Anda di halaman 1dari 61

Mata Kuliah : Kuliner dan Industri Pariwisata

CRITICAL BOOK REPORT


“ILMU PARIWISATA”

Dosen Pengampu :
Dr. Esi Emilia, M.Si

Dra. Lelly Fridiaty, M.Pd

Disusun Oleh:
Zainab Afifah (5163142017)
Risza Zahara (5163342016)
Kharisma (5161142009)
Tiodora Sembiring (5163342021)

PRODI PENDIDIKAN TATA BOGA


JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmatnya yang telah memberikan kami kesehatan dan kesempatan untuk dapat
menyelesaikan laporan Critical Book Report ini sebagai pemenuh tugas yang di
berikan oleh ibu Dr. Esi Emilia, M.Si dan Dra. Lelly Fridiaty, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Kuliner dan Pariwisata Industri.
Terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Kuliner dan Pariwisata
Industri yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan laporan ini. Dan
terimakasih saya ucapkan kepada rekan-rekan yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan tugas ini.
Dalam menyelesaikan tugas ini, laporan kami masih banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan masukan, kritik
dan saran dari pembaca semua untuk kelengkapan laporan ini kedepannya.

Medan , 21 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................
B. Tujuan.............................................................................................
C. Manfaat...........................................................................................

BAB II ISI BUKU


A. Buku 1 ............................................................................................
B. Buku 2 ............................................................................................
C. Buku 3 ............................................................................................
D. Buku 4 ............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Buku 1 ............................................................................................
B. Buku 2 ............................................................................................
C. Buku 3 ............................................................................................
D. Buku 4 ............................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ....................................................................................
B. Saran ...............................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tergambar perkembangan pariwisata sejak zaman
dahulu kala sampai sekarang. Rasa ingin tahu manusia
merupakan dorongan paling utama yang sering disebut sebagai
factor ullyses. Kemudian akibat perkembangan masyarakat
sesuai dengan kemajuan ilmu dan pengetahuan motivasi
berwisata menjadi lebih kompleks. Orang berwisata atas dasar
motivasi yang berlainan. Pengertian sempit pariwisata memang
masih merupakan kegiatan bersenang-senang, tapi mulai
tampak kecenderung manusia berusaha menimba manfaat yang
sebesar-besarnya dari kegiatan pariwisata. Kegiatan wisata ini
dapat meningkatkan pemahaman dan saling pengertian antar
suku dan antar bangsa, yang sekaligus akan merupakan suatu
pendukung kuat bagi tercapainya persatuan bangsa dan
perdamaian dunia.
Dari segi ekonomi kegiatan pariwisata mulai mendapat
perhatian yang sungguh-sungguh setelah perang dunia kedua.
Berbagai negera berhasil mengembangkan pariwisata menjadi
suatu industri yang mendapatkan devisa. Bahkan di beberapa
Negara penghasilan devisa dari industry pariwisata merupakan
pendapat utama. Industry pariwisata telah berhasil
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di banyak Negara.
Segi ekonomi kegiatan pariwisata ini tidak jarang ditonjolkan

3
secara berlebihan sehingga segi-segi lain kurang diperhatikan.
Akibatnya, pengembangan pariwisata di beberapa Negara
karena terlalu mengutamakan segi ekonomi menimbulkan
berbagai masalah sosial. Identitas masyarakat di daerah tujuan
wisata menjadi kabur, benda-benda yang mempunyai nilai
tinggi diperdagangkan, keramahtamahan bertukar dengan
penonjolan sikap yang dapat menarik keuntungan, lingkungan
hidup pun menjadi rusak.

B. Tujuan
1. Pengertian pariwisata secara umum
2. Sejarah perkembangan pariwisata
3. Tahap-tahapan perkembangan pariwisata nasional dan
internasional
4. Macam-macam pariwisata
5. Beraneka ragam industri pariwisata

C. Manfaat
Memberi kesempatan pada diri sebagai seorang
mahasiswa untuk dapat berpikir lebih kritis dan logis. Apalagi
terkait pariwisata yang mana fokus pada pembahasan ini
mengacu pada kuliner dan industri. Sangat perlu sebagai
seorang mahasiswa mengetahui perkembangan kreatifitas
kuliner pariwisata di pemasaran dan menciptakan suatu inovasi
baru agar mendapatkan daya tarik visual terbaru dan lebih

4
menarik dengan banyak membaca buku dan melihat kondisi
terkait pariwisata tersebut.

5
BAB II
ISI BUKU
A. Identitas Buku
1. Buku 1

1. Judul :
2. ISBN :
3. Penulis :
4. Penerbit :
5. Tahun terbit :
6. Tebal :
7. Ukuran :

2. Buku 2

1. Judul :
2. ISBN :
3. Penulis :
4. Penerbit :
5. Tahun terbit :
6. Tebal :
7. Ukuran :

3. Buku 3

1. Judul : Peluang di Bidang Pariwisata


2. Kode penerbitan : 055-U-PM

6
3. Penulis : Dr. Samsuridjal D & Drs. Kaelany HD
4. Penerbit : PT. Mutiara Sumber Widya
5. Tahun terbit : 1997
6. Tebal : 127 halaman
7. Ukuran : 20 x 12 cm
4. Buku 4

1. Judul :
2. ISBN :
3. Penulis :
4. Penerbit :
5. Tahun terbit :
6. Tebal :
7. Ukuran :

B. Ringkasan

1. Buku 1

Bab 1 PERKEMBANGAN KULINER DI INDONESIA


1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Kuliner
Kuliner berkaitan erat dengan proses dalam menyiapkan makanan atau
memasak yang merupakan kegiatan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Beberapa antropolog memercayai bahwa
kegiatan memasak sudah ada sejak 250 ribu tahun lalu pada saat tungku
pertama kali ditemukan. Sejak itu, teknik memasak terus mengalami
perkembangan dan setiap daerah di penjuru dunia memiliki teknik

7
memasak dan variasi makanan tersendiri. Hal ini menjadikan makanan
sebagai suatu hal yang memiliki fungsi sebagai produk budaya.
Berangkat dari pemahaman tersebut, kuliner dijadikan sebuah
komoditas industri kreatif berbasis budaya. Hal ini yang mendorong
terciptanya subsektor kuliner menjadi salah satu dari lima belas
subsektor ekonomi kreatif di Indonesia.
1.1.1 Definisi Kuliner
Istilah kuliner di Indonesia dapat dikatakan baru terdengar
gaungnya sejak tahun 2005 berkat “Wisata Kuliner”, sebuah tayangan
televisi yang meliput tempat-tempat makan unik atau sudah memiliki
reputasi yang baik. Sejak saat itu, kata kuliner menjadi semakin populer
dan menjadi sesuatu yang identik dengan mencicipi berbagai jenis
makanan dan minuman.
Secara bahasa, kuliner diserap dari bahasa Inggris: culinary–
memiliki arti sebagai sesuatu yang digunakan dalam memasak atau
berkaitan dengan memasak. Dalam praktiknya dikenal istilah culinary
arts, yaitu teknik dalam menyiapkan makanan sehingga siap
dihidangkan.
Bila ditinjau dari sisi ekonomi kreatif, belum banyak kajian
yang memasukkan kuliner ke dalam sektor ini karena pada dasarnya
makanan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sudah ada sejak
lama. Produk kuliner pada umumnya masih masuk ke dalam sektor
industri makanan dan minuman ataupun industri penyediaannya, tanpa
adanya penekanan bahwa produk kuliner merupakan produk kreatif.
Negara yang sudah memasukkan kuliner ataupun industri yang
berkaitan dengan makanan dan minuman ke dalam sektor industri

8
kreatif di antaranya adalah Italia dan dua negara bagian di Amerika
Serikat, yaitu Washington DC dan Mississipi. Italia memasukan food
and wine industry ke dalam industri kreatif karena produk makanan
seperti keju, daging olahan, dan wine merupakan produk budaya
mereka dan hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari kreativitas apabila
ingin terus lestari dan berkembang. Selain Italia, beberapa negara
bagian di Amerika Serikat, seperti Washington DC dan Mississipi,
sudah memasukkan subsektor kuliner (culinary arts) ke dalam industri
kreatif dengan pertimbangan bahwa mereka memiliki kekayaan dan
keunikan dalam bidang tersebut.
Praktik kuliner dalam konteks ekonomi kreatif merupakan
sebuah kegiatan persiapan makanan dan minuman yang menekankan
aspek estetika dan kreativitas sebagai unsur terpenting dalam
memberikan nilai tambah pada suatu produk kuliner dan mampu
meningkatkan harga jual. Definisi ini menekankan bahwa tidak seluruh
kegiatan yang berkaitan dengan makanan dan minuman masuk ke
dalam area kuliner pada industri kreatif.
Kuliner saat ini tidak lagi hanya sebatas produk pemuas kebutuhan
dasar manusia. Ada unsur lain yang dicari oleh konsumen saat
mengonsumsi sebuah sajian makanan dan minuman. Kuliner yang
memiliki unsur budaya asli suatu daerah dapat menjadi daya tarik bagi
wisatawan untuk datang mengunjungi daerah tersebut. Kuliner yang
menggunakan kreativitas dapat menghasilkan olahan makanan yang
memiliki cita rasa lezat dan juga memberikan pengalaman tersendiri
saat menyantapnya, sehingga menjadikan kuliner sebagai komoditas
yang menarik untuk dikembangkan.

