Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI KAIN PS.

217
MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS (STUDI KASUS: PT.
PRIMISSIMA (PERSERO) YOGYAKARTA)
1Jenni Natasha Rachman, 2Izzanisa’ Aulia, 3Nurcahyati, 4Larry Verdiarmand D

1Author’s Designation,
Islamic University of Indonesia, Jalan Kaliurang KM 14,5 Sleman, Yogyakarta, Central Java,
Indonesia
2Co-Author’s Designation, Islamic University of Indonesia, Jalan Kaliurang KM 14,5 Sleman, Yogyakarta, Central Java,

Indonesia
3Co-Author’s Designation, Islamic University of Indonesia, Jalan Kaliurang KM 14,5 Sleman, Yogyakarta, Central Java,

Indonesia
4Co-Author’s Designation, Islamic University of Indonesia, Jalan Kaliurang KM 14,5 Sleman, Yogyakarta, Central Java,

Indonesia

Email: 1jennirachman@yahoo.co.id, 2Co-Author’s email id, 2Co-Author’s email id, 2Co-Author’s email id.
Contact: 1Author’s contact no., 2Co-Author’s contact no, 2Co-Author’s contact no, 2Co-Author’s contact no.

Abstract:. Pertumbuhan pada industri manufaktur menuntut adanya pengendalian kualitas yang dapat
memenuhi standar sehingga dapat bersaing di pasaran dan mampu memenuhi kebutuhan konsumen. PT.
Primissima sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang manufaktur tekstil
masih belum sepenuhnya dapat memenuhi standar kualitas yang diinginkan. Pada produksi salah satu jenis kain
yaitu PS 217, jumlah cacat masih terbilang tinggi. Dilakukan analisis pengendalian kualitas menggunakan metode
Seven Tools untuk mengetahui jenis cacat dominan yang sering terjadi pada kain PS 217 dan mengidentifikasi
penyebabnya. Penelitian ini menggunakan Histogram untuk mengetahui jumlah cacat yang paling dominan; Peta
Kendali untuk mengetahui jenis cacat yang berada di luar batas kendali; Diagram Pareto untuk mengetahui
sebagian besar jenis cacat; dan Diagram Sebab Akibat untuk mengetahui akar penyebab masalah. Berdasarkan
analisis, didapat bahwa terdapat lima jenis cacat yang paling dominan yaitu pakan rangkap, sisa pakan teranyam,
benang bebas, lusi putus, lusi dobel, dan pakan jarang; dimana terdapat beberapa faktor penyebab risiko yang
sama, seperti kekurangtelitian tenaga kerja, operator yang tidak fokus, bekerja tidak sesuai SOP, pengaturan
mesin tidak presisi, umur mesin yang sudah tua, lingkungan kerja yang bising dan kotor, suhu lingkungan kerja
yang panas, serta kualitas bahan baku yang tidak sesuai.

Index terms:

I. INTRODUCTION melakukan pengendalian kualitas, perusahaan


diharapkan dapat menjaga kualitas produk sesuai
Industri manufaktur merupakan sektor industri yang dengan kebutuhan dan keinginan perusahaan,
menjadi salah satu penopang perekonomian nasional sehingga perusahaan dapat mempertahankan
terbesar bagi Indonesia. Industri manufaktur kepercayaan konsumen.
memegang peranan penting dalam perdagangan PT. Primissima merupakan salah satu Badan
internasional, dimana setiap pemilik usaha dapat Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang
bersaing di pasar global jika mampu mempertahankan manufaktur tekstil. PT. Primissima melakukan
posisi usaha mereka di pasaran. Adanya persaingan pengolahan bahan baku benang cone menjadi kain
bisnis dipengaruhi oleh tingkat produktivitas grey atau blacu melalui proses pertenunan. Produk jadi
perusahaan, tingkat harga produk, dan kualitas produk. pada PT. Primissima melalui proses pengendalian
Agar pengendalian produk yang dihasilkan konsisten kualitas pada departemen Grey Finishing untuk
sesuai kebutuhan pasar, perlu dilakukan pengendalian memastikan produk yang dihasilkan memiliki kualitas
kualitas proses produksi yang dilakukan. yang baik. PT. Primissima memproduksi sebanyak 7
Pengendalian kualitas dilakukan untuk jenis kain, dan terdapat lima jenis kain yang paling
menekan jumlah produk yang mengalami cacat atau sering mengalami cacat produksi yaitu PS 217, PS 219,
kerusakan, menjaga agar produk yang dihasilkan dapat PS 430, PS 421, dan PS 420.
memenuhi standar, baik standar perusahaan maupun
konsumen, sehingga setiap penyimpangan yang terjadi
dapat segera terindentifikasi dan dilakukan tindakan
perbaikan secepatnya sebelum meninggalkan
kerusakan dan kerugian yang lebih besar. Dengan

