 24, No. 1, Juni 2012: 39-57

1.5 Bidang Penilaian Terjemahan disebut sebagai penyuntingan teks.


Penilaian terhadap kualitas terjemahan Dewasa ini berbagai usulan untuk
sangat relevan diterapkan pada empat bidang, menganalisis terjemahan yang secara eksplisit
yaitu pada 1) bidang terjemahan yang membahas penilaian terjemahan. Di antaranya
dipublikasian, 2) bidang terjemahan profe- adalah:
sional, 3) bidang terjemahan yang dihasilkan a. Prosedur teknis yang diusulkan oleh Vinay
dalam konteks pengajaran mata kuliah praktik dan Darbelnet (1958);
penerjemahan dan 4) bidang terjemahan yang b. Kriteria padanan dinamis yang diusulkan
dikaji dalam konteks penelitian penerjemahan. oleh para pakar penerjemahan Alkitab
Pada hakikatnya, terjemahan yang dipublikasi- (Nida dan Taber 1969; Margot 1979) yang
kan identik dengan terjemahan profesional didasarkan pada pentingnya masalah
karena keduanya dihasilkan oleh penerjemah pemahaman;
profesional. Perbedaannya adalah bahwa c. Dimensi situasional yang dikemukakan
terjemahan yang dipublikasikan dibaca oleh House (1981) yang didasarkan pada
kalangan luas dan terjemahan profesional kriteria fungsional;
dibaca oleh kalangan terbatas. Terjemahan d. Dimensi kontekstual yang diusulkan oleh
dalam konteks pengajaran merujuk pada Hatim dan Mason (1990);
terjemahan yang dihasilkan oleh anak didik e. Kategori-kategori yang berasal dari teori
pada perkuliahan praktik penerjemahan. polisistem (Toury 1980; Rabadán 1991);
Sementara itu, terjemahan dalam konteks f. Model peritekstual dan tekstual terpadu
penelitian penerjemahan dapat berupa yang diusulkan oleh Larose (1989);
terjemahan yang dipublikasikan, terjemahan g. Parameter dan norma sosiokultural yang
profesional dan terjemahan yang dihasilkan dikemukakan oleh the Hewson dan Martin
anak didik yang dikaji oleh peneliti untuk (1991);
mengungkapkan fenomena penerjemahan. h. Hubungan antara faktor-faktor intratekstual
dan ekstratekstual yang diusulkan oleh Nord
1.5.1 Penilaian Terjemahan Yang Dipubli- (1988) dengan sudut pandang fungsionalis
kasikan
Teks terjemahan yang dipublikasikan 1.5.2 Penilaian Terjemahan dalam Ke-giatan
mencakup teks sastra (puisi, novel, esei) dan Pelatihan Penerjemahan Profesional
teks non-sastra, seperti teks-teks di bidang Penilaian yang seperti ini terkait dengan
hukum, ekonomi, kedokteran, sosial-budaya, penilaian terhadap penerjemah karena alasan-
politik dan bahasa. Penilaian yang dilakukan alasan profesi (misalnya penilaian terhadap teks
terhadap teks yang dipublikasikan bertujuan terjemahan yang dihasilkan oleh calon anggota
untuk kekuatan dan kelemahan terjemahan dan asosiasi penerjemahan yang bertujuan untuk
untuk mengatasi kelemahan-kelemahan mengukur kemampuan calon tersebut). Dalam
terjemahan. Di luar konteks akademik, penilai- hal ini, teks terjemahan yang dinilai adalah teks-
an terhadap terjemahan yang dipublikasikan teks di bidang teknik, ekonomi, hukum dsb.
pada umumnya dilakukan tanpa kriteria analisis Teks-teks terjemahan yang seperti itu dapat
yang objektif dan kadang-kadang tanpa pula dievaluasi untuk tujuan-tujuan pedagogik
membandingkan terjemahan dengan teks dalam konteks akademik atau pengajaran.
sumbernya (Melis dan Albir, 2001: 273). Di Penilaian yang seperti ini pada umumnya
Indonesia, fenomena yang seperti inilah yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga inter-
sering terjadi karena penilai hanya mem- nasional atau lembaga-lembaga penerjemahan.
perhatikan masalah kebahasaan, yang lazim Hal-hal yang dinilai menyangkut fidalitas

