Anda di halaman 1dari 6

ANTARMUKA DAN KARKTERISTIK ADC INTERNAL

1. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk:
a. Praktikan mengenal perangkat pengkonversi analog-digital (A/D) internal pada
Arduino
b. Praktikan mampu membuat program mengakses ADC internal Arduino.
c. Praktikan mampu menentukan karakteristik error ADC PCF8591

2. Dasar Teori

Konversi dari analog ke digital ADC adalah sebuah rangkaian yang mengubah
besaran analog menjadi besaran digital. Biasanya disebut juga dengan A/D. Perubahan ini
diperlukan untuk mengamati kejadian-kejadian diluar Komputer yang biasanya merupakan
sinyal analog. Sebagai contoh dengan menggunakan suatu detektor atau tranducer, sensor-
sensor, maka dapat menghasilkan sinyal-sinyal yang diakibatkan oleh perubahan besaran
fisis menjadi besaran listrik yang kemudian dapat diolah di bagian proses menjadi sinyal
yang lebih bermanfaat. Besaran fisis itu dapat bermacam-macam demikian juga dengan
sensor yang dipakai, misalnya untuk radiasi nuklir dipakai detektor, pada kendali suhu
dipakai thermocouple, thermistor atau sensor yang telah berwujud komponen elektronik
seperti diode LM35, transistor 2N2222, juga pada tekanan, kecepatan dan lain-lain.
Arduino Uno adalah board mikrokontroler berbasis ATmega328. Uno memiliki 14
pin digital input / output (dimana 6 dapat digunakan sebagai output PWM), 6 input analog,
resonator keramik 16 MHz, koneksi USB, jack listrik, header ICSP, dan tombol reset. Uno
dibangun berdasarkan apa yang diperlukan untuk mendukung mikrokontroler, sumber daya
bisa menggunakan power USB (jika terhubung ke komputer dengan kabel USB) dan juga
dengan adaptor atau baterai.
Tapi tidak semua pin Arduino dapat digunakan untuk mengolah signal analog. Pada
board Arduino Uno, terdapat enam pin analog, yakni mulai dari A0 hingga A5. Huruf A pada
awal nama pin Arduino menandakan pin tersebut dapat digunakan untuk mengolah signal
analog. Seberapa tepat nilai signal analog yang dipetakan secara digital, ditentukan oleh
seberapa besar resolusi ADC. Semakin besar resolusi ADC, maka semakin mendekati nilai
analog dari signal tersebut. Untuk resolusi ADC pada board Arduino Uno ialah 10 bit, yang
berarti mampu memetakan hingga 1024 discrete analog level.
Nilai ADC menunjukkan ratio perbandingan dengan tegangan yang terbaca. Berikut
persamaannya ialah nilai ADC terukur ialah nilai ADC maximum dikalikan tegangan terbaca,
kemudian dibagi dengan nilai tegangan sumber. Nilai ADC tergantung dengan tegangan yang
menjadi catu daya sistem mikrokontroler. Untuk board Arduino biasa menggunakan sumber
tegangan 5 volt. Cara mencari nilai ADC, dengan menerapkan persamaan yang ada dan
tegangan terbaca sebesar 2,12 volt pada board Arduino Uno.
 Board Arduino Uno memiliki resolusi 10 bit, dengan nilai terbesar 1023
 Tegangan sumber 5 volt dan tegangan terbaca ialah 2,12 volt
 Nilai ADC terukur ialah nilai ADC maximum dikalikan tegangan terbaca, kemudian
dibagi dengan nilai tegangan sumber
 Sehingga diperoleh nilai ADC sebesar 434 Dengan demikian diperoleh nilai ADC sebesar
434 dari tegangan terukur 2,12 volt.
Untuk setiap unit ADC tersebut memiliki perbandingan tegangan sebesar 4,9 mV.

Pengukuran Karakteristik ADC/DAC

Pengukuran karakteristik ADC/DAC dapat ditentukan dengan fungsi transfer ADC


dan DAC. Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukkan bentuk fungsi transfer ideal. Secara teoritis,
fungsi transfer ideal untuk ADC berbentuk garis lurus. Sedangkan DACmerepresentasikan
sejumlah kode masukan digital diskrit dengan sejumlah nilai keluaran analog diskrit,
sehingga fungsi transfer DAC adalah sederet titik-titik diskrit.

Gambar 1. Fungsi transfer ideal ADC

Gambar 2. Fungsi transfer ideal DAC


Karakteristik Galat ADC-DAC

Galat Offset

Secara grafis, seperti tampak pada Gambar 3 galat offset didefinisikan sebagai selisih
antara titik offset nominal dan titik offset aktual. Pada ADC, titik offset adalah nilai undak-
tengah (midstep) jika keluaran digitalnya nol, sedangkan untuk DAC titik offset adalah nilai
undak saat masukan digitalnya nol. Dengan kata lain, galat offset atau disebut juga galat nol
(zero error) pada DAC adalah tegangan keluaran saat masukan digitalnya nol. Pada ADC,
galat nol adalah nilai tegangan masukan yang diperlukan untuk menghasilkan keluaran digital
nol.

Gambar 3. Galat offset ADC dan DAC

Galat Bati (Gain Error)

Galat bati, ditunjukkan pada Gambar 4, didefinisikan sebagai selisih antara titik bati
(gain point) nominal dan aktual pada fungsi transfer setelah galat offset dikoreksi ke nol.
Untuk ADC, titik bati adalah nilai undak-tengah bila keluaran digital merupakan skala penuh.
Pada DAC, titik bati adalah nilai undak bila masukan digitalnya adalah skala penuh.
Kesalahan ini merepresentasikan perbedaan kemiringan fungsi transfer ideal dengan fungsi
transfer aktual.

Galat non-linieritas diferensial

Galat nonlinieritas diferensial, yang secara grafis ditunjukkan pada Gambar 5, adalah
selisih antara lebar undak (pada ADC) atau tinggi undak (pada DAC) aktual dengan nilai
ideal 1 LSB. Sebagai contoh, DAC dengan undak 1,25 LSB pada perubahan satu kode digital
dikatakan memiliki galat nonlinieritas diferensial ¼ LSB. Dengan demikian, bila lebar undak
atau tinggi undak bernilai tepat 1 LSB maka berarti galat nonlinieritas diferensialnya nol. Jika
nilai nonlinieritas diferensial melampaui 1 LSB, ada kemungkinan konverter menjadi tidak
monotonik. Ini berarti besaran keluaran menjadi semakin mengecil bila besaran masukannya
bertambah. Pada ADC, mungkin saja ada kode yang hilang, yakni satu atau lebih dari 2n
kemungkinan kode biner tidak pernah muncul.

Gambar 4. Galat Bati ADC dan DAC

Gambar 5. Galat Nonlineritas diferensial

Galat non-linieritas integral

Galat nonlinieritas integral, ditunjukkan pada Gambar 6, atau sering disebut galat
linieritas, adalah penyimpangan nilai pada fungsi transfer aktual dari garis lurusnya. Definisi
ini berlaku bagi ADC maupun DAC. Pada ADC penyimpangan ini diukur pada transisi dari
satu undak ke undak berikutnya, sedangkan pada DAC penyimpangan diukur pada setiap
undaknya.
Gambar 6. Galat Non-lineritas Integral

3. Bahan dan Alat praktikum


1. Alat
a. Modul mikrokontroler Arduino UNO R3
b.Komputer
c. Power supply
d.Digital Multimeter
2. Bahan
a. Potensiometer
b.Bread board Jumper Wire male & female

4. Langkah Kerja
Praktikum ini dilaksanakan dengan tata-laksana sebagai berikut:
1. Hubungkan Arduino dengan variabel resistor / potensiometer sesuai rangkaian
pada Gambar 7.

Gambar 7. Rangkaian percobaan


2. Gunakan multimeter digital untuk membaca tegangan masukan analog pada kaki
A0.
3. Buatlah program sketch pada arduino untuk membaca data digital dari pin A0,
serta menampilkan pada penampil komputer (Terminal).
4. Atur tegangan masukan dengan merubah variabel resistor sehingga diperoleh
variasi tegangan masukan untuk mendapatkan data pada kolom berikut. Buka
serial monitor (Tools > Serial Monitor) untuk membaca nilai digital dari konversi
ADC. Catat nilai tegangan input dan nilai digitalnya pada tabel.

V input analog Digital Output V input analog ideal


(volt) (Desimal/Binary/Hexa) (dihitung)
0 0 ...
…. 1 ...
…. … ...
5 1023 ...

5. Isikan tabel berikut kemudian dibahas dan dilampirkan pada laporan


Karakteristik ADC

N Da Vi Va GNLD GNLI
V input V input Galat
Galat non
Digital Output aktual analog analog nonlineritas
No lineritas
(Desimal/Binary/Hexa) aktual ideal integral
diferensial
(volt) (dihitung)
1 0 0 ... ... ...
2 1 …. ... ... ...
3 … …. ... ... ...
... Dst …. ... ... ...
... 1023 5 ... ... ...

_ = ×
1024
=( − )−( − )

=| − |

#define pinADC A0

int ledPin=13;
int inputValue=0;

void setup(){
pinMode(LED_BUILTIN,OUTPUT);
pinMode(pinADC, INPUT);
Serial.begin(9600);
}

void loop(){
//inputValue=analogRead(inputPin);
inputValue=analogRead(pinADC);
Serial.print("nilai ADC: ");
Serial.println(inputValue);
delay(500);
}

Anda mungkin juga menyukai