1
THIS IS A SAMPLE PAPER THAT EVERY AUTHOR NEED TO FOLLOW

d. Mengusahakan agar biaya produksi


dapat menjadi serendah mungkin
Heizer dan Render (2006) mengemukakan
bahwa pengendalian kualitas secara statistik
memiliki tujuh alat statistik utama yang
dapat digunakan untuk mengendalikan
kualitas yaitu Check Sheet, Scatter Diagram,
Diagram Pareto, Histogram, Control Chart,
Flowchart, dan Cause and Effect Diagram.
3. Lembar Periksa (Check Sheet)
Check Sheet merupakan sebuah formulir
Gambar 1. Jumlah Cacat Kain PS 217 yang digunakan untuk mencatat frekuensi
Berdasarkan data terjadinya cacat selama kejadian tertentu selama periode
satu tahun terakhir, dapat dilihat bahwa jumlah cacat pengumpulan data. Alat ini dapat digunakan
pada jenis kain PS 217 masih cukup tinggi. Hal ini untuk hampir semua hal, mulai dari
dapat menjadi permasalahan sekaligus tantangan bagi memeriksa terjadinya jenis cacat tertentu
PT Primissima untuk mampu menghasilkan produk hingga menghitung barang yang diharapkan
yang dapat memenuhi standar kualitas perusahaan (Bauer & Duffy, 2006).
maupun konsumen. Maka, berdasarkan data yang 4. Diagram Pencar (Scatter Diagram)
ada, akan dilakukan analisis terhadap pengendalian Menurut Yamit (2010), Scatter Diagram
kualitas terhadap jenis kain PS 217 menggunakan merupakan alat yang digunakan untuk
salah satu alat pengendalian kualitas, yaitu Seven menjelaskan hubungan dua variabel yang
Tools yang mampu mendefinisikan jumlah kejadian dapat menunjukkan hubungan positif atau
cacat dan penyebabnya. negatif.
Berdasarkan deskripsi permasalahan yang 5. Diagram Pareto
ada di PT. Primissima, maka terdapat masalah Diagram Pareto digunakan untuk
mengenai jenis cacat dominan yang sering terjadi mengklasifikasikan masalah sesuai
pada jenis kain PS 217 yang dihasilkan serta mencari penyebab dan gejala. Menurut Besterfield
faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya (2001), diagram Pareto juga disebut aturan
cacat pada jenis kain PS 217 80/20, digunakan untuk membatasi secara
grafis dan menampilkan signifikansi relatif
II. Kajian Literatur dari perbedaan antara kelompok data yaitu,
1. Kualitas memisahkan beberapa penyebab vital (20%)
Menurut Sunyoto (2012), kualitas yang menyebabkan bagian dominan dari
merupakan suatu ukuran yang digunakan kehilangan kualitas (80 %).
untuk mengetahui apakah nilai guna dari 6. Histogram
suatu barang atau jasa seperti yang Menurut Bauer dan Duffy (2006), histogram
dikehendaki. Dalam kata lain dapat merupakan representasi grafik yang
dikatakan bahwa suatu barang atau jasa digunakan untuk merencanakan frekuensi
dianggap berkualitas apabila berfungsi atau dengan nilai yang berbeda dari variabel yang
memiliki nilai guna seperti yang diinginkan. terjadi.
2. Pengendalian Kualitas 7. Peta Kendali (Control Chart)
Sofjan Assauri (1998) mengartikan Peta kendali atau Control Chart merupakan
pengendalian kualitas sebagai suatu usaha alat yang digunkaan untuk mengawasi
untuk mempertahankan kualitas barang yang aktivitas yang ada agar dapat diterima sebagai
dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi proses terkendali Prihantoro (2012).
produk yang telah ditetapkan berdasarkan 8. Diagram Alir (Flow Chart)
kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Flow Chart merupakan sebuah alat yang
Berikut tujuan pengendalian kualitas menggambarkan secara sederhana sebuah
menurut Sofjan Assauri (1998): proses untuk menyederhanakan sebuah
a. Agar barang hasil produksi dapat proses. Flow Chart digunakan dalam
mencapai standar kualitas yang telah menganalisis, merancang,
ditetapkan mendokumentasikan, atau mengelola suatu
b. Mengusahakan agar biaya inspeksi proses atau program di berbagai bidang
dapat menjadi sekecil mungkin (Mitra, 2001).
c. Mengusahakan agar biaya desain dari 9. Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect
produk dan proses dengan Diagram)
menggunakan mutu produksi tertentu Menurut Dina Rosmalia Listya Utami (2015).
dapat menjadi sekecil mungkin diagram sebab akibat adalah suatu diagram
yang menunjukkan hubungan antara sebab