46
Pengembangan Model Penilaian Kualitas Terjemahan (Mangatur Nababan, dkk.)

dan kualitas terjemahan. Di samping itu, faktor- dilakukan. Hasil penilaian dapat dimanfaatkan
faktor lainnya seperti keefektifan dan sebagai alat untuk menempat anak didik pada
profitabilitas terjemahan juga diperhatikan. tingkat tertentu atau untuk menentukan apakah
Dalam kaitan itu, skala penilaian dan survei anak didik perlu mengikuti mata pelajaran
perihal penilaian kualitas terjemahan sangat tertentu terlebih dulu ataukah tidak atau untuk
penting. Penelitian di bidang ini sudah pernah menyakinkan apakah ada kelemahan-
dilakukan oleh CTIC Kanada (Conseil des kelemahan dalam proses belajar-mengajar.
traducteurs et interprètes de Canada) yang Penilaian fungsi sumatif digunakan untuk
menekankan perlunya skala perbaikan untuk menentukan hasil akhir dan untuk menilai
menentukan tipe-tipe kesilapan dan skala pengetahuan yang telah diperoleh anak didik
penilaian untuk mengukur kualitas terjemahan. serta untuk menentukan apakah tujuan-tujuan
Penelitian di bidang yang sama tetapi dengan pengajaran sudah tercapai ataukah belum.
versi yang berbeda juga sudah pernah Penilaian sumatif wajib dilakukan pada akhir
dilakukan oleh SICAL (Système canadien dari suatu proses belajar mengajar untuk
d’appréciation de la qualité linguistique), menentukan apakah anak didik layak
termasuk di antaranya adalah penelitian yang dinaikkan ke jenjang yang lebih tinggi.
dilakukan oleh Gouadec (1981, 1989) yang Penilaian fungsi formatif bertujuan untuk
mengusulkan sebuah skala yang kompleks yang memperoleh informasi untuk tujuan pelatihan.
memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan Gagasan ini dikemukakan di tahun 1967 oleh
675 tipe kesilapan (300 buah bersifat leksis Scriven. Menurut Abrecht (1991), ciri yang
dan 375 bersifat sintaksis). paling penting dari fungsi formatif adalah
sebagai berikut:
1.5.3 Penilaian Terjemahan dalam Kon-teks • Penilaian ditujukan terutama bagi anak didik
Pengajaran Penerjemahan yang menjadi terlibat secara aktif dalam
Dalam konteks pengajaran penerjemah- proses belajar mengajar sebagai akibat dari
an, pada dasarnya penelitian terfokus pada kesadarannya sendiri.
pencarian terhadap skala perbaikan dan skala • Secara keseluruhan penilaian diintegrasi-kan
penilaian (Delisle 1993; Hurtado 1995), dan dengan proses belajar
pada pengkajian tentang bagaimana kesilapan- • Penilaian sangat fleksible dan berfungsi
kesilapan terjemahan bisa terjadi (Nord, 1996; ganda karena penilaian harus dapat di
Kussmaul 1995; Pym 1993; Gouadec 1981 sesuaikan dengan situasi individu
and 1989) serta pada pengidentifikasian • Penilaian mempertimbangkan proses dan
masalah penerjemahan, yang sangat terkait hasil.
dengan kesilapan terjemahan (Nord 1988; • Data yang terkumpul melalui penilaian fungsi
Presas 1996). formatif mengarah pada retrospeksi, yang
Penilaian terjemahan dalam konteks memungkinkan kita dapat mengamati
pengajaran mempunyai tiga fungsi, yaitu 1) kesulitan-kesulitan yang dialami anak didik
fungsi diagnostik atau prognostik, 2) fungsi dan menelusuri kembali sumber dari
sumatif dan fungsi formatif. Penilaian fungsi kesulitan-kesulitan tersebut.
diagnostik memungkinkan diagnosa terhadap • Hasil penilaian juga bermanfaat bagi guru
potensi anak didik bisa dilakukan. Dengan kata karena penilaian tersebut memungkinkan
lain, penilaian memungkinkan kita dapat dia dapat membuat pengajarannya menjadi
mengetahui kemampuan dan kelemahan anak efektif dan lentur.
didik dan dilakukan sebelum proses belajar

47
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 24, No. 1, Juni 2012: 39-57

