Anda di halaman 1dari 86

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

SISTEM DISTRIBUSI DAN SCADA

NAMA : ………………………………

NIM : ………………………………

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS

TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER

2019
PERCOBAAN 1
PENGENALAN SOFTWARE CX ONE

1.1 Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Software CX One.
b. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari Software CX One.

1.2 Landasan Teori


Dalam paket pembelian software CX One ada berbagai macam sub
software dengan fungsi dan kegunaan masing – masing, diantaranya :


CX Programmer : berfungsi untuk merancang, mendownload dan
mengupload program PLC dengan bahasa pemrograman menggunakan
ladder, statement list dan function block diagram.

CX Designer : berfungsi untuk mendesain Human Machine Interface.

CX Integrator : berfungsi untuk setting komunikasi antar PLC.

Modul ini akan membahas terlebih dahulu penggunaan software CX


Programmer. CX-Programmer adalah software aplikasi yang dikembangkan
oleh Omron untuk memprogram semua jenis PLC produk Omron.

1. Memulai CX-Programmer
CX-Programmer adalah software aplikasi berbasis windows. Oleh karena
itu mengaktifkannya mirip dengan software berbasis Windows lainnya. Jika
aplikasi sudah dibuka, maka akan muncul tampilan seperti gambar dibawah
ini.
Gambar 1.1 Bagian layar CX-Programmer V 9.5

2. Tombol Shortcut
Toombol Shortcurt adalah tombol yang digunakan untuk membuat
komponen Ladder.
C : membuat tombol Normaly Open
/: membuat tombol Normaly Close
W: membuat tombol Normaly Open
X: membuat tombol Normaly Close OR
O: membuat Normal Open Coil
Q: membuat Normal Close Coil
3. Membuat Projek Baru

Gambar 1.2 Membuat project baru

Untuk membuat project baru dapat dilakukan dengan memilih menu file
kemudian new project, anda akan diminta untuk memilih tipe PLC dan jenis
komunikasi untuk mengkases PLC tersebut. Misalkan PLC yang akan
digunakan adalah PLC CJ1M CPU 21, untuk setting sistem komunikasi serial
menggunakan RS 232 ada dua pilihan disini yaitu menggunakan jenis
komunikasi SYSMAY WAY dan TOOLBUS. Keduanya merupakan sistem
komunikasi serial sinkron, untuk PLC tipe lama seperti CS1G, CQM, dan CPM
menggunakan komunikasi SYSMAC WAY, sedangkan TOOLBUS untuk PLC
tipe terbaru seperti CJ1M dan CJ2M. Perbedaannya hanya pada setting dip
switch pada unit CPU. Apabila dip switch no.5 pada posisi “ON” default setting
pada PLC adalah TOOLBUS, sedangkan apabila keseluruhan dip switch pada
posisi “OFF” setting pada PLC adalah SYSMACWAY.
Gambar 1.3 Setting dip switch unit CPU
Setelah menentukan tipe CPU dan setting komunikasi, selanjutnya akan
tampil window utama, pada menu sebelah kiri window merupakan keterangan
project. Program berupa ladder diagram dapat kita letakkan pada section yang
ada didalam project. Jumlah section dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan
programmer. Tidak ada batasan rung atau jumlah baris di setiap section tetapi
umumnya programmer merancang ladder diagram ke dalam beberapa section
untuk memudahkan pada saat trouble shooting program, sehingga ketika terjadi
kesalahan pemrograman atau trouble shooting lapangan dapat dilihat pada
masing– masing section.

Gambar 1.4 Main window and section


Software CX-Programmer sudah terintegrasi dengan simulator ladder
diagram, untuk menggunakan simulator tersebut pertama rancang terlebih
dahulu program ladder diagram sederhana, misalkan hubungkan penggunaan
kontaktor normally open (NO) secara seri dengan coil seperti pada gambar 1.5.

Gambar 1.5 Contoh ladder diagram

Untuk meletakkan kontaktor, coil maupun instruksi tertentu dapat dipilih


pada simbol – simbol yang tersedia pada menu bagian atas (lingkaran warna
merah gambar 1.5). Saat menggunakan kontaktor maupun coil anda akan
diminta untuk memasukkan alamat bit terlebih dahulu dan keterangan /
comment pada kolom selanjutnya, sesuaikan alamat bit dan keterangan seperti
gambar 1.5. Setelah program selesai dirancang pada umumnya programmer
mencoba atau menguji ladder diagram yang telah dirancang menggunakan
simulator sebelum pada akhirnya ladder diagram tersebut didownload kedalam
PLC. Untuk merubah mode offline ladder diagram menjadi mode online (work
online simulator) dapat dilakukan dengan dua cara yaitu shortcut (ctrl+shift+w)
atau melalui menu yang tersedia pada gambar1.6

Gambar 1.6 Work online simulator


Pilih menu simulation kemudian work online simulator. Tunggu sampai
jendela ladder diagram berubah warna dari mode offline menjadi mode
online.

Gambar 1.7 mode online

Alamat bit pada kontaktor dapat dimodifikasi dengan nilai 1 “logika high”
atau nilai 0 “logika low” dengan klik kanan pada kontaktor kemudian pilih
set on atau off. Untuk lebih praktis arahkan kursor ke kontaktor tekan enter,
ubah value 1 untuk set bit on dan value 0 untuk set bit off,

Gambar 1.8 set bit

Berikut adalah hasil simulasi untuk kondisi set on dan off

Gambar 1.9 Set bit on (atas), set bit off (bawah)


1.3 Alat dan Bahan
a. Personal computer
b. Software CX-Programmer

1.4 Prosedur Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Asisten menjelaskan prinsip kerja dari alat yang akan diamati
3. Buatlah rangkaian seperti pada modul
4. Mengerjakan soal pada project
5. Buatlah pembahasan dan kesimpulan

1.5 Project
1.6 Analisa Pembahasan
1.7 Kesimpulan

1.8 Lembar Evaluasi

No Kegiatan Keterangan Nilai TTD/tanggal

1 Pre-Test

Pengambilan
2
Data

3 Asistensi

4 Post-Test
PERCOBAAN 2
INTRUKSI DASAR PLC (CP1H)

2.1 Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan membaca ladder diagram PLC.
b. Mahasiswa dapat memahami dan membuat ladder diagram PLC dengan
intruksi dasar.

