Anda di halaman 1dari 9

Prosedur Tindakan Neurolisis Nervus Splanchnicus

No. Dokumen No. Revisi Halaman


……………… 0 1/9
PP. PERDATIN

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh :

KSM Anestesi dan Terapi ………………………


Intensif
Standar
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :
Prosedur ………………
Operasional Direktur Utama,

dr. Mochammad Syafak Hanung, Sp.A


NIP. 196010091986101002
Pengertian Tindakan intervensi nyeri dengan melakukan neurolisis nervus splanchnicus
untuk mengatasi nyeri yang timbul pada daerah abdomen atas dan yang
dihantarkan oleh sistem saraf simpatis
Tujuan Sebagai tindakan diagnostik untuk menentukan apakah nyeri pada panggul,
retroperitoneal, atau abdomen bagian atas dimediasi oleh jaras simpatis pada
chronic benign abdominal pain syndromes, seperti pankreatitis akut. Selain
itu juga dapat bertujuan untuk tindakan terapetik manajemen nyeri pada
kondisi keganasan abdomen bagian atas.
Kebijakan 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tanggal 13 Oktober 2009
tentang Kesehatan.
2. Permenkes RI No. 519/MENKES/PER/III/2011 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan anestesiologi dan terapi intensif di rumah
sakit.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi Dan Terapi Intensif
(PERDATIN): Tentang Pedoman Penjabaran Kewenangan Klinis
Anestesiologi Dan Terapi Intensif Indonesia Tahun 2012.
Referensi Erdine S, Ozyalcin S. Sympathetic blocks of the thorax. In: Raj PP, Lou L,
Erdine S, Staats PS, Waldman SD, Racz GB et al, editors, Interventional
pain management: image-guided procedures, 2rd ed. Philadelphia:
Elsevier Saunders, 2008. P 260-265.
Prosedur Tindakan Neurolisis Nervus Splanchnicus

No. Dokumen No. Revisi Halaman


…….. 0 2/9
PP. PERDATIN

Standar
Prosedur
Operasional
Prosedur A. Anatomi

Gambar anatomi nervus splanchnicus dan hubungannya terhadap struktur-struktur di


dekatnya.

B. Prosedur neurolisis nervus splanchnicus


Terdapat beberapa teknik untuk prosedur blok nervus splanchnicus, yaitu
classical approach, RF lesioning, CT-guided anterior approach, dan
transdiscal approach.
1. Posisikan pasien pronasi. Rotasikan C-arm sehingga dapat
memvisualisasi T10 hingga L3.

Gambar fluoroskop C-arm pada proyeksi oblik untuk penempatan “tunnel” jarum
pada level vertebrae T12 kiri.
Prosedur Tindakan Neurolisis Nervus Splanchnicus

No. Dokumen No. Revisi Halaman


…….. 0 3/9
PP. PERDATIN

Standar
Prosedur
Operasional
2. Pada posisi pronasi, identifikasi corpus vertebrae T12 pada
tampakan posteroanterior. Ubah posisi C-arm menjadi oblik (kira-
kira 45o) dengan tetap memperhatikan posisi vertebrae T12 atau
T11. Dengan demikian maka akan tampak tepi diafragma lateral
terhadapa corpus vertebrae. Amati pergerakannya selama inspirasi
dan ekspirasi. Apabila diafragma membayangi vertebrae T12 dan
costaenya, maka kita dapat mengidentifikasi costae T11. Titik masuk
penusukan jarum adalah pada pertemuan antara costae dan vertebrae,
kemudian lakukan infiltrasi pada kulit.

Gambar radiografi proyeksi oblik yang menunjukkan penanda pada titik masuk
jaru di kulit untuk pendekatan “tunnel view”.

3. Teknik pemasukan jarum


a. Masukkan jarum 14G 5cm extracath sehingga kateter akan
menuju target seperti sebuah kepala peniti. Ketika 2/3 extracath
sudah dimasukkan, lepaskan stylet dan masukkan jarum
radiofrekuensi. Tetap pertahankan tampakan oblik pada
fluoroskopi.
b. Kemudian pasang tabung ekstensi pada jarum. Dengan
mendorongnya sejauh 0,5 cm pada setiap dorongan, ujung jarum
dimasukkan ke anterior dan perhatikan bahwa jarum harus tetap
bersentuhan dengan sisi lateral corpus vertebrae T11 atau T12,
berdekatan dengan angulus costovertebralis.
Prosedur Tindakan Neurolisis Nervus Splanchnicus