1.5.4 Penilaian Terjemahan dalam Kon-teks Sumber data merupakan bagian yang
Penelitian Penerjemahan sangat penting dalam penelitian kualitatif karena
Penilaian terjemahan bagian yang tidak ketepatan memilih dan menentukan jenis
terpisahkan dalam konteks penelitian sumber data menentukan ketepatan dan
penerjemahan. Apakah tujuan dari suatu kekayaan data atau informasi yang diperoleh.
penelitian terkait dengan masalah ideologi dan Data tidak dapat diperoleh tanpa adanya
metode atau teknik penerjemahan, aspek sumber data. Sumber data dalam penelitian
penilaian kualitas terjemahan menjadi sangat kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa dan
penting. Dalam konteks penilaian kualitas tingkah laku, dokumen dan arsip, serta
terjemahan, beberapa tulisan dan pendapat berbagai benda lain (Sutopo, 2002: 50 53).
telah disodorkan oleh para pakar. Honig Sumber data penelitian ini berupa 1) manusia,
(1997), misalnya, menyatakan bahwa kajian yaitu penerjemah, mahasiswa, dosen dan pakar
yang dilakukan pada terjemahan acap kali penerjemahan, dan stakeholders dan 2)
menyangkut masalah kualitas terjemahan. literatur-literatur baik dalam bentuk buku,
Untuk menentukan kualitas terjemahan yang artikel ilmiah maupun laporan yang memuat
dimaksud, para peneliti perlu membuat kriteria masalah penilaian kualitas terjemahan.
untuk menilai kualitas terjemahan. Dengan Teknik sampling yang dipakai adalah
demikian, setiap pembahasan tentang kualitas purposive sampling. Seperti yang ditegaskan
terjemahan tidak hanya bersifat akademis oleh Sutopo (2002: 36), teknik cuplikan
tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh para penelitian kualitatif cenderung bersifat purpo-
praktisi penerjemahan sebagai arahan dalam sive karena dipandang lebih mampu
melakukan penerjemahan. menangkap kelengkapan dan kedalaman data.
Data penelitian ini dikumpulkan melalui
2. Metode Penelitian teknik simak dan catat, wawancara mendalam
Penelitian ini adalah sebuah studi dan Focus Group Discussion.
kebijakan karena hasil penelitian ini mengarah Teknik simak dan catat ini digunakan
pada jenis kebijakan tertentu yang menjadi untuk mengumpulkan data tentang orientasi dan
alternatif model untuk menilai kualitas kekuatan serta kelemahan dari strategi-strategi
terjemahan di Indonesia. Dalam studi kebijakan penilaian kualitas yang sudah ada. terjemahan
ini peneliti harus bisa menemukan dan teks film. Kekuatan dan kelemahan yang
merumuskan baik kekuatan maupun kelemah- dimaksudkan terkait dengan kemampuan dari
an suatu kondisi atau lokasi tertentu dengan masing-masing strategi penilaian kualitas
kebutuhan khususnya, sehingga bisa diusulkan terjemahan tersebut dalam mengukur kualitas
kebijakan yang paling tepat berdasarkan terjemahan, baik dari segi tingkat keakuratan
kondisi dan kekhususan karakteristiknya pesan, tingkat keberterimaan dan tingkat
(Sutopo, 2002: 117). Kebijakan baru inilah keterbacaan suatu terjemahan.
yang akan menjadi alternatif model untuk Wawancara mendalam (in depth inter-
menilai kualitas terjemahan di Indonesia. viewing) dipilih karena bersifat lentur dan
Untuk memberikan arah dan kejelasan terbuka, tidak terstruktur ketat, tidak dalam
penelitian ini perlu adanya pembatasan masa- suasana formal dan bisa dilakukan berulang
lah. Penelitian ini membahas masalah pengem- ulang pada informan yang sama, khususnya
bangan model penilaian kualitas terjemahan. penerjemah, pakar penerjemahan dan stake-
Yang menjadi fokus penelitian ini adalah model holders. Pertanyaan yang diberikan kepada
penilaian kualitas terjemahan dari bahasa informan bersifat open ended dan mengarah
Inggris ke dalam bahasa Indonesia. pada kedalaman informasi, serta dilakukan

48
Pengembangan Model Penilaian Kualitas Terjemahan (Mangatur Nababan, dkk.)

dengan cara yang tidak secara formal Penelitian ini menggunakan analisis model
terstruktur guna menggali pandangan subjek interaktif dengan komponen analisis: reduksi
yang diteliti tentang banyak hal yang sangat data, sajian data, penarikan simpulan dan
bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian verifikasinya seperti yang terlihat pada bagan
informasinya secara lebih jauh dan mendalam. di bawah ini. Sutopo (2002: 91) menjelaskan
Wawancara mendalam dilakukan terhadap para bahwa tiga komponen utama yang disebutkan
penerjemah, para pakar penerjemahan dan para itu terlibat dalam proses analisis dan saling
pengamat terjemahan serta stakeholders. Hasil berkaitan serta menentukan hasil analisis.
wawancara digunak-an untuk menjawab tujuan
penelitian-tujuan penelitian ini. 3. Hasil Penelitian
Focus Group Discussion (FGD) diguna- 3.1 Model Penilaian Kualitas Terjemah-
kan untuk menggali data tentang prototip model an Yang Dihasilkan
penilaian kualitas terjemahan yang akan Model penilaian kualitas terjemahan yang
dikembangkan menjadi model penilaian kualitas dihasilkan melalui penelitian terdiri atas: a)
terjemahan. Melalui diskusi yang mendalam Tujuan Penilaian, b) Kriteria dan Jumlah Penilai,
yang dilakukan oleh tim peneliti dengan para c) Instrumen Penilai Kualitas Terjemahan dan
penerjemah, pakar penerjemahan, pemerhati Pembobotan, dan e) Contoh Penilaian, seperti
penerjemahan dan stakeholders diperoleh yang diuraikan di bawah ini.
masukan-masukan dalam menyempurnakan
rancangan model penilaian kualitas terjemahan. 3.1.1 Tujuan Penilaian
Penelitian ini menggunakan triangulasi Model penilaian kualitas terjemahan ini
sumber data dan triangulasi metode. Triangulasi dimaksudkan sebagai instrumen untuk mengukur
data ini mengarahkan peneliti agar di dalam kualitas teks terjemahan dari bahasa Inggris ke
mengumpulkan data, peneliti wajib meng- dalam bahasa Indonesia. Kualitas terjemahan
gunakan beragam sumber data yang berbeda yang diukur meliputi tingkat keakuratan penga-
(Sutopo,2002: 81). Penelitian ini menggunakan lihan pesan, tingkat keberterimaan dan tingkat
sumber data yang berbeda, yaitu dokumen, keterbacaan teks terjemahan. Sementara, jenis
penerjemah, mahasiswa, dosen dan pakar teks yang dimaksudkan adalah teks ilmiah,
penerjemahan, pengamat terjemahan dan seperti teks terjemahan di bidang hukum,
stakeholders agar informasi yang didapat lebih pertanian, kedokteran dan lain sebagainya.
lengkap dan mendalam. Selanjutnya, terhadap Tingkat keakuratan pengalihan pesan
para penerjemah, mahasiswa, dosen dan pakar ditetapkan oleh seberapa akurat isi atau pesan
penerjemahan, para pengamat terjemahan dan teks bahasa sumber dialihkan ke dalam bahasa
stakeholders diterapkan triangulasi metode. sasaran. Tingkat keberterimaan terjemahan
Untuk mengembangkan validitas dan dinilai atas dasar apakah isi atau pesan teks
reliabilitas penelitian ini, selain metode triangu- bahasa sumber tersebut sudah diungkapkan
lasi, penelitian ini juga menggunakan teknik sesuai dengan kaidah-kaidah, norma dan
review informant. Setelah data dianalisis dan budaya yang berlaku dalam bahasa sasaran.
sampai pada penarikan simpulan dan verifikasi, Tingkat keterbacaan teks terjemahan merujuk
maka model penilaian kualitas terjemahan yang pada derajat kemudahan suatu teks terjemahan
tersusun itu dibahas dalam forum komunikasi untuk dipahami oleh pembaca sasaran.
dengan key review informant, yaitu pener- Penilaian baik terhadap tingkat ke-
jemah, pakar penerjemahan, pengamat akuratan, tingkat keberterimaan dan tingkat
terjemahan dan stakeholders untuk diperiksa keterbacaan terjemahan dilakukan secara
dan dilengkapi bila diperlukan. terpisah. Penilaian yang seperti ini dilandasi