2.2 Landasan Teori


Pada penerapannya rangkaian start stop sering digunakan pada automasi
industri, biasanya digunakan untuk menjalankan motor bekerja secara terus
menerus. Rangkaian start stop atau sering disebut rangkaian pengunci terdiri dari
tombol S1 berfungsi sebagai tombol start mempunyai kondisi awal NO (Normally
Open), tombol S2 berfungsi sebagai tombol stop mempunyai kondisi awal NC
(Normally Close), K1 adalah Coil Kontaktor dan S1 diparalel dengan kontak bantu
NO (13 dan 14) pada K1. Prinsip kerja rangkaian start stop yaitu jika tombol start
ditekan maka coil kontaktor K1 aktif sehingga kontak NO K1 menutup. Setelah
tombol S1 dilepas, Coil tetap mendapat arus listrik melalui kontak K1.

1. Rangkaian Start-Stop dengan Pengunci

Gambar 2.1 Rangkaian Start-Stop dengan Pengunci


2. Tabel Pengalamatan
Tabel pengalamatan adalah tabel yang berisi fungsi input-output dan
alamat masing-masing fungsi tersebut. Tabel pengalamatan berguna untuk
membantu Programmer mengidentifikasi input dan output sehingga akan
mempersingkat waktu pemrograman.
Membuat tombol START:
• Ketik C, untuk membuat kontak NO
• Setelah muncul kotak dialog New Contack ketikkan address 000,
klik OK
• Ketik START,kemudian klik OK.

Gambar 2.2 Membuat tombol START

Membuat tombol STOP:


• Ketik /untuk membuat kontak NC
• ketikkan address 001 , klik OK
• ketikkan STOP, klik OK
Gambar 2.3 Hasil setelah START dan STOP dimasukkan

Membuat Coil K1:

 Ketik O untuk membuat koil (output)



 Isikan address 10000, klik OK.

 Isikan komentar K1, klik OK

Gambar 2.4 Membuat Coil K1


Gambar 2.5 Satu baris ladder (RUNG)

Membuat pengunci:

• Klik pada tombol START, kemudian pindahkan kursor di bawah


tombol start.
• Ketikkan W untuk membuat Normally Open OR, gambar 2.6
• Isikan 10000, klik OK
• Isikan K1, klik OK

Hasilnya seperti ditunjukkan pada gambar 2.6

Gambar 2.6 Membuat OR pada START


Gambar 2.7 Diagram Ladder Pengunci Yang Sudah Jadi
Simpan program tersebut dengan klik File-Save dan beri nama Rangkaian
Pengunci Dasar

3. KEEP (FUN 11)


Keep adalah special instruction yang terdapat di CX Programmer yang
berfungsi sebagai pengunci. KEEP sama dengan rangkaian pengunci, bedanya
KEEP lebih sederhana. Cara mengunci menggunakan KEEP adalah sebagai
berikut (lihat Gambar 2.8).

Gambar 2.8 KEEP Instruction

Langkah Kerja :

1) Buat tombol START: Ketik C, masukkan address 000 dan comment START
2) Buat instruksi KEEP: Ketik I, untuk mengeluarkan special instruction, lalu
ketik KEEP(spasi) alamat_output. Contoh: KEEP 10000, pada kotak dialog
Edit Comment ketikkan OUT (lihat Gambar 2.8).
3) Pindahkan kursor di bawah tombol START, ketik C untuk membuat
tombol RESET (STOP), kemudian ketikkan address 0001, klik OK dan

Gambar 2.9 Ladder diagram dengan instruksi KEEP ketika sudah jadi

4. TIMMER

Program timer pada PLC berfungsi untuk mengatur penyalaan output ada
PLC sesuai kebutuhan.
Sintak penulisan Timmer adalah:
TIM spasi addres timmer spasi #waktu
Misal TIM 0000 #300 : artinya timmer 00 dengan seting waktu 300 X 0,1 detik =
30 detik.
Cara membuat ladder adalah sebagai berikut:

1) Buatlah ladder rangkaian start-stop lampu.

2) Pindahkan kursor pada RUNG-1, buat kontak NO dengan alamat 100.00


(merujuk ke alamat OUTPUT).

3) Membuat Timmer:
• Ketikkan I, kemudian isikan TIM 0000 #300, klik OK
• Pindahkan kursor pada baris 2. Hasilnya seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Penulisan Instruksi Timer, 30 detik

Gambar 2.11 Ladder diagram penggunaan Timer

Gambar 2.12 Membuat kontak NC-Timmer seri dengan tombol STOP


4). Tambahkan kontak NC-Timmer pada rangkaian stop seperti yang
diperlihatkan pada gambar 2.12.

• Tempatkan kursos di sebelah kanan tombol STOP Ketik /, untuk


membuat NC Timmer .Masukkan addres T000, klik OK.

• Jika muncul edit Comment klik OK lagi. Hasilnya lihat pada Gambar
2.13

Gambar 2.13 Pengunci Dengan Stop Manual – Otomatis

2.3 Alat dan Bahan


a. Personal Komputer
b. Software CX-Programer

2.4 Prosedur Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Asisten menjelaskan prinsip kerja dari alat yang akan diamati
3. Buatlah rangkaian seperti pada modul
4. Mengerjakan soal pada project
5. Buatlah pembahasan dan kesimpulan
2.5 Project
2.6 Analisa Pembahasan
2.7 Kesimpulan

2.8 Lembar Evaluasi

No Kegiatan Keterangan Nilai TTD/tanggal

1 Pre-Test

Pengambilan
2
Data

3 Asistensi

4 Post-Test
PERCOBAAN 3
Program PWM (Pulse Width Modulation)

3.1 Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan membaca program ladder PWM pada
PLC.
b. Mahasiswa dapat memahami dan membuat program ladder PWM pada
PLC.

3.2 Landasan Teori


Pulse Width Modulation (PWM) secara umum adalah sebuah cara
memanipulasi lebar sinyal yang dinyatakan dengan pulsa dalam suatu perioda,
untuk mendapatkan tegangan rata-rata yang berbeda. Beberapa Contoh aplikasi
PWM adalah pemodulasian data untuk telekomunikasi, pengontrolan daya atau
tegangan yang masuk ke beban, regulator tegangan, audio effect dan penguatan,
serta aplikasi-aplikasi lainnya.