58
THIS IS A SAMPLE PAPER THAT EVERY AUTHOR NEED TO FOLLOW

akibat pada suatu permasalahan yang Mulai


menunjukkan faktor-faktor penyebab dan
karakteristik akar-akar penyebab dari
masalah yang ditemukan antara lain
Studi Lapangan
Manpower (tenaga kerja), Machines
(mesin-mesin), Methods (metode kerja),
Materials (bahan baku dan bahan penolong),
Motivation (motivasi), Money (keuangan). Identifikasi Masalah

III. Metodologi Penelitian


Merumuskan masalah
1. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui Menetapkan tujuan dan
proses produksi kain PS 217 untuk batasan masalah
memperoleh data pengamatan yang
dilakukan pada Departemen Weaving
Pabrik 1 PT. Primissima (Persero). Studi Literatur:
b. Wawancara  Kualitas
Wawancara dilakukan dengan  Pengendalian Kualitas
mewawancarai pihak yang memahami  Seven Tools
kondisi objek penelitian secara langsung  Check Sheet
untuk mendapatkan data yang  Scatter Diagram
 Diagram Pareto
dibutuhkan, yaitu kepala Departemen
 Histogram
Produksi dan Departemen Grey
 Peta Kendali
Finishing di PT. Primissima (Persero).  Diagram Alir
c. Studi Literatur  Diagram Sebab Akibat
Yaitu dengan melakukan pengumpulan
dan mempelajari dokumen-dokumen
pendukung yang diperoleh secara
Mengumpulkan data
langsung melalui referensi ilmiah atau
jurnal yang berhubungan dengan
penelitian ini.
2. Alur Penelitian Pengolahan Data:
 Histogram
 Peta Kendali
 Diagram Pareto
 Diagram Sebab Akibat

Analisa

Kesimpulan

Selesai
Penelitian dimulai dengan melakukan
studi lapangan di Departemen Weaving
di PT. Primissima (Persero). Setelah
melakukan studi lapangan, peneliti
melakukan identifikasi masalah
berdasarkan fakta yang didapat di
lapangan. Dari pengidentifikasian
masalah, kemudian dirumuskan masalah
berupa jenis cacat dominan kain PS 217
dan penyebabnya. Dari rumusan
masalah, ditetapkan tujuan masalah yaitu
untuk mengetahui cacat dominan kain PS
217 dan penyebabnya serta batasan

