3.1 Nyeri Panggul
3.1 Nyeri Panggul
SKENARIO 3
Oleh :
KELOMPOK B-1
Seorang perempuan berumur 67 tahun dibawa ke UGD Rumah Sakit karena nyeri pada
daerah pinggul kanannya setelah jatuh di kamar mandi sehari yang lalu. Pinggul kanan pasien
terbentur lantai kamar mandi. Pasien tidak mampu berdiri karena rasa nyeri yang sangat pada
pinggul kanannya tersebut. Tidak didapatkan pingsan, mual, maupun muntah. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit berat, merintih kesakitan, compos mentis.
Tekanan darah 140/90 mmHg, denyut nadi 104x/menit, frekuensi napas 24x/menit. Terdapat
hematom pada sendi koksae kanan, posisi tungkai atas kanan sedikit fleksi, abduksi, dan
eksorotasi. Krepitasi tulang dan nyeri tekan ditemukan, begitu juga pemendekan ekstremitas.
Gerakan terbatas karena nyeri. Pada pemeriksaan radiologis didapatkan fraktur kolum femur
tertutup. Dokter menyarankan untuk dilakukan operasi.
SASARAN BELAJAR
LI.1. Mampu memahami & menjelaskan Articulatio coxae
LO.1.1. Makroskopis
LO.1.2. Mikroskopis
LO.1.3. Kinesiologi
LI.2. Mampu memahami & menjelaskan Fraktur
LO.2.1. Definisi
LO.2.2. Etiologi
LO.2.3. Klasifikasi
LO.2.4. Manifestasi klinis
LO.2.5. Diagnosis & Diagnosis Banding
LO.2.6. Tatalaksana
LO.2.7. Komplilasi
LO.2.8. Prognosis
LI.1. Mampu memahami & menjelaskan articulatio coxae
LO.1.1. Makroskopis
Tulang femur merupakan ekskremitas inferior pada tubuh manusia,
sedangkan tulang coxae adalah tulang yang menghubungkan antara femur
dextra dan sinistra. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola
dan berartikulasi dengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio
coxae. Pada pusat caput terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis,
yaitu tempat perlekatan ligamentum dari caput. Sebagian suplai darah untuk
caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada
fovea.
Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur,
berjalan ke bawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang
125 derajat (pada wanita sedikit lebih kecil) dengan sumbu panjang batang
femur.
Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang
di bagian posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan
anterior condylus dihubungkan oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua
condylus ikut membentuk articulatio genu. Di atas condylus terdapat
epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium berhubungan
langsung dengan epicondylus medialis.
Otot Otot Paha Anterior
a. M. Rectineus
Origo : Ramus superior ossis pubis
Insertio : Linea pectinata femur di bawah trochanter minor
b. M. Adductor longus
Origo : Corpus ossis pubis
Insertio : tengah linea aspera femoris
c. M. adductor brevis
Origo : corpus ossis pubis dan ramus inferiorossis pubis
Insertio : linea pectinata dan bagian proksimal linea aspera femoris
d. M. Adductor magnus
Origo : Ramus inferior ossis pubis , ramus ossis ichii (bagian aduktor),
tuber ischiadicum
Insertio : tuberositas glutealis, linea aspera, linea supra condylaris medialis,
tuberculum adductum femoris (bagian harmstring).
e. M. Bracilis
Origo : Corpus ossis pubis dan ramus inferior ossis pubis
Insertio : bagian superior permukaan medial tibic
f. M. Obturator externus
Origo : Tepi foramen obturatum dan membrane obturatoria
Insertio : Fosso trochanterica femoris
a. M. Semitendinosus
Origo : Tuber ischiadicum
Insertio : Permukaan medial bagian proksimal tibial/permukaan medial
tuberositas tibiae
b. M. Semimembranosus
Origo : Tuberischiodicum
Insertio : Bagian posterior condyles medialis
c. M. Biceps femoris
Origo : Caput longum -> tuberischiodicum
Caput brevis ->linea asperae dan linea supracondylaris lateralis
femur
Insertio : Sisi lateral caput fibulae, tendonya disini terbelah oleh ligacolateral
fibulae
LO.1.2. Mikroskopis
Tulang femur dikategorikan tulang panjang, gambaran histologi nya
dibagi menjadi 2 bagian, tulang kompak dibagian luar dan tulang
kanselosa di bagian dalam.