9
Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan definisi
dari subsektor kuliner pada ekonomi kreatif Indonesia, yaitu:
Kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makanan, dan
minuman yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi,
dan/atau kearifan lokal; sebagai elemen terpenting dalam
meningkatkan cita rasa dan nilai produk tersebut, untuk menarik
daya“ beli dan memberikan pengalaman bagi konsumen.

Dari definisi di atas terdapat beberapa kata kunci, yaitu kreativitas,


estetika, tradisi, dan kearifan lokal yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Kreativitas. Kreativitas yang dimaksud adalah aspek ide baru


yang dapat memberikan nilai tambah pada sebuah makanan dan
minuman.
2. Estetika. Estetika yang dimaksud adalah aspek tampilan dari
sebuah makanan dan minuman yang ditata dengan
memperhatikan unsur keindahan sehingga menjadikan produk
kuliner tersebut memiliki nilai lebih dan mampu menggugah
selera konsumen untuk menikmatinya.
3. Tradisi. Tradisi yang dimaksud adalah sesuatu yang telah
dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu
kelompok masyarakat yang berkaitan dengan kebiasaan dalam
mengolah dan mengonsumsi makanan dan minuman.
4. Kearifan Lokal. Kearifan lokal yang dimaksud adalah identitas
suatu daerah berupa kebenaran yang telah tertanam dalam suatu
daerah.

10
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dunia kuliner tidak
lepas dari nilai tradisi dan kearifan lokal suatu daerah karena makanan,
terutama di Indonesia, merupakan salah satu warisan budaya. Untuk
meningkatkan daya tarik konsumen, diperlukan sebuah kreativitas
sehingga tercipta produk kuliner yang menarik dan berkualitas.
1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Kuliner
Sebuah laporan mengenai ekonomi kreatif yang diterbitkan oleh
Mississippi Development Authority menyatakan bahwa ruang lingkup
kuliner pada ekonomi kreatif merupakan bagian dari industri pertanian
dan industri makanan (Gambar 1-1). Secara lebih rinci ruang lingkup
ini dibagi ke dalam empat kategori, yaitu:
1. Jasa penyedia makanan/restoran/jasa boga (caterers);
2. Toko roti (baked goods stores);
3. Toko olahan gula/permen/coklat (confectionery and nut
stores);
4. Toko produk makanan spesial (all other specialty foods
stores).
Adanya penajaman konteks kuliner pada industri kreatif dikarenakan
oleh adanya usaha kuliner non-kreatif dalam jumlah besar dalam
subsektor kuliner dimana akarnya adalah industri pertanian serta
industri makanan dan minuman. Pada umumnya industri kuliner
didefinisikan lebih ke arah pelayanan makanan dan minuman
(foodservice). Hal ini karena pada area tersebut lebih dibutuhkan
kemampuan dan keahlian kuliner seperti memasak berbagai menu
makanan yang dilakukan di dapur dan kemudian menyajikannya di
sebuah piring dengan penataan yang menggugah selera. Seiring

11
perkembangan dunia kuliner, beberapa klasifikasi mulai memasukkan
produk makanan hasil olahan atau kemasan ke dalam ruang lingkup
kuliner, yaitu untuk kategori specialty foods.
Produk makanan khusus ini semakin berkembang saat ini, dengan
jumlah produksi yang pada umumnya tidak terlalu besar, produk ini
memiliki keunikan tersendiri yang membutuhkan kreativitas dalam
penciptaannya. Beberapa produk yang termasuk dalam kategori ini
adalah produk makanan yang menggunakan bahan organik atau bahan
baku khas dari suatu daerah yang kemudian dikemas secara menarik.
Nilai budaya dan konten lokal suatu daerah juga menjadi salah satu
sumber keunikan produk jenis ini, seperti oleh-oleh makanan khas
suatu daerah.
Dari pemahaman di atas, maka ruang lingkup subsektor kuliner di
Indonesia dibagi ke dalam dua kategori utama, ditinjau dari hasil akhir
yang ditawarkan, yaitu jasa kuliner dan barang kuliner. Jasa kuliner
(foodservice) yang dimaksud adalah jasa penyediaan makanan dan
minuman di luar rumah. Ditinjau dari aspek persiapan dan
penyajiannya, hal ini dapat dibagi ke dalam dua kategori umum, yaitu
restoran dan jasa boga. Restoran adalah tempat penyedia makanan dan
minuman di mana konsumen datang berkunjung, sedangkan jasa boga
adalah penyedia makanan dan minuman yang mendatangi lokasi
konsumen.
Barang kuliner yang dimaksud dalam ruang lingkup subsektor
kuliner adalah produk pengolahan makanan dan minuman yang pada
umumnya berupa produk dalam kemasan–specialty foods. Specialty
foods memiliki keunikan dibandingkan dengan barang regular. Nilai

12
budaya dan konten lokal suatu daerah dapat menjadi salah satu sumber
keunikan barang kuliner jenis ini, seperti oleh-oleh makanan khas suatu
daerah.
1.2 Sejarah dan Perkembangan Kuliner

1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Kuliner Dunia

Pada abad ke-17, di kawasan Eropa, penyajian makanan di


kediaman para bangsawan harus memiliki kualitas yang sangat baik,
penataan yang menarik, hingga pengaturan meja dan perangkat makan
lainnya yang harus dilakukan dengan sangat mewah. Di awal abad ke-
18, restoran modern pertama diperkirakan berdiri, tepatnya pada tahun
1765 di Perancis oleh A. Boulanger. Pembukaan restoran tersebut
mendapatkan respon yang sangat baik sehingga selanjutnya ide usaha
ini banyak ditiru oleh para juru masak yang meninggalkan majikan
mereka dan kemudian mendirikan usaha yang sama. Hal ini merupakan
salah satu peristiwa penting dalam sejarah kuliner dunia yang juga
disebabkan oleh terjadinya revolusi Perancis. Keruntuhan kaum
bangsawan mengakibatkan mereka tidak dapat membiayai
pengikutnya, termasuk juru masak dan pelayan-pelayannya. Hal inilah
yang menjadi salah satu pendorong lahirnya berbagai usaha penyedia
jasa makanan dan minuman di area publik saat itu.
Perkembangan-perkembangan yang terjadi pada periode awal
di Perancis ini semakin mengangkat profesi juru masak. Profesi ini
mulai diakui sebagai sebuah profesi modern berkat usaha seorang juru
masak asal Prancis, Antonin Careme, pada awal abad ke-19, yang

13
berhasil menaikkan derajat profesi ini menjadi lebih terhormat. Dia
juga merupakan tokoh yang menemukan seragam para juru masak
(chef’s uniform) yang dikenal saat ini.
Di akhir abad ke-19, seorang pakar kuliner Perancis, Georges
Auguste Escoffier, membuat sebuah buku yang berisi lebih dari 5.000
resep masakan Perancis beserta metode pengolahannya. Awalnya, hal
ini didasari oleh adanya kebutuhan untuk menyediakan makanan dalam
jumlah besar sehingga membutuhkan tenaga kerja terlatih untuk
bekerja di dapur. Dari kondisi ini kemudian berkembang lembaga
pendidikan yang lebih bersifat formal dan nonformal, terutama di
negara-negara Eropa dan Amerika.
Pada tahun 1877, Boston Cooking School menjadi sekolah
memasak pertama di Amerika. Selanjutnya pada tahun 1946 berdiri
The Culinary Institute of America (The CIA), sebuah sekolah memasak
ternama didunia. Pada tahun 1895, di Benua Eropa berdiri Le Cordon
Bleu, salah satu sekolah bidang kuliner tertua dan terkemuka hingga
saat ini. Sekolah ini lahir dari sebuah program kursus memasak yang
diberikan oleh para juru masak terkenal di Perancis saat itu hingga
berkembang menjadi sebuah sekolah memasak. Hingga saat ini Le
Cordon Bleu telah beroperasi di berbagai negara dengan jumlah lebih
dari 50 sekolah, tidak saja hanya di Eropa, namun hingga Thailand dan
Malaysia.
Perkembangan dunia kuliner di awal abad 20-an semakin membaik,
terutama di berbagai negara Eropa dan Amerika. Berbagai restoran
baru lahir dan minat masyarakat untuk menikmati hidangan berkualitas
pun semakin meningkat. Hingga saat ini Michelin Stars menjadi

14
penghargaan paling bergensi di dunia kuliner. Penghargaan ini
menggunakan sistem peringkat sebagai berikut:10

• One star: Restoran yang sangat baik pada kategorinya;

• Two stars: Restoran yang sangat istimewa, layak untuk


dikunjungi kembali;

• Three stars: Restoran yang sangat-sangat istimewa, layak


dikunjungi secara khusus.

