Standar
Prosedur
Operasional
Prosedur A. Anatomi
Gambar fluoroskop C-arm pada proyeksi oblik untuk penempatan “tunnel” jarum
pada level vertebrae T12 kiri.
Prosedur Tindakan Neurolisis Nervus Splanchnicus
Standar
Prosedur
Operasional
2. Pada posisi pronasi, identifikasi corpus vertebrae T12 pada
tampakan posteroanterior. Ubah posisi C-arm menjadi oblik (kira-
kira 45o) dengan tetap memperhatikan posisi vertebrae T12 atau
T11. Dengan demikian maka akan tampak tepi diafragma lateral
terhadapa corpus vertebrae. Amati pergerakannya selama inspirasi
dan ekspirasi. Apabila diafragma membayangi vertebrae T12 dan
costaenya, maka kita dapat mengidentifikasi costae T11. Titik masuk
penusukan jarum adalah pada pertemuan antara costae dan vertebrae,
kemudian lakukan infiltrasi pada kulit.
Gambar radiografi proyeksi oblik yang menunjukkan penanda pada titik masuk
jaru di kulit untuk pendekatan “tunnel view”.
Standar
Prosedur
Operasional
Standar
Prosedur
Operasional
4. Neurolitik block.
Agen neurolitik yang dapat digunakan yaitu alkohol absolut dalam
jumlah kecil (12-15 ml) untuk prosedur single-needle. Alcohol ini
dipercaya lebih superior dari phenol dalam hal durasi blok saraf.
Namun, alkohol memiliki kekurangan yaitu pasien mengalami nyeri
berat yang transien pada saat injeksi. Ada beberapa klinisi yang
menyarankan penggunaan phenol 6-10%. Kelebihan dari phenol ini
adalah phenol dapat dikombinasikan dengan larutan kontras,
sehingga memungkinkan diambilnya gambar radiografi dan tampak
adanya distribusi kontras pada larutan neurolitik.
5. Radiofrequency lesioning of splanchnic nerves
a. Untuk membuat lesi pada nervus splanchnicus, jarum harus
berada pada sepertiga tengah sisi lateral corpus vertebrae T11
atau T12.
Prosedur Tindakan Neurolisis Nervus Splanchnicus
Standar
Prosedur
Operasional
Standar
Prosedur
Operasional
b. Periksa sirkuit arus listrik dan atur impedansinya di bawah 250
ohms. Pada frekuensi 50 Hz, stimulasi sensoris dikonduksikan
hingga 1 V. Pasien kemudian diminta melaporkan apabila
merasakan stimulasi pada regio epigastrik. Stimulasi motoris
dilakukan pada frekuensi 2 Hz dengan voltase 2 V. Palpasi atau
lihat adanya kontraksi musculus intercostalis. Apabila hasilnya
negative, maka stimulasi berhasil. Maka selanjutnya dapat
dilakukan prosedur RF lesioning.
c. Injeksikan 2-5 ml anestesi lokal (ropivacaine 0,5%) dengan
steroid (40 mg triamcinolone) melalui jarum RF. Tunggu 1-2
menit.
d. Setelah itu buat lesi RF pada suhu 80oC selama 90 detik. Lesi
kedua dibuat pada suhu dan waktu yang sama dengan memutar
jarum RF 180 derajat.
e. Apabila prosedur akan dilakukan untuk neurolisis bilateral,
maka lakukan prosedur yang sama pada sisi satunya.
Standar
Prosedur
Operasional
Transdiscal approach
1. Posisikan pasien pronasi dengan bantal di bawah dada/abdomen agar
spatium interdiscal terbuka.
2. Identfikasi spatium interdiscal T11-T12 di bawah fluoroskopi.
3. Ubah posisi fluoroskopi menjadi oblik dan bersudut 15-20o atau
lebih untuk mendapatkan gambar diskus yang terbaik.
4. Entry point berada kira-kira 3-5 cm dari midline.
5. Setelah dilakukan infiltrasi anestesi lokal pada kulit dan subkutan
dengan lidocaine 2%, masukkan jarum 22G 10 cm di sebelah lateral
dari bagian inferior sendi facet. Masukkan sendi ke dalam diskus.
6. Selama memasuki diskus, masukkan 0,5 ml kontras untuk
memastikan posisi jarum berada pada diskus, dan ambil gambaran
AP dan lateral untuk melihatnya.
7. Jarum dimasukkan lebih dalam lagi di bawah kontrol fluoroskopi
dan dipasang syringe 5 ml yang berisi saline untuk menghilangkan
tahanan yang ada.
8. Ketika jarum sudah keluar dari spatium interdiskus T11-T12,
masukkan 3 ml kontras untuk memastikan posisinya.
9. Masukkan aqueous phenol 10% melalui jarum, kemudian setelah itu
masukkan udara 0,5 ml sebelum jarum ditarik untuk menghindari
menyebarnya larutan neurolitik di dalam material diskus. Selama
menarik jarum lebih lanjut, masukkan cephazolin 50 mg dalam 1 ml
ke dalam diskus untuk mencegah discitis. Cephazolin 1 gram
sebagai antibiotik profilaksis diberikan secara IV 30 menit sebelum
prosedur dilakukan.
C. KOMPLIKASI:
- Komplikasi minor yaitu antara lain hipotensi, hipermotilitas
gastrointestinal, dan timbulnya nyeri ketika injeksi.
- Komplikasi sedang yaitu antara lain pneumothoraks, namun jarang
terjadi. Komplikasi berat yaitu antara lain paraplegia, kerusakan
pembuluh darah yang juga jarang sekali terjadi.
Formulir
Dokumen Terkait
Unit Terkait
Prosedur Tindakan Neurolisis Nervus Splanchnicus
Standar
Prosedur
Operasional
Catatan Revisi No. Isi Perubahan Tanggal Revisi
1.
2.