59
THIS IS A SAMPLE PAPER THAT EVERY AUTHOR NEED TO FOLLOW

masalah pada kain PS 217 dan jumlah 143916,1 112146,4 80376,6


Sep-18 93540
data yang diambil. Setelah itu peneliti 8 2 6
melakukan studi literatur sebagai basis 143916,1 112146,4 80376,6
Oct-18 81712
dilakukannya penelitian. Kemudian 8 2 6
peneliti melakukan pengambilan data
Dari data tersebut kemudian diinterpretasikan ke
menggunakan berbagai metode seperti dalam grafik berikut ini.
wawancara, observasi, dan data historis.
Data yang didapat kemudian diolah
menggunakan metode Seven Tools
kemudian melakukan analisa. Kemudian
disimpulkan hasil dari analisa yang
memenuhi tujuan.

IV. BASIC STRUCTURE OF REGULAR 16-


BIT CSLA
Dalam proses pengendalian kualitas di PT Primisima
untuk jenis kain PS 217 digunakan data historis jumlah cacat
periode November 2017 – Oktober 2018. Dari data historis
tersebut didapatkan 20 jenis kecacatan pada produk. Data
yang digunakan adalah sebagai berikut
Berdasarkan Peta Kendali C, dapat dilihat bahwa cacat yang
yang terjadi pada produksi kain PS 217 pada bulan Juni 2018
berada di luar batas kendali, dimana jumlah tersebut berapa
di bawah garis kendali bawah. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam 12 bulan atau selama periode November 2017 –
Oktober 2018, produksi kain PS 217 belum terkendali
seluruhnya, yang terjadi pada bulan Juni 2018. Selanjutnya
adalah melakukan analisis lanjutan untuk mengetahui
penyebab terjadinya produksi yang belum terkendali melalui
diagram pareto.

Dari Gambar diatas, terlihat bawah jenis cacat yang


paling banyak terdapat pada kain PS 217 periode November
2017 – Oktober 2018 adalah jenis cacat pakan rangkap
dengan jumlah sebesar 337479 meter. Selanjutnya cacat
terbanyak adalah jenis cacat sisa pakan teranyam dengan
jumlah sebesar 270663 meter. Dari data tersebut kemudian
dilakukan perhitungan batas bawah (LCL) dan batas atas
(UCL) dan control line (CL) untuk memperoleh perhitungan
peta kendali C. Berikut ini merupakan hasil perhitungan peta
kendali.
Period Jumlah
UCL CL LCL
e Cacat
143916,1 112146,4 80376,6
Nov-17 105457
8 2 6
143916,1 112146,4 80376,6 Pada grafik di atas, berdasarkan prinsip 80/20, dapat dilihat
Dec-17 133768
8 2 6 bahwa terdapat 6 jenis cacat yang merupakan merupakan
143916,1 112146,4 80376,6 penyebab masalah terbesar; yaitu pakan rangkap sebanyak
Jan-18 122219
8 2 6 337479 meter dengan persentase sebesar 25,08%; sisa pakan
143916,1 112146,4 80376,6 teranyam sebanyak 270663 meter dengan persentase sebesar
Feb-18 133427
8 2 6 20,11%; benang bebas sebanyak 195603 meter dengan
143916,1 112146,4 80376,6 persentase sebesar 24,53%; lusi putus sebanyak 96372 meter
Mar-18 135716
8 2 6 dengan persentase sebesar 7,16%; lusi dobel sebanyak 84967
143916,1 112146,4 80376,6 meter dengan persentase sebesar 6,31%; dan pakan jarang
Apr-18 135497
8 2 6 sebanyak 70027 meter dengann persentase sebesar 5,2%.
May- 143916,1 112146,4 80376,6
141539
18 8 2 6 Permasalahan ini tentunya harus diselesaikan
143916,1 112146,4 80376,6 untuk meminimalisir total kerugian perusahaan, sehingga
Jun-18 71531
8 2 6 perlu dilakukan identifikasi sebab dan akibat untuk
143916,1 112146,4 80376,6 mendapatkan solusi terbaik. Identifikasi sebab akibat
Jul-18 95367
8 2 6 difokuskan pada enam jenis cacat tersebut menggunakan
143916,1 112146,4 80376,6 diagram fishbone.
Aug-18 95984
8 2 6