Keberadaan penghargaan seperti ini mampu memicu para juru masak


untuk terus berkreasi menghasilkan karya yang berkualitas dan
menjadikan dunia kuliner menjadi lebih menarik. Seorang juru masak
yang berhasil membawa restorannya mendapatkan penghargaan
Michelin Star akan mendapatkan pengakuan internasional yang dapat
meningkatkan namanya di dunia kuliner.
Pengaruh kuliner Perancis sangat besar dalam perkembangan kuliner
dunia dan bermigrasi ke berbagai belahan dunia. Julia Child, juru
masak asal Amerika, merupakan salah satu orang yang berperan
membawa kuliner Perancis ke Amerika dengan membuat sebuah buku
panduan memasak berjudul Mastering the Art of French Cooking
dengan tebal 726 halaman yang sangat populer hingga saat ini. Kisah
Julia Child merupakan gambaran dari perkembangan dunia kuliner di
abad ke-20, saat dunia kuliner mampu memberikan pengaruh yang kuat
dan dapat menjadi objek bagi industri lainnya–mulai dari penerbitan,

15
pertelevisian, hingga perfilman–dimana kondisi ini semakin maju di
tahun 2000-an hingga saat ini. Kolaborasi dunia kuliner dengan industri
media semakin erat, ditandai dengan semakin banyaknya program
televisi dengan tema kuliner yang menciptakan status baru bagi para
juru masak yang tampil di layar kaca–celebrity chef.
Perhatian dunia akan kuliner sebagai komoditas potensial dalam
industri kreatif semakin meningkat di abad ke-21. Sejak tahun 2005,
UNESCO melalui program Creative City Network (CCN),
mendefinisikan tujuh subsektor dalam cakupan industri kreatifnya di
mana kuliner/gastronomi termasuk di dalamnya. Program CCN ini
memfasilitasi proses pertukaran pengalaman, pengetahuan, dan sumber
daya antar anggotanya sebagai jalan untuk mengangkat industri kreatif
lokal dan menumbuhkan kerjasama di seluruh dunia dalam
pembangunan perkotaan yang berkelanjutan. Untuk dapat menjadi
bagian dari program ini, khususnya sebagai kota gastronomi, suatu
daerah harus memiliki potensi kuliner. Kriteria yang harus dimiliki oleh
kota yang ingin mengajukan diri sebagai kota gastronomi adalah:

1. Berkembangnya kuliner yang merepresentasikan karakter


kota/wilayah;
2. Berkembangnya komunitas kuliner dan restoran-restoran
tradisional;
3. Penggunaan bahan baku lokal dalam proses memasak
tradisional;

16
4. Pemahaman masyarakat mengenai teknik memasak tradisional
dan praktik kuliner yang bertahan di tengah perkembangan
teknologi dan industri;
5. Tersedianya pasar tradisional dan industri makanan
tradisional;
6. Adanya tradisi dalam menyelenggarakan festival, penghargaan,
kontes, dan kegiatan promosi kuliner lainnya;
7. Adanya upaya pelestarian lingkungan dan pemanfaatan
produk lokal secara berkelanjutan;
8. Adanya upaya pengembangan apresiasi masyarakat, sosialisasi
mengenai nutrisi yang baik di lembaga pendidikan, serta
diperhatikannya keragaman sumber daya alam dalam kurikulum
sekolah memasak.12
Hingga saat ini sudah ada lima kota yang dinobatkan sebagai kota
gastronomi, yaitu:
1. Popayán, Kolombia
2. Chengdu, Cina
3. Östersund, Swedia
4. Jeonju, Korea Selatan
5. Zahlé, Lebanon
Seiring dengan berkembangnya zaman, teknologi dan ilmu sains pun
memberikan pengaruh di bidang kuliner. Konsep molecular
gastronomy muncul sebagai konsep penggunaan transformasi fisika
dan kimia dari bahan pangan selama proses memasak serta konsep
pengembangan fenomena sensori pada saat makanan dikonsumsi.
Selain konsep molecular gastronomy, saat ini mulai dikenal istilah

17
culinology yang merupakan disiplin ilmu yang menggabungkan
culinary arts, food science, dan food technology dengan tujuan untuk
menghasilkan pengembangan produk makanan yang lebih baik yang
dapat dikonsumsi oleh konsumen. Konsep ini diperkirakan akan
semakin berkembang di masa mendatang karena kualitas dari sebuah
makanan akan semakin diperhatikan terutama dari segi kesehatan.
Makanan yang baik adalah makanan yang tidak hanya enak secara cita
rasa, namun juga baik bagi kesehatan, seperti gluten-free cuisine dan
penggunaan bahan baku organik.
Pemanfaatan dan eksplorasi makanan tradisional juga akan semakin
berkembang. Hal ini ditunjukkan oleh kuliner khas Korea, Thailand,
dan Spanyol yang semakin mendunia. Kuliner tradisional ini menjadi
media diplomasi yang mulai diperhitungkan, karena makanan dapat
menjadi media bagi orang-orang untuk bersosialisasi dan saling
mengenal lebih jauh–Culinary Diplomacy. Thailand adalah negara
pertama yang secara aktif melakukan diplomasi kuliner dengan
program Thai Kitchen to The World, sebuah program untuk
memperkenalkan kuliner Thailand ke dunia internasional. Fenomena
terbaru adalah Korea Selatan dengan Kimchi Diplomacy-nya, sebuah
program diplomasi kuliner yang dilakukan untuk mengangkat kuliner
tradisional Korea dan terbukti sukses membawa makanan khas Korea
semakin mendunia.
1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Kuliner Indonesia
Apabila ditarik mundur ke masa lampau, potensi kuliner
Indonesia memang sudah sangat kaya. Indonesia sudah sejak lama
terkenal sebagai sumber rempah-rempah yang sangat beragam,

18
sehingga dapat menciptakan variasi sajian masakan yang kaya cita rasa.
Banyak pengaruh negeri Eropa masuk ke suatu daerah sehingga tercipta
makanan tradisional yang memiliki unsur negara Eropa.
Saat Perang Dunia I terjadi, pasokan bahan baku utama
makanan dari Belanda terputus dan menyebabkan orang-orang Belanda
yang ada di Indonesia mulai mencoba makanan Indonesia yang
kemudian berkembang menjadi menu yang disebut Rijsttafel. Pada
dasarnya Rijsttafel bukan sebuah nama makanan, melainkan cara
makan yang memiliki arti sederhana yakni “meja nasi”. Rijsttafel
merupakan bentuk dari penggabungan dua budaya, metode penyajian
ala bangsawan Eropa bersanding dengan sajian masakan nusantara
yang bisa mencapai 40 jenis makanan dalam satu meja. Menu-menu
yang biasa disajikan adalah Nasi Goreng, Rendang, Opor Ayam, dan
Sate yang dilengkapi dengan Kerupuk dan Sambal. Meski populer di
Belanda dan luar negeri, saat ini Rijsttafel jarang ditemukan di
Indonesia.15 Salah satu restoran yang konsisten menyajikan berbagai
menu dengan konsep Rijsttafel hingga saat ini adalah Restoran Oasis di
Jakarta yang berdiri sejak 1968.
Di tahun 1960-an dan 1970-an, perkembangan dunia kuliner
Indonesia dari sisi pendidikan mulai berkembang dengan berdirinya
beberapa lembaga pendidikan tinggi bidang kuliner. Salah satunya
adalah Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) yang bermula dari
didirikannya Sekolah Kejuruan Perhotelan (SKP) pada tahun 1959 di
bawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tahun
1967, Departemen Pertanian menerbitkan sebuah buku masakan yang
diberi judul Mustika Rasa.

19
Di akhir tahun 1980-an, pengawasan terhadap produk makanan
dan minuman di Indonesia mulai mendapat sorotan dari Majelis Ulama
Indonesia (MUI) terkait dengan kepastian halal tidaknya produk-
produk tersebut. Berkaitan dengan hal itu, pada tahun 1989, MUI
mendirikan Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika
Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) sebagai lembaga sertifikasi
halal di Indonesia.
Popularitas masakan tradisional Indonesia sempat menurun
namun kembali bangkit di awal tahun 2000-an saat posisi makanan dan
minuman yang merupakan sebuah kebutuhan dasar manusia mulai
bergeser bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Jakarta dan
Bandung merupakan kota-kota yang mengalami perkembangan
industri kuliner sangat pesat. Tren Wisata Kuliner yang dipopulerkan
oleh sebuah tayangan televisi dengan judul yang sama pada tahun 2005
semakin mengangkat potensi dunia kuliner Indonesia. Bondan
Winarno, sang pembawa acara tersebut pun mampu menarik minat
masyarakat untuk semakin dekat dengan kuliner khas Indonesia.
Perkembangan kuliner di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari
peran media. Sejak awal tahun 2000-an hingga kini, semakin banyak
program televisi lokal yang menyiarkan program kuliner, mulai dari
acara memasak hingga kompetisi memasak. Hal ini juga diikuti dengan
profesi pendukung dunia kuliner yang ikut serta mengangkat
perkembangan dunia kuliner di Indonesia. Profesi food photograper,
food stylist, hingga food blogger semakin marak berkembang sejak
tahun 2010. Pada tahun 2011, popularitas kuliner tradisional Indonesia
mulai diakui oleh masyarakat dunia. Hal ini ditunjukkannya dengan

20
masuknya beberapa masakan Indonesia–Sate, Nasi Goreng, dan
Rendang–kedalam daftar World’s 50 Best Foods versi CNN dimana
Rendang menduduki posisi pertama
Kelebihan dan kelemahan :
Pada bab 1, penulis menjelaskan penjelasan dengan sangat lengkap.
Penjelasan dijelaskan secara umum dan juga secara khusus. Penjelasan
mengenai kuliner dibahas dengan mendetail dan terstruktur. Isi dari bab
ini juga mengambil banyak kutipan mengenai hal yang dibahas.
Penulisan juga mudah dipahami oleh pemula yang ingin mengenal
kuliner.