No. Dokumen No. Revisi Halaman


…….. 0 4/9
PP. PERDATIN

Standar
Prosedur
Operasional

Gambar radiografi proyeksi oblik dengan jarum radiofrekuensi berada pada


tempatnya.

c. Setelah dimasukkan lebih dalam sejauh 1-1,5 cm ke anterior,


ambil gambaran fluoroskopi lateral. Pada tampakan lateral ini,
jarum dimasukkan lebih dalam lagi hingga mencapai pertemuan
antara 1/3 anterior dan 2/3 psoterior sisi lateral corpus vertebrae,
lalu lakukan aspirasi cairan yang ada, yang dapat merupakan
darah atau cairan cerebrospinal.
d. Ambil gambar untuk mengkonfirmasi posisi akhir jarum yang
melengkung pada corpus vertebrae.

Gambar radiografi proyeksi lateral dimana tampak jarum menghadap ke corpus


vertebrae T12.

e. Injeksikan iohexol dan amati larutan yang menyebar di sekitar


vertebrae pada tampakan anteroposterior dan lateral.
Prosedur Tindakan Neurolisis Nervus Splanchnicus

No. Dokumen No. Revisi Halaman


…….. 0 5/9
PP. PERDATIN

Standar
Prosedur
Operasional

Gambar radiografi proyeksi anteroposterior yang memeprlihatkan jarum pada


posisinya disertai dengan adanya penyebaran medium kontras.

4. Neurolitik block.
Agen neurolitik yang dapat digunakan yaitu alkohol absolut dalam
jumlah kecil (12-15 ml) untuk prosedur single-needle. Alcohol ini
dipercaya lebih superior dari phenol dalam hal durasi blok saraf.
Namun, alkohol memiliki kekurangan yaitu pasien mengalami nyeri
berat yang transien pada saat injeksi. Ada beberapa klinisi yang
menyarankan penggunaan phenol 6-10%. Kelebihan dari phenol ini
adalah phenol dapat dikombinasikan dengan larutan kontras,
sehingga memungkinkan diambilnya gambar radiografi dan tampak
adanya distribusi kontras pada larutan neurolitik.
5. Radiofrequency lesioning of splanchnic nerves
a. Untuk membuat lesi pada nervus splanchnicus, jarum harus
berada pada sepertiga tengah sisi lateral corpus vertebrae T11
atau T12.
Prosedur Tindakan Neurolisis Nervus Splanchnicus

No. Dokumen No. Revisi Halaman


…….. 0 6/9
PP. PERDATIN

Standar
Prosedur
Operasional

Gambar radiografi proyeksi lateral mengkonfirmasi penempatan ajrum yang


tepat untuk radiofrekuensi termoregulasi setinggi T12 bilateral. Panah A dan
B menunjukkan ujung dari jarum radiofrekuensi. Perhatikan bagian aktif
jarum RF berada di pertengahan 43 lateral corpus vertebrae.

Gambar proyeksi anteroposterior mengkonfirmasi posisi yang benar dari


jarum radiofrekuensi termokoagulasi yang mengarah ke corpus vertebrae.
Tanda panah menunjukkan ujung jarum radiofrekuensi.

b. Untuk mencapai regio tersebut, gunakan jarum lengkung 15cm


dengan ujung pembuat lesi sepanjang 15 mm.
c. Jarum harus tetap berada pada retrocrural dan posterior dari
aorta descenden, sehingga aman dan tidak mencederai aorta.
Sehingga secara teoritis, hal ini memungkinkan tindakan
membuat lesi radiofrekuensi pada nervus splanchnicus yang
aman.
6. Uji stimulasi
a. Ketika jarum sudah berada pada tempat yang benar, masukkan
elektroda 15 cm melalui jarum radiofrekuensi.
Prosedur Tindakan Neurolisis Nervus Splanchnicus

No. Dokumen No. Revisi Halaman


…….. 0 7/9
PP. PERDATIN

Standar
Prosedur
Operasional
b. Periksa sirkuit arus listrik dan atur impedansinya di bawah 250
ohms. Pada frekuensi 50 Hz, stimulasi sensoris dikonduksikan
hingga 1 V. Pasien kemudian diminta melaporkan apabila
merasakan stimulasi pada regio epigastrik. Stimulasi motoris
dilakukan pada frekuensi 2 Hz dengan voltase 2 V. Palpasi atau
lihat adanya kontraksi musculus intercostalis. Apabila hasilnya
negative, maka stimulasi berhasil. Maka selanjutnya dapat
dilakukan prosedur RF lesioning.
c. Injeksikan 2-5 ml anestesi lokal (ropivacaine 0,5%) dengan
steroid (40 mg triamcinolone) melalui jarum RF. Tunggu 1-2
menit.
d. Setelah itu buat lesi RF pada suhu 80oC selama 90 detik. Lesi
kedua dibuat pada suhu dan waktu yang sama dengan memutar
jarum RF 180 derajat.
e. Apabila prosedur akan dilakukan untuk neurolisis bilateral,
maka lakukan prosedur yang sama pada sisi satunya.