60
THIS IS A SAMPLE PAPER THAT EVERY AUTHOR NEED TO FOLLOW

Kualitas benang Suhu ruangan


kurang baik terlalu panas

Benang cones Mesin sering


rangkap mati

Gulungan palet Lingkungan kerja


benang rangkap yang bising

Pakan Rangkap
Pengaturan mesin
tidak presisi

Operator tidak fokus

Kurangnya ketelitian
Bekerja tidak
sesuai SOP Terjadi miskomunikasi

Salah satu faktor yang mempengaruhi


terjadinya cacat ini adalah faktor lingkungan.
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi kinerja
operator yang bekerja, dimana pada faktor ini
mengakibatkan suhu ruangan sangat tinggi
hingga ruangan menjadi terlalu panas dan
ruangan terlalu bising yang disebabkan karena Figure 3: Regular CSLA circuit
terlalu banyak mesin yang beroperasi. Faktor
kedua adalah faktor mesin. Salah satu penyebab The structure of the 16-b regular SQRT CS
terjadinya cacat adalah mesin sering mati. conventional carry select adder performs better in
Mesin sering mati dapat disebabkan oleh umur terms of speed. The delay of our proposed design
mesin yang sudah tua. Kebanyakan mesin increases lightly because of logic circuit sharing
sacrifices the length of parallel path.
Shuttle Loom II yang digunakan pada
However, the proposed area-efficient carry
penenunan merupakan mesin lama yang sudah select adder retains partial parallel computation
cukup tua sehingga peluang terjadinya cacat architecture as the conventional carry select adder
karena mesin sering mati lebih besar. Faktor {c6, sum [6:4]} = c3 [t=10] +mux (5)
ketiga adalah faktor material. Penyebab {c10, sum [10:7]} = c6 [t=13] +mux (6)
kecacatan dari segi material yaitu kualitas {Cout, sum [15:11]}=c10 [t=16] +mux. (7)
benang yang kurang baik. Faktor keempat
adalah faktor metode. Pada pembuatan kain PS. 3) The one set of 2-b RCA in group2 has 2
217, beberapa kali didapati bahwa pengaturan FA for Cin=1 and the other set has 1 FA and 1 HA for
mesin tidak presisi sehingga menyebabkan cacat Cin=0. Based on the area count of Table I, the total
pakan rangkap pada kain. Selain itu, masih ada number of gate counts in group2 is determined as
beberapa karyawan yang tidak mengikuti SOP. follows:
Hal ini disebabkan oleh beberapa karyawan
masih kurang memahami pentingnya SOP. Gate Count = 57 (FA+HA+MUX) (8)
Faktor kelima adalah faktor manusia atau FA=39(3*13) (9)
tenaga kerja. salah satu penyebab terjadinya HA=6(1*6) (10)
cacat pakan rangkap yaitu karena operator MUX=12(3*4) (11)
kurang fokus saat bekerja yang dapat
disebabkan oleh kelelahan dan kurang
4) Similarly, the estimated maximum delay
ketelitian. and area of the other groups in the regular SQRT
Umur mesin Suhu ruangan
Kualitas benang sudah tua terlalu panas
tidak sesuai
Gulungan palet standar
Mesin kotor
benang kurang
Lingkungan kerja
sempurna
Kesalahan Terlambat yang bising
pengujian melaksanakan
Sirkulasi ruangan
bahan baku maintenance
kurang baik
Sisa Pakan Tak Teranyam

Operator tidak fokus


Bekerja tidak
sesuai SOP Kurangnya ketelitian
Kemampuan operator
kurang memadai

Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya cacat


ini adalah faktor lingkungan. Pada faktor lingkungan
sama seperti sebelumnya yaitu berkaitan dengan suhu

