Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN HIDROLIKA SALURAN TRANSISI DAN SALURAN

PELUNCUR PADA UJI MODEL FISIK WADUK JEHEM


KABUPATEN BANGLI BALI
Prastumi, Herdin Primadi
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang
Jl. MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia

ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengkaji karakteristik yang terjadi pada saluran transisi dan saluran
peluncur, sehingga dapat ditemukan alternatif pemecahan permasalahan yang terjadi pada desain awal (original
design). Pengaliran air pada penelitian ini menggunakan variasi debit banjir rancangan Q100th, Q1000th, dan QPMF
(Probable Maximum Flood). Uji model fisik dibuat dengan skala 1 : 40 dan dilakukan di Laboratorium Hidrolika Jurusan
Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang.
Berdasarkan hasil uji model untuk beberapa variasi debit menunjukkan bahwa, kondisi aliran air saluran
transisi dan saluran peluncur cukup stabil setelah dilakukan beberapa perubahan desain. Perubahan tersebut
antara lain penambahan sill pada akhir saluran transisi, mengubah dinding pengarah pada saluran samping dari
tegak menjadi miring, dan menurunkan elevasi dasar saluran pada saluran samping.
Angka Froude pada saluran transisi menunjukkan nilai Fr < 1 sehingga termasuk jenis aliran subkritis
sedangkan pada saluran peluncur menunjukkan nilai Fr > 1 yang termasuk jenis aliran superkritis. Hasil
pengujian kecepatan aliran pada saluran transisi dan saluran peluncur cukup merata untuk setiap titik pengukuran
pada masing-masing section. Tinggi muka air kanan-as-kiri pada saluran transisi tidak sama, hal ini disebabkan
oleh pengaruh belokan saluran dan pelimpah samping. Sedangkan pada saluran peluncur tinggi muka air relatif
merata. Pada pengujian dengan Q100th, Q1000th, dan Q PMF tidak ditemukan terjadinya kavitasi. Pengujian
pada akhir saluran peluncur juga sebagai salah satu faktor dalam memilih tipe USBR ( United State Bench Rest )
yang akan dipakai.

Kata kunci : pola aliran,distribusi kecepatan,angka Froude

ABSTRACT
This research is carried out by examining characteristic on transitional passage and roller passage in
order to obtain alternatives in solving problem on preliminary design (original design). Water jetting in this
research applies various plan flood debit Q100th, Q1000th and QPMF (Probable Maximum Flood). Physical
model test in scale 1:40 in conducted at Laboratorium Hidrolika Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya Malang.
Model test shows that for several debit variation, water flow along transitional passage and roller
passage become stable after design modification is being done. Design modification includes seal addition on the
end of transitional passage, reorientation of side passage directing wall from upright to inclined position and
reduce elevation of side passage base.
Subcritical flow at transitional passage is shown from its Froude Number 0<Fr<1, while Froude
Number 1<Fr<4.5 at roller passage indicates a supercritical flow. It is also shown from the test that flow velocity
is quite even at both transitional passage and roller passage for every measurement point in each section.