49
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 24, No. 1, Juni 2012: 39-57

oleh pemikiran bahwa pada dasarnya konsep pengetahui prosedural atau operatif yang baik.
keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan Untuk tingkat keberterima, persyaratan yang
merupakan konsep yang terpisah satu sama harus dipenuhi adalah 1) Menguasai peng-
lain. Di samping itu, pemisahan penilaian itu gunaan tatabahasa baku bahasa Indonesia, 2)
akan membuat proses penilaian lebih fokus. Menguasai bidang ilmu dari teks terjemahan,
Karena satuan terjemahan yang dikaji berada dan 3) Akrab dengan istilah teknis dalam
pada tataran kata, frasa, klausa dan kalimat, bidang teks terjemahan yang dinilai. Untuk
penilaian terhadap kualitas terjemahan menjadi tingkat keterbacaan, kriteria yang harus dimiliki
sangat rinci. Meskipun demikian, penetapan adalah mampu membaca dan memahami teks
padanan tidak akan pernah lepas dari konteksnya. berbahasa Indonesia dengan baik dan
merupakan pembaca ideal dari suatu teks
3.1.2 Kriteria dan Jumlah Penilai. terjemahan yang dinilai.
Untuk menjaga validitas dan reliabilitas
hasil penilaian, dalam prototip model penilaian 3.1.3 Instrumen Penilai Kualitas Terjemahan.
kualitas terjemahan tersebut diusulkan Instrumen penilaian kualitas terjemahan
jumlahnya ganjil dan minimal sebanyak 3 or- meliputi: 1) instrumen penilai tingkat keakuratan
ang penilai untuk masing-masing aspek dari pesan, 2) instrumen penilai tingkat keber-
kualitas yang dinilai. Seseorang yang hendak terimaan terjemahan, dan 3) instrumen penilai
dijadikan sebagai penilai kualitas terjemahan tingkat keterbacaan terjemahan.
harus memiliki kriteria atau persyaratan. Untuk Masing-masing dari instrumen penilai kuali-
tingkat keakuratan, persyaratan yang harus tas terjemahan terdiri atas tiga bagian. Bagian
dipenuhi adalah 1) Penerjemah profesional dan pertama menunjukkan kategori terjemahan.
berpengalaman di bidang penerjemahan teks- Bagian kedua merupakan skor atau angka
teks ilmiah dari bahasa Inggris ke dalam bahasa dengan skala 1 sampai dengan 3, yang diurutkan
Indonesia, 2) Memiliki kompetensi pener- menurut piramida terbalik yaitu semakin berkua-
jemahan yang baik, yang terdiri atas kompe- litas suatu terjemahan, semakin skor atau angka
tensi kebahasaan, kompetensi wacana, yang diperolehnya dan demikian pula sebalik-
kompetensi budaya, kompetensi bidang ilmu, nya. Bagian ketiga merupakan parameter kuali-
kompetensi strategik dan kompetensi transfer, tatif dari masing-masing kategori terjemahan.
dan 3) Memiliki pengetahuan deklaratif dan Ketiga instrumen itu disajikan di bawah ini.

Instrumen Penilai Keakuratan Terjemahan


Kategori
Skor Parameter Kualitatif
Terjemahan
Akurat 3 Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks bahasa
sumber dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; sama
sekali tidak terjadi distorsi makna
Kurang 2 Sebagian besar makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau
Akurat teks bahasa sumber sudah dialihkan secara akurat ke dalam bahasa
sasaran. Namun, masih terdapat distorsi makna atau terjemahan
makna ganda (taksa) atau ada makna yang dihilangkan, yang
mengganggu keutuhan pesan.
Tidak Akurat 1 Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks bahasa
sumber dialihkan secara tidak akurat ke dalam bahasa sasaran atau
dihilangkan (deleted).

