Anda di halaman 1dari 4

SITUS DAN INFORMAN PENELITIAN

A. Situs Penelitian
Situs penelitian adalah suatu sumber dimana peneliti menangkap keadaan sebenarnya dari objek
yang diteliti untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan. Situs penelitian juga dimaksud
sebagai kondisi dari situasi sosial. Tiap situasi sosial mengandung tiga unsure, yakni adanya tempat,
pelaku dan kegiatan (Nasution, 1996 :43). Situs atau latar adalah konteks dimana peristiwa atau kegiatan
terjadi, suatu wilayah yang ditetapkan secara sosial dengan batasan-batasan yang bergeser atau berpindah-
pindah (Shifting boundaries).
Memilih situs lapangan merupakan keputusan penting, dan para peneliti mencatat proses
pemilihan situs itu. Ada tiga faktor yang relevan ketika memilih sebuah situs penelitian lapangan, yaitu:
(a) kekayaan data, (b) ketidaklaziman atau ketidakkenalan (unfamiliarity), dan (c) kecocokan (Roth dan
Schluhter 1979:205). Beberapa situs lebih mungkin dari yang lainnya untuk memberikan daya yang
kaya. Situs-situs yang menunjukan jaringan hubungan-hubungan sosial, aktivitas-aktivitas yang
beragama, dan peristiwa-peristiwa berbeda dalam waktu yang lama memberikan data yang lebih kaya
dan lebih menarik.
Para peneliti lapangan permulaan (peneliti pemula) hendakmya memilih suatu situs yang tidak
lazim (tidak kenal). Hal ini lebih mudah untuk melihat pristiwa-peristiwa cultural dan hubungan-
hubungan sosial dalam suatu situs yang baru. Ketika menyelediki benar-benar (casing) situs-situs
lapangan yang mungkin, seseorang (peneliti) harus mmpertimbangkan isu-isu praktis seperti:
a. Waktu dan keterampilan peneliti
b. Konflik-konflik serius diantara orang-orang dalam situs
c. Karakteristik dan perasaan peneliti, dan
d. Akses pada bagian-bagian situs.

Pengamat yang tertarik pada persoalan teoritis yang luas barangkali akan merasa bahwa situs
(tempat) yang dipilihnya itu kurang sesuai dengan minatnya. Namun demikian, semua lingkungan itu
secara instrinsik adalah menarik, tidak peduli apakah lingkungan tersebut dapat memenuhi minat teoritis
setiap peneliti ataukah tidak. Bagaimanapun juga, disarankan agar peneliti tidak berpegang terlalu ketat
kepada minat teoritis apapun, tetapi hendaknya menyelidiki beberapa gejala teoritis ketika gejala itu
muncul dalam proses pengumpulan data.
B. Menetapkan informan
Dalam menentukan/menetapkan informan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dengan
menggunakan metode kualitatif:
1. Purposive. Peneliti memilih informan menurut kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Kriteria ini
harus sesuai dengan topic penelitian. Kriteria ini harus sesuai dengan topik penelitian.
Mereka yang dipilih pun harus dianggap kredibel untuk menjawab masalah
penelitian.
2. Kuota. Informan yang dipilih bertujuan untuk memenuhi kuota yang telah ditentukan sebelumnya.
Misalnya, seorang peneliti ingin mengumpulkan data dari sejumlah orang di sebuah
desa terpencil. Peneliti memutuskan untuk memilih 20 orang perempuan dan 20 orang
laki-laki. Mereka yang dipilih ini diambil begitu saja, tanpa metode/cara tentu.
3. Snowball atau bola salju. Informan yang dipilih merupakan hasil rekomendasi dari informan
sebelumnya. Ini umumnya digunakan bila peneliti tidak mengetahui dengan pasti
orang-orang yang layak untuk menjadi sumber. Misalnya ketika peneliti ingin
mengetahui pola komunikasi antarpribadi para pengguna narkoba. Tidak ada daftar
nama yang bisa jadi rujukan. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan
meminta rekomendasi dari seseorang. Dari seorang informan, jumlah sumber data
dapat berlipat ganda jumlahnya. Seperti bola salju yang menggelinding.
4. Sequential. Informan yang dipilih tidak detentukan batasannya. Jumlahnya terus bertambah
dan bertambah sampai peneliti menilai data yang dikumpulkan dari sejumlah
informan tersebut telah mencapai titik jenuh. Maksudnya, tidak ada hal baru lagi yang
dapat dikembangkan.