Gambar 3.2.1 Sinyal PWM

Aplikasi PWM berbasis mikrokontroler biasanya berupa, pengendalian


kecepatan motor DC, Pengendalian Motor Servo, Pengaturan nyala terang LED.
Terdapat dua jenis sinyal PWM yaitu analog dan digital. Pembangkitan sinyal
PWM analog yang paling sederhana adalah dengan cara membandingkan sinyal
gigi gergaji sebagai tegangan carrier dengan tegangan referensi menggunakan
rangkaian op-amp comparator. Sedangkan pada metode digital setiap perubahan
PWM dipengaruhi oleh resolusi dari PWM itu sendiri. Misalkan PWM digital 8
bit berarti PWM tersebut memiliki resolusi 28= 256, maksudnya nilai keluaran
PWM ini memiliki 256 variasi, variasinya mulai dari 0 – 255 yang mewakili duty
cycle 0 – 100% dari keluaran PWM tersebut.

1. Konsep Dasar PWM


Sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang
tetap, namun memiliki lebar pulsa yang bervariasi. Lebar Pulsa PWM berbanding
lurus dengan amplitudo sinyal asli yang belum termodulasi. Artinya, Sinyal PWM
memiliki frekuensi gelombang yang tetap namun duty cycle bervariasi (antara 0%
hingga 100%)

Gambar 3.2.2 sinyal PWM dan persamaan Vout PWM

Dari persamaan diatas diketahui bahwa perubahan duty cycle akan


merubah tegangan keluaran atau tegangan rata-rata seperti gambar dibawah ini

Gambar 3.2.3 Vrata-rata sinyal PWM


Pulse Width Modulation (PWM) merupakan salah satu teknik untuk
mendapatkan signal analog dari sebuah piranti digital. Sebenarnya Sinyal PWM
dapat dibangkitkan dengan banyak cara, dapat menggunakan metode analog
dengan menggunakan rankaian op-amp atau dengan menggunakan metode digital.
Dengan metode analog setiap perubahan PWM-nya sangat halus, sedangkan
menggunakan metode digital setiap perubahan PWM dipengaruhi oleh resolusi
dari PWM itu sendiri. Resolusi adalah jumlah variasi perubahan nilai dalam PWM
tersebut. Misalkan suatu PWM memiliki resolusi 8 bit berarti PWM ini memiliki
variasi perubahan nilai sebanyak 28 = 256 variasi mulai dari 0 – 255perubahan
nilai yang mewakili duty cycle 0 – 100% dari keluaran PWM tersebut.

Gambar 3.2.4 Duty Cycle dan Resolusi PWM

2. Inisialisasi I/O
Untuk Insialisasi I/O pada PWM menggunakan PLC OMRON CP1L
 Input Analog

a. A642CH terdapat pada modul PLC
b. A643CH input analog external
Input analog ini digunakan untuk mengatur duty ratio secara manual dari
luar program pada Cx-Programmer.
 Output Analog
a. Q100.01
b. Q100.03
Pada OMRON CP1L, telah disediakan alamtak husus output untuk
PWM,dan pada OMRON CP1L kategori L hanya memiliki 2 alamat untuk
keluarannya, yaitu yang telah dituliskan di atas.

3. Ladder Diagram
3.1 Ladder Diagram Dasar Untuk PWM

Gambar 3.2.5 Ladder Diagram PWM

Keterangan :
▪ Port specifier : untuk menentukan alamat output yang digunakan, jika
“#0”, maka output yang digunakan adalah Q100.01, jika “#1”, maka
output yang digunakan Q100.03.

▪ Frequency : Untuk mengatur frekuensi dari pulsa yang dibagkitkan, nilai


bisa diatur sesuai keinginan, satuannya Hertzh (Hz), cara penulisannya
“&….” Untuk decimal atau “#.....” untuk heksadesimal.
▪ Duty Ratio : Untuk mengatur bearapa duty ratio yang diinginkan.

Dalam Ladder Diagram PWM tidak memerlukan coil atau output ( --( ) )
karena keluaran dari PWM beruba tegangan antara 0 – 24 VDC,yang dikeluarkan
lewat Q100.01 atau Q100.03 sesuai dengan port specifier.
3.2. Ladder Diagram Pengaturan Duty Ratio dari dalam Program
Yang dimaksud pengaturan ini adalah pengaturan pada Duty Rationya,
kareana inti pengaturan PWM adalah pada duty raitonya seperti yang dijelaskan
pada sub bab 2.2.

Gambar 3.2.6 Ladder Diagram


Jika melihat pada gambar maka tegangan yang dihasilkan adalah 50% dari
24VDC, yaitu 12VDC. Jika ngin merubah,maka bisa dirubah nilainya pada alamat
D0.

Gambar 3.2.7 Box Project


Jika kita klik 2x pada tanda merah, maka muncul blok sperti ini.

Di dalam memori D0 tersebut kita bisa mengatur nilai 0 – 100.

3.3. Ladder Diagram Pengaturan Duty Ratio dari Input Analog


Pengaturan duty ratio menggunakan input analog dapat dilihat pada ladder
diagram berikut :
Yang dimaksud dengan pengaturan duty ratio dari luar adalah untuk
mengatur nilai pada duty ratio disini diperlukan suatu input yang nilainya berupa
tegangan yang nanti nilainya akan ditempatkan pada alamat register A643CH,dan
nilai tersebut langsug akan dikonversikan menjadi 0-256 pada register tersebut.
Telah dibahas bahwa duty ratio memiliki kisaran nilai antara 0-100,untuk
itu nilai yang ada pada A643CH harus dikalibrasikan menjadi 0 -100,dengan cara
perhitungan aritmatika.
Gambar diatas adalah gambar lengkap laddernya, untuk lebih rinci akan
dibahas satu persatu masing line dari tiap ladder.

Gambar. Line 0
Input diletakkan pada A643CH yang kemudian dengan fungsi MOV akan
dipindah ke memori D1,data di MOV supaya memudahkan dalam proses
aritmatikanya.

Gambar. Line 1
Pada ladder ini proses aritamtika pertama dimulai,yaitu nilai pada D1 akan
dikalikan nilai pada D2 yang telah diberi nilai 100,dan hasil dari perkalian akan
diletakkan pada D3.