61
THIS IS A SAMPLE PAPER THAT EVERY AUTHOR NEED TO FOLLOW

ruangan yang tinggi dan kebisingan yang disebabkan Pada faktor lingkungan sangat mempengaruhi kinerja
oleh mesin shuttel loom. Faktor kedua adalah faktor operator yang bekerja, dimana pada faktor ini sering
mesin. Salah satu penyebab terjadinya cacat adalah terjadi penumpukan kotoran benang akibat tidak
umur mesin yang sudah tua dan kebersihan mesin. dibersihkan secara rutin yang menyebabkan
Selain itu, salah satu penyebab kecacatan akibat faktor lingkungan kerja menjadi tidak bersih terutama pada
mesin adalah terlambat melakukan perawatan atau proses warping. Faktor kedua adalah faktor mesin.
maintenance yang dapate mempengaruhi kinerja Salah satu penyebab terjadinya cacat adalah umur
mesin dan berakibat pada kualitas kain yang mesin yang sudah tua dan pengaturan kecepatan mesin
dihasilkan. Faktor ketiga adalah faktor material. warping sering tidak sesuai, dimana dengan kecepatan
Faktor ini berkaitan dengan kualitas material yang yang melampaui batas dapat menyebabkan banyaknya
tidak sesuai standar. Kemudian, gulungan palet jumlah lusi yang putus. Faktor ketiga adalah faktor
benang pakan yang tidak sempurna, dimana ekor material yang disebabkan kualitas tidak memenuhi
benang terlalu panjang, menyebabkan benang putus syarat dan kerusakan benang dalam cones, yang
dan terjadi sisa pakan yang tidak teranyam. Selain itu, disebabkan oleh adanya kerusakan pada spinning.
proses persiapan juga berpengaruh penting, dimana Faktor keempat adalah faktor metode. Faktor ini
pada proses persiapan dilakukan uji bahan baku, dikarenakan Pengaturan sizing pada benang seringkali
sehingga jika terjadi kesalahan, dapat mempengaruhi tidak sesuai, dimana hal ini dapat menyebabkan proses
benang lusi. Faktor keempat adalah faktor metode terganggu. Faktor kelima adalah faktor manusia atau
dimana faktor ini berkaitan dengan pengaturan mesin tenaga kerja. Kemudian cacat ini terjadi karena faktor
tidak presisi dan karyawan yang tidak mengikuti SOP. manusia yang kelelahan dan kurang teliti saat
Faktor kelima adalah faktor manusia yang disebabkan memeriksa kain yang diproses. Kurangnya
oleh kelalaian operator saat proses produksi, pengawasan dari atasan juga berpotensi terjadinya
kelelahan, dan kurang teliti saat produksi maupun kelalaian operator.
pengecekan.

Kinerja mesin
Kualitas bahan menurun
baku kurang baik Lingkungan kerja
kurang bersih
Mesin mengalami
Lingkungan kerja breakdown
kotor
Lusi Dobel

Benang bebas
Pengaturan sizing Operator tidak fokus
tidak presisi

Kurangnya ketelitian
Pengaturan mesin
Kurang teliti
tidak presisi

Faktor yang menyebabkan cacat ini adalah faktor


lingkungan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya cacat Kemudian faktor mesin yang meliputi umur mesin
ini adalah faktor lingkungan. Faktor ini berupa banyak sudah tua. Faktor selanjutnya adalah faktor material,
debu berupa kapas maupun benang bekas di bagian metode, dan manusia juga sama seperti yang telah
lantai maupun mesin, yang kemudian menempel pada dijelaskan pada cacat lusi putus.
kain. Faktor mesin juga menjadi salah satu penyebab
terjadinya cacat adalah mesin Shuttle Loom yang kotor
Lingkungan kerja
dan banyak sisa benang tidak dibersihkan, kemudian panas
Kinerja mesin
menempel pada kain yang dihasilkan, dan yang menurun
Lingkungan kerja
bising
terakhir adalah ketidaktelitian operator dalam Terjadi Lingkungan kerja
breakdown kotor
memperhatikan kebersihan mesin dapat menganggu mesin

jalannya proses dan menjadi dalah satu penyebab Pakan jarang

kotornya mesin.
Kualitas bahan
baku tidak sesuai Operator tidak fokus
standar
Kurangnya ketelitian

Kualitas bahan Pengawasan kurang


baku kurang baik Kinerja mesin
menurun
Lingkungan kerja
kurang bersih
Kerusakan benang
cones
Kecepatan tidak
sesuai
Faktor pada cacat pakan jarang berupa faktor
lingkungan, mesin, material, dan manusia dimana
Lusi Putus
penyebabnya sama seperti cacat-cacat sebelumnya.
Pengaturan sizing Operator tidak fokus
kurang tepat Berdasarkan pembahasan keenam cacat tersebut
Kurangnya ketelitian

Pengawasan kurang
disebabkan oleh faktor penyebab yang sama, seperti
pada kekurangtelitian tenaga kerja, operator yang tidak
fokus, bekerja tidak sesuai SOP, pengaturan mesin

62
THIS IS A SAMPLE PAPER THAT EVERY AUTHOR NEED TO FOLLOW

tidak presisi, umur mesin yang sudah tua, lingkungan


kerja yang bising dan kotor, suhu lingkungan kerja
yang panas, serta kualitas bahan baku yang tidak
sesuai sehingga perbaikan yang perlu dilakukan
adalah:
1. perusahaan dapat mengadakan beberapa
pelatihan untuk meningkatkan skill karyawan
sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan dan
mengurangi tingkat kesalahan yang dapat merugikan
perusahaan.
2. Diperlukan adanya pengadaan terhadap
mesin baru dikarenakan kebanyakan mesin sudah tua
sehingga dapat mengurangi peluang terjadinya cacat
produk. Selain itu, perlu dilakukan perawatan secara
berkala untuk menghindari kerusakan mesin yang
dapat mengurangi kualitas kain yang diproduksi.
3. Perusahaan dapat mengimplementasikan 5R
pada lingkungan kerja sehingga tidak mengganggu
proses produksi yang tengah berjalan.
4. Perusahaan perlu memberikan pelatihan
mengenai pentingnya SOP kepada karyawan sehingga
karyawan dapat memahami kepentingan SOP serta
melaksanakan SOP secara baik. Selain itu diperlukan
adanya pengawasan yang lebih ketat terhadap
pelaksanaan SOP

V. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat


lima jenis cacat yang paling dominan pada kain PS 217
yaitu pakan rangkap sebesar 25,08%; sisa pakan
teranyam sebesar 20,11%; benang bebas sebesar
14,53%; lusi putus sebesar 7,16%; lusi dobel sebesar
6,31%; dan pakan jarang sebesar 5,20%. Jenis cacat
dominan memiliki beberapa faktor penyebab yang
sama, seperti pada kekurangtelitian tenaga kerja,
operator yang tidak fokus, bekerja tidak sesuai SOP,
pengaturan mesin tidak presisi, umur mesin yang
sudah tua, lingkungan kerja yang bising dan kotor,
suhu lingkungan kerja yang panas, serta kualitas bahan
baku yang tidak sesuai..

VI. Saran

Saran untuk penelitian selajutnya adalah peneliti dapat


melakukan analisis lebih lanjut berkaitan dengan tingkat
kecacatan pada PT Primisima. Penelitian dapat dilakukan
dengan metode Lean Six Sigma dengan pendekatan DMAIC
dimana metode ini dapat mengetahui tingkat kecacatan serta
dapat meningkatkan performansi perusahaan. dan sebagai
peneliti dapat melakukan perbandingan hasil terhadap
penelitian yang telah dilakukan.

REFERENCES



63

Anda mungkin juga menyukai