50
Pengembangan Model Penilaian Kualitas Terjemahan (Mangatur Nababan, dkk.)

Instrumen penilai tingkat keakuratan dihasilkan. Sebaliknya, semakin rendah skor


terjemahan tersebut menganut skala 1 sampai yang diberikan terhadap terjemahan, maka
dengan 3. Semakin tinggi skor yang diberikan semakin rendah tingkat keakuratan terjemahan
penilai, maka semakin akurat terjemahan yang tersebut.

Instrumen Penilai Tingkat Keberterimaan Terjemahan


Kategori
Skor Parameter Kualitatif
Terjemahan
Berterima 3 Terjemahan terasa alamiah; istilah teknis yang digunakan lazim
digunakan dan akrab bagi pembaca; frasa, klausa dan kalimat
yang digunakan sudah sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa
Indonesia
Kurang 2 Pada umumnya terjemahan sudah terasa alamiah; namun ada
Berterima sedikit masalah pada penggunaan istilah teknis atau terjadi sedikit
kesalahan gramatikal.
Tidak 1 Terjemahan tidak alamiah atau terasa seperti karya terjemahan;
Berterima istilah teknis yang digunakan tidak lazim digunakan dan tidak
akrab bagi pembaca; frasa, klausa dan kalimat yang digunakan
tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia

Instrumen penilai tingkat keberterimaan keberterimaan terjemahan.


terjemahan merupakan pedoman bagi penilai Instrumen ketiga yang digunakan adalah
dalam menentukan tingkat keberterimaan instrumen untuk menentukan tingkat
terjemahan. Skala yang disediakan berkisar keterbacaan terjemahan, yang juga didasarkan
antara 1 sampai dengan 3. Setiap skor yang pada skala 1 sampai dengan 3.
diberikan merupakan cerminan dari tingkat

Instrumen Penilai Tingkat Keterbacaan Terjemahan


Kategori
Skor Parameter Kualitatif
Terjemahan
Tingkat 3 Kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks terjemahan
Keterbacaan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.
Tinggi
Tingkat 2 Pada umumnya terjemahan dapat dipahami oleh pembaca;
Keterbacaan namun ada bagian tertentu yang harus dibaca lebih dari satu
Sedang kali untuk memahami terjemahan.
Tingkat 1 Terjemahan sulit dipahami oleh pembaca
Keterbacaan
Rendah

3.1.4 Pembobotan dipahami (readable) oleh pembaca sasaran.


Di atas telah dijelaskan bahwa suatu Masing-masing dari ketiga aspek tersebut
terjemahan yang berkualitas harus akurat (ac- mempunyai bobot nilai yang berbeda.
curate), berterima (acceptable) dan mudah

51
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 24, No. 1, Juni 2012: 39-57

Pembobotan dari Aspek Kualitas Yang Dinilai

No Aspek Kualitas Yang Dinilai Bobot


1 Keakuratan 3
2 Keberterimaan 2
3 Keterbacaan 1

Aspek keakuratan memiliki bobot yang nerjemahan tidak berhubungan langsung


paling tinggi, yaitu 3. Hal itu disesuaikan dengan dengan masalah apakah terjemahan mudah
konsep dasar dari proses penerjemahan dipahami ataukah tidak oleh pembaca sasaran.
sebagai proses pengalihan pesan (keakuratan) Namun, karena pembaca sasaran pada
dari teks bahasa sumber ke dalam bahasa umumnya tidak mempunyai akses ke teks
sasaran. Aspek keberterimaan terjemahan bahasa sumber, mereka sangat mengharapkan
menempati urutan kedua, yaitu 2. Penetapan agar terjemahan yang mereka baca dapat
itu didasarkan pada pemikiran bahwa aspek mereka pahami dengan mudah.
keberterimaan terkait langsung dengan
kesesuaian terjemahan dengan kaidah, norma 3.1.5 Contoh Penilaian
dan budaya yang berlaku dalam bahasa Di bawah ini diberikan contoh penilaian
sasaran. Dalam kasus tertentu, aspek keber- kualitas terjemahan dengan menggunakan in-
terimaan itu berpengaruh pada aspek strument penilaian yang telah dihasilkan.
keakuratan. Dengan kata lain, dalam kasus Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran
tertentu, suatu terjemahan yang kurang atau yang jelas tentang cara model penilaian kualitas
tidak berterima juga akan kurang atau tidak terjemahan tersebut diterapkan. Penilaian
akurat. Aspek keterbacaan memiliki bobot kualitas suatu terjemahan yang dimaksudkan
yang paling rendah, yaitu 1. Rendahnya bobot dilakukan oleh satu orang penilai untuk masing-
yang diberikan pada aspek keterbacaan terkait masing tingkat keakuratan, keberterimaan dan
dengan pemikiran bahwa masalah pe- keterbacaan teks terjemahan.