Keywords : Froude number, velocity distribution,

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 227
PENDAHULUAN Jurusan Teknik Pengairan
Dalam rangka pemanfaatan potensi Universitas Brawijaya Malang.
sumber daya alam yang ada di Bali, 2. Penelitian pada debit Q100th, Q1000th,
khususnya pemanfaatan sungai yang ada, dan QPMF.
maka pemerintah daerah Bali berencana 3. Tidak membahas pelimpah, saluran
memanfaatkan sungai Tukad Melangit samping, dan peredam energi.
untuk dijadikan Waduk Jehem yang 4. Tidak membahas struktur dari
nantinya akan digunakan untuk membantu saluran transisi dan saluran
pengaliran air bagi masyarakat dalam peluncur.
kehidupan sehari-hari. 5. Pola pengoperasian waduk pada
Salah satu tujuan dalam penelitian studi ini tidak dibahas.
Model Test ini adalah untuk mengetahui
karakteristik pola aliran yang terjadi pada TUJUAN
waduk jehem Bangli tehadap variasi Tujuan dari penelitian ini adalah
perubahan debit rencana. untuk mempelajari perilaku hidrolika dan
Karakteristik pola aliran tersebut dapat mengetahui alternatif pemecahan
berupa tinggi muka air, kecepatan, dan permasalahan yang terjadi pada desain
keadaan aliran itu sendiri yang dapat awal (original design) yang paling sesuai
dilihat secara visual melalui pengamatan. diterapkan pada utilitas Waduk Jehem
Dalam penelitian ini akan dibandingkan Bangli.
karakteristik pola aliran ( tinggi muka air
dan kecepatan ) yang terjadi antara TINJAUAN PUSTAKA
pengamatan dan secara teoritis. Saluran Transisi ( channel transitions )
Atas dasar inilah, maka penulis Saluran samping pada bangunan
mengangkat permasalahan ini, dengan pelimpah samping sering terdapat
judul “ Karakteristik Pola Aliran Pada fenomena ketidakrataan distribusi
Pelimpah dengan Perubahan Debit kecepatan. Sehingga sebelum saluran
Rancangan di Waduk Jehem Bangli “. peluncur dibuat saluran transisi. Saluran
Penelitian uji model test hidrolika ini transisi biasanya direncanakan agar debit
mempelajari perilaku hidrolika bangunan banjir rancangan yang akan disalurkan
pelimpah samping type side spillway tanpa tidak menimbulkan kecepatan yang tidak
pintu,yang meliputi penelitian pola aliran rata dan air terhenti (back water) di bagian
dan kecepatan aliran serta tinggi muka air hilir saluran setelah pelimpah, sehingga
pada bagian saluran transisi dan saluran dapat memberikan kondisi yang
peluncur. menguntungkan, baik pada aliran di dalam
Beberapa rumusan masalah pada studi saluran transisi tersebut maupun pada
kajian ini adalah : aliran permulaan yang akan menuju
1. Bagaimana kondisi aliran pada saluran peluncur.
saluran transisi dan saluran
peluncur untuk debit banjir
rancangan Q100th, Q1000th, dan QPMF?
2. Bagaimana karakteristik (tinggi
muka air, kecepatan, tinggi tekan)
pada saluran transisi dan saluran
peluncur untuk debit banjir
rancangan Q100th, Q1000th, dan QPMF?
Pembatasan masalah antara lain :
1. Penelitian dilakukan di Gambar 1. Skema aliran dalam kondisi
Laboratorium Hidrolika Terapan terjadinyaaliran kritis
di ujung hilir saluran transisi
Sumber : Sosrodarsono, 2002:204

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 228
Perhitungan hidraulika saluran
transisi menggunakan persamaan energi
dengan rumus sebagai berikut :

de +
ve
2

= dc +
vc
2

+
[
K v e − vc
2
]
2

+ hm
2g 2g 2g
Dalam hal ini : STRUKTUR
de = Kedalaman aliran masuk ke dalam KONTROL HIDROLIS
saluran transisi (m)
ve = Kecepatan aliran masuk ke dalam
saluran transisi (m/dt) Gambar 2. Desain penampang kontrol
dc = Kedalaman kritis pada ujung hilir
saluran transisi (m) Saluran Peluncur
vc = Kecepatan aliran kritis pada ujung Dalam perencanaan saluran
hilir saluran transisi (m/dt) peluncur (flood way), harus memenuhi
K = Koefisien kehilangan tinggi persyaratan sebagai berikut (Sosrodarsono,
tekanan yang disebabkan oleh 2002:205) :
perubahan penampang lintang 1. Agar air yang melimpah dari saluran
saluran transisi pengatur mengalir dengan lancar tanpa
hm = Kehilangan total tinggi tekanan hambatan-hambatan hidrolis.
yang disebabkan oleh gesekan 2. Agar konstruksi saluran peluncur
dan lain-lain. cukup kukuh dan stabil dalam
Kecepatan aliran tetap konstan menampung semua beban yang timbul
pada suatu penampang hanya dalam kasus 3. Agar biaya konstruksinya diusahakan
aliran fluida sempurna non kurvilinier. seekonomis mungkin.
Dalam kasus aliran fluida nyata (real fluid Guna memenuhi persyaratan
flow), kecepatan itu berubah-ubah tersebut, supaya diperhatikan hal-hal
sepanjang penampang. Kecepatan pada sebagai berikut :
batas adalah sama dengan nol dan 1. Diusahakan agar tampak atasnya
kecepatan itu bertambah dengan selurus mungkin.
bertambahnya jarak dari batas. Percepatan 2. Penampang lintang saluran peluncur
yang demikian perlu dipertimbangkan sebagai patokan supaya diambil bentuk
dalam perhitungan energi kinetis dan persegi empat.
dalam pertambahan momentum pada suatu 3. Kemiringan dasar saluran diusahakan
aliran terbuka. (Raju, Ranga 1986:13) sedemikian rupa, sehingga semakin ke
Pada pelimpah Waduk Jehem ini, hilir semakin curam.
penampang kontrol yang digunakan adalah
penampang kontrol dengan peninggian
dasar saluran. Penampang kontrol ini
diletakkan pada awal saluran transisi.
Fungsi dari penampang kontrol pada awal
saluran transisi ini adalah untuk
mendapatkan kondisi aliran yang baik
pada saluran transisi dan saluran peluncur.
Adapun secara teknis desain penampang
kontrol dari Waduk Jehem seperti pada
gambar di bawah ini :
Gambar 3. Skema penampang memanjang aliran
pada saluran peluncur