Gambar. Line 2
Pada langkah ini nilai yang berada pada D3 akan dibagi dengan nilai yang
telah disikan pada D20 sebesar 256,dan hasil nilainya akan ditempatkan pada D5.

Gambar. Line 3
Ini adalah langkah terakhir dimana pada ladder PWM pada duty ratio
ditempatkan D5,yang secara otomatis nilai dari kalibrasi menjadi nilai dari duty
ratio.
Langkah kerja :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Setelah itu merangkai alat-alat,sehingga terlihat seperti gambar berikut ,

Gambar Rangkaian Percobaan


3. Simulasi Pengaturan Duty Ratio dari Program
Setelah rangkaian selesai saatnya membuat Ladder Diagram dari PWM.

Ladder Diagram dengan duty ratio 0


Grafik tegangan keluaran PWM pada chanel 1

Ladder Diagram dengan duty ratio 25


Grafik tegangan keluaran PWM pada chanel 1

Ladder Diagram dengan duty ratio 50

Grafik tegangan keluaran PWM pada chanel 1


Ladder Diagram dengan duty ratio 75

Grafik tegangan keluaran PWM pada chanel 1

Ladder Diagram dengan duty ratio 100


Grafik tegangan keluaran PWM pada chanel 1

2. Simulasi Pengaturan Duty Ratio dengan Input Analog


Ladder Diagram dengan duty ratio 50

Ladder Diagram dengan duty ratio 50


Grafik tegangan keluaran PWM pada chanel 1

Ladder Diagram dengan duty ratio 75


Grafik tegangan keluaran PWM pada chanel 1

Pada Port specifier dituliskan “#0”, hal ini berarti alamat output Q100.01
aktif,hal ini ditunjukan LED pada output indicator menyala.

Gambar. Indikator Q100.01


Apabila dilihat dari grafik pengaturan melalui program dan yang melalui
input analog, terdapat perbedaan yang mencolok,yaitu pada saat nilai duty ratio
diubah,pada pengaturan program grafik perpindahan lebih tegak lurus.

3.3 Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan adalah ,
1. PC yang telah terinstal CX-On
2. Omron CP1L
3. Catu daya 0-24 VDC
4. Catu daya -15 – +15 VDC
5. Set Point Potensiometer
6. Multimeter
7. DATA Q
8. Jumper dan Kabel

3.4 Prosedur Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Asisten menjelaskan prinsip kerja dari alat yang akan diamati
3. Buatlah rangkaian seperti pada modul
4. Mengerjakan soal pada project
5. Buatlah pembahasan dan kesimpulan
3.5 Project
3.6 Analisa Pembahasan
3.7 Kesimpulan

3.8 Lembar Evaluasi

No Kegiatan Keterangan Nilai TTD/tanggal

1 Pre-Test

Pengambilan
2
Data

3 Asistensi

4 Post-Test
PERCOBAAN 4
TANSFER PROGRAM KE PLC

4.1 Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara transfer program dari
komputer ke PLC.
b. Mahasiswa dapat mengetahui dan merangkai pada trainer PLC.

4.2 Landasan Teori


Jika program (ladder) sudah diyakini benar, langkah berikutnya adalah
melakukan transfer program ke PLC.
Langkah persiapan, pastikan bahwa :
1. Program sudah benar dan disimpan ke komputer
2. Kabel data dari komputer ke PLC sudah terpasang
3. PLC sudah terhubung ke power supply (sudah aktif)
4. CX simulator tidak sedang aktif

Transfer program ke PLC


1. Klik ikon Work Online, atau tekan tombol keyboard Ctrl + W
2. Klik menu PLC
3. Pilih Transfer
4. Pilih To PLC
5. Tunggu beberapa saat, ikuti perintah/pesan yang muncul pada monitor

4.3 Alat dan Bahan


a. Personal Computer
b. Software CX-Programer

4.4 Prosedur Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Asisten menjelaskan prinsip kerja dari alat yang akan diamati
3. Buatlah rangkaian seperti pada modul
4. Mengerjakan soal pada project
5. Buatlah pembahasan dan kesimpulan.
4.5 Project
4.6 Analisa Pembahasan
4.7 Kesimpulan

4.8 Lembar Evaluasi

No Kegiatan Keterangan Nilai TTD/tanggal

1 Pre-Test

Pengambilan
2
Data

3 Asistensi

4 Post-Test
PERCOBAAN 5
Pengenalan Software HMI (Human Machine Interface)

5.1 Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami CX-Designer.
b. Mahasiswa dapat mengoperasikan software CX-Designer untuk pembuatan
HMI.

5.2 Landasan Teori


HMI atau Human Machine Interface merupakan media pertukaran data
atau informasi yang mempresentasikan dalam bentuk grafik atau simbol – simbol
tertentu yang berfungsi untuk mempermudah user pada saat proses pengendalian
atau pengontrolan sebuah plant maupun monitoring, metering kondisi plant secara
real time. HMI dapat berupa monitor LCD, touchscreen panel, dan media visual
lainnya. Pada pembahasan ini akan dipelajari bagaimana cara mendesain sebuah
HMI ke dalam media visual pada Personal Computer.
Tampilan awal pada software CX-Designer sebagai berikut :

Gambar 5.1 Membuat Lembar Kerja Baru


Untuk memulai menggunakan CX-Programmer ini yaitu :
1. Untuk membuat lembar baru menu pilih file -> new atau bisa langsung
pada toolbar klik gambar kertas putih untuk memulai membuat project
baru.
2. Untuk membuka file project yang sudah dibuat sebelumnya yaitu pilih
file -> open atau pada toolbar pilih gambar disamping kertas putih
maka akan muncul tampilan berikut :

Untuk mendesign sebuah HMI disini digunakan software CX-Designer


klik menu file kemudian new project.
Untuk mendesain sebuah HMI disini digunakan software CX – Designer,
sama seperti CX – Programmer.
1. Untuk membuat project baru dapat dilakukan dengan memilih menu file
kemudian new project.
2. Masukkan nama project, no seri HMI yang digunakan dan system version.
System version disini adalah firmware bawaan HMI, pilih system version
9.4. kemudian akan tampil project workspace pada menu sebelah kiri dan
layar warna hitam yang merupakan media untuk meletakkan berbagai
simbol, button maupun grafik. Jumlah screenpage dapat kita tambahkan
sesuai kebutuhan (klik kanan pada screen category kemudian pilih new
screen).
Sebagai contoh kita akan merancang HMI untuk contoh kasus 1 materi
holding circuit.
1. Pilih simbol on/off button dan letakkan dua buah button pada layar hitam
serta simbol bit lamp satu buah.
2. Beri nama masing – masing button dengan cara klik 2x objek yang akan
diberi nama pilih opsi “label” dan beri nama PB 1 dan PB 2 untuk kedua
tombol dan lampu 1 untuk bit lamp. Gambar 7.2 object properties.