Skor
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran Keaku- Keber- Keter-
ratan terimaan bacaan
1 Almost 100% of middle-aged Hampir 100% manusia setengah
people need eyeglasses. baya memerlukan kaca mata. 3 3 3
2 The eye has been referred to Mata dikatakan sebagai ”bagian 2 2 2
as “the most important square ukuran permukaan tubuh yang
inch of the body surface” paling penting” (Hanever, 1979,
(Havener 1979, 1979, p.1) h.1).
3 Therefore, changes must be Dengan demikian, perubahan 1 3 3
made to improve lighting in harus dilakukan dengan
homes, offices, restaurants, menambah pencahayaan di rumah,
and geriatric centres. perkantoran, restoran dan pusat
geriatri (panti wreda).
Jumlah 6 8 8
Skor Rata-rata 2,0 2,67 2,67

52
Pengembangan Model Penilaian Kualitas Terjemahan (Mangatur Nababan, dkk.)

Kalimat sumber 1 sudah diterjemahkan berterimaan terjemahan tersebut sebagai


secara akurat ke dalam bahasa sasaran. akibat penggunaan bagian ukuran per-
Kalimat terjemahannya sudah memenuhi mukaan tubuh yang kurang alamiah, yang
kaidah tatabahasa baku bahasa Indonesia dan berakibat pada agak sulitnya terjemahan
pembaca sasaran dapat memhami kalimat tersebut dipahami.
terjemahan tersebut dengan mudah. Di samping Jika kalimat sumber 3 dibandingkan
kalimat-kalimat sederhana, seperti yang telah dengan kalimat terjemahannya, kita akan
diuraikan di atas, terdapat pula beberapa data mengetahui bahwa pesan yang terkandung
sumber yang berwujud kalimat kompleks. dalam kedua kalimat tersebut sangat berbeda.
Terlepas dari teknik-teknik penerjemahan yang Penulis asli pada hakikatnya menyatakan
digunakan, terjemahannya dalam bahasa “Oleh sebab itu, perubahan-perubahan harus
sasaran sudah akurat. dilakukan untuk meningkatkan pencahayaan di
Kalimat sumber 2 diterjemahkan secara rumah, di kantor, di restauran dan di pusat-
kurang akurat ke dalam bahasa sasaran. pusat geriatri (panti wreda)”, tetapi penerjemah
Kelompok kata has been referred to as dan mengatakan “Dengan demikian, perubahan
the most important square inch of body sur- harus dilakukan dengan menambah pen-
face seharusnya diterjemahkan menjadi cahayaan di rumah, perkantoran, restoran dan
disebut sebagai dan bagian terkecil dan pusat geriatri (panti wreda)”. Meskipun
terpenting dari permukaan tubuh. Oleh demikian, terjemahan 3 sudah berterima dan
sebab itu, kalimat sumber 2 seharusnya mudah dipahami oleh pembaca sasaran.
diterjemahkan menjadi Mata disebut sebagai Berdasarkan pada penilaian terhadap
“bagian terkecil dan terpenting dari ketiga aspek dari terjemahan yang berkualitas
permukaan tubuh”. Kalimat terjemahan di atas, diperoleh skor rerata untuk ketiga aspek
Skor Rata-rata
tersebut juga kurang berterima dan mempunyai (keakuratan
Jumlah Rerata pesan, keberterimaan dan
Keakuratan Keberterimaan Keterbacaan
tingkat keterbacaan sedang. Kekurang- keterbacaan), yaitu 2,34.
2x3=6 2,67 x 2 = 5,34 2,67 x 1 = 2,67 14,01 14,01 : 6 = 2,34

Skor rerata tersebut menggambarkan strategi penilaian kualitas terjemahan tersebut


bahwa secara keseluruhan terjemahan tersebut mempunyai orientasi yang berbeda dan satu
kurang akurat, kurang berterima dan kurang pun diantaranya yang berusaha menilai kualitas
bisa dipahami oleh pembaca sasaran. terjemahan secara holistik, yaitu penilaian yang
menyentuh masalah keakuratan, keberterimaan
3.2. Pembahasan dan keterbacaan terjemahan.
Pada penelitian tahun pertama) telah Meskipun masing-masing dari ketujuh
teridentifikasi tujuh strategi penilaian kualitas strategi mempunyai kekuatan, sisi kelemahan-
terjemahan. Ketujuh strategi tersebut adalah nya lebih menonjol karena alasan-alasan
cloze technique, reading-aloud technique, berikut. Pertama, masing-masing dari ketujuh
knowledge test, performance test, back-trans- strategi penilaian tersebut mengukur kualitas
lation, equivalence-based approach dan func- terjemahan secara tidak holistik. Kedua,
tional approach. Masing-masing dari ketujuh karena hanya satu atau dua aspek dari

