Anda di halaman 1dari 2

SCENE VIII

Setelah selesai perundingan di Rengasdengklok, semua anggota golongan tua maupun muda
kembali ke Jakarta untuk membahas lanjut rencana proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945.
Akan tetapi, mereka tidak bisa langsung kembali ke Jakarta, karena dihadang oleh tentara PETA. Setelah
Ahmad Soebardjo memberikan jaminan kepada komandan tentara PETA di Rengasdengklok bahwa
kemerdekaan akan segera diproklamasikan keesokan harinya, Ahmad Soebardjo diperbolehkan membawa
mereka kembali ke Jakarta pada malam itu juga.
Akhirnya, pada tanggal 16 agustus 1945 rombongan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta tiba kembali di
Jakarta pada pukul 23.00 WIB. Setelah menurunkan Fatmawati di kediaman Ir. Soekarno, Dalam
perumusan teks proklamasi, semula akan dilakukan di Hotel Des Indes 16 Agustus 1945 pkl. 23.00 WIB,
tetapi pihak hotel tidak mengizinkan adanya kegiatan selepas 22.30 WIB.

Mr. Soebardjo : “Bagaimana kita membicarakan naskah proklamasi untuk


mendeklarasikan kemerdekaan kita ?”
Shaleh : “Kita butuh tempat untuk membahasnya, Bung. Tapi hari sudah malam
dan pihak Jepang tak mungkin mengizinkan kita melakukan kegiatan sekarang, apalagi jika mereka tahu
bahwa kita hendak membicarakan rencana proklamasi.”
Mr. Soebardjo : “Saya punya ide. Kita akan meminjam rumah perwira Jepang, Laksamana Maeda.”

Rombongan kemudian berangkat ke rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No.1

Ahmad Soebardjo : (mengetuk pintu) Selamat malam.


Laksamana Maeda : Selamat malam, Ada apa, Bung ?
Ahmad Soebardjo : Maaf kami mengganggu Anda malam-malam begini. Kami perlu tempat untuk
membicarakan rencana kemerdekaan yang akan dilangsungkan esok hari.
Laksamana Maeda : Kalau begitu, masuklah. Saya turut gembira mendengar kabar ini . Saya berjanji
akan menjaga keselamatan kalian
Chairul Shaleh : Terimakasih, Pak. Ruangan mana yang bisa kami pakai ?
Laksamana Maeda : Kalian bisa menggunakan ruang makan dan serambi depan. Saya akan pergi
istirahat dulu.
Chairul Shaleh : Baiklah Pak.

Perumusan Teks Proklamasi dilakukan di ruang makan rumah Laksamana Maeda. Ir. Soekarno,
Moh Hatta, dan Mr. Ahmad Soebardjo membahas perumusan naskah proklamasi. Lalu, muncullah
beberapa perdebatan.

Soekarno : “Saudara-saudara, bagaimana bunyi naskah proklamasi kita ?” (menulis kata


“PROKLAMASI” sambil mengejanya)
Mr. Ahmad Soebarjo: “Bagaimana jika kalimat pertama dalam teks proklamasi adalah ‘Kami bangsa
Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia’ ?
Ir. Soekarno : “Usul yang bagus Bung !”
Moh. Hatta : “Itu bagus, apalagi jika kita menambahkan kata-kata ‘Hal-hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempoh yang sesingkat-
singkatnya’ di kalimat kedua ?”
Ahmad Soebardjo : “Mengapa begitu Bung?”
Moh. Hatta : “Karena menurut saya, kalimat pertama hanya mencerminkan kemauan bangsa
Indonesia untuk menentukan nasib sendiri, karena itu pernyataan terakhir sebaiknya berisi pemindahan
kekusaan itu perlu.”
Ahmad Soebardjo dan Ir. Soekarno : Baik, kami setuju Bung.”
Acara Perumusan naskah proklamasi berjalan lancar.Tidak ditemukan kesulitan untuk menemukan
rumusan yang tepat. Sebagai hasil pembicaraan mereka dari Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Ahmad
Soebardjo, di perolehlah rumusan yang di tulis tangan oleh Ir. Soekarno.

SCENE IX
Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB, dibacakanlah rumusan naskah proklamasi untuk
yang pertama kalinya di depan para hadirin yang berada di rumah Laksamana Maeda yang langsung
disetujui. Namun ada beberapa pendapat dari para hadirin.
B.M. Diah : Saya punya usul. Bagaimana jika kata “tempoh”, diganti menjadi “tempo?”
Ahmad Soebardjo : Dan saya juga punya usul. Bagaimana jika Djakarta 17 - 8 – 05 diganti menjadi
Djakarta hari 17 boelan 08 tahoen 05?
Sukarni : Kalau begitu saya mempunyai usul lagi. Bagaimana jika kalimat “wakil-wakil
bangsa Indonesia” diganti menjadi “Atas nama Bangsa Indonesia”?”
Ir. Soekarno : Semua usul kalian sangat bagus. Bagaimana Bung Hatta ? Kalau saya setuju
Moh. Hatta : Saya juga setuju.

Setelah diperoleh kesepakatan mengenai teks proklamasi, Ir. Soekarno memerintahkan Sayuti Melik
untuk mengetik teks proklamasi

Ir. Soekarno : Tolong kau ketik teks proklamasi ini. Jagalah teks ini baik-baik.
Sayuti Melik : Baik, Bung. Saya akan mengetiknya(dengan segera mengetik teks tersebut)

Sayuti Melik pun mengetik teks tersebut. Setelah Naskah ketikan dari Sayuti Melik telah selesai
diketik, timbullah persoalan tentang siapa saja yang akan menandatangani naskah proklamasi.
Chairul Shaleh : Menurut saya, sebaiknya naskah ditandatangi oleh seseorang namun jangan
ditandatangani oleh anggota PPKI.
B.M Diah : Memang kenapa ? Lantas siapa yang akan menandatanganinya?
Chairul Shaleh : PPKI kan lembaga bentukkan Jepang . Kita sudah sepakat tadi untuk melaksanakan
proklamasi tanpa campur tangan Jepang.
Ahmad Soebardjo : Kau benar, Nak. Bagaimana ini , Bung ?
Ir. Soekarno : Adakah dari kalian yang punya pendapat untuk menyelesaikan masalah ini?
Sukarni : Saya punya usul. Yang menandatangani teks cukup dua orang saja yaitu Anda dan
Bung Hatta sebagai wakil dari bangsa Indonesia. Bagaimana?
Ir. Soekarno : Baiklah, terimakasih atas kepercayaan kalian

Kemudian Naskah Asli dari Ir.Soekarno dibuang oleh Ir.Soekarno sendiri. B.M Diah yang melihat
hal tersebut, langsung mengambil naskah tersebut dan menyimpannya tanpa ada yang mengetahui

B.M Diah : Sayang sekali kalau kertas ini dibuang, apalagi kertas ini sangat berharga dan
sebagai bukti sejarah bagi Kemerdekaan Indonesia lebih baik aku simpan saja

Semua persiapan proklamasi rampung pada pukul 04.30 WIB.Lalu Muncul lagi persoalan
mengenai tempat pembacaan proklamasi yang awalnya di laksanakan di Lapangan Ikada lalu dipindahkan
di Rumah Ir. Soekarno sendiri, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.Kemudian semua orang yang
berada disitu pulang ke rumah masing-masing dengan perasaan gembira.

Anda mungkin juga menyukai