Gambar 5.2 Object properties

Desain masing – masing object dapat diubah dengan memilih button type
pada opsi “general”. Setelah memberi nama dan memilih bentuk objek kemudian
tetap pada opsi general masukkan alamat bit pada kolom wirte address dan
sesuaikan alamat tersebut dengan alamat yang ada pada ladder diagram.

Sinkronisasi alamat.
Jika alamat bit pada objek telah disesuaikan dengan alamat bit yang
dipakai pada ladder diagram kemudian kita dapat mensimulasikan desain HMI
bersamaan dengan simulator cx – programmer menggunakan menu “test”.
Save all program kemudian pilih connect to cx simulator dan pilih start button
untuk memulai simulasi.
Gambar 5.3 Sinkronisasi alamat

Gambar 5.4 Tes program


5.3 Alat dan Bahan
a. Personal Komputer
b. Software CX-Designer

5.4 Prosedur Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Asisten menjelaskan prinsip kerja dari alat yang akan diamati
3. Buatlah rangkaian seperti pada modul
4. Mengerjakan soal pada project
5. Buatlah pembahasan dan kesimpulan.

5.5 Project
5.6 Analisa Pembahasan
5.7 Kesimpulan

5.8 Lembar Evaluasi

No Kegiatan Keterangan Nilai TTD/tanggal

1 Pre-Test

Pengambilan
2
Data

3 Asistensi

4 Post-Test
PERCOBAAN 6
Pengenalan Modbus Protokol

6.1 Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengalamatan
modbus protokol menggunakan serial rs 485
b. Mahasiswa dapat menghubungkan hardware schneider power
logic dengan modscand

6.2 Landasan Teori


1. Modbus Protokol
Modbus adalah salah satu protokol untuk komunikasi serial yang di
publikasikan oleh Modicon pada tahun 1979 untuk di gunakan pada PLC Modicon
(PLC pertama di dunia yang di kembangkan oleh Schneider). Secara sederhana,
modbus merupakan metode yang digunakan untuk mengirimkan data/informasi
melalui koneksi serial antar perangkat elektronik. Perangkat yang meminta
informasi disebut Modbus Master dan perangkat penyediaan informasi disebut
Modbus Slave. Pada jaringan Modbus standar, terdapat sebuah master dan slave
sampai dengan 247, masing-masing mempunyai Alamat Slave yang berbeda
mulai dari 1 sampai 247. Master juga dapat menulis informasi kepada Slave.
Modbus merupakan sebuah open protokol, yang berarti bahwa dapat
digunakan dalam peralatan tanpa harus membayar royalti. Modbus telah menjadi
protokol komunikasi standar dalam industri, dan sekarang paling banyak dipakai
untuk menghubungkan perangkat elektronik industri. Modbus digunakan secara
luas oleh banyak produsen di banyak industri.
Protokol ini menjadi standard komunikasi dalam industri dan menjadi yang
paling banyak dipakai untuk komunikasi antar peralatan elektronik pada industri.
Alasan utama mengapa Modbus Protokol banyak digunakan adalah :
1. Di publikasikan secara terbuka tanpa royalty fee untuk penggunaannya.
2. Relatif mudah untuk di aplikasikan pada industrial network.
3. Modbus mempunyai struktur bit tanpa memiliki banyak larangan bagi
vendor lain untuk mengaksesnya.
Modbus memungkinkan adanya komunikasi dua-jalur antar perangkat yang
terhubung ke jaringan yang sama, misalnya suatu sistem yang mengukur suhu,
tekanan, kelembaban dsb, kemudian mengkomunikasikan hasilnya ke komputer
(HMI/Human Machine Interface). Modbus sering digunakan untuk
menghubungkan sopervisory computer dengan remote terminal unit (RTU),
supervisory control dan sistem akuisisi data (SCADA).
Produsen atau suplier besar maupun kecil, system integrator, end-user,
pengembang open source, dosen dan pihak yang berkepentingan lainnya dapat
menjadi anggota Modbus. Beberapa anggota yang menonjol adalah SoftDEL
Systems, Precision Digital Corporation, Motor Protection Electronics, FieldServer
Technologies dan masih banyak lagi.
Berdasarkan media transfernya, Modbus dikategorikan ke dalam Modbus
serial (RS232/485) dan Modbus Ethernet (TCP/IP). Jika dirujuk dari bentuk
datanya, Modbus dibagi ke dalam Modbus RTU (serial) dan Modbus ASCII. Pada
Modbus serial digunakan istilah Master/Slave sedangkan Modbus Ethernet
biasanya memakai terminologi Server/Client.

Gambar 6.1 Arsitektur Modbus


Protokol Modbus memungkinkan komunikasi yang mudah di semua jenis
arsitektur jaringan. Setiap jenis perangkat (PLC, HMI, Kontrol Panel, Driver,
kontrol Motion, I / O Device dll) dapat menggunakan protokol Modbus untuk
operasi remote. Komunikasi yang sama dapat dilakukan juga pada serial line
seperti pada Ethernet TCP / IP. Gateway memungkinkan komunikasi antara
beberapa jenis bus atau jaringan dengan menggunakan protokol Modbus.

2. Prinsip Modbus Protokol (Serial)


Perangkat Modbus berkomunikasi menggunakan teknik master-slave,
dimana hanya satu perangkat (master) yang dapat melakukan transaksi atau
melakukan perintah atau permintaan yang disebut „queries‟. Perangkat lain
(slave) merespon dengan menyediakan data yang diminta untuk master , atau
dengan melakukan aksi sesuai dengan yang diminta dalam query.
Master dapat mengirimkan request ke satu slave secara individu, atau dapat
mengirim pesan broadcast ke semua slave. Slave memberikan respon untuk
pertanyaan yang ditujukan kepada mereka secara individu. Sedangkan query
broadcast dari master tidak akan diberikan respon oleh slave.
Protokol Modbus mempunyai format tertentu untuk setiap query dari master
yang berisi alamat dari perangkat (slave) yang dituju, kode fungsi yang
mendefinisikan aksi yang diminta, data yang akan dikirim, dan pemeriksaan
kesalahan. Pesan respon slave juga mempunyai format tertentu dalam protokol
Modbus. Format ini berisi tentang konfirmasi tindakan yang dilakukan, data yang
akan dikirim, dan bidang pemeriksaan kesalahan.