Cara yang bisa ditempuh untuk menemukan informan tersebut terdiri dari dua cara. Dua cara
tersebut meliputi:
1. Melalui keterangan orang yang berwenang
Cara pertama ini bisa dilakukan dengan formal (pemerintah) maupun secara informal (pemimpin
masyarakat seperti tokoh masyarakat, pemimpin adat, dan lain sebagainya).
2. Melalui wawancara pendahuluan
Dalam wawancara ini, peneliti menilai berdasarkan persyaratan yang telah disinggung di depan.
Hal lain yang harus diketahui bahwa dalam penelitian kualitatif, kuantitas subjek
bukanlah hal utama sehingga pemilihan informan lebih didasari pada kualitas informasi
yang terkait dengan tema penelitian yang diajukan.

C. Peneliti sebagai instrument penelitian.


Ada banyak hal yang harus dilakukan untuk menghasilkan penelitian yang berkualitas. Namun
sebenarnya kunci keberhasilan dan kesuksesan suatu penlitian kualitatif itu ada pada peneliti itu sendiri.
Bagaimana bisa peneliti itu sendiri yang merupakan kunci kesuksesan penelitiannya sendiri? Hal ini
berawal dari kualitas data dalam penelitian kualitatif. Sebagaimana yang kita tahu, keberhasilan suatu
penelitian itu tergantung dari kualitas data penelitian itu. Sedangkan yang dinamakan data dalam
penelitian kualitatif bukanlah hanya sekedar kata-kata ynang keluar dari mulut subyek yang kita tulis
dalam kertas coretan atau yang kita rekam dalam sebuah kaset rekaman atau yang lainnya.
Namun yang dimaksud data dari penelitian kualitatif adalah apa yang dilihat, apa yang didengar,
apa yang disentuh, apa yang dirasakan oleh seorang peneliti. Misalnya saja, ketika kita melakukan
wawancara. Untuk mendapatkan data yang baik, bukan hanya kata-kata saja yang kita perhatikan.
Namun kita juga harus memperhatikan intonasi suaranya, bagaimana raut mukanya ketika berbicara
seperti itu, kondisi pelaku ketika itu dan lain sebagainya. Nah, yang bisa melakukan semua ini hanyalah
manusia dengan kata lain pneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti dalam penelitian kualitatif memiliki
peran yang sangat penting dalam penelitiannya sendiri yakni sebagai instrument atau alat penelitian dalam
penelitiannya itu sendiri. Bahkan peneliti kualitatif sering disebut sebagai key instrument atau instrument
kuci dalam penelitiannya. Karena memang peneliti sendiri itulah yang membuat, menggali data,
menelaahnya, menafsirkannya. Peneliti itu sendiri yang membuat pertanyaan wawancara, yang
melakukan wawancara, yang menganalisis, yang menafsirkan dan lain-lain. dengan begitu, seorang
penliti harus lihai, cerdik dalam pengambilan data.
Dalam penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti sendiri namun selanjutnya
setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrument penelitian
sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah
ditemukan melalui observasi dan wawancara.
Menurut Nasution (1988) peneliti sebagai instrument penelitian serasi untuk
penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan
yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan
dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test atau
angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya,
menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh ia dapat
menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah
pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data
yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk
memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.
7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitaif yang
diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik,
sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana,
pelaksana pengumpulan data, anaisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil
penelitiannya. Ada tiga hal yang dibahas disini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln
(1981:128-150), yaitu mencakup cirri-ciri umum, kualitas yang diharapkan dan kemungkinannya
peningkatan manusia sebagai instrument.

Anda mungkin juga menyukai