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 229
Seperti yang tertera pada gambar dan
menganggap potongan 1 sebagai titik
permulaan dalam perhitungan dengan
rumus Bernoulli sebagai berikut :
2 2
V1 V2
+ d 1 + S 0 ∆l = + d 2 + hL
2g 2g

dan karena hL = S0.∆l1, maka rumus


tersebut menjadi :
2 2
V2 V1
+ d 2 + S 0 . ∆l1 − − d1
2g 2g
∆l = Gambar 4. Sirkulasi sekunder dan beda
S0
tinggi pada tikungan saluran
Sumber : Raju, Ranga
S0 = Kemiringan dasar saluran
peluncur
Kavitasi
Pada saluran yang terdapat belokan
Pengertian dari kavitasi adalah bila
selalu memiliki aliran yang kompleks.
suatu cairan mengalir ke dalam suatu
Garis alirannya tidak hanya kurvilinier
daerah yang tekanannya adalah sama
tetapi juga jalin-menjalin yang
dengan tekanan uap pada temperatur
menghasilkan arus spiral dan gelombang
tersebut, yang merupakan titik awal
bersilangan. Gaya sentrifugal yang terjadi
terjadinya kavitasi.
pada aliran yang melewati belokan
Apabila gelembung- gelembung
menghasilkan superelevasi, yaitu peristiwa
udara terbawa ke daerah yang bertekanan
naiknya permukaan air pada belokan luar
lebih tinggi, gelembung- gelembung udara
dan turunnya muka air pada belokan
tadi tiba-tiba pecah dan sekitar cairan
dalam.
tersebut akan mengalir dengan cepat
Aliran spiral berkaitan dengan
mengisi rongga-rongga yang terjadi karena
gerakan partikel-partikel air sepanjang
pecahnya gelembung udara. Kekuatan
lintasan helikal searah dengan arah aliran.
dorong yang terjadi akibat keadaan
Disamping komponen kecepatan
tersebut pada umumnya berakibat pada
alirannormal terhadap penampang lintang
tekanan setempat yang sangat tinggi yang
saluran, juga terdapat kecepatan tranversal.
menyebabkan permukaan yang padat
Penyebab utama terjadinya aliran spiral
dimana kejadian tersebut berlangsung
adalah (Chow,Ven Te 1997:396)
berlubang dan rusak. Gejala tersebut
1. Gesekan pada dinding saluran yang
dikenal dengan kavitasi (Dake, 1983:196).
menyebabkan kecepatan filamental
Pengaruh kavitasi yang paling
lebih tinggi pada daerah dekat pusat
menonjol adalah di daerah kecepatan
dibandingkan di dekat dinding saluran.
setempat yang tinggi, menurut persamaan
2. Gaya sentrifugal yang membelokkan
Bernoulli cenderung mempunyai tekanan
partikel-partikel air dari gerak garis
yang rendah. Saluran luncur yang tinggi
lurus.
khususnya daerah dengan lengkungan
3. Distribusi kecepatan vertikal yang
dengan jari-jari kecil mempunyai
terjadi pada saluran.
kecenderungan untuk mengalami kavitasi.
Suatu bentuk persamaan untuk
memperkirakan kavitasi berupa parameter
tak berdimensi, merupakan hubungan
antara gaya pelindung terhadap kavitasi
(ambient pressure) dan penyebab kavitasi