53
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 24, No. 1, Juni 2012: 39-57

terjemahan yang berkualitas yang dinilai, terjemahan yang dipublikasikan pada umumnya
pembobotan dari masing-masing aspek dilakukan tanpa kriteria analisis yang objektif
tersebut sama sekali tidak diberikan. Ketiga, dan kadang-kadang tanpa membandingkan
tidak ada penjelasan perihal siapa yang menilai terjemahan dengan teks sumbernya” dapat
terjemahan dan kriteria apa saja yang harus dihindari.
dimiliki oleh seorang penilai kualitas terjemahan. Di samping itu, model penilaian kualitas
Keempat, tidak ada penjelasan seberapa besar terjemahan yang dihasilkan melalui penelitian
porsi dari suatu teks terjemahan yang harus ini juga mempertimbangkan dimensi situasional
dinilai. yang dikemukakan oleh House (1981) dan
Pada penelitian tahun kedua, prototip dimensi kontekstual yang diusulkan oleh Hatim
model penilaian kualitas terjemahan dibuat, dan Mason (1990). Karena model tersebut
diujicobakan dan disempurnakan dengan juga mempertimbangkan aspek keberterimaan
menyertakan aspek-aspek berikut: dan keterbacaan terjemahan, pemadanan
· Setiap satuan lingual atau satuan terjemahan dinamis lebih ditonjolkan agar hasil penilaian
yang dinilai harus disertai dengan lebih berpihak pada pembaca sasaran tanpa
konteksnya agar penilai dapat memutuskan mengesampingkan maksud atau pesan teks
dengan baik apakah terjemahan berkualitas bahasa sumber.
ataukah tidak. Sudah barang tentu bahwa penilaian
· Sebelum penilaian dilakukan, perlu terhadap kualitas suatu terjemahan tidak
diidentifikasi dan dihubungi sejak awal or- berhenti hanya pada penentuan apakah suatu
ang-orang yang memenuhi kriteria sebagai terjemahan akurat, berterima dan mudah
penilai. Agar keterlibatan mereka serius, dipahami oleh pembaca sasaran. Penilaian yang
mereka perlu diberi insentif yang sangat holistik yang seperti juga berdampak pada
memadai. kegiatan praktis penerjemahan dan pengajaran
· Teks bahasa sumber, teks bahasa sasaran penerjemahan. Dalam konteks pengajaran
dan instrumen penilaian yang diberikan praktik penerjemahan, misalnya, penilaian
kepada penilai perlu disertai dengan kualitas terjemahan yang dihasilkan oleh anak
penjelasan yang lengkap dan mudah didik akan juga mengarah pada pengkajian
dipahami tentang cara menilai kualitas tentang bagaimana kesilapan-kesilapan
terjemahan tersebut. terjemahan bisa terjadi (Nord, 1996; Kuss-
maul 1995; Pym 1993; Gouadec 1981 and
Pada penelitian tahun ketiga, model 1989) serta pada pengidentifikasian masalah
tersebut lebih diperluas lagi cakupan penerjemahan, yang sangat terkait dengan
penilaiannya, tidak hanya menyangkut penilaian kesilapan terjemahan (Nord 1988; Presas
kualitas terjemahan professional tetapi juga 1996).
dalam konteks penelitian dan pengajaran Penilaian terjemahan bagian yang tidak
penerjemahan dengan satuan terjemahan yang terpisahkan dalam konteks penelitian
paling tinggi, yaitu tataran teks. penerjemahan. Apakah tujuan dari suatu
Model penilaian kualitas terjemahan yang penelitian terkait dengan masalah ideologi dan
dihasilkan melalui penelitian ini didasarkan pada metode atau teknik penerjemahan, aspek
kriteria analisis yang objektif, yang dapat penilaian kualitas terjemahan menjadi sangat
diterapkan baik dalam konteks akademik dan penting. Dalam konteks penilaian kualitas
non-akademik. Dengan demikian, kekuatiran terjemahan, beberapa tulisan dan pendapat
Melis dan Albir (2001: 273) bahwa “Di luar telah disodorkan oleh para pakar. Honig
konteks akademik, penilaian terhadap (1997), misalnya, mengidentifikasikan empat

54
Pengembangan Model Penilaian Kualitas Terjemahan (Mangatur Nababan, dkk.)

pihak yang beroleh manfaat dari penilaian • Model Penilaian Kualitas Terjemahan
kualitas terjemahan, yaitu: pembaca teks tersebut dapat diterapkan diberbagai set-
sasaran, penerjemah professional, peneliti di ting penilaian baik dalam konteks penilaian
bidang penerjemahan dan peserta pelatihan kualitas terjemahan profesional maupun
penerjemahan. Di samping itu, klien pe- dalam konteks penelitian dan pengajaran
nerjemah juga akan beroleh manfaat dari penerjemahan.
evaluasi yang dilakukan terhadap suatu karya • Model Penilaian Kualitas Terjemahan
terjemahan meskipun pada kenyataannya para tersebut dapat diterapkan dalam menilai
klien (baca: para penerbit) acapkali enggan jika kualitas terjemahan baik pada tataran mikro
terjemahan yang mereka publikasikan dinilai maupun tataran makro.
dan dikritisi. • Sebaik apapun model penilaian kualitas
terjemahan yang dihasilkan melalui penelitian
4. Kesimpulan ini tidak akan memberi manfaat yang berarti
• Model Penilaian Kualitas Terjemahan yang jika orang-orang yang terlibat di dalamnya
dihasilkan melalui penelitian ini mampu tidak mempunyai kemampuan dalam mene-
menilai kualitas secara holistik karena aspek rapkannya. Dalam kaitan itu, mereka yang
yang dinilai tidak hanya masalah keakuratan tertarik untuk menerapkannya harus memba-
dan keberterimaan tetapi keterbacaan teks ca dan memahami semua informasi yang
terjemahan. relevan dan prosedur dalam menerapkan-
nya.