CT-Guided anterior approach


1. Posisikan pasien supine.
2. Ambil gambar CT abdomen setinggi T12-L1 (ketebalan slice 5 mm).
3. Lakukan prosedur aseptic pada area kulit dan tutup dengan duk
berlubang.
4. Injeksikan lidocaine 2% pada area puncture.
5. Masukkan jarum 20 cm dengan stylet dan ambil gambar CT untuk
memastikan arah jarum sudah masuk dengan benar melewati spatium
aorta-vena cava hingga mencapai area retrocrural pada sebelah
kanan. Pada sebelah kiri, pilih jalur terbaik untuk menghindari
perforasi organ dan tempatkan ujung jarum pada area retrocrural kiri.
6. Injeksikan 2 ml kontras melalui kedua jarum untuk mengkonfirmasi
penyebarannya.
7. Lokalisasi trunkus celiacus dengan CT scan.
8. Masukkan jarum tegak lurus. Hindari renal dan glandula renalis.
Masukkan 0,5 ml medium kontras nonionik, lalu atur posisi kontras.
Kemudian injeksikan 20 ml larutan neurolitik (1 ml kontras, 12 ml
alcohol 96%, dan 6 ml lidocaine 0,5%).
Prosedur Tindakan Neurolisis Nervus Splanchnicus

No. Dokumen No. Revisi Halaman


…….. 0 8/9
PP. PERDATIN

Standar
Prosedur
Operasional
Transdiscal approach
1. Posisikan pasien pronasi dengan bantal di bawah dada/abdomen agar
spatium interdiscal terbuka.
2. Identfikasi spatium interdiscal T11-T12 di bawah fluoroskopi.
3. Ubah posisi fluoroskopi menjadi oblik dan bersudut 15-20o atau
lebih untuk mendapatkan gambar diskus yang terbaik.
4. Entry point berada kira-kira 3-5 cm dari midline.
5. Setelah dilakukan infiltrasi anestesi lokal pada kulit dan subkutan
dengan lidocaine 2%, masukkan jarum 22G 10 cm di sebelah lateral
dari bagian inferior sendi facet. Masukkan sendi ke dalam diskus.
6. Selama memasuki diskus, masukkan 0,5 ml kontras untuk
memastikan posisi jarum berada pada diskus, dan ambil gambaran
AP dan lateral untuk melihatnya.
7. Jarum dimasukkan lebih dalam lagi di bawah kontrol fluoroskopi
dan dipasang syringe 5 ml yang berisi saline untuk menghilangkan
tahanan yang ada.
8. Ketika jarum sudah keluar dari spatium interdiskus T11-T12,
masukkan 3 ml kontras untuk memastikan posisinya.
9. Masukkan aqueous phenol 10% melalui jarum, kemudian setelah itu
masukkan udara 0,5 ml sebelum jarum ditarik untuk menghindari
menyebarnya larutan neurolitik di dalam material diskus. Selama
menarik jarum lebih lanjut, masukkan cephazolin 50 mg dalam 1 ml
ke dalam diskus untuk mencegah discitis. Cephazolin 1 gram
sebagai antibiotik profilaksis diberikan secara IV 30 menit sebelum
prosedur dilakukan.

C. KOMPLIKASI:
- Komplikasi minor yaitu antara lain hipotensi, hipermotilitas
gastrointestinal, dan timbulnya nyeri ketika injeksi.
- Komplikasi sedang yaitu antara lain pneumothoraks, namun jarang
terjadi. Komplikasi berat yaitu antara lain paraplegia, kerusakan
pembuluh darah yang juga jarang sekali terjadi.
Formulir
Dokumen Terkait
Unit Terkait
Prosedur Tindakan Neurolisis Nervus Splanchnicus

No. Dokumen No. Revisi Halaman


…….. 0 9/9
PP. PERDATIN

Standar
Prosedur
Operasional
Catatan Revisi No. Isi Perubahan Tanggal Revisi
1.
2.

Anda mungkin juga menyukai