Anda di halaman 1dari 21

METODE PERBANDINGAN BAHASA

1. Pendahuluan
• Sarjana bahasa abad XIX telah mengembangkan teknik-
teknik untuk mengadakan perbandingan antar bahasa
guna menemukan kesamaan-kesamaan antar bahasa
kerabat
• Metode ini meliputi: Hukum bunyi, Rekonstruksi
fonemis, dan Rekonstruksi morfemis.
• Hukum bunyi adalah suatu metode menemukan
hubungan antar bahasa dalam bidang bunyi bahasa
• Penetapan fonem proto dilakukan melalui rekonstruksi
atau pemulihan
• Penetapan fonem proto menghasilkan morfem proto
2. HUKUM BUNYI

• Masalah bahasa sudah dipersoalkan lebih dari 2000


tahun yang lalu dalam masa Plato (429 – 348 SM)
• Persoalan itu berkisar pada pertanyaan: apakah ada
hubungan yang wajar antara kata dan referensinya?
• Socrates mengatakan bahwa tidak mungkin
menunjukkan hubungan antara pemberian nama (kata)
dengan sifat dari barangnya
• Bila teori-teori yang menjelaskan proses lahirnya
bahasa itu benar, maka dapatlah dimengerti bahwa
warisan dari kelompok asal akan diturunkan dan
dipantulkan kembali melalui kata-kata kerabat dewasa
ini
• Hukum bunyi mendeskripsikan hubungan yang
teratur mengenai bunyi-bunyi bahasa yang
didasarkan pada kata-kata dengan makna yang
mirip.
• Hukum bunyi semula dikemukakan oleh Jakop
Grimm
• Jakop Grimm menemukan kenyataan bahwa ada
pergeseran bunyi yang teratur antara bahasa-
bahasa German dan bahasa-bahasa Yunani.
• Berdasarkan hukum bunyi ini ditentukan
pengelompokan bahasa
• Pengelompokan bahasa-bahasa berdasarkan
kemiripan bentuk-makna yang diwujudkan
dalam hubungan bunyi antar bahasa yang
terdapat dalam kata-kata yang mirip itu.
• Ahli Jungrammatiker mengatakan bahwa hukum
ini berlaku tanpa kecuali karena hukum itu
berlangsung secara buta.
• Hukum itu berlaku dalam batas-batas geografis
tertentu
TABEL PERGESERAN BUNYI
Pertukaran Bunyi Bahasa
Indo-Eropa
Contoh
Non- German
German

b p Lat : labium; Sak. Kuno : lepor; Bel; lip


bh b Sans : bibharmi; Yunani : phero; Lat: fero; Got: bairan; Bel: geboren
d t Yun: deka; Lat: decem; Sak. Kuno: tehan;
dh d Sans: vidava; Yun: etheos; Lat: vidua; Got: widuwa; Bel: weduwe
g k Yun: gonu; Lat: genu; Got: kniu; Bel: knie
gh g Yun: okheo; Lat: vehere; Got: ga-wigan; Jerman Kuno: wegan; Bel:
bewegen
P f Sans: pitar; Yun: peter; Lat: pater
ph Got: fadar; Bel: vader; Ing: father
t Ø Sans: dan (gen dantas); Yun: odon (gen. odontos); Lat : dens (gen
dentis)
th Got: tubpus; Bel: tand
k x Yun: kardia; Lat: cor (cordis)
kh Got: hairto; Bel: hart
PENERAPAN HUKUM BUNYI PADA BAHASA-BAHASA AUSTRONESIA