DAFTAR PUSTAKA

Abrecht, R. (1991): L’évaluation formative, une analyse critique, Bruxelles, De Boeck.


Bowker, Lynne. (2001). “Towards a Methodology for a Corpus-Based Approach to Transla-
tion Evaluation”. Jurnal Meta, XLVI, 2.
Brislin, R.W. (ed.). 1976. Translation: Application and Research. New York: Gardner Press,
Inc.
Delisle, J. (1993): La traduction raisonnée, Ottawa, Presses de l’Université d’Ottawa.
Gouadec, D. (1981): «Paramètres de l’évaluation des traductions», Meta, 26-2, p. 99-116.
—– (1989): «Comprendre, évaluer, prévenir», TTR, 2-2, numéro spécial «L’erreur en traduc-
tion», p. 35-54.
Hatim, B. and I. Mason (1990): Discourse and The translator, London, Longman.
Hewson, L. and J. Martin (1991): Redefining Translation. The Variational Approach, Lon-
don Routledge.
Hönig, Hans G. (1997). “Positions, Power and Practice: Functionalist Approaches and Trans-
lation Quality Assessment.” Jurnal CURRENT ISSUES IN LANGUAGE & SOCI-
ETY Vol. 4, No 1.
House, J. (1981): A model for Translation quality assessment, Tübingen, Narr.

55
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 24, No. 1, Juni 2012: 39-57

House, Juliane. (2001). Translation Quality Assessment: Linguistic Description versus Social
Evaluation” Jurnal Meta, vol. 46, No. 2, Hal. 243-257.
Hurtado Albir, (1995): “La didáctica de la traducción. Evolución y estado actual,” Perspectivas
de latraducción (P. Hernandez y J. M. Bravo, dir.), Universidad de Valladolid, pp. 49-
74.
Jamal, Al-Qinai. (2000). “Translation Quality Assessment. Strategies, Parametres and Proce-
dures. Jurnal Meta, vol. 45, No. 3, Hal. 497-519.
Kussmaul, P. (1995): Training the Translator, Amsterdam, John Benjamins.
Larose, R. (1989): Théories contemporaines de la traduction, 2e éd., Québec, Presses de
l’Université du Québec.
Melis, Nicole Martínez & Hurtado albir, Amparo. (2001). “Assessment In Translation Studies:
Research Needs”. Jurnal Meta, XLVI, 2.
Nababan, Nuraeni & Sumardiono. (2009). “Pengembangan Model Penilaian Kualitas
Terjemahan” Laporan Penelitian Hibah Kompetensi. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret
Nababan, Nuraeni & Sumardiono. (2010). “Pengembangan Model Penilaian Kualitas
Terjemahan” Laporan Penelitian Hibah Kompetensi. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret
Nababan, Nuraeni & Sumardiono. (2011). “Pengembangan Model Penilaian Kualitas
Terjemahan” Laporan Penelitian Hibah Kompetensi. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret
Nida, E. and C. Taber (1969): Theory and Practice of Translation, London, United Bible
Societies.
Nord, C. (1988): Textanalyse und Übersetzen, Heidelberg, J. Groos Verlag [transl.: (1991):
Text-Analysis in Translation, Amsterdam, Rodopi].
—– (1996): “El error en la traducción: categorías y evaluación,” La enseñanza de la traducción
(A. Hurtado Albir, dir.), pp. 91-103.
Presas, M. (1996): Problemes de traducció i competència traductora, thesis, Universitat
Autònoma de Barcelona.
Presas, M. (2000). “Bilingual competence and translation competence”. Dalam Schaffner, C.
& Adab, B. (eds.). Developing Translation Competence. Amsterdam: John Benjamins
Publishing Company, 19 - 31.
Pym, A. (1993): Epistemological Problems in Translation and its Teaching, Calaceite,
Ediciones Caminade.
Rabadán, R.(1991): Equivalencia y traducción, Universidad de León.

56
Pengembangan Model Penilaian Kualitas Terjemahan (Mangatur Nababan, dkk.)

Ruuskanen, D.D.K. (1996). “Creating the ‘Other’: A pragmatic translation tool”. Dalam Dollerup,
Cay, Appel, and Vibeke (eds.). Teaching Translation and Interpreting 3 :New Ho-
rizons. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company.
Schäffner, Christina. (1997). “From ‘Good’ to ‘Functionally Appropriate’: Assessing Transla-
tion Quality”. Jurnal CURRENT ISSUES IN LANGUAGE & SOCIETY Vol. 4,
No 1.
Sutopo, H.B. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam
Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press
Toury, G. (1980): In Search of a Theory of Translation, Tel Aviv University.
Vinay, J.-P. et J. Darbelnet (1958): Stylistique comparée du français et de l’anglais, Paris,
Didier.

57

Anda mungkin juga menyukai