Pada tulang kompak unit struktural matriksnya adalah osteon
(sistem havers), setiap osteon terdiri dari lapisan-lapisam lamela yang
tersusun mengelilingi suatu kanalis sentralis. Pada lamela mengandung
osteosit dalam rongga berbentuk kenari yang disebut lakuna. Pada
masing-masing lakuna terdapat kanal halus yang disebut kanalikuli. Selain
itu terdapat pula lamela interstisial, yaitu daerah kecil tidak teratur tulang
yang terdapat diantara osteon.
PERIOSTEUM
Bagian luar tulang diselubungi oleh jaringan pengikat pada fibrosa
yang mengandung sedikit sel. Pembuluh darah yang terdapat di bagian
periosteum luar akan bercabang-cabang dan menembus ke bagian dalam
periosteum yang selanjutnya samapai ke dalam Canalis Volkmanni.
Bagian dalam periosteum ini disebut pula lapisan osteogenik karena
memiliki potensi membentuk tulang. Oleh karena itu lapisan osteogenik
sangat penting dalam proses penyembuhan tulang.
Periosteum dapat melekat pada jaringan tulang karena :
* pembuluh-pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang.
* terdapat serabut Sharpey ( serat kolagen ) yang masuk ke dalam tulang.
* terdapat serabut elastis yang tidak sebanyak serabut Sharpey
2. Osteosit
Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan
gosok terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai
tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang.Bentuk ini dapat diduga dari
bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama tonjolan-
tonjolannya dalam canaliculi.Osteosit yang terlepas dari lacunanya
akan mempunyai kemampuan menjadi sel osteoprogenitor yang pada
gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau osteoklas.
3. Osteoklas
Sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 μm-100μm
dengan inti sampai mencapai 50 buah. Pada proses persiapan
dekalsifikasi, osteoklas menyusut dan memisahkan diri dari permukaan
tulang. Resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling tulang
sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan tekanan mekanikal
pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan
homeostasis darah jangka panjang.
4. Osteoprogenitor
Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, karena itu dinamakan sel
osteogenik. Sel-sel tersebut berada pada permukaan jaringan tulang
pada periosteum bagian dalam dan juga endosteum. Selama
pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan mnghasilkan
sel osteoblas yang kemudian akan akan membentuk tulang. Sebaliknya
pada permukaan dalam dari jaringan tulang tempat terjadinya
pengikisan jaringan tulang, sel-sel osteogenik menghasilkan osteoklas.
Sel – sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga
berdiferensiasi menjadi khondroblas yang selanjutnya menjadi sel
cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati pada proses
penyembuhan patah tulang.
LO.1.3. Kinesiologi
Articulatio coxae
Tulang : Antara caput femoris dan acetabulum
Gerak sendi:
Fleksi : m. iliopsoas, m. pectinus, m. rectus femoris, m. adductor
longus, m. adductor brevis, m. adductor magnus pars anterior tensor fascia
lata
Ekstensi : m. gluteus maximus, m. semitendinosis, m. semimembranosus,
m. biceps femoris caput longum, m. adductor magnus pars posterior
Articulatio ini dibungkus oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan
ikat fibrosa. Capsula articularis berjalan dari pinggir acetabulum os. coxae
menyebar ke latero-inferior mengelilingi colum femoris untuk melekat
pada linea introchanterica bagian depan dan meliputi pertengahan bagian
posterior colum femoris kira-kira sebesar jari di aytas crista
introchanterica. Oleh karena itu, bagian lateral dan distal belakang colum
femoris adalah di luar capsula articularis. Sehubungan dengan itu fraktur
colum femoris dapat extracapsular dan dapat pula intracapsular.