(1) Fonem /ə/


Fonem */ə/ Autronesia purba dipantulkan
menjadi /ə/ (Jawa Kuno dan Karo), /a/
(Makasar dan Minangkabau), /e/ (Dayak),
/i/ (Tagalog), /o/ (Toba dan Bisaya).
Misalnya kata /kəsah/ ‘bernafas’ menjadi
/kəsah/ (Karo), /hosah/ (Toba), kata /bətat/
(Karo) ‘malas’ menjadi /botat/ (Bisaya),
Kata /lawəd/ ‘laut’ menjadi /lawəd/ (Karo),
/lawod/ (Bisaya), Kata /bəsur/
(Karo)‘kenyang’ menjadi /bosog/ (Bisaya)
(2) Fonem Trill
Dalam bahasa Autronesia purba dikenal dua macam
fonem trill yaitu trill apikal /r/ dan trill uvular /R/. Trill
apikal dan trill uvular dalam bahasa karo dan banyak
bahasa Austronesia yang lain berkonvergensi menjadi satu
trill apikal /r/
(3) Fonem /k/ dan /h/
Fonem Austronesia Purba */k/ dipantulkan secara linear
dalam bahasa Karo, Melayu, dan Gayo, dalam bahasa Toba
berubah menjadi /h/. Misalnya kata Austronesia Purba
*/kəsa/ ‘bernafas’ menjadi /kəsah/ dalam bahasa
Karo, dan menjadi /hosa/ dalam bahasa Toba
(4) Diftong /uy/ dan /ay/
Diftong */uy/ dalam bahasa Austronesia Purba
bertahan dalam bahasa Jawa Kuno, Formosa, tetapi
berubah menjadi /i/ dalam bahasa Karo, dan /e/
dalam bahasa Lamalera. Kata */apuy/ Austronesia
Purba menurunkan kata /apuy/ dalam bhs Jawa Kuno,
Formosa, dan bahasa Batan, sedangkan dalam bahasa
Karo dan bahasa Melayu menjadi /api/, dalam bahasa
Lamalera menjadi /ape/. Demikian pula diftong */ay/
dalam bahasa Austronesia Purba menurunkan /i/
dalam bhs Melayu: */beray/ menjadi /beri/; */benay/
menjadi/bini; */hatay/ menjadi /hati/
(5) Penghilangan Konsonan antar Vokal
(5) Penghilangan Konsonan antar Vokal
• Seringkali terjadi konsonan antar vokal,
khususnya /r/ menghilang dalam sebuah bentuk
sehingga mengubah wujud kata itu.
• Penghilangan semacam itu terjadi juga dalam
bahasa Bugis pada fonem /h/ antar vokal, dan
dalam bahasa Malagasi pada fonem /s/ antar vokal
(6) Pembentukan Korespondensi Fonemis
• Untuk menetapkan korespondensi fonemis yang
kuat perlu ada pengujian sebagai berikut: (a)
rekurensi fonemis, (b) ko-okurensi, dan © analogi
3. Hukum Bunyi/ Korespondensi Bunyi
- Sesudah mendaftar dari sejumlah bahasa, mulai
diadakan perbandingan fonem demi fonem dari
tiap segmen
- Tiap fonem yang terdapat dalam posisi yang sama
dimasukkan dalam satu perangkat korespondensi.
- Dalam sebuah glos dapat diperoleh sejumlah
perangkat korespondensi sesuai dengan besar atau
panjangnya segmen dari bahasa- bahasa yang
dibandingkan
DATA KORESPONDENSI BUNYI
Gloss Yunani Latin Sanskerta Gotik

1 oinos unus ekas ains

2 dyo duo dva twai

3 treis tres trayas threis (ei=i)

4 tettares quattour catvaras Fidwor

5 pente quinque parica fimf

6 heks sex sas saihs (ai=e)