Proses Query-Response pada protokol modbus mempunyai format seperti


gambar.
Gambar 6.2 Arsitektur Modbus

Format untuk query master, device address merupakan alamat slave yang
akan diambil datanya, Function Code merupakan kode fungsi yang
mendefinisikan aksi yang diminta, dimana beberapa contoh kode fungsi tersebut
adalah sebagai berikut:
01 : read DO (Digital Output)
02 : read DI (Digital Input)
03 : read AO (Analog Output)
04 : read AI (Analog Input)
05 : write single DO (Digital Output
06 : write single AO (Analog Output) 15 : write multiple DO
(Digital Output)

16 : write multiple AO (Analog Output).


Query data merupakan blok data informasi dan Error Check merupakan
pemeriksaan kesalahan (cek data dari kesalahan komunikasi). Respon slave pada
protokol Modbus juga mempunyai format yang sama, hanya pada function code
berisi konfirmasi tindakan yang dilakukan, Respond merupakan data yang akan
dikembalikan, dan error check sebagai bidang pemeriksaan kesalahan.
Sistem komunikasi pada jaringan standar Modbus mempunyai dua mode
transmisi: ASCII (American Standard Code for Informasi Interchange) atau RTU
(Remote Terminal Unit). Pada satu jaringan modbus, mode transmisi untuk semua
perangkat/device yang terhubung harus sama.
Dalam mode ASCII, setiap byte 8bit dalam pesan yang dikirim sebagai dua
karakter ASCII. Dalam modus RTU, setiap byte 8-bit dalam pesan berisi dua buah
4-bit karakter heksadesimal. Modus RTU, dengan kepadatan yang lebih besar
karakter nya, memungkinkan throughput data yang lebih baik dari ASCII untuk
baud rate yang sama.
Algoritma yang digunakan dalam memeriksa kesalahan, tergantung pada
metode transmisi yang digunakan; LRC (Longitudinal Redundancy Check) dalam
mode ASCII; CRC (Redundancy Check Siklis) dalam mode RTU.

3. Format Frame / Bingkai Data Pada Modbus


Pada tiap jenis Modbus menggunakan format frame/bingkai data yang
berbeda. Modbus RTU, digunakan dalam komunikasi serial & menggunakan
representasi nilai data biner yang dipadatkan sebagai protokol komunikasi.
Format RTU mengikuti request perintah / transfer data, dengan CRC checksum
sebagai mekanisme pemeriksaan kesalahan (error-check) untuk memastikan
keandalan data. Modbus RTU adalah implementasi yang paling umum dari semua
versi Modbus yang ada. Sebuah pesan Modbus RTU harus dikirimkan secara
terus menerus tanpa jeda antar-karakter. Setiap pesan Modbus dibingkai atau
dipisahkan oleh periode-periode saat idle (tanpa komunikasi atau Port komunikasi
ditutup atau OFF). Komunikasi via Modbus RTU sering dipakai dalam sistem
monitoring skala kecil dimana sensor- sensor dan komputer HMI letaknya tidak
sangat jauh [7]. Adapun gambaran bentuk format frame pada modbus RTU
tersebut dapat dilihat pada gambar.

Gambar 6.3 format frame data pada modbus RTU


Gambar 6.4 ilustrasi frame data pada modbus RTU
Dalam mode RTU, pesan dimulai dengan interval minimal 3,5 kali
karakter, dan diakhiri dengan interval yang sama minimal 3,5 kali karakter. Hal ini
paling mudah diimplementasikan sebagai beberapa kali karakter pada baud rate
yang sedang digunakan pada jaringan (ditampilkan sebagai T1 - T2 - T3 - T4 pada
gambar di atas). Semua bagian frame lain terdiri dari 8-bit data. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada ilustrasi format frame berikut.

Gambar 6.5 format frame data pada modbus


Modbus ASCII, Protokol Modbus jenis ini digunakan pada komunikasi
serial dan memanfaatkan karakter ASCII dalam berkomunikasi di dalam satu
protokol. Format data ASCII menggunakan sebuah LRC checksum di dalam
memeriksa kesalahan transfer data. Dalam mode ASCII, pesan dimulai dengan
„colon‟ (:) karakter (ASCII 0x3A), dan diakhiri dengan 'carriage return - line feed'
(CRLF) pasangan (ASCII 0x0D dan 0x0A). Karakter yang diijinkan dikirim
adalah heksadesimal 0 - 9, A - F. Komunikasi antar perangkat elektronik dengan
komputer melalui Protokol Modbus ASCII umumnya digunakan dalam jaringan
telepon atau pun Modem GSM apabila tidak tersedia infrastruktur jaringan
yang memadai seperti LAN atau jaringan Fiber-Optic.

Gambar 6.6 ilustrasi frame data pada modbus

 19 Reset Comm. Link



 20 Read General Reference

 21 Write General Reference

 22 Mask Write 4X Register

 23 Read/Write 4X Registers

 24 Read FIFO (First In Fisrt Out) Queue

4. Jenis Fuction Code Pada Modbus
Function Code / tipe data pada Modbus meliputi beberapa jenis berikut ini.
Dan yang paling sering digunakan dalam aplikasi industri ditandai dengan huruf
miring.
 01 Read Coil Status atau Baca Status Coil

 02 Read Input Status atau Baca Status Input

 03 Read Holding Registers atau Baca Register Holding

 04 Read Input Registers atau Baca Register Input

 05 Force Single Coil atau Rubah Status Single Coil (0 atau 1)

 06 Preset Single Register atau Mengisi/Menulis Data pada Single Register

 07 Read Exception Status

 08 Diagnostics

 09 Program 484

 10 Poll 484 o 11 Fetch Communication Event Counter (Ambil Penghitung
Event Komunikasi)

 12 Fetch Communication Event Log (Ambil Event Log Komunikasi)
 13 Program Controller

 14 Poll Controller

 15 Force Multiple Coils atau Merubah Status Banyak Coils

 16 Preset Multiple Registers atau Menulis/Mengisi Data Lebih dari Satu
 Register

  17 Report Slave ID

  Program 884/M84

5. Aplikasi Modbus Protokol
Pada penjelasan berikut dapat diberikan contoh Proses Query-
Response untuk membaca register holding pada protokol modbus.
Contoh:
[MASTER] dimisalkan kita akan me-request ke slave dengan id/address
07, mengambil holding register di slave dengan register 40201 sampai dengan
40204. maka bentuk pesannya dalam Hexadesimal:

[7] [03] [00] [C8] [00][04] [CRC1] [CRC2]

Gambar 6.7 frame data pada query membaca register holding


Seperti halnya pada bentuk frame pada Modbus Protokol, terutama pada
mode RTU, pesan dari master ini dimulai dengan interval minimal 3,5 kali
karakter, dan diakhiri dengan interval yang sama minimal 3,5 kali karakter.
Address diatas merupakan alamat slave yang dituju. Fuction code merupakan
jenis-jenis fungsi yang dapat digunakan/diminta oleh master. Data disini terdiri
dari [reg] dan [lenght] dimana [reg] merupakan register yang ingin diambil
nilainya, frame ini menggunakan 2 byte data (2 x 8bits). Untuk [lenght] sendiri
merupakan jumlah register yang ingin direquest, menggunakan 2 byte frame
Gambar 6.7 frame data pada query membaca register holding
seperti halnya register. [CRC] adalah Cyclic Redundancy Check yaitu
sebuah metode untuk pengecekan error, menggunakan 2 byte frame juga.
Pada contoh diatas, bentuk pesan permintaan untuk mengambil holding
register di slave 07 tersebut yang dituliskan dalam bentuk [07] [03] [00] [C8]
[00][04] [CRC1] [CRC2], dapat dijelaskan sbb:
[7] : karena slave ID nya adalah 7
[3] : karena me-request holding register (sesuai table function code)
[0] [C8] : karena 40201 adalah register pertama maka alamat 40201 - 40001 =
200 = C8 hex)
[0] [04] : karena ada 4 data yang akan di request 40201 – 40204
[CRC1] [CRC2] : Hasil CRC
Kemudian Slave akan memberikan balasan, dimisalkan register 40201
bernilai 7, 40202 bernilai 6, 40203 bernilai 5, dan 40204 bernilai 4. maka bentuk
pesan dari respon slave tersebut adalah:
[7] [03] [08] [00] [07][00] [06][00] [05]
[0] [04] [CRC1] [CRC2]

Gambar 6.8 frame data pada response membaca register holding


Bentuk frame pada rensponse membaca register holding hampir sama
dengan query, pesan dari master ini dimulai dengan interval minimal 3,5 kali
karakter, dan diakhiri dengan interval yang sama minimal 3,5 kali karakter,
namun untuk mempersingkat, tidak digambarkan dalam gambar 8. Address diatas
merupakan alamat slave yang memberi response. Fuction code merupakan jenis-
jenis fungsi yang dapat digunakan/diminta oleh master. 2*panjang data
merupakan banyaknya data yang ditampilkan dikalikan 2, sehingga 2*4 = 8 [08].
[data][data][data][data] merupakan data register dari register pertama sampai
keempat, karena ada 4 register yang dibaca dan masing-masing bernilai 2 byte.
[CRC] adalah Cyclic Redundancy Check yaitu metode untuk pengecekan error,
menggunakan 2 byte frame juga.
Penjelasan:
[7] : Slave ID/address 07
[3] : Function (Read Holding Register)
[8] : 2 x jumlah data (2 x 4)
[0] [07] : nilai data di register pertama yang di request
[0] [06] : nilai data di register kedua yang di request
[0] [05] : nilai data di register ketiga yang di request
[0] [04] : nilai data di register keempat yang di request
[CRC1] [CRC2]: Hasil CRC nya
Contoh berikutnya, dimisalkan master meminta slave dengan ID/ address
07 untuk membaca register input dari alamat 30301 sampai 30303, dengan total 3
register. Maka bentuk pesannya adalah sbb:
[7] [04] [01] [2C] [00][03] [CRC1]
[CRC2]

Gamba 6.9 frame data pada query membaca register input

[7] : karena slave ID/address nya adalah 07 (07 = 07 hex)


[4] : function code (kode fungsi membaca register input)
[1] [2C] : alamat Register input pertama dibaca (alamat 30301 - 30001
= 300 = 12C hex).
[0] [03] : jumlah alamat Register input yang dibaca (alamat 30301
sampai 30303 = 3 = 03 hex)
[CRC1] [CRC2] : Hasil CRC
Slave akan memberikan respon terhadap query dari master tersebut,
dimisalkan register 30301 bernilai 1000 (3E8 hex), 30302 bernilai 275 (1F4
hex), dan 30303 bernilai 10 (0A hex). maka bentuk pesan dari respon slave
tersebut adalah:
[7] [04] [06] [03] [E8][01] [F4][00] [0A]
[CRC1] [CRC2]

Gambar 6.10 frame data pada response membaca register input

Penjelasan:

[7] : Slave ID/address 07


[4] : Function (Read Input Register)
[6] : 2 x jumlah data (2 x 3)
[3] [E8] : nilai data di register pertama yang di request
[1] [F4] : nilai data di register kedua yang di request
[0] [0A] : nilai data di register ketiga yang di request
[CRC1] [CRC2]: Hasil CRC nya
Pada contoh diatas menunjukkan bentuk frame data pada saat master
meminta query dan slave memberikan respone terhadap query tersebut. Namum
bagaimana bentuk sistem komunikasinya pada saat query response tersebut
berlangsung? Gambar di bawah memberikan gambaran bagaimana dua sistem
yang berbeda (Master & Slave) berkomunikasi menggunakan Modbus RTU, misal
pada PLC A dan B dengan brand yang berbeda. Master (sistem utama, PLC A)
melakukan query ke slave (PLC B) untuk mengirimkan data dengan parameter
tertentu (slave ID, function code, data size, address, dll). Setelah query diterima,
PLC slave akan merespon dengan mengirimkan reply berupa data yang diinginkan
oleh Master.
Pada saat awal komunikasi, master mengirimkan query berupa initiate
request yang dilengkapi dengan function code dan data request (dalam bentuk
format data query seperti contoh diatas). Apabila query tersebut telah diterima
oleh slave, format tersebut akan dibaca dan dilaksanakan oleh slave. Apabila telah
selesai dan tidak ada error, slave akan mengirimkan initiate response dilengkapi
dengan function code dan data response (dalam bentuk format data response
seperti contoh diatas). Selanjutnya, master akan menerima response yang
dikirimkan oleh slave tersebut.
Master Slave