LI.2. Mampu memahami & menjelaskan Fraktur
LO.2.1. Definisi
LO.2.2. Etiologi
Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada
berbagai keadaan berikut :
Tumor tulang (jinak atau ganas): pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progesif.
Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi
akut atau dapat timbul sebagai sebagai salah satu proses yang
progesif, lambat dan nyeri.
Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya
disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat
disebabkan oleh kegagalan absorbs Vitamin D atau oleh karena
asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
LO.2.3. Klasifikasi
Anamnesis
Dari anamnesis diketahui adanya riwayat trauma/jatuh yang diikuti nyeri
pinggul, pada pemeriksaan didapatkan posisi panggul dalam keadaan
fleksi, eksorotasi dan abduksi. Pada atlet yang mengalami nyeri pinggul
namun masih dapat berjalan pemeriksaan dimulai dengan riwayat rinci
dan pemeriksaan fisik. Dokter harus menanyakan apakah gejala yang
muncul terkait dengan olahraga atau kegiatan tertentu. Riwayat latihan
fisik harus diperoleh dan perubahan dalam tingkat aktivitas, alat bantu,
tingkat intensitas, dan teknik harus dicatat.
Adanya riwayat menstruasi harus diperoleh dari semua pasien wanita.
Amenore sering dikaitkan dengan penurunan kadar serum estrogen.
Kurangnya estrogen pelindung menyebabkan penurunan massa tulang.
Trias yang dijumpai pada wanita bisa berupa amenore, osteoporosis, dan
makan teratur banyak mempengaruhi perempuan aktif. Tanda dan gejala
pada perempuan meliputi fatigue, anemia, depresi, intoleransi dingin,
erosi enamel gigi. Dokter harus mencurigai adanya fraktur dan memahami
tanda-tanda yang mungkin dari para atlet wanita, terutama mencatat
fraktur yang tidak biasa terjadi dari trauma minimal. Sebagian besar atlet
menggambarkan timbulnya rasa sakit selama 2-3 minggu, dimana dapat
dijumpai perubahan dalam pelatihan atau penggunaan peralatan latihan.
Biasanya, pelari meningkatkan jarak tempuh mereka atau intensitas, atau
penggunaan sepatu lari. dokter harus bertanya tentang latihan individu dan
jarak tempuh.
Pasien biasanya melaporkan riwayat pinggul tiba-tiba, nyeri di
selangkangan, atau nyeri lutut yang memburuk dengan olahraga.
Karakteristik dari fraktur adalah riwayat sakit setempat yang berkaitan
dengan latihan yang meningkat dan berkurang dengan aktivitas dan baik
dengan istirahat atau dengan aktivitas yang kurang. Nyeri semakin parah
dengan pelatihan lanjutan. Rasa sakit berasal dari aktivitas berulang, dan
berkurang dengan istirahat.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
- Bandingkan dengan bagian yang sehat
- Perhatikan posisi anggota gerak
- Keadaan umum penderita secara keseluruhan
- Ekspresi wajah karena nyeri
- Lidah kering . basah
- Adanya tanda- tanda perdarahan
Palpasi ( feel )
- Temperatur setempat yang meningkat
- Nyeri tekan
- Krepitasi
- Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengukur
adanya perbedaan panjang tungkai
Move ( pergerakan )
Berupa pergerakan aktif dan pasif pada sendi proksimal dan distal pada
daerah yang mengalami trauma.
Pemeriksaan Penunjang
Bone Scanning
Bone scanning dibatasi oleh resolusi spasial relatif dari anatomi pinggul.
Di masa lalu, bone scanning dianggap dapat diandalkan sebelum 48-72
jam setelah patah tulang, tetapi sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Hold dkk menemukan sensitivitas 93%, terlepas dari saat cedera.
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI telah terbukti akurat dalam penilaian fraktur dan andal dilakukan
dalam waktu 24 jam dari cedera, namun pemeriksaan ini mahal. Dengan
MRI, fraktur biasanya muncul sebagai garis fraktur di korteks dikelilingi
oleh zona edema intens dalam rongga meduler. Dalam sebuah studi oleh
Quinn dan McCarthy, temuan pada MRI 100% sensitif pada pasien
dengan hasil foto rontgen yang kurang terlihat.MRI dapat menunjukkan
hasil yang 100% sensitif, spesifik dan akurat dalam mengidentifikasi
fraktur collum femur.
3. Pemeriksaan arteriografi
Arteriografi femoralis yaitu “pemeriksaan radiografi untuk
memperlihatkan pembuluh arteri pada ekstremitas bawah dengan
memasukkan kontras media positif”. ( Glenda J. Bryan ).
Indikasi Pemeriksaan
Arterosklerosis Obliterans
Disebabkan oleh oklusi kronis pada arteri. Penimbunan lemak
dan jaringan fibrosa dalam arteri secara progresif
mempersempit lumen arteri sehingga jumlah darah yang
mengalir ke jaringan yang terletak diluar lesi berkurang.
Aneurisma
Pelebaran pembuluh arteri. Aneurisma dapat terjadi pada aorta
atau cabang arteri perifer.
Trauma Arteri
Biasanya disebabkan oleh luka yang cukup luas pada jaringan
lunak, fraktur,dll.
Arteriovenosus Malformasi
Penyakit ini biasanya ditandai dengan pembesaran pada
tungkai. Malformasi terdiri atas tiga jenis yaitu hubungan
langsung antara arteri dan vena pada arteriola,
malformasi yang timbul pada kapiler dan malformasi pada
vena.
Artritis
Peradangan yang terjadi pada pembuluh darah arteri.
Neoplasma
Pertumbuhan jaringan baru yang abnormal, seperti tumor.
Kontra Indikasi
Kontras Media
Teknik Pemeriksaan
1. Persiapan Pasien
2. Premedikasi
3. Posisi Pasien
5. Perawatan Pasien
LO.2.6. Tatalaksana
1. Terapi farmakologi
Penanganan fraktur batang femur ditangani dengan cara :
A. Antibiotik
Antibiotik diberikan apabila terjadi fraktur terbuka misalnya pada
fraktur corpus femur. Luka pada fraktur terbuka harus segera
diberi antibiotik karena apabila luka ditimbulkan karena terkena
benda dari luar atau luka yang kotor dan jaringan lunak banyak
yang rusak, sehingga memungkinkan mikroorganisme masuk
melalui luka tersebut.
2. Terapi non-farmakologi
Prinsip-Prinsip Pengobatan Fraktur :
a. Jangan membuat keadaan lebih buruk
Beberapa fraktur terjadi akibat trauma disebabkan oleh pengobatan
yang diberikan disebut iatrogenik
b. Pengobatan berdasarkan diagnosis dan prognosis yang akurat
Perlu ditetapkan apakah fraktur tersebut merupakan jenis fraktur
tertutup atau terbuka
c. Seleksi pengobatan untuk tujuan khusus
Menghilangkan nyeri : terjadi karena adanya trauma pada
jaringan lunak dan akan bertambah nyeri bila ada pergeseran
Memperoleh posisi yang lebih baik dari fragmen
Mengusahakan terjadinya penyambungan tulang
d. Bersifat realistik dan praktis
e. Menyesuaikan pengobatan sesuai dengan penderita (umur, jenis
fraktur, komplikasi)
Penatalaksanaan Awal
1. Pertolongan pertama
Membebaskan jalan nafas, menutup luka dengan perban bersih,
steril dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena
agar penderita merasa nyaman dan mengurangi nyeri sebelum
ambulans datang.
2. Penilaian klinis
Misalnya apakah luka terkena tulang, atau ada trauma pembuluh
darah atau saraf
3. Resusitasi
Kebanyakan penderita dengan cidera fraktur multipel datang
dengan keadaan syok, sehingga diperlukan resusitasi berupa
cairan infus atau transfusi darah serta obat-obat anti nyeri.
Di luar usia 60 tahun (orang yang kuang aktif atau dengan deposit
tulang yang sedikit) semua patah leher femur undisplaced dan
dislokasi dilakukan perawatan dengan pemindahan kepala femoralis
dan penggantian dengan prostesis (ujung atas femur tulang buatan)
seperti Austin Moore atau bipolar. Fraktur impaksi dirawat sama
dengan sebelumnya.
LO.2.7. Komplikasi
Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri atau akibat
penanganan
fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik .
1. Komplikasi umum Syok karena perdarahan ataupun oleh karena
nyeri, koagulopati diffus dan gangguan fungsi pernafasan.Ketiga
macam komplikasi tersebut diatas dapat terjadi dalam 24 jam pertama
pasca trauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi
gangguan metabolisme, berupa peningkatan katabolisme. Komplikasi
umum lain dapat berupa emboli lemak, trombosis vena dalam (DVT),
tetanus atau gas gangren
2. Komplikasi Lokal
a. Komplikasi dini
Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu
pasca trauma, sedangkan apabila kejadiannya sesudah satu
minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut.
Pada Tulang
Infeksi, terutama pada fraktur terbuka.
Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau
tindakan operasi pada fraktur tertutup. Keadaan ini dapat
menimbulkan delayed union atau bahkan non union.
Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif
yang sering terjadi pada fraktur terbuka atau pasca operasi
yang melibatkan sendi sehingga terjadi kerusakan kartilago
sendi dan berakhir dengan degenerasi
Pada Jaringan lunak
Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit
superfisial karena edema. Terapinya adalah dengan menutup
kasa steril kering dan melakukan pemasangan elastik
Dekubitus.. terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang
oleh gips. Oleh karena itu perlu diberikan bantalan yang
tebal pada daerah-daerah yang menonjol
Pada Otot
Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif
otot tersebut terganggu. Hal ini terjadi karena serabut otot yang
robek melekat pada serabut yang utuh, kapsul sendi dan tulang.
Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit dalam waktu cukup
lama akan menimbulkan sindroma crush atau trombus (Apley &
Solomon,1993).
Pada pembuluh darah
Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus
menerus. Sedangkan pada robekan yang komplit ujung
pembuluh darah mengalami retraksi dan perdarahan berhenti
spontan.
Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan
nekrosis. Trauma atau manipulasi sewaktu melakukan reposisi
dapat menimbulkan tarikan mendadak pada pembuluh darah
sehingga dapat menimbulkan spasme. Lapisan intima pembuluh
darah tersebut terlepas dan terjadi trombus.
Pada kompresi arteri yang lama seperti pemasangantorniquet
dapat terjadi sindromecrush. Pembuluh vena yang putus perlu
dilakukan repair untuk mencegah kongesti bagian distal lesi
(Apley & Solomon, 1993).
Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra
kompartemen otot pada tungkai atas maupun tungkai bawah
sehingga terjadi penekanan neurovaskuler sekitarnya.
Fenomena ini disebut Iskhemi Volkmann. Ini dapat terjadi pada
pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga dapat menggangu
aliran darah dan terjadi edema dalam otot.
Apabila iskhemi dalam 6 jam pertama tidak mendapat
tindakan dapat menimbulkan kematian/nekrosis otot yang
nantinya akan diganti dengan jaringan fibrus yang secara
periahan-lahan menjadi pendek dan disebut dengan kontraktur
volkmann. Gejala klinisnya adalah 5P yaitu Pain (nyeri),
Parestesia, Pallor (pucat), Pulseness(denyut nadi hilang) dan
Paralisis.