7 hepta septem sapta sibum

8 okto octo asta ahtau

9 en-nea novem nava niun

10 deka decem dasa Taiun


Gloss Akkadia Ibrani Arab Jepang Kuno

1 isten ehad ahad hito

2 sina senayim itnani futa

3 salasat selosa Talat’at mi

4 erbet ‘arba’a ‘arba’at yo

5 hamsat hamissa hamisat Itsu

6 sesset sissa sitta mu

7 sebet sib’a sab’at nana

8 samane semona tamaniyat ya

9 tisit tis’a tis’at okono

10 eseret ‘asara ‘asarat to


● Kedelapan bahasa tsb dikelompokkan menjadi 3 satuan,
yakni kelompok Yunani-Latin, Sanskerta-Gotik (=Indo-
Eropa), kelompok Akkadia-Ibrani-Arab (Semit), sedangkan
bhs Jepang membentuk kelompok tersendiri
● Dari kelompok Indo-Eropa terdapat korespondensi
fonemis:
1. Glos dua dan sepuluh / d – d – d – t /
2. Glos enam dan tujuh / h – s – s – s /
3. Glos sepuluh dan tujuh / e – e – a – I, e/
● Dari kelompok bahasa Semit terdapat korespondensi
fonemis :
1. Glos enam dan tujuh / s – s – s/
2. Glos empat dan sepuluh / e – a – a /
a. Rekurensi Fonemis
▪ Perangkat bunyi yang muncul secara
berulang-ulang dalam sejumlah kata
yang lain
▪ Contoh kata ‘batu’ dlm bhs Indonesia
Jawa : watu, Batak: batu, Lamalera:
fato
▪ Ada indikasi perangkat koresponden-
si fonemis : /b-w-b-f/, /a-a-a-a/, /t-t-t-t/
dan /u-u-u-o/. Apa betul ?
▪ Perhatikan data berikut
Glos Melayu Jawa Karo Lamalera
babi babi wawi babi fave
bulan bulan wulan bulan fula
buluh buluh wulu buluh fulo
busur busur fu
besi besi wesi besi
buah buwah fua
bau Bau fauk
barat barat fara

Ternyata benar fonem /b-w-b-f/


merupakan korespondensi fonemis
b. Ko-okurensi
▪ Gejala-gejala tambahan yang terjadi
sedemikian rupa pada kata-kata kerabat
yang mirip bentuk dan maknanya sehingga
dapat mengaburkan baik kemiripan bentuk-
maknanya maupun korespondensi
fonemisnya
▪ Misalnya : Mly: baru, Jw: weru, Karo:
‘mbaru, Lamalera: fu.
▪ Agaknya fu bukan anggota korespondensi
bunyi
▪ Ternyata fu merupakan kontraksi dari baru-
waru-weru(n)-wehu-fu
c. Analogi
▪ Suatu proses pembentukan
kata mengikuti contoh-
contoh yang sudah ada
▪ Kata berniaga, berjuang
terjadi dari analogi dalam
bahasa Minang, baniago,
baujuang
Langkah-Langkah Penentuan Korespondensi Bunyi

1. Bereskan dahulu pengumpulan data dan penentuan


kognat
2. Segmentasikan tiap-tiap kata dalam pasangan kata
dari gloss yang sama
Contoh:
Tagalog : a-n-i-m atau a/n/i/m/
Batak : o-n-o-m o/n/o/m
Jawa : e-n-e-m e/n/e/m
Melayu : e-n-a-m e/n/a/m
e-n-a-m
3. Bandingkan/kontraskan tiap-tiap segmen satu dengan lainnya,
maka akan diperoleh perangkat bunyi’
Tagalog : /i / l/ o/ ŋ/
Batak : /i / g/ u/ ŋ/
Jawa : /i / r/ u/ ŋ/
Melayu : h /i / d/ u/ ŋ/

Kontraskan Diperoleh perangkat fonem


Segmen 1 : / ǿ - ǿ - ǿ - h /
2: / i - i - i - i /
3: / l - g - r - d /
4: / o - u - u - u/
5: / ŋ - ŋ -ŋ - ŋ/
4. Periksa, apakah perangkat bunyi itu
bersifat teratur atau tidak? Maksud
teratur, perangkat fonem (bunyi) itu
dijumpai dalam pasangan kata yang
lain (berulang/rekurensi). Kalau
teratur, tunjukkan pasangan-pasangan
kata itu. Dengan demikian, perangkat
bunyi itu dapat ditetapkan sebagai
korespondensi bunyi
5. Perangkat-perangkat bunyi yang
telah diuji/diamati rekurensinya
tidak perlu dilakukan lagi dalam
pasangan kata yang lain

Anda mungkin juga menyukai