Gambar 6.11 Komunikasi query/response pada modbus


6.3 Alat dan Bahan
1. Software modscan32
2. Schneider power logic pm 1200
3. Converter rs 485 to usb

6.4 Prosedur Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Asisten menjelaskan prinsip kerja dari alat yang akan diamati
3. Buatlah rangkaian seperti pada modul
4. Mengerjakan soal pada project
5. Buatlah pembahasan dan kesimpulan

6.5 Project
6.6 Analisa Pembahasan
6.7 Kesimpulan

6.8 Lembar Evaluasi

No Kegiatan Keterangan Nilai TTD/tanggal

1 Pre-Test

Pengambilan
2
Data

3 Asistensi

4 Post-Test
PERCOBAAN 7
PENGALAMATAN MEMORI PADA PEMBUATAN HMI

7.1 Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami CX-Designer.
b. Mahasiswa dapat mengoperasikan software CX-Designer untuk pembuatan
HMI.

7.2 Landasan Teori


1. Move
Move adalah intruksi untuk memindahkan data dari 1 lokasi (sourcing word)
ke lokasi data 2 (Destination). lokasi yang ingin dipindahkan dapat berupa nilai
ataupun memori. dalam tulisan kali ini saya akan memindahkan nilai dari memori
W0 ke W1 menggunakan PLC omron CP1H.
Untuk membuat intruksi MOV ketik I pada cx programmer dan tulis MOV #5
W0 untuk memindahkan nilai 5 hexa ke dalam memori W0, MOV &10 W0 untuk
memindahkan nilai 10 desimal ke alamat W0, dan MOV W0 W1 untuk
memindahkan memori di W0 ke memori W1. ket:

MOV : intruksi move dalam cx designer


# : menandakan nilai dalam bentuk Hexadesimal
& : menandakan nilai dalam bentuk Desimal
Untuk programnya seperti dibawah ini :

Gambar 7.1 MOV nilai 30 hexa ke dalam memori W0


2. Compare
Compare adalah perbandingan antara suatu nilai dengan nilai terentu, alamat
dengan alamat dan nilai dengan alamat. untuk membuat Compare pada CX
programmer tekan dan CMP.
Contohnya adalah jika kita ingin menjalankan salah satu dari tiga buah pompa
dan untuk menjalankannya harus ada parameter dan pembanding yang lebih besar,
lebih kecil, sama dengan. Dalam contoh Compare disini saya menggunakan CJ1M
dan memori yang dijadikan pembanding adalah W0 dan W1.

Gambar 7.2 intruksi Compare


Dilihat dari gambar diatas kita dapat melihat memori W0 di bandingkan
dengan memori W1 untuk menentukan pompa mana yang akan bekerja. jika nilai
di memori W0 lebih kecil dari nilai di memori W1 maka pompa 1 yang akan
jalan. dan bila W0 sama dengan W1 maka pompa 2 yang akan jalan.
Untuk memulai menggunakan CX-Programmer ini yaitu :
1. Untuk membuat lembar baru menu pilih file -> new atau bisa langsung pada
toolbar klik gambar kertas putih untuk memulai membuat project baru.
2. Setelah itu, pilih PLC CP1H pada lembar project yang telah terbuka, maka
akan muncul tampilan sebagai berikut :
3. Setelah mengklik oke, maka akan muncul tampilan baru sebagai berikut :

4. Langkah selanjutnya buat rangkaian seperti pada gambar dibawah dengan


menggunakan push botton & intruksi move.
5. Kemudian jalankan rangkaian tersebut

6. Setelah itu, tekan push button, maka instruksi move akan bekerja, seperti pada
gambar dibawah ini.

Untuk membuat pengalamatan memori digunakan software cx-


programmer, setelah muncul tampilan baru pada cx-programmer, pilih “memory”
kemudian akan tampil project workspace. Kemudian pilih memory “D”, maka
akan muncul gambar seperti dibawah ini.
7. Langkah selanjutnya buatlah rangkaian seperti pada gambar dibawah dengan
menggunakan 1 push botton on dan 1 push botton reset. Pilih intruction
kemudian pilih cmp d.

8. Setelah membuat rangkaian, kemudian tambahkan pemberian kontak logika


yaitu sama dengan, kurang dari dan lebih dari, seperti pada gambar dibawah
ini.
Untuk mendesain sebuah HMI disini digunakan software CX – Designer,
sama seperti CX – Programmer.
1. Untuk membuat project baru dapat dilakukan dengan memilih menu file
kemudian new project.
2. Masukkan nama project, no seri HMI yang digunakan dan system version.
System version disini adalah firmware bawaan HMI, pilih system version
9.4. kemudian akan tampil project workspace pada menu sebelah kiri dan
layar warna hitam yang merupakan media untuk meletakkan berbagai
simbol, button maupun grafik. Jumlah screenpage dapat kita tambahkan
sesuai kebutuhan (klik kanan pada screen category kemudian pilih new
screen), seperti pada gambar dibawah ini.
9. Setelah itu, buat HMI menggunakan cx-designer
10. Pilih simbol on/off button dan letakkan pada layar hitam serta simbol bit
lamp seperti pada gambar dibawah ini .
11. Setelah selesai, maka jalankan HMI tersebut

7.3 Alat dan Bahan


a. Personal Komputer
b. Software CX-Designer

7.4 Prosedur Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Asisten menjelaskan prinsip kerja dari alat yang akan diamati
3. Buatlah rangkaian seperti pada modul
4. Mengerjakan soal pada project
5. Buatlah pembahasan dan kesimpulan.
7.5 Project
7.6 Analisa Pembahasan
7.7 Kesimpulan

7.8 Lembar Evaluasi

No Kegiatan Keterangan Nilai TTD/tanggal

1 Pre-Test

Pengambilan
2
Data

3 Asistensi

4 Post-Test

Anda mungkin juga menyukai