21
2. Buku 2

2.1 Ekosistem Kuliner


2.1.1 Defenisi Ekonomis Kuliner
Untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh dan mendalam mengenai industri
kreatif, khususnya subsektor kuliner, perlu dilakukan pemetaan terhadap kondisi ideal, yaitu suatu
kondisi yang diharapkan terjadi dan merupakan best practices dari negara-negara yang sudah maju
industri kulinernya. Selain itu, perlu juga dipahami kondisi aktual dari kuliner di Indonesia untuk
memahami dinamika yang terjadi. Pemahaman antara dua kondisi tersebut dapat memberikan
gambaran mengenai kebutuhan industri kuliner nasional sehingga dapat berkembang dengan baik
dengan mempertimbangkan potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan (tantangan,
kelemahan, ancaman, dan hambatan) yang dihadapi.
Ekosistem kuliner adalah sebuah sistem yang menggambarkan hubungan saling
ketergantungan (interdependent relationship) antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai
kreatif dengan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai kreatif.
Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan ini maka dibuat sebuah peta
ekosistem yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu:
1. Rantai Nilai Kreatif (Creative Value Chain)

Rantai nilai kreatif adalah rangkaian proses penciptaan nilai kreatif. Di dalamnya terjadi
transaksi sosial, budaya, dan ekonomi yang terdiri dari proses kreasi, produksi, dan
penyajian.
2. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment)

Lingkungan pengembangan adalah lingkungan yang dapat menggerakkan dan


meningkatkan
kualitas proses penciptaan nilai kreatif yang meliputi pendidikan dan apresiasi.
3. Konsumen (Market)

Konsumen adalah pihak yang mengapresiasi dan mengonsumsi produk kuliner yang
dihasilkan dari rangkaian proses pada rantai nilai kreatif.

1
4. Pengarsipan (Archiving)

Pengarsipan adalah proses preservasi terhadap hasil kreasi kuliner yang dapat diakses
dan dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan (orang kreatif, pemerintah, lembaga
pendidikan, pelaku bisnis, komunitas, dan intelektual) di dalam ekosistem industri kreatif
sebagai media pembelajaran dan sumber inspirasi dalam penciptaan kreasi lainnya.
2.1.2 Peta Ekosistem Kuliner
A. Rantai Nilai Kreatif
A.1 Proses kreasi
Proses kreasi yang terjadi di dunia kuliner secara umum dapat dibagi dalam tiga tahap kegiatan
utama, yaitu:
Konseptualisasi Ide
Proses kreasi berawal dari sebuah ide sang juru masak sebagai orang kreatif di bidang
kuliner. Ide ini merupakan sebuah hasil pemikiran yang dapat dihasilkan berdasarkan
beberapa hal. Sebuah studi20 mengenai proses kreasi seorang Michelin-Starred Chef,21
menyatakan bahwa proses penciptaan ide seorang juru masak didasari oleh tiga hal, yaitu
pertimbangan produk, sumber inspirasi, dan tacit creativity skills.22
Eksperimen
Tahap konseptualisasi ide akan menghasilkan sebuah hasil pemikiran kreatif seorang juru
masak yang kemudian perlu dituangkan dalam bentuk nyata. Bentuk penuangan ide ini
berupa eksperimen sang juru masak yang ’dimasak‘ sehingga menjadi suatu kreasi yang sesuai
dengan gambaran awal. Proses eksperimen sendiri dapat berupa proses percobaan di dapur
dengan menggunakan seluruh kemampuan dan pengetahuan kuliner yang dimilikinya.
Oleh karena itu, tingkat kemampuan dan pengetahuan kuliner akan sangat dibutuhkan di
tahap ini, seperti penguasaan berbagai metode memasak dan ragam bahan baku
Finalisasi
Tahapan selanjutnya adalah menyempurnakan hasil kreasi menjadi sebuah kreasi kuliner
yang memiliki standar tertentu. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencatatan resep dari
kreasi kuliner tersebut dan juga proses standar lainnya, seperti metode pengolahan hingga
cara penyajian. Pada tahap ini juga dilakukan proses pengajaran dan pelatihan oleh sang
juru masak kepada para pekerja lainnya di dapur.

2
A. 2 Proses Produksi

Proses produksi adalah tahapan yang dimulai dari pembuatan sebuah produk kuliner hingga
siap untuk disajikan. Gambar 2-4 merupakan bagian dari ekosistem kuliner yang menggambarkan
proses tersebut serta dua kegiatan utamanya, yaitu proses teknis dan proses manajerial serta
kegiatan pendukung untuk mendapatkan berbagai sertifikasi.
B. Pasar (KONSUMEN)

Pasar adalah pihak yang menyerap produk kuliner yang dihasilkan. Konsumen yang terdapat
di pasar dapat dikategorikan sebagai dua kelompok besar, yaitu:
1. Konsumen Umum

Konsumen umum adalah kategori konsumen yang membeli dan mengonsumi produk
kuliner sebagai kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Pada umumnya, konsumen
kategori ini melakukan konsumsi secara rutin.
2. Konsumen Khusus

Konsumen khusus adalah kategori konsumen yang membeli dan mengonsumsi produk
kuliner dengan tujuan lebih dari sekadar pemenuhan kebutuhan dasar. Alasan yang
biasanya melatarbelakangi konsumen kategori ini dalam membeli suatu produk kuliner
adalah mencari pengalaman, wawasan, atau tuntutan pekerjaan. Wisatawan atau turis
adalah salah satu contohnya. Mereka pada umumnya akan memenuhi berbagai usaha
kuliner yang menjadi ikon suatu daerah.
C. Pengarsipan

Proses pengarsipan merupakan proses mendokumentasikan perkembangan pada


industrikulineryang dapat dijadikan referensi di masa mendatang. Proses ini dapat dilakukan oleh
pihak akademisi sebagai materi studi, pemerintah sebagai panduan analisis perkembangan industri,
dan juga pihak asosiasi ataupun komunitas. Hal ini bertujuan agar masyarakat luas dapat memiliki
akses untuk mengetahui informasi atau kondisi mengenai kuliner di Indonesia. Bentuk pengarsipan
lain adalah berupa pendirian museum yang dapat menjadi sarana pengarsipan dan juga sarana
pembelajaran. Salah satu kelebihan dari sebuah museum adalah kemampuan untuk menyajikan
informasi melalui berbagai media, mulai dari melihat, mendengar, merasakan, bahkan
mencobanya langsung. Dalam dunia kuliner, sudah ada beberapa negara yang memiliki museum

3
terkait budaya dan sejarah kulinernya, salah satunya adalah Hangzhou Cuisine Museum
di Republik Rakyat Tiongkok. Sebuah museum yang didirikan Pemerintah Republik Rakyat
Tiongkok dan menampilkan berbagai replika dari ragam kuliner tradisional, diorama berbagai
praktik kuliner, dan informasi mengenai sejarah dan perkembangan kuliner di sana.
2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Kuliner
2.2.1 Peta Industri Kuliner
Berdasarkan ruang lingkup pengembangan yang dijelaskan sebelumnya, peta industri kuliner
yang akan dibangun terletak pada area jasa penyedia makanan dan minuman (foodservice).
Peta industri pada Gambar 2-6 mencakup hubungan pelaku industri utama kuliner dalam
rantai nilai dengan pelaku industri yang memberikan suplai (supply) ke pelaku industri utama
(backward linkage) dan pelaku industri yang memberikan permintaan (demand) kepada pelaku
industri utama (forward linkage). Pada tahap kreasi, pelaku utama di tahap ini adalah juru
masak yang pada umumnya dibagi dalam beberapa kategori sesuai keahliannya, yaitu cuisine
chef, pastry chef, baker, dan barista atau bartender. Para juru masak ini yang akan berkreasi untuk
menghasilkan produk kuliner. Kemudian, selain akan diteruskan kepada proses selanjutnya
di rantai utama, terdapat beberapa industri pendukung yang akan memberikan permintaan
terhadap kreasi yang dihasilkan, yaitu penerbitan serta industri pengolahan makanan dan
minuman. Industri penerbitan pada umumnya akan menjadikan hasil kreasi ke dalam bentuk
buku, seperti buku resep yang akan dijual secara komersil. Sedangkan pada industri pengolahan
makanan minuman, hasil kreasi para juru masak ini akan dijadikan formula atau resep untuk
diproduksi menjadi makanan dan minuman olahan, baik dalam skala kecil maupun manufaktur
yang besa
2.2.2 Ruang Lingkup Industri Kuliner

Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009, belum ada kategori
lapangan usaha yang ditujukan khusus untuk kode usaha industri kreatif kuliner. Hal ini
dikarenakan kuliner merupakan subsektor baru yang dimasukkan pada industri kreatif, sekitar pada
tahun 2011. Sesuai KBLI Ekonomi Kreatif, ruang lingkup subsektor kuliner adalah:56101
Restoran
1. 56101 Restoran
2. 56102 Warung Makan
3. 56103 Kedai Makanan

4
4. 56104 Penyediaan Makanan Keliling Atau Tempat Tidak Tetap
5. 56210 Jasa Boga Untuk Suatu Event Tertentu (Event Catering)
6. 56290 Penyediaan Makanan Lainnya
7. 56301 Bar
8. 56302 Kelab Malam Atau Diskotik Yang Utamanya Menyediakan Minuman
9. 56303 Rumah Minum Atau Kafe
10. 56304 Kedai Minuman
11. 56305 Rumah Atau Kedai Obat Tradisional
12. 56306 Penyediaan Minuman Keliling Atau Tempat Tidak Tetap
2.2.3 Model Bisnis di Industri Kuliner
Apabila ditinjau secara unit usaha, model bisnis yang berjalan pada industri kuliner adalah
berupa jasa penyedian makanan dan minuman (restoran atau rumah makan) yang secara umum
dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:
1. Independent

Pada model bisnis ini, sebuah usaha dimiliki oleh seorang atau sekelompok pemilik yang
menjalankan usaha pada satu area tertentu. Pemilik usaha jenis ini bertanggung jawab
terhadap seluruh proses yang terjadi dalam menjalankan usahanya. Pada umumnya, usaha
restoran atau rumah makan yang setipe ini dimiliki oleh seorang juru masak yang sudah
berpengalaman kemudian membuka restoran milik pribadinya. Restoran dengan model
seperti ini pada umumnya merupakan full-service restaurant, baik berupa fine dining atau
casual dining
2. Chain

Pada model bisnis ini, sebuah usaha pada umumnya dimiliki oleh sebuah kelompok atau
perusahaan yang menjalankan berbagai usaha yang tersebar di berbagai lokasi dengan satu merek.
Usaha di bawah model bisnis ini akan memiliki standardisasi dalam menjalankan seluruh unit
usahanya agar memiliki kualitas yang sama, dimulai dari format dan dekorasi bangunan hingga
produk serta pelayanan yang ditawarkan. Usaha restoran atau rumah makan dengan model seperti
ini pada umumnya merupakan fast-casual dining atau quick-service dining.
3. Franchise

5
Model bisnis ini serupa dengan model chain, hanya saja pemilik dari setiap usaha ini dapat
berbeda orang dengan cara membeli hak untuk menjual dari usaha tersebut. Pengertian
franchise atau waralaba berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 adalah
perikatan ketika salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan/atau menggunakan
Hak dari Kekayaan Intelektual (HKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki
pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak
lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa. Saat ini
banyak sekali usaha di bidang kuliner yang menggunakan model bisnis seperti ini untuk
memperluas jaringan usahanya. Serupa dengan model chain, usaha restoran dengan model
seperti ini pada umumnya merupakan fast-casual dining atau quick-service dining.

BAB 2
PARAWISATA DAN WISATAWAN
2.1 PengertianPariwisata
Sesungguhnya, pariwisata telah lama menjadi perhatian, baik dari segi ekonomi, politik,
administrasi kenegaraan, maupun sosiologi, sampai saat ini belum ada kesepakatan secara
akademis mengenai apa itu pariwisata. Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa
Sansekerta yang terdiri atas dua kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti “banyak” atau “berkeliling”,
sedangkan wisata berarti “pergi” atau “bepergian”. Atas dasar itu, maka kata pariwisata seharusnya
diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar, dari suatu tempat ke
tempat lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan kata “tour”, sedangkan untuk pengertian
jamak, kata “Kepariwisataan” dapat digunakan kata “tourisme” atau “tourism”.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dikemukakan bahwa pariwisata adalah suatu
kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan rekreasi. Istilah pariwisata pertama kali digunakan
pada tahun 1959 dalam Musyawarah Nasional Turisme II di Tretes, Jawa Timur. Istilah ini dipakai
sebagai pengganti kata Turismesebelum kata pariwisata diambil dari bahasa Sansekerta.Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas,lebih lanjut Yoeti(1996) memberikan suatu batasan
tentangpenyebaran kata-kata sebagai berikut :
Wisata= perjalanan; dalam bahasa Inggris dapat disamakan dengan perkataan “travel”
Wisatawan = orang yang melakukan perjalanan; dalam bahasa Inggris dapat disebut dengan istilah
“travellers”

6
Para wisatawan = orang-orang yang melakukan perjalanan dalam bahasa Inggris biasa disebut
dengan istilah “travellers”(jamak)
Pariwisata= perjalanan yang dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain dan dalam bahasa Inggris
disebut “tourist”
Para pariwisatawan= orang yang melakukan perjalanan tour dan dalam bahasa Inggris disebut
dengan istilah “tourists” (jamak)
Kepariwisataan= hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata dan dalam bahasa Inggris disebut
dengan istilah “tourism”
Kepariwisataan itu sendiri merupakan pengertian jamak yang diartikan sebagai hal-hal yang
berhubungan dengan pariwisata, yang dalam bahasa Inggris disebutkan tourism. Dalam kegiatan
kepariwisataan ada yang disebut subyek wisata yaitu orang-orang yang melakukan perjalanan
wisata dan obyek wisata yang merupakan tujuan wisatawan. Sebagai dasar untuk mengkaji dan
memahami berbagai istilah kepariwisataan, berpedoman pada
Bab I Pasal 1 Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan
yang menjelaskan sebagai berikut :
3. 1.Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh sebagian atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan diri
4. 2.Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat
multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang
dannegara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,
pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha
5. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang
berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan
6. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan
geografis yang berada dalam suatu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya
terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta
masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan

7
7. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa pemenuhan
kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata
8. Pengusaha pariwisata adalah orang-orang atau sekelompok orang yang melakukan
kegiatan usaha pariwisata
9. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang terkait dalam rangka
menghasilkan barang dan/jasa bagi pemenuhankebutuhan wisatawan penyelenggaraan
pariwisata
10. Kawasan strategi pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau
memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh dalam suatu
atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber
daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

2.1.1Jenis dan macam Pariwisata


Kepariwisataan tidak menggejala sebagai bentuk tunggal. Istilah ini umum sifatnya yang
menggambarkan beberapa jenis perjalanan dan penginapan sesuai dengan motivasi yang
mendasari kepergian tersebut. Orang melakukan perjalanan untuk memperoleh berbagai tujuan
dan memuaskan bermacam-macam keinginan. Di samping itu, untuk keperluan perencanaan dan
pengembangan kepariwisataan itu sendiri, perlu pula dibedakan antara pariwisata dengan jenis
pariwisata lainnya, sehingga jenis dan macam pariwisata yang dikembangkan akan dapat berwujud
seperti diharapkan dari kepariwisataan itu sendiri.

2.1.2 Pariwisata Sebagai Suatu Ilmu


Dalam perjalanan sejarah, pariwisata pada akhirnya dianggap sebagai suatu kegiatan yang
menjanjikan keuntungan. Kemudian muncul keinginan berbagai pihak untuk mengetahui seluk-
beluk pariwisata itu sendiri, akhirnya mendorong sebagian orang untuk mempelajari dan
menjadikan pariwisata sebagai sebuah ilmu baru untuk dipelajari.Kalau dikaji secara mendalam,
pariwisata sesungguhnya memang bisa menjadi ilmu yang mandiri, yang sejajar dengan ilmu-ilmu
lainnya.
Wacana mengenai apakah pariwisata merupakan ilmu yang mandiri atau hanya objek studi
dari ilmu-ilmu yang telah mapan dengan pendekatan multidisipliner, sebenarnya telah lama
diperdebatkan. Pengakuan secara formal terhadap pariwisata sebagai ilmu mandiri di Indonesia

8
merupakan hasil perjuangan dalam kurun waktu yang cukup panjang. Wacana tentang keilmuan
pariwisata di Indonesia dilontarkan pertama kali pada awal tahun 1980-an. Setelah hampir dua
dasa warsa perjuangan pendirian pariwisata sebagai ilmu mandiri terkesan mati suri, pada tahun
2006 perjuangan tersebut digerakkan lagi melalui kerjasama Depbudpar dengan Hildiktipari. Dari
rapat koordinasi yang dilakukan dua lembaga tersebut melahirkansuatu“Deklarasi Pariwisata
Sebagai Ilmu” yang berisi poin pokok. Pertama, pariwisata adalah cabang ilmu yang mandiri, yang
sejajar dengan ilmu-ilmu lain; dan kedua, program S1, S2, dan S3 Ilmu pariwisata di berbagai
lembaga pendidikan tinggi sudah layak diberikan ijin oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Aspek Ontologi
Setiap ilmu memiliki objek material dan objek formal. Objek material adalah seluruh
lingkup (makro) yang dikaji suatu ilmu. Objek formal adalah bagian tertentu dari objek
materialyang menjadi perhatian khusus dalam kajian ilmu tersebut. Sesungguhnya objek formal
inilah yang membedakan satu ilmu dengan ilmu lainnya. Objek formal (aspek ontologi) ilmu
pariwisata adalah masyarakat. Oleh sebab itu pariwisata dapat diposisikan sebagai salah satu
cabang ilmu sosial karena focusof interest-nya adalah kehidupan masyarakat manusia.
Aspek Epistemologi
Aspek epistemologi pariwisata menunjukkan pada cara-cara memperoleh kebenaran atas
objek ilmu. Kebenaran yang dimaksud adalah kebenaran ilmiah, yakni didasarkan pada suatu
logika berpikir yang rasional, objektif dan dapat diuji secara empirik. Sebagai contoh,
pergerakan wisatawan sebagai salah satu objek formal “ilmu” pariwisata dipelajari dengan
menggunakan suatu metode berpikir rasional. Misalnya, pergerakan wisatawan terjadi akibat
adanya interaksi antara ketersediaan sumber daya
(waktu luang, uang, infrastruktur) dengan kebutuhan mereka untuk menikmati perbedaan dengan
lingkungan sehari-hari. Dalam hal ini logika berpikirsangat rasional dan juga dapat dibuktikan
secara empirik.
Aspek Aksiologi
Aksiologi merupakan aspek ilmu yang sangat penting. Ilmu pariwisata jelas memberikan
manfaat bagi kesejahteraan umat manusia. Perjalanan dan pergerakan wisatawan adalah salah satu
bentuk kegiatan dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang beragam, baik dalam
bentuk pengalaman, pencerahan, penyegaran fisik dan psikis maupun dalam bentuk aktualisasi
diri. Dalam konteks inilah dapat dipahami mengapa Perserikatan Bangsa-Bangsa

9
(PBB)menegaskan kegiatan berwisata sebagai hak asasi. Kontribusi pariwisata yang lebih
kongkret bagi kesejahteraan manusia dapat dilihat dari implikasi-implikasi pergerakan wisatawan,
seperti meningkatnya kegiatan ekonomi, pemahaman terhadap budaya yang berbeda, pemanfaatan
potensi sumberdaya alam dan manusia, dan seterusnya
Cabang-Cabang Ilmu PariwisataBerdasarkan ketigaaspek ilmu pariwisata yang dipaparkan
di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa cabang ilmu pariwisata. Oleh karena objek formal atau
focus of interestilmu pariwisata adalah ”pergerakan wisatawan, aktivitas masyarakat yang
memfasilitasipergerakan wisatawan dan implikasi atau akibat-akibat pergerakan wisatawan serta
aktivitas masyarakat yang memfasilitasinya terhadap kehidupan masyarakat secara luas”
1.PengembanganJasa Wisata. Cabang ini mengkhususkan diri pada pengembangan
pengetahuan tentang strategi, metode dan teknik menyediakan jasa dan hospitalityyang
mendukung kelancaran perjalanan wisata. Objek perhatiannya adalah aktivitas masyarakat di
dalam menyediakan jasa, seperti fasilitas akomodasi, atraksi, akses dan amenitas, serta jasa-jasa
yang bersifat intangiblelainnya.
2.Organisasi perjalanan. Cabang ini menitikberatkan perhatiannya pada pengaturan lalu lintas
perjalanan wisatawan dan penyediaan media atau paket-paket perjalanan yang memungkinkan
wisatawan mampu memperoleh nilai kepuasan berwisata yang tinggi melalui pengelolaan
sumberdaya pariwisata. Dalam hal ini objek perhatiannya terfokus pada pemaketan perjalanan
wisata, pengorganisasian dan pengelolaannyasesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan.
3.Kebijakan pembangunan pariwisata. Cabang ini menitikberatkan perhatiannya pada upaya-
upaya peningkatan manfaat sosial, ekonomi, budaya, psikologi perjalanan wisata bagi masyarakat
dan wisatawan dan evaluasi perkembangan pariwisata melalui suatu tindakan yang
terencana.Termasuk dalam hal ini adalah perencanaan kebijakan dan pengembangan pariwisata
2.2 Pengertian Wisatawan
Secara etimologi, kalau kita meninjau arti kata “wisatawan” yang berasal dari kata
“wisata”, maka sebenarnya tidaklah tepat sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa Inggris.
Kata itu berasal dari kata Sansekerta: “wisata” yang berarti “perjalanan” yang sama atau dapat
disamakan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris, maka “wisatawan” sama artinya dengan
kata traveler.
Yang termasuk wisatawan adalah :

10
1. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan bersenang-senang, mengunjungi
keluarga, dan lain lain.

2. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan pertemuan-pertemuan atau karena tugas
tertentu, seperti dalam ilmu pengetahuan, tugas negara, diplomasi, agama, olah raga dan lain
lain.

3. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk tujuan usaha.

4. Mereka yang melakukan kunjungan mengikuti perjalanan kapal laut, walaupun tinggal kurang
dari 24 jam.

Yang dianggap sebagai bukan wisatawan :


1. Mereka yang berkunjung dengan tujuan untuk mencari pekerjaan atau melakukan kegiatan
usaha.

2. Mereka yang berkunjung ke suatu negara dengan tujuan utuk bertempat tinggal tetap.

3. Penduduk di daerah tapal batas negara dan bekerja di negara yang berdekatan.

4. Wisatawan yang hanya melewati suatu negara tanpa tinggal di negara yang dilaluinya itu.

2.2.1 Profil Wisatawan


Profil wisatawan merupakan karakteristik spesifik dari jenis-jenis wisatawan yang
berbeda yang berhubungan erat dengan kebiasaan, permintaan, dan kebutuhan mereka dalam
melakukan perjalanan.
2.2.2 Jenis dan Macam Wisatawan
Berbagai macam tipologi wisatawan telah dikembangkan dengan menggunakan berbagai
dasar klasifikasi. Dengan pendekatan interaksi, Cohen (1972) mengklasifikasikan wisatawan atas
dasar tingkat familiarisasi dari daerah yang akan dikunjungi, serta tingkat pengorganisasian dari
perjalanan wisatanya menjadi empat yaitu seperti :
1. Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama sekali belum
diketahuinya, dan bepergian dalam jumlah kecil.

11
2. Explorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan mengatur
perjalanannya sendiri, dan tidak mau mengikuti jalan-jalan wisata yang sudah umum
melainkan mencari hal yang tidak umum. Wisatawan seperti ini bersedia
memanfaatkan fasilitas dengan standar lokal dan tingkat interaksinya dengan
masyarakat lokal juga tinggi.

3. Individual mass tourists, yaitu wisatawan yang menyerahkan pengetahuan


perjalanannya kepada agen perjalanan, dan mengunjungi daerah tujuan wisata yang
sudah terkenal.

4. Organized mass tourists, yaitu wisatawan yang hanya mau mengunjungi daerah
tujuan wisata yang sudah dikenal, dengan fasilitas seperti yang dapat ditemuinya
ditempat tinggalnya, dengan perjalanannya selalu dipandu oleh pemandu wisata.

Melihat sifat perjalanan dan ruang lingkup dimana perjalanan wisata itu dilakukan, maka
kita juga dapat mengklasifikasikan wisatawan sebagai berikut :

1. Wisatawan asing (foreign tourist)


Adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara lain
yang bukan merupakan negara dimana ia biasanya tinggal. (biasanya bisa dilihat dari status
kewarganegaraannya, dokumen perjalanannya, dan jenis uang yang dibelanjakan)
2. Domestic Foreign Tourist
Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal pada suatu negara, yang melakukan perjalanan
wisata di wilayah negara dimana ia tinggal (seperti orang yang bekerja di kedutaan besar).
3. Domestic tourist
Seseorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah
negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya.
4. Indigenous Foreign Tourist
Warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatannya di luar negeri, pulang
ke negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri.

12
BAB V
Dokumen Perjalanan
Yang dimaksud dengan dokumen perjalanan ialah surat keterangan yang dipergunakan
selama dalam perjalanan yang menerangkan orang yang namanya tercantum pada surat keterangan
tersebut, baik kebangsaannya, jabatannya, identitasnya, keterangan khusus sehubungan dengan
perjalanan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berwenang untuk masing-masing dokumen
tersebut. Dalam dunia perjalanan pada umumnya kita mengenal ada beberapa dokumen perjalanan
yang penting, diantaranya ialah : paspor, exitpermit, fiscal certificate, visa dan health certificate
serta dokumen perjalanan lainnya.
1. Paspor
Untuk perjalanan ke luar negeri, pertama yang diperlukan ialah paspor. Paspor adalah
dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara yang
memuat identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan antar negara.
A. Jenis dan Macam Paspor
a. Paspor Biasa (normal passport)
Suatu paspor yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk warga negaranya yang
hendak bepergian ke luar negeri dengan maksud pribadi yang tidak ada sangkut
pautnya dengan urusan pemerintah. Biasanya untuk warga negara yang melakukan
perjalanan reguler. Di Indonesia paspor ini diberi sampul berwarna hijau dan
dikeluarkan oleh Ditjen Keimigrasian, Departemen Hukum dan HAM.
b. Paspor khusus (Special passport)
Suatu paspor yang diberikan kepada seseorang yang bukan pegawai pemerintah
dan bukan pula merupakan seorang yang berstatus diplomatik atau konsuler, tetapi ia
mempunyai tugas khusus dari pemerintah yang memberikannya.
c. Paspor dinas atau paspor diplomatik (diplomatic passport)
Paspor ini diterbitkan untuk kalangan teknisi dan petugas administrasi dari
suatu misi diplomatik seperti kedutaan dan konsulat ataupun bagi pegawai negeri /
pemerintah yang sedang melaksanakan tugas ke luar negeri. Pemegang paspor jenis
ini mendapatkan beberapa kemudahan yang tidak dimiliki oleh pemegang paspor
biasa. Di Indonesia, paspor ini diberi sampul berwarna biru dan dikeluarkan oleh
Departemen Luar Negeri setelah mendapat izin dari Sekretariat Negara.

13
d. Paspor Keluarga (family passport)
Suatu paspor yang dapat diberikan kepada suami dan istri, orang tua serta
anakanaknya yang belum dewasa atau seseorang yang dengan anggota keluarga
yang belum dewasa yang masih berada di bawah pengawasan dan perlindungannya.

B. Syarat-Syarat Mendapatkan Paspor


Adapun syarat-syarat untuk mendapatkan paspor yang ditentukan oleh kantor
imigrasi antara lain :
1. Mempunyai kartu penduduk yang masih berlaku dari instansi yang berwenang
mengeluarkannya, dan berdomisili di daerah, kantor imigrasi daerah tempat paspor
akan dikeluarkan
2. Mempunyai surat keterangan kelakuan baik atau keterangan tidak terlibat G. 30
S/PKI jika diperlukan
3. Surat bukti telah lunas membayar pajak keberangkatan ke luar negeri (fiscal
sertificate) yang dikeluarkan oleh kantor pajak setempat
4. Mengisi dan menandatangani formulir yang disediakan oleh kantor imigrasi, bersedia
datang ke kantor imigrasi untuk menjawab pertanyaan dan diambil sidik jarinya serta
membubuhi tanda tangan waktu mengambil paspor. Khusus bagi warga negara
keturunan asing, selain syarat-syarat tersebut harus dilengkapi dengan:
a. Surat keterangan kewarganegaraan
b. Akte kelahiran
c. Surat keterangan ganti nama

C. Fungsi Paspor
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa fungsi paspor adalah sama dengan kartu
penduduk. Hanya bedanya kartu penduduk berlaku untuk daerah yang terbatas, secara lokal
atau nasional saja, maka paspor berlakunya dapat secara internasional.

D. Jangka Paspor
Suatu paspor jangka berlakunya tergantung dari ketentuan yang diberikan oleh
kantor imigrasi tempat paspor itu dikeluarkan. Biasanya seorang yang memperoleh paspor

14
masa berlakunya hanya selama 2 (dua) tahun, untuk dapat digunakan lagi, paspor itu harus
diperpanjang masa berlakunya.

2. Exit Permit
Exit permit artinya ijin ke luar, yaitu ijin meninggalkan negara tempat ia tinggal untuk
bepergian ke negara lain buat sementara waktu. Bentuk exit permit ini berupa cap atau stempel
yang dicapkan pada lembaran paspor, yang menyatakan bertolak ke luar negeri. Tipe exit
permit yang dikeluarkan berlaku untuk selama 3 (tiga) bulan dan kalau masa itu sudah habis,
apakah sudah digunakan atau belum, harus dimintakan lagi yang baru untuk perjalanan
berikutnya.

3. Surat Keterangan Fiskal (Fiscal Sertificate)


Suatu keharusan yang ditentukan oleh pemerintah bagi warga negaranya yang akan
bepergian ke luar negeri ialah bahwa untuk keberangkatannya ke luar negeri itu dikenakan
pajak, kecuali kalau orang itu dibiayai oleh pemerintah atau pegawai negeri. Dahulu fiskal ke
luar negeri hanya dapat diambil di kantor pajak setempat, tetapi sekarang dapat dibayar di
airport sewaktu akan berangkat.
4. Visa
Untuk mengadakan perjalanan di suatu negara orang harus mendapat persetujuan
pemerintah yang bersangkutan. Persetujuan itu diberikan dengan membubuhkan tanda
mengetahui. Visa atau visum adalah suatu dokumen perjalanan yang penting sesudah paspor,
karena seseorang yang hendak mengadakan perjalanan keluar negeri harus terlebih dahulu
mempunyai visa yang dapat dimintanya pada perwakilan atau kedutaan negara yang akan
dikunjungi.
A. Jenis dan Macam Visa
Menurut sifat perjalanan yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan, maka visa
dapat dibagi atas :
a. Visa transit
Visa biasa yang diberikan kepada para penumpang yang mengadakan perjalanan
atau persinggahan (transit) pada suatu kota di suatu negara tertentu. Penumpang
semacam ini biasanya hanya mengadakan persinggahan sementara waktu (1 atau 3

15
hari) untuk melanjutkan perjalanannya ke tempat yang menjadi tujuan. b. Tourist visa.
Visa yang diberikan kepada mereka yang mengadakan perjalanan untuk tujuan
pariwisata.
b. Temporary visa
Visa yang diberikan kepada seseorang yang mengadakan kunjungan sementara
dalam waktu yang tidak lama pada suatu kota di negara yang dikunjungi. d. Official
visa
c. Diplomatic visa
Visa yang diberikan kepada duta, konsul, atau perwakilan dari suatu negara yang
patut diberikan penghargaan dan penghormatan atas dasar hukum dan kebiasaan
diplomatik internasional.
d. Imigrant visa
Visa yang diberikan kepada mereka yang tergolong imigran yaitu mereka yang
mengadakan perjalanan ke nagara yang bersangkutan dengan maksud dan tujuan untuk
berdiam lama atau tetap tinggal di negara yang bersangkutan.

5. Health Certificate
Dokumen yang dikeluarkan departemen kesehatan melalui jawatan karantina (air
port) dan telah diakui World Health Organization (WHO). Health certificate
diperuntukkan bagi negara yang masih belum bebas penyakit menular, seperti cacar,
dan lain-lain.

16
3. Buku 3
Bagian A
a. Asal Mula Pariwisata
Pada mulanya nenek moyang manusia hidup tidak menetap mereka
berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Kehidupan mereka yang masih
primitif bergantung pada pemberian alam sekitar. Kalau persediaan kebutuhan
utama berupa buah-buahan, umbi-umbian serta air di seputar mereka telah habis,
tempat itu mereka tinggalkan. Berjalanlah mereka menempuh jarak yang dekat atau
jauh mencari daerah baru yang subur.
Pada tahap berikutnya, nenek moyang kita mengenal cara penyebaran bibit.
Mereka bercocok tanam dan beternak. Tentu saja daerah subur yang mereka pilih.
Itulah sebabnya pertumbuhan kampong, dusun hingga menjadi kota dimulai dari
seputar tempat-tempat yang kaya dengan air.
Dipinggir kali, sungai, seputar danau manusia mulai menetap dan
menegakkan tempat tinggal. Disana dibangun fasilitas hidup menurut kemampuan
masa itu. Selain bercocok tanam mereka mulai mengenal pula tukar-menukar
keperluan sehari-hari. Sistem kehidupan ini berkembang menjadi perdagangan dan
jual beli seperti sekarang.
Lama kelamaan mereka beranak-pinak dan sementara itu tak hentinya pula
orang datang, singgah sebentar atau menetap menjadi penduduk baru. Di sana
dibangun berbagai fasilitas hidup menurut kemampuan masa itu. Selain bercocok
tanam mereka mulai mengenal pula tukar-menukar keperluan sehari-hari. Sistem
kehidupan seperti ini kemudian berkembang menjadi perdagangan dan jual beli
seperti yang kita kenal sekarang.
Lama-kelamaan mereka beranak-pinak dan sementara itu tak hentinya pula
orang datang, singgah sebentar atau menetap ramai, berkembang menjadi
kampung-kampung yang terhimpun berupa sebuah kota. Untuk mengatur
kehidupan masyarakat dan sekaligus melindungi mereka dari gangguan orang luar,
muncullah orang kuat sebagai pemimpin dengan gelar kepala suku.
Bangsa sumeria di Babilonia merupakan satu contoh masyarakat petani
yang kaya lagi makmur. Aliran sungai Tigris dan Eufrat menyumbang limpahan

17
kesuburan bagi negeri itu. Tukar menurut hasil pertanian mulai dilakukan oleh
penduduk. Dan oleh para pemikir di kala itu diciptakan suatu alat bukti pembayaran
yang kita kenal dewasa ini dengan sebutan ‘uang’. Sejak itulah, yakni kira-kira
tahun 4000 SM merupakan titik tolak perkembangan perdagangan.
Perdagangan yang pesat merambat dan meluas ke berbagai arah. Saudagar
–saudagar membwa dagangannya dari suatu tempat ke tempat lain. Atas dasar ini
bangsa Sumeria dianggap sebagai bangsa pertama yang melakukan perjalanan dari
suatu tempat ke tempat lain. Tentulah perjalanan di kala itu masih terbatas kalangan
para pedagang yang membawa barang dalam jumlah terbatas pula.
Setelah jalan raya dibangun, orang lebih sering bepergian, baik untuk
kepentingan perdagangan maupun untuk kepentingan lainnya. Sistem jalan raya itu
mula-mula dibangun oleh kerajaan Persia tahun 560-350 SM, yang
menghubungkan kaki gunung Zagrep sampai laut Aegean. Pada tahun 221-122 SM
dinasti Chou membangun jalan raya di Tiongkok. Ketika itu pengakuan darat juga
telah diatur dengan baik oleh pemerintah, sehingga pertukaran barang niaga
mengalir lancer ke daerah-daerah permukiman penduduk.
Bangsa pertama yang dianggap sebagai orang yang melakukan perjalanan
untuk tujuan bersenang-senang adalah bangsa Romawi. Pada waktu itu mereka
telah melakukan perjalanan berates-ratus mil dengan menunggang kuda guna
melihat candi-candi dan piramida peninggalan bangsa Mesir Kuno. Di zaman
pertengahan, semasa kerajaan Romawi sedang jaya-jayanya, dibangunlah jalan
raya sepanjang 350 mil dari Roma ke kota Brundisium. Dengan demikian rakyat
dapat dengan mudah melakukan perjalanan dari suatu kota ke kota lainnya. Bangsa
Romawi juga sering melakukan perjalanan ke daerah Yunani, Asia Kecil. Selain
untuk menyaksikan pertandingan olahraga Olympiade, mereka juga mencari
sumber-sumber air panas untuk tujuan kesehatan. Dalam perjalanan itu mereka
sempat menyaksikan atraksi kesenian rakyat, festival, yang tidak seberapa jauh
daru tempat-tempat peristirahatan, tempat mereka bermalam.
Pada tahun 334 SM Ephesus, yakni daerah Turki sekarang telah dikunjungi
oleh ribuan orang untuk menyaksikan pertunjukan acrobat, ada binatang buas,
tukang sihir, tukang sulap dan sebagainya. Ephesus selain merupakan pusat

18
perdagangan yang penting bagi kafilah dari Asia ke Eropa, juga merupakan tempat
demokrasi untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Iskandar Zulkarnaen, yang
menjadi raja kala itu.
Uraian diatas merupakan sekilas gambaran tentang ciri manusia yang selalu
bergerak. Ciri ini tidak hanya pada pola kehidupan manusia primitive, bahkan pada
kehidupan modern dewasa ini pun demikian. Ciri khas manusia yang selalu
bergerak inilah yang merupakan embrio yang melahirkan kebutuhan manusia untuk
bepergian, mengadakan perjalanan dengan segala ragam keperluan prasarana dan
sarananya. Dewasa ni kebutuhan tersebut begitu mendesak. Meskipun dorongan
perjalanan itu diwarnai oleh berbagai motivasi, namun pada dasarnya semua itu
kait-berkait sebagai kesatuan industry besar yang kita kenal dengan ‘Industri
Pariwisata’.
Pariwisata merupakan manifestasi gejala naluri manusia sejak purbakala,
yaitu hasrat untuk mengadakan perjalanan. Lebih dari itu pariwisata dengan ragam
motivasinya akan menimbulkan permintaan-permintaan dalam bentuk jasa-jasa dan
persediaan-persediaan lain. Permintaan akan barang dan jasa ini terus meningkat
sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia. Di negara-negara yang sedang
berkembang akan terjadi perluasan lingkup kepentingan-kepentingan . sedang di
Negara-negara yang sudah maju selain lingkup kepentingan yang luas, waktu luang
pun bertambah lama dan banyak karena ditunjang oleh kenaikan pendapatan serta
transportasi yang lancer dan cepat . sejalan dengan itu terjadi pula peningkatan
pendidikan, pengetahuan, dan kecerdasan di kalangan penduduk.
Sebagai akibat perkembangan-perkembangan tersebut, motivasi-motivasi
untuk mengadakan perjalanan menjadi lebih kuat, lebih-lebih setelah ditunjang oleh
kemajuan-kemajuan di bidang teknologi, hasrat untuk mengadakan perjalanan
menjadi lebih mudah terpenuhi. Dan kita dapat menyaksikan betapa deras arus
perjalanan manusia dalam rangka berwisata meski motivasi mereka kadangkala
berbeda-beda.
b. Pelancong-pelancong Pertama
Pada dasarnya, manusia lebih suka berpindah-pindah daripada menetap.
Setelah mereka berkelompok-kelompok dan berdiam di suatu daerah, lama

19
kelamaan kebutuhan mendesak mereka untuk bepergian. Dunia kepariwisata
mencatat pula bahwa Marco Polo yang hidup tahun 1254-1324 merupakan orang
pertama yang menjadi ‘pelancong’ (Traveller). Ia mengembara dari benua Eropa
ke tanah Tiongkok, untuk akhirnya kembali Venesia.
Pelancong lain ialah pemuda Muslim yang bernama Ibnu Battutah. Ia
dilahirkan di Tandjak, Marokko. Tidak ada musafir lain yang diketahui begitu
banyak mengadakan perjalanan dalam abad-abad pertengahan seperti Ibnu
Battutah.
Sejarah juga mencatat pelayanan besar yang telah dilakukan oleh manusia
antara lain oleh Cristopher Columbus (1451-1506). Selain Columbus tercatat pula
penjelajah yang bernama Alfonso d’Alburquerque, Vanco da Gama, dan Ferdinand
de Magelhaens. Seorang berkebangsaan Inggris, Kapten James Cook yang hidup
pada tahun 1728-1779, pernah mengelilingi dunia (1768-1771).
Kisah-kisah perjalanan yang dilakukan oleh pelancong-pelancong seperti :
Marco Polo, Ibnu/Battutah, Columbus, Vasco da Rama, james Cook dan lain-lain
yang serba ringkas di atas merupakan pembuka kunci bagi penyebaran penduduk
ke berbagai pelosok dunia.
c. Daya Tarik Tujuan Wisata
Masing-masing daerah tujuan wisata memiliki kelebihan dan daya tarik
tersendiri. Para wisatawan boleh memiih kemana tujuan yang dikehendaki.
Terserah apakah mereka hendak ke pantai yang permai, ke pegunungan yang sejuk
dan segar, ataukah ke tempat-tempat bersejarah dan sebagainya.
Berhasilnya suatu tempat berkembang menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW)
sangat tergantung kepada 3 faktor utama, yaitu :
1. Atraksi, dibedakan menjadi :
 Tempat (Pemandangan indah atau tempat bersejarah)
 Kejadian/Peristiwa (kongres, pameran atau peristiwa olahraga, festival)
2. Mudah dicapai (aksesibilitas)
Tempat tersebut dekat jaraknya, atau tersedianya transportasi ke tempat itu
secara teratur, sering, murah, nyaman, dan aman.
3. Amenitas

20
Tersedianya fasilitas seperti penginapan, restoran, hiburan, tranpor.

Di samping 3 faktor tersebut masih ada juga satu hal lain, yaitu Tourist
Organization (Organisasi wisata), untuk menyusun suatu kerangka dalam
pengembangan pariwisata, mengatur industry pariwisata serta mempromosikan
daerah itu sehingga dikenal orang. Yang penting juga diperhatikan adalah
bagaimana kesan masyarakat tentang daerah tujuan yang akan dikunjungi.
Tersedianya barang-barang souvenir (cenderamata) yang dijual di daerah
tujuan wisata merupakan bagian dari hal yang menarik wisatawan. Dengan
cenderamata yang mereka beli itu hati mereka merasa puas dan memberi kesan
tersendiri.
d. Jenis-jenis wisata
Secara singkat berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis wisata :
1. Wisata untuk Rekreasi
2. Wisata Bahari
3. Wisata Alam
4. Wisata Budaya
5. Wisata Olahraga
6. Wisata Bisnis
7. Wisata Konvensi
8. Wisata jeni lain
Kini popular dengan wisata sejarah, arkeologi, