Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia saat ini masih memprihatinkan karena Angka Kematian Ibu
masih berada pada angka 359/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015
(WHO), hal ini menunjukkan kenaikan yang signifikan. Angka Kematian Bayi
25/1000 kelahiran hidup (SDKI 2010).
Faktor penting yang berhubungan dengan keadaan tersebut adalah
sumber daya manusia, baik ibu hamil/bersalin,dan keluarga maupun sumber
daya manusia yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan dan berkaitan
dengan penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi adalah bidan,
dan pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan penurunan angka kematian
adalah pelayanan kebidanan. Manajemen pendidikan kebidanan meliputi
pengaturan pembelajaran teori, praktik di laboratorium kelas, dan pembelajaran
praktik klinik di lahan praktik. Pengaturan pembelajaran terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, dan evaluasi serta
tindak lanjut. Perencanaan pembelajaran praktik klinik kebidanan mangacu pada
struktur program kurikulum untuk menentukan tujuan dan lamanya praktik,
pengorganisasian adalah menentukan kelompok dan tempat praktik, pengarahan
dilakukan sebelum dan selama praktik, pengendalian dilakukan selama proses
praktik berlangsung, evaluasi selalu dilakukan setiap tahapan proses dan tindak
lanjut adalah untuk menentukan apakah praktik harus diulang atau dianggap
sudah mencapai tujuan. (Musphayanti, 2016).
Banyaknya jumlah pendidikan kebidanan belum diimbangi dengan
jumlah pembimbing praktik yang sesuai standar kualifikasi pendidikannya, dan
memiliki kompetensi dalam memberikan pembelajaran dan membimbing
keterampilan mahasiswa sebagai calon bidan, diperlukan manajemen
pembelajaran klinik. (Musphayanti, 2016).

B. Rumusan masalah
a. Apa itu metode pembelajaran klinik mini clinical examination ?
b. Apa itu metode pembelajaran klinik clinical tour ?
c. Apa itu metode pembelajaran klinik case study ?
d. metode pembelajaran klinik pre dan post conference.

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa memahami tentang metode pembelajaran klinik kebidanan
2. Tujuan khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui metode pembelajaran klinik mini clinical
examination.
b. Agar mahasiswa mengetahui metode pembelajaran klinik clinical tour.
c. Agar mahasiswa mengetahui metode pembelajaran klinik case study.
d. Agar mahasiswa mengetahui metode pembelajaran klinik pre dan post
conference.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep pembelajaran klinik


1. Definisi pembelajaran klinik
Metode pembelajaran klinik adalah suatu metode yang sesuai dengan
kerangka konsep pembelajaran, digunakan untuk mendidik peserta didik di
klinik yang memungkinkan pendidik untuk dapat diterapkan kepada peserta
didik sesuai dengan kualifikasi dan karakteristiknya (Nursalam & Ferry,
2008).
Menurut Schweek and Gebbie praktik klinik merupakan “the heart of the
total curriculum plan”. Pendapat ini menunjukkan bahwa unsur utama dalam
pendidikan keperawatan adalah bagaimana proses pembelajaran di klinik itu
dilakukan. Proses pembelajaran dipengaruhi oleh peserta didik dan pendidik
(Nurhidayah, 2011).

B. Metode Pembelajaran klinik


1. Metode Mini Clinical Examination
a. Definisi
2. Metode Clinical tour/field trip
a. Definisi
Merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang
menginginkan peserta didik menstransfer dan mengaplikasikan
pengetahuan teoritis dalam keperawatan langsung (nursalam :2001).
Menurut Djamarah (2002:105), pada saat belajar mengajar
peserta didik perlu diajak ke luar kampus, untuk meninjau tempat
tertentu atau obyek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi
untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat
kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya wisata, yang
merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak peserta
didik ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar kampus untuk
mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian.
Banyak istilah yang dipergunakan pada metode karya wisata ini, seperti
widya wisata, study tour, dan sebagainya. Karya wisata ada yang dalam
waktu singkat, dan ada pula yang dalam waktu beberapa hari atau waktu
panjang.

b. Keuntungan
Metode karya wisata atau field trip mempunyai beberapa kelebihan
antara lain (Syaiful Bahri Djamarah, 2006: 94) :
a. Field trip memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan
lingkungan nyata dalam pengajaran.
b. Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relavan dengan
kenyataan dan kebutuhan masyarakat.
c. Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas peserta
didik.
d. Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.
Menurut Syaiful Sagala (2006: 215) mengemukakan bahwa
kelebihan metode field trip adalah :
a. Peserta didik dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang beraneka
ragam dari dekat.
b. Peserta didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan
mencoba turut serta di dalam suatu kegiatan.
c. Peserta didik dapa tmenjawab masalah-masalah atau pernyataan
pernyataan dengan melihat, mendengar, mencoba, dan membuktikan
secara langsung.
d. Peserta didik dapat memperoleh informasi dengan jalan mengadakan
wawancara atau mendengar ceramah yang diberikan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
e. Peserta didik dapat mempelajari sesuatu secara intensif dan
komprehensif.

Suhardjono (2004:85) mengungkapkan bahwa metode karya wisata


(field-trip) memiliki keuntungan:
a. Memberikan informasi teknis, kepada peserta didik secara langsung.
b. Memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan praktik dalam
kenyataan atau pelaksanaan yang sebenarnya.
c. Memberikan kesempatan untuk lebih menghayati apa yang dipelajari
sehingga lebih berhasil.
d. Membei kesempatan kepada peserta untuk melihat dimana peserta
ditunjukkan kepada perkembangan teknologi mutakhir.

c. Kelemahan
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2006: 94) mengemukakan
bahwa metode field trip mempunyai kekurangan, yaitu :
a. Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang dipergunakan sulit untuk
disediakan oleh peserta didik atau instansi pendidikan.
b. Sangat memerlukan persiapan atau perencanaan yang matang.
c. Memerlukan koordinasi dengan para pengajar agar tidak terjadi
tumpang tindih waktu selama kegiatan karyawisata.
d. Dalam field trip sering unsur rekreasi lebih prioritas, sedang unsur
studinya menjadi terabaikan.
e. Sulit mengatur peserta didik yang banyak dalam perjalanan dan sulit
mengarahkan mereka pada kegiatan yang menjadi permasalahan.

Sedangkan menurut Syaiful Sagala (2006: 215) mengemukakan


bahwa metode field trip mempunyai kekurangan, yaitu :
a. Memerlukan persiapan oleh banyak pihak.
b. Jika karya wisata sering dilakukan akan menganggu kelancaran
pelaksanaan pembelajaran, apalagi jika tempat-tempat yang
dikunjungi jauh dari instansi pendidikan.
c. Kadang-kadang terjadi kesulitan dalam pengangkutan.
d. Jika tempat yang dikunjungi itu sukar untuk diamati, akibatnya
peserta didik menjadi bingung dan tidak akan mencapai tujuan yang
diharapkan.
e. Memerlukan pengawasan yang tepat.
f. Memerlukan biaya yang relatif tinggi.

d. Hambatan
Menurut Suhardjono (2004:85) hambatan dalam metode field trip
adalah sebagai berikut:
a. Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan
b. Kadang-kadang sulit untuk mendapat ijin dari pimpinan kerja atau
kantor yang akan dikunjungi
c. Biaya transportasi dana komodasi mahal.

e. Peran pembimbing
a. Merumuskan tujuan pembelajaran klinik
b. Membantu dan membimbing peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran
c. Memberikan saran untuk penyelesaian masalah
d. Menindak lanjuti hasil diskusi dan mengevaluasi keberhasilan
belajar peserta didik secara terus-menerus berdasarkan tujuan

f. Pelaksanaan
Untuk mewujudkan pembelajaran dengan menerapkan metode
field trip ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh pembimbing.
Menurut Sanders (2008: 2-13), ada 5 langkah untuk mewujudkan field
trip yang menakjubkan (the best field trip ever). Kelima langkah
menurut Sanders tersebut antara lain:
1) Determine goals and objectives(menentukan tujuan dan sasaran
utama).
2) Explore all options (menjelajah semua pilihan).
3) Create your itinenary (membuat rencana perjalanan).
4) Check your checklist (memeriksa daftar cek).
5) Follow-up in the classroom(tindak lanjut).
Langkah pertama dalam menerapkan metode field tripmenurut
Sanders yaitu determine goals and objectives (menentukan tujuan dan
sasaran utama). Menentukan tujuan dan sasaran maksudnya yaitu
pembimbing perlu menentukan tujuan yang diharapkan dari field trip
dan lokasi yang akan dituju. Setelah menentukan tujuan dan lokasi field
trip dapat menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada
saat pelaksanaan(explore all options).
Kemudian pembimbing menentukan tujuan dan kegiatan-kegiatan
yang akan dilaksanakanselanjutnya perlu membuat rencana perjalanan
field trip(create you itenenary). Rencana perjalanan berguna sebagai
pemandu urutan dan waktu kegiatan yang harus dilaksanakan. Rencana
perjalanan berisi rincian waktu kegiatan, tugas-tugas yang harus
dikerjakan peserta didik, dan peraturan yang harus dipatuhi peserta
didik. Setelah membuat rencana perjalanan, selanjutnya pembimbing
mempersiapkan peserta didikuntuk melaksanakan field trip dengan
membagi peserta didik dalam kelompok. Tujuan dibentuknya kelompok
peserta didik yaitu supaya peserta didik belajar berinteraksi dengan
temannya untuk berdiskusi.
Setelah persiapan selesai, pembimbing dan peserta didik selanjutnya
melaksanakan field trip dengan mengunjungi lokasi yang sudah
ditentukan. Pada saat pelaksanaan pembimbing perlu mengawasi
aktivitas-aktivitas peserta didik (check your checklist). Hal ini dilakukan
untuk memastikan bahwa peserta didik melaksanakan field trip sesuai
dengan rencana yang telah dibuat. Setelah kegiatan di lokasi field trip
telah berakhir, pembimbing selanjutnya mengajak peserta didik kembali
ke kelas untuk memberikan tindak lanjut (Follow-up in the classroom).
Tindak lanjut dapat meliputi: pengoreksian tugas yang telah dikerjakan
peserta didik, pembahasan hasil diskusi peserta didik, ataupun
pemberian tugas lain yang berhubungan dengan pelaksanaan field trip.

3. Metode Case Study


a. Definisi
Secara umum, pengertian-pengertian tersebut mengarah pada
pernyataan bahwa, sesuai dengan namanya, penelitian studi kasus adalah
penelitian yang menempatkan sesuatu atau obyek yang diteliti sebagai
‘kasus’. Tetapi, pandangan tentang batasan obyek yang dapat disebut
sebagai ‘kasus’ itu sendiri masih terus diperdebatkan hingga sekarang.
Perdebatan ini menyebabkan perbedaan pengertian di antara para ahli
tersebut.
Perdebatan tersebut mengarah pada munculnya 2 (dua)
kelompok. Kelompok pertama berpendapat bahwa penelitian studi kasus
adalah penelitian terhadap suatu obyek penelitian yang disebut sebagai
‘kasus’. Kelompok ini menekankan bahwa penelitian studi kasus
merupakan penelitian yang dilakukan terhadap obyek atau sesuatu yang
harus diteliti secara menyeluruh, utuh dan mendalam. Dengan kata lain,
kasus yang diteliti harus dipandang sebagai obyek yang berbeda dengan
obyek penelitian pada umumnya. Sedangkan yang kedua memandang
bahwa penelitian studi kasus adalah sebuah metoda penelitian yang
dibutuhkan untuk meneliti atau mengungkapkan secara utuh dan
menyeluruh terhadap ‘kasus’. Meskipun tampaknya hampir sama
dengan kelompok yang pertama, kelompok ini berangkat dari adanya
kebutuhan metoda untuk meneliti secara khusus tentang obyek atau
‘kasus’ yang menarik perhatian untuk diteliti.
Pengertian dari kelompok yang pertama ini berasal dari
pengertian yang dikembangkan oleh Creswell (1998) yang menyatakan
bahwa penelitian studi kasus adalah penelitian yang dilakukan terhadap
suatu ‘obyek’, yang disebut sebagai ‘kasus’, yang dilakukan secara
seutuhnya, menyeluruh dan mendalam dengan menggunakan berbagai
macam sumber data. Penelitian studi kasus bukanlah sebuah pilihan
metodologis, tetapi sebuah pilihan untuk mencari kasus yang perlu
diteiiti. Dengan kata lain, keberadaan suatu kasus merupakan penyebab
diperlukannya penelitian studi kasus. Perhatikan pernyataan-pernyataan
berikut ini:
A case study is an exploration of a ‘bounded system’ or a case (or
multiple cases) over time through detailed, in-depth data collection
involving multiple sources of information rich in context (Creswell,
1998, 61).
Case study research is a qualitative research approach in which
the investigator explore a bounded system (a case) or multiple
bonuded systems (cases) over time through detailed, indepth data
collection involving multiple source information (e.g.,
observations, interviews, audiovisual material, and documents and
reports), and reports a case description and case-based themes
(Creswell, 2007, 73).
Menurut kelompok pengertian ini, pada penelitian kualitatif,
terdapat obyek penelitian yang harus dipandang secara khusus, agar
hasil penelitiannya mampu menggali substansi terperinci dan
menyeluruh dibalik fakta. Obyek penelitian yang demikian, yang disebut
sebagai ‘kasus’, harus dipandang sebagai satu kesatuan sistem dibatasi
(bounded system) yang terikat pada tempat dan kurun waktu tertentu.
Sebagai sistem tertutup, kasus terbentuk dari banyak bagian, komponen,
atau unit yang saling berkaitan dan membentuk suatu fungsi tertentu
(Stake, 2005). Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metoda yang tepat
untuk untuk dapat mengungkapkan mengapa dan bagaimana bagian,
komponen, atau unit tersebut saling berkaitan untuk membentuk fungsi.
Metoda tersebut harus mampu menggali fakta dari berbagai sumber data,
menganalisis dan menginterpretasikannya untuk mengangkat substansi
mendasar yang terdapat dibalik kasus yang diteliti. Metoda penelitian
tersebut adalah metoda penelitian studi kasus.
Oleh karena itu, tidak semua obyek dapat diteliti dengan
menggunakan penelitian studi kasus (Creswell, 1998). Menurut Creswell
(1998), suatu obyek dapat diangkat sebagai kasus apabila obyek tersebut
dapat dipandang sebagai suatu sistem yang dibatasi yang terikat dengan
waktu dan tempat kejadian obyek. Mengacu pada kriteria tersebut,
beberapa obyek yang dapat diangkat sebagai kasus dalam penelitian
studi kasus adalah kejadian atau peristiwa (event), situasi, proses,
program, dan kegiatan (Creswell, 1998), seperti yang dijelaskan oleh
Creswell berikut ini:
A case study is a problem to be studied, which will reveal an in-
depth understanding of a “case” or bounded system, which
involves understanding an event, activity, process, or one or more
individuals.
Creswell (1998) menjelaskan bahwa suatu penelitian dapat
disebut sebagai penelitian studi kasus apabila proses penelitiannya
dilakukan secara mendalam dan menyeluruh terhadap kasus yang
diteliti, serta mengikuti struktur studi kasus yaitu: permasalahan,
konteks, isu, dan pelajaran yang dapat diambil.
Sementara itu, kelompok pengertian yang kedua berkembang
berdasarkan pendapat Yin (2003), yang secara khusus memandang dan
menempatkan penelitian studi kasus sebagai sebuah metoda penelitian.
Creswell menyebut metoda penelitian studi kasus sebagai salah satu
strategi penelitian kualitatif (Creswell, 1998). Kebutuhan terhadap
metoda penelitian studi kasus dikarenakan adanya keinginan dan tujuan
peneliti untuk mengungkapkan secara terperinci dan menyeluruh
terhadap obyek yang diteliti. Pada pengertian yang dikemukakanya, Yin
(2003) tidak secara eksplisit menyebut obyek penelitian studi kasus
sebagai kasus, tetapi ia menyebut ciri-ciri dari obyek tersebut, yang
menggambarkan ciri-ciri suatu kasus. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
kutipan berikut ini:
The case study research method as an empirical inquiry that
investigates a contemporary phenomenon within its real-life
context; when the boundaries between phenomenon and context
are not clearly evident; and in which multiple sources of evidence
are used (Yin, 1984).

b. Kelebihan Case Study

Penelitian kasus sangat berguna untuk berguna untuk informasi


latar belakang guna merencanakan yang lebih besar dalam ilmu-ilmu
sosial. Ia lebih intensif menerangi variabel-variabel yang penting,
proses-proses dan interaksi-interaksi yang memerlukan perhatian yang
lebih luas. Penelitian ini merupakan perintis bagi penelitian lanjutan,
juga merupakan sumber hipotesis.
Penelitian kasus memberikan contoh yang berguna berdasarkan
data yang diperoleh untuk memeberi gambaran mengenai penemuan-
penemuan yang disimpulkan dengan statistik.
Banyak segi positif dari Penelitian Studi Kasus, kesitimewaan
studi kasus adalah:
(1) Studi kasus mampu mengungkap hal-hal yang spesifik, unik dan
hal-hal yang amat mendetail yang tidak dapat diungkap oleh studi
yang lain. Studi kasus mampu mengungkap makna di balik
fenomena dalam kondisi apa adanya atau natural.studi kasus
menyajikan uraian menyeluruh tentang suatu fenomena yang terjadi
sehari-hari;
(2) studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan
antara peneliti dan responden; sehingga dapat memberikan
pengetahuan proporsional dan ekseperimental
(3) Detail, sehingga bermanfaat untuk memecahkan masalah-masalah
spesifik. Studi kasus memberikan ”uraian tebal‟ yang diperlukan
bagi penilaian atas transferibilitas;
(4) studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan
bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut;
(5) pendekatan terpenting dalam studi kasus adalah dengan pendekatan
kualitatif. Meskipun peneliti juga menggunakan data dan analisis
statistik, namun data analisis statistik tersebut hanya sebagai
pelengkap.

c. Kekurangan Study Case

Dari kacamata penelitian kuantitatif, studi kasus dipersoalkan


dari segi validitas, reliabilitas dan generalisasi. Namun studi kasus yang
sifatnya unik dan kualitatif tidak dapat diukur dengan parameter yang
digunakan dalam penelitian kuantitatif, yang bertujuan untuk mencari
generalisasi.

d. Langkah – langkah Study case


1. Pemilihan kasus:
Dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan
(purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh
peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program,
proses, dan masvarakat atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas
objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan
dengan batas waktu dan sumber-sumber yang tersedia;
Ciri-ciri Studi Kasus yang baik
 Menyangkut sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan
kepentingan umum atau bahkan dengan kepentingan nasional.
 Batas-batasnya dapat ditentukan dengan jelas, kelengkapan ini
juga ditunjukkan oleh kedalaman dan keluasan data yang digali
peneliti, dan kasusnya mampu diselesaikan oleh penelitinya
dengan balk dan tepat meskipun dihadang oleh berbagai
keterbatasan.
 Mampu mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan sudut
pandang yang berbeda-beda.
 studi kasus mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling penting
saja, baik yang mendukung pandangan peneliti maupun yang
tidak mendasarkan pninsip selektifitas.
 Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu
terkomunikasi pada pembaca.

2. Pengumpulan data
Terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang
lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara,
dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian,
dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan
lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda
secara serentak.

3. Analisis data
Setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi,
mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang
dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal
khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data.
Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan
ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di
lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data
terkumpul atau setelah selesai dan lapangan;
Analisis kasus dapat dilakukan dalam 2 (dua) jenis, yaitu analisis
holistik (holistic) terhadap kasus, atau analisis terhadap aspek
tertentu atau khusus dari kasus (embedded) (Yin, 2003). Melalui
pengumpulan data, suatu penggambaran yang terperinci akan
muncul dari kajian peneliti terhadap sejarah, kronologi terjadinya
kasus, atau gambaran tentang kegiatan dari hari-ke hari dari kasus
tersebut. Setelah menggambarkan secara holistik, kajian dilakukan
lebih terperinci pada beberapa kunci atau tema yang terdapat di
balik kasus, yang dilakukan dengan maksud tidak untuk melakukan
generalisasi, tetapi lebih banyak untuk mengungkapkan
kompleksitas kasus. Caranya dapat dilakukan dengan mengkaji isu-
isu yang membentuk kasus, yang diikuti dengan menggali tema-
tema yang berada di balik isu tersebut. Kajian ini bersifat sangat
kaya terhadap penjelasan tentang konteks atau seting dari kasus
tersebut (Yin, 2003). Ketika melakukan penelitian studi kasus
jamak, format kajian pertama yang dilakukan adalah kajian terhadap
setiap kasus terlebih dahulu untuk mengambarkan isu-isunya dan
tema-temanya secara terperinci, yang disebut sebagai within-case
analysis (Yin 2003). Selanjutnya, tema-tema hasil kajian per-kasus
dikaji saling-silangkan dengan menggunakan analisis saling-silang
kasus, atau yang disebut sebagai sebuah cross-case analysis, dan
melakukan pemaknaan serta mengintegrasikan makna-makna yang
berhasil digali dari kasus-kasus tersebut.

4. Perbaikan (refinement)
meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi
kasus hendaknya clilakukan penvempurnaan atau penguatan
(reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah ditemukan.
Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke
lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru
tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada;

5. Penulisan laporan
Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dari penelitian studi
kasus. Pada tahapan ini, penulis menuangkan hasil penelitiannya
dalam laporan dengan urutan yang logis dan dapat dicerna oleh
pembacanya. Laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah
dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara
jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh
informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke
dalam situasi kasus kehidupan seseorang atau kelompok.

Anda mungkin juga menyukai