Pada saraf
Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus),
aksonometsis (kerusakan akson). Setiap trauma terbuka
dilakukan eksplorasi dan identifikasi nervus (Apley &
Solomon,1993).
Komplikasi lanjut
Pada tulang dapat berupa malunion, delayedunionatau nonunion. Pada
pemeriksaan terlihat deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau
perpanjangan.
Delayed union
Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara
normal. Pada pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan
sklerosis pada ujung-ujung fraktur, Terapi konservatif selama 6 bulan
bila gagal dilakukan Osteotomi. Lebih 20 minggu dilakukan cancellus
grafting (12-16 minggu)
Non union
Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan.
- Tipe I (hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses
penyembuhan fraktur dan diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan
fibrus yang masih mempunyai potensi untuk union dengan melakukan
koreksi fiksasi dan bone grafting.
- Tipe II (atrophic non union)disebut juga sendi palsu(pseudoartrosis)
terdapat jaringansinovial sebagai kapsul sendi beserta ronggasinovial
yang berisi cairan, prosesunion tidak akan dicapai walaupun
dilakukan imobilisasi lama.
Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi
periosteum yang luas, hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen
fraktur, waktu imobilisasi yang tidak memadai,implant atau gips yang
tidak memadai, distraksi interposisi, infeksi dan penyakit tulang
(fraktur patologis)
Mal union
Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas.
Tindakan refraktur atau osteotomi koreksi .
- Osteomielitis
Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan
operasi pada fraktur tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed
union sampai non union (infected non union). Imobilisasi anggota
gerak yang mengalami osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi
tulang berupa osteoporosis dan atropi otot ronggasinovial yang berisi
cairan, prosesunion tidak akan dicapai walaupun dilakukan
imobilisasi lama.
- Kekakuan sendi
Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan
imobilisasi lama, sehingga terjadi perlengketan peri artikuler,
perlengketan intraartikuler, perlengketan antara otot dan tendon.
Pencegahannya berupa memperpendek waktu imobilisasi dan
melakukan latihan aktif dan pasif pada sendi. Pembebasan
periengketan secara pembedahan hanya dilakukan pada penderita
dengan kekakuan sendi menetap (Apley & Solomon,1993).
LO.2.8. Prognosis
Pada umumnya fraktur femur lebih besar / sering di derita oleh laki-laki
dewasa dan laki-laki muda / pada pria dari apada kaum wanita karena
faktor aktivitas yang lebih banyak dilakukan. Dan biasanya untuk laki-laki
dewasa di akibatkan oleh adanya kecelakan / trauma lansung seperti
kecelakan pada kendaraan bermotor / karena adanya benturan yang keras /
jatuh dari ketinggian. Kemudian fraktur (femur) biasanya juga di alami
oleh kaum gerontik karena faktor patologik.
DAFTAR PUSTAKA
Apley. A. Graham. 1995. Orthopedi dan Fraktur Sistem Apley. Edisi 1. Jakarta : EGC.
Brunner and Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 3. Volume 8.
Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2.
Jakarta : EGC .
Donges, Marilyn B, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Lukman and Sorensen’s. 1993. Medical Surgical Nursing. 4th Edition buku 11. USA : WB
Sunder Company.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II. FKUI. Media
Aesculapius.
Price, Slyvia A Dan Laraine M. Wilson.1995. Patofisiologi. Buku I . Edisi 4. Jakarta : EGC.
Rasjad, Chairudin. 1998. Ilmu Bedah Orthopedi. Ujung Pandang : Bintang Lamupate.
Sjamsuhidrajat, R & Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Smetzer, Suzanna. C. dkk. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth.
Edisi 8, vol 3. Jakarta : EGC.
http://bedah-mataram.org/index.php?option=com_content&view=article&id=112:fraktur-
leher-atau-kolum-femur-or&catid=39:refrat-ortopedi&Itemid=79
http://ppni-klaten.com/index.php?view=article&catid=39%3Appni-ak-
sub&id=63%3Afraktur&format=pdf&op
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312089/bab2.pdf