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 230
(dynamic pressure) disebut indeks Hubungan antar skala parameter yang
kavitasi. Perhitungan kavitasi dengan harus dipenuhi untuk menghindari
persamaan berikut (Roberson, Cassidy, scale effects (dalam hal ini adalah
Chaudry, 1998:386) : kriteria kesebangunan).
Hubungan antara model dan
Po − Pv prototipe dipengaruhi oleh hukum-hukum
σ= 2 sifat sebangun hidraulika. Perbandingan
V
ρ 0 antara prototipe dan model disebut dengan
2
skala model. Dalam merencanakan suatu
model terdapat sifat-sifat kesebangunan
P − Po
Cp = 2
model, yang amat menentukan ketelitian
V model tersebut.
ρ 0
2 Yang dimaksudkan dengan
kesebangunan tersebut adalah :
Cp = Angka batas kavitasi 1. Sebangun geometris, disebut juga
s = Indeks kavitasi dengan sebangun bentuk. Yaitu
perbandingan antara ukuran analog
Kriteria kavitasi : prototipe dengan model harus sama
• s > Cp : tidak terjadi kavitasi besarnya. Perbandingan yang
• s ≤ Cp : terjadi kavitasi digunakan adalah Panjang, Luas dan
Untuk menghitung besarnya angka Volume.
kavitasi, harus diketahui besarnya massa ukuran di prototipe L p
jenis air dan tekanan uap yang mana kedua nl = =
ukuran di mod el Lm
hal tersebut dipengaruhi oleh suhu pada
Semua ukuran pada titik sembaran di
saat penelitian berlangsung.
model dan prototipe harus mempunyai
skala yang sama.
Skala Model dan Konstruksi Model Sebangun geometris sempurna tidak
Ada dua jenis yang dapat selalu mudah dicapai, sehingga
digunakan dalam pemakaian skala model kekasaran permukaan dari model yang
fisik hidraulika, yaitu skala model sama kecil tidak mungkin merupakan hasil
(undistorted model) dan skala model yang dari skala model, tetapi hanya dibuat
tidak sama (distorted model). Skala model permukaan yang lebih licin daripada
sama adalah skala yang dipakai dalam prototipe.
pembuatan model dimana perbandingan 2. Sebangun kinematis, yaitu sebangun
skala mendatar dan skala tegak adalah gerakan. Perbandingan yang
sama. Sedangkan skala model yang tidak digunakan adalah Waktu, Kecepatan
sama adalah perbandingan antara skala dan Debit.
mendatar dan skala tegak yang tidak sama. 3. Sebangun dinamis, yaitu
Hubungan skala (scale relation) kesebangunan gaya-gaya yang terjadi
yang digunakan untuk bila gerakannya sebangun kinematis,
pembuatan/perencanaan model fisik dan rasio dari massa yang bergerak
dibedakan menjadi dua kelompok (de serta gaya penyebabnya sudah
Vries, 1977:28) : homolog besarnya.
1. Scale Law :
Hubungan antar skala parameter yang Skala Model Tanpa Distorsi
harus dipenuhi (dalam hal ini adalah (Undistorted)
Roughnes condition dan Froude Jika gaya gravitasi dominan dalam
condition). suatu sistem, maka skala model yang
2. Scale Condition : dipakai berdasarkan bilangan Froude.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 231
Bilangan Froude harus sama antara model yang harus dipakai untuk mensimulasi
dan prototipe. kisaran debit yang ada pada prototipe.
(Fr)m = (Fr)p Apabila hubungan antar skala dan
kesebangunan telah dipenuhi, maka tingkat
Dimana subskrip m dan p ketelitian perlu diperhatikan sehubungan
menunjukkan model dan prototipe. dengan besarnya nilai skala yang
Dengan menganggap bahwa percepatan digunakan. Pemilihan skala model
grvitasi adalah konstan di seluruh muka umumnya didasarkan pada beberapa
bumi, maka : pertimbangan sebagai berikut.
1. Tujuan dari pengujian.
Dalam hal ini Lr = Lm/Lp 2. Ketelitian yang diharapkan.
dinamakan skala geometri. 3. Fasilitas yang tersedia di
laboratorium.
4. Waktu dan biaya yang tersedia.
A

va
Tabel 1. Data debit
Fa
Kala ulang Debit Debit Debit
Fb debit inflow Debit outflow outflow outflow
banjir pelimpah pelimpah pelimpah pelimpah
B rancangan prototipe prototipe model model
Qi Qp Qm Qm
( m3/det ) ( m3/det ) ( m3/det ) ( lt/det )
Q 100 th 251,65 227,765 0,02251 22,51
Q 1000 th 384,02 360,047 0,03558 35,58
vb
Q PMF 460,83 430,821 0,04257 42,57

Gambar 5. Kesebangunan Hidrolika.


Kecepatan aliran (nv) METODE PENELITIAN
Untuk suatu bangunan hidraulika Tempat dan Waktu Penelitian
berupa saluran pelimpah (Over Flow Wier Penelitian dilakukan di
Type), maka yang menentukan keadaan Laboratorium Hidrolika Jurusan Teknik
aliran adalah bilangan Froude (Bambang Pengairan Fakultas Teknik Universitas
Triatmodjo, 1996:179) : Brawijaya Malang. Penelitian
V dilaksanakan pada awal mei sampai akhir
Fr =
g .h Juni 2008.
Sarana Penelitian
dengan : Adapun beberapa peralatan yang
v = Kecepatan aliran (m/det) digunakan dalam kegiatan penelitian,
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/dt2) antara lain :
h = Kedalaman aliran (m) 1. Model Test Waduk Jehem yang
telah dibangun dengan skala 1 : 40
2. Pompa air, berfungsi untuk
Pemilihan Skala Model memompa air dari bak penampung
Pemilihan skala geometris model dialirkan ke saluran percobaan
yang cocok tergantung pada tipe sistem melalui pipa-pipa yang ada
fluida yang akan distudi, dan tergantung 3. Bak penampung air untuk
pada ruang yang tersedia untuk membuat mengalirkan air ke model yang
model, namun demikian persyaratan dilengkapi dengan kran pengatur
kesetaraan dinamis dapat dipakai juga aliran dan alat pengukur debit
untuk menentukan skala model. Sebagai (Rechbox), sehingga dapat
contoh skala debit, memungkinkan untuk diketahui bahwa aliran debit adalah
menentukan kisaran aliran dalam model konstan

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 232
4. Tabung pitot (pitot tube), Penempatan pelimpah serta bagian –
digunakan untuk mengukur bagian waduk lainnya telah disesuaikan
kecepatan aliran pada saluran. dengan keadaan aslinya. Dalam penelitian,
Pengukuran kecepatan pitot tube pengaliran diusahakan pengaliran
didasarkan pada beda tinggi tekan sempurna agar dapat dilihat pola alirannya.
air pada selang pitot
5. Waterpass, berfungsi untuk Tabel 3. Langkah – langkah penelitian
No Kegiatan
mengukur elevasi muka air saat 1 Mempersiapkan peralatan dilaboratorium
percobaan. termasuk membuat membuat model fisik
6. Bak meter, berfungsi untuk pelimpah
membantu pengukuran 2 Kalibrasi alat ukur debit dan alat ukur
7. Peralatan tulis kecepatan
3 Melakukan pengaliran awal untuk
mengetahui apakah layak atau tidaknya
Variabel Penelitian 4 Melakukan pengukuran H (tinggi muka air
Dalam penelitian ini menggunakan dari dasar saluran), v (kecepatan aliran) dan
tekanan pada titik – titik yang direncanakan
variabel dan parameter bebas dan variabel dengan Q1
tak bebas. Mengamati pola aliran secara langsung yang
5
1. Variabel bebas adalah data terjadi pada pelimpah
hidrologi 6 Selanjutnya mengulangi langkah (4) dengan
Dalam penelitian ini yang Q2, Q3, Q4, Q5, dan QPMF
merupakan variabel bebas antara
lain : Diagram Alir Penelitian
Variasi debit (Q) : (Q 100th =
23,05 m3/det), (Q 1000th = 36,43 Mulai

m3/det), (Q PMF =
43,59 m3/det) Persiapan
2. Variabel tidak bebas adalah
variabel yang perubahannya
tergantung pada variabel bebas. Pemeriksaan dan persiapan Persiapan alat dan
model kalibrasi
Dalam penelitian ini yang
merupakan variabel tidak bebas TIDAK

antara lain : Kecepatan aliran,


tinggi muka air, jarak-jarak titik Pengaliran awal
pengujian. ( running )

Rancangan Penelitian YA
Penelitian ini dilakukan untuk Pelaksanaan Penelitian
mengetahui pola aliran yang terjadi pada
bagian pelimpah sampai peredam energi di Variasi Debit Q1 Q2 Q3
waduk Jehem Bali.
Tabel 2. Rancangan penelitian Data kecepatan Data tinggi
Q debit T (tinggi Kecepatan (v) Tipe aliran aliran muka air ( h )
rancangan muka air )
Q100 tahun
Q1000 tahun
QPMF Analisa Data dan

Kesimpulan
Langkah – langkah Penelitian
Dalam penelitian ini, model waduk Selesai

Jehem telah dibuat terlebih dahulu.


Gambar 6. Flow chart diagram alir penelitian
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 233
pengaruh pelimpah samping yang berada
HASIL DAN PEMBAHASAN di sebelah kiri sebelum saluran transisi.
Analisa yang akan dilakukan Data tinggi muka air pada saluran
meliputi beberapa perhitungan sebagai transisi dan peluncur dipergunakan untuk
berikut: menggambar profil muka air pada setiap
a. Analisa skala model. debit dan digunakan untuk perhitungan
b. Perhitungan kecepatan aliran. data selanjutnya.
c. Perhitungan tinggi muka air. Pada debit Q100th, Q1000th, dan
d. Distribusi kecepatan pada QPMF tinggi tekan terendah sebesar 28,65
penampang. m (Q100th), 27,88 m (Q1000th), dan
e. Perhitungan debit/satuan lebar. 27,39 m (Q PMF). Sedangkan tinggi tekan
f. Perhitungan tinggi tekan. terbesar adalah 30,61 m (Q100th), 30,11 m
g. Perhitungan angka froude. (Q1000th), dan 29,81 m (Q PMF). Grafik
h. Penentuan jenis aliran. hubungan q dan P menunjukkan bahwa
i. Perhitungan indeks kavitasi. semakin besar q maka semakin rendah
tinggi tekannya.
Skala yang digunakan dalam model Pada saluran transisi uji model fisik
fisik ini adalah skala undistorsi atau skala Waduk Jehem ini angka Froude
model sama yaitu skala yang dipakai menunjukkan nilai Fr < 1 sehingga
dalam pembuatan model dimana termasuk tipe aliran subkritis. Dari hasil
perbandingan skala mendatar dan skala pengujian menggunakan kolam olakan
tegak adalah sama. Skala yang diambil USBR IV kombinasi maka dinding saluran
dalam model fisik ini adalah 1 : 40. pada saluran pengarah diubah dari tegak
Pada Debit Q100th dan Q1000th menjadi miring. Hal ini disebabkan oleh
kecepatan terendah berada pada section 6 dinding tegak pada saluran pangarah
yaitu sebesar 3,94 m/dt untuk Q 100th dan mempengaruhi nilai Froude pada saluran
5,81 m/dt untuk Q1000th, sedangkan untuk transisi. Nilai Froude pada saluran transisi
Q PMF kecepatan terendah berada pada yang dihasilkan dari dinding tegak
section 8 yaitu sebesar 5,12 m/dt. menunjukkan nilai Fr > 1 sehingga
Kecepatan tertinggi untuk Q100th, termasuk dalam tipe aliran super kritis dan
Q1000th, dan Q PMF berada pada section juga menyebabkan aliran air menjadi tidak
14 yaitu sebesar 20,11 m/dt (Q100th), stabil. Pada saluran peluncur angka Froude
21,43 m/dt (Q1000th), dan 20,22 m/dt (Q menunjukkan nilai Fr > 1 sehingga
PMF) termasuk tipe aliran superkritis. angka
Distribusi kecepatan pada tampang Froude pada section 14 yaitu pada akhir
melintang saluran transisi dan saluran saluran peluncur ini digunakan sebagai
peluncur digambarkan dengan garis kontur salah satu faktor dalam menentukan tipe
kecepatan. Terlihat kecepatan minimum kolam olakan USBR yang akan dipakai.
terjadi di dekat dinding batas ( dasar dan Perhitungan angka kavitasi pada
tebing ) dan bertambah besar dengan jarak saluran transisi dan saluran peluncur
menuju ke permukaan. Garis kontur dengan debit Q100th, Q1000th, dan
kecepatan maksimum terjadi di 0,6 h QPMF menunjukkan tidak terjadi kavitasi.
tinggi muka air pada tengah-tengah lebar
saluran. Gambar distribusi kecepatan pada
section 6 (saluran transisi) ini
kecepatannya lebih besar ke bagian kanan
dari arah aliran air. Hal ini dikarenakan
faktor belokan yang terjadi dari saluran
pengarah menuju saluran transisi serta

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 234
Tabel 4a. Hasil Hubungan antara P dan q Tabel 5a. Hasil Hubungan antara Fr dan q
diakhir saluran peluncur.(section 14) diakhir saluran peluncur.(section 14)
USBR I USBR II USBR III USBR I USBR II USBR III
P q P q P q Fr q Fr q Fr q
30.96 8.73 29.53 8.73 30.56 8.73 9.42 8.73 3.76 8.73 3.95 8.73
30.92 12 29.49 12 30.25 12 5.88 12 5.44 12 1.82 12
30.85 15 29.43 15 29.53 15 4.91 15 5.4 15 3.38 15
30.61 22.77 29.15 22.77 28.74 22.77 8.15 22.77 3.68 22.77 3.39 22.77
30.11 36.01 28.12 36.01 27.88 36.01 4.02 36.01 4.65 36.01 3.94 36.01
29.81 43.82 27.39 43.82 27.79 43.82 4.51 43.82 3.54 43.82 2.65 43.82

Grafik Hubungan P dan q Grafik Hubungan Fr dan q


31.5 10

31 9
30.5 8
30 7
P (m )

29.5 6
29

Fr
5
28.5 4
28 3
27.5
2
27
1
0 10 20 30 40 50
0
q (m 3/de t/m )
0 10 20 30 40 50
US BR I US B R II US B R III q (m 3 /de t/m)
US BR I US BR II US BR III
Gambar 7a. Hubungan antara P dan q
diakhir saluran peluncur.(section 14) Gambar 8a. Hubungan antara Fr dan q
diakhir saluran peluncur.(section 14)
Tabel 4b . Hasil Hubungan antara P dan q
diakhir saluran peluncur.(section 14) Tabel 5b. Hasil Hubungan antara Fr dan q
USBR I USBR IV diakhir saluran peluncur.(section 14)
USBR IV Kombinasi Kombinasi USBR I USBR IV
USBR IV Kombinasi Kombinasi
P q P q P q
Fr q Fr q Fr q
31.24 8.73 29.37 8.73 29.31 8.73
6.83 8.73 4.43 8.73 4.35 8.73
31.15 12 29.31 12 29.11 12
4.44 12 5.73 12 4.43 12
30.75 15 29 15 29.04 15
4.58 15 5.26 15 4.8 15
30.4 22.77 28.65 22.77 28.75 22.77
2.86 22.77 3.75 22.77 2.61 22.77
30.01 36.01 28.5 36.01 28.09 36.01
3.67 36.01 3.32 36.01 3.46 36.01
29.79 43.82 28.41 43.82 27.85 43.82
4.31 43.82 3.18 43.82 3.99 43.82
Grafik Hubungan P dan q Grafik Hubungan Fr dan q
31.5 8

31 7

30.5 6

30 5
P (m )

Fr

29.5 4

29 3

28.5 2

28 1

27.5 0
0 10 20 30 40 50 0 10 20 30 40 50
q (m 3/de t/m ) q (m 3/det/m)
US BR IV US BR I Ko m b . US BR IV Ko m b .
US B R IV US B R I K omb. US BR IV K omb.

Gambar 7b. Hubungan antara P dan q Gambar 8b. Hubungan antara Fr dan q
diakhir saluran peluncur.(section 14) diakhir saluran peluncur.(section 14)

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 235
Grafik Muka Air Pada S aluran Transisi dan S aluran Peluncur
menjadi miring, penurunan elevasi
535.00
dasar saluran pada saluran samping,
530.00 dan sebagai salah satu faktor dalam
525.00 menentukan tipe USBR yang cocok
E le v a s i (m )

520.00
515.00
digunakan untuk Waduk Jehem.
510.00
505.00 UCAPAN TERIMAKASIH
500.00
Terimakasih kepada Program Hibah
495.00
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 A2 yang telah mendanai penelitian ini
J arak (m) dan Laboratorium Hidrolika Jurusan
dasar saluran MA Q100th MA Q1000th MA QPMF
Pengairan Fakultas Teknik Universitas
Gambar 9. Grafik muka air saluran Brawijaya Malang tempat pelaksanaan
transisi dan saluran peluncur penelitian, dan semua pihak atas
partisipasi dan dukungannya selama
KESIMPULAN penelitian
Berdasarkan percobaan dan analisa
yang dilakukan sesuai dengan rumusan DAFTAR PUSTAKA
masalah pada kajian ini, maka dapat Anggrahini. (1977). Hidrolika Saluran
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : Terbuka. Citra Media, Surabaya.
1. Kondisi aliran pada saluran transisi dan Bambang Triatmodjo. (1993) Hidrolika
peluncur dengan debit Q100th, Q II. Beta Offset, Jogyakarta.
1000th, dan Q PMF cukup stabil. Chaudhry, M.Hanif. (1993) Open
Dengan diubahnya dinding pengarah Channel Flow. Prentice Hall.
pada saluran samping dari tegak Englewood Cliffs, New Jersey.
menjadi miring membuat aliran pada Chow, Ven Te. (1997). Hidrolika
saluran transisi menjadi stabil. Selain Saluran Terbuka. Terjemahan E.V.
itu, Untuk menstabilkan pola aliran Nensi Rosalina. Erlangga, Jakarta
pada bagian saluran transisi dan De Vries, (1997). Scalling Model
saluran peluncur maka pada bagian Hydraulics. IHE Published,
akhir saluran transisi dipasang Netherland.
penampang kontrol berupa sill. Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Bali.
2. Pada saluran transisi angka Froude (1997). Laporan Pendahuluan
menunjukkan nilai Fr < 1 sehingga Model Test Waduk Jehem di
termasuk tipe aliran subkritis Kabupaten Bangli.
sedangkan pada saluran peluncur Direktorat Jenderal Pengairan. (1986)
angka Froude menunjukkan nilai Fr > Standar Perencanaan Irigasi
1 sehingga termasuk tipe aliran Kriteria Perencanaan Bangunan
superkritis. Tinggi muka air bagian Utama (KP-02). CV Galang
kanan-as-kiri pada saluran transisi Persada, Bandung
tidak sama sedangkan pada saluran Raju, K.G.R. (1986). Aliran Melalui
peluncur relatif sama. Pada saluran Saluran Terbuka. Terjemahan Yan
transisi dan saluran peluncur distribusi Piter Pangaribuan B.E., M.Eng.
kecepatan relatif sama untuk setiap Erlangga, Jakarta
section. Sosrodarsono, Suyono dan Takeda,
3. Dari hasil pengolahan data Kensaku. (2002). Bendungan Tipe
menunjukkan tidak terjadi kavitasi. Urugan. Erlangga, Jakarta
4. Pengujian pada saluran transisi dan Subramanya, K. (1986). Flow In Open
saluran peluncur pada debit Q100th, Q Channels. Tata McGraw-Hill
1000th, dan Q PMF mengubah desain Publishing Company Limited, New
dinding saluran pengarah dari tegak Delhi

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 3, No.3– 2009 ISSN 1978 – 5658 236

Anda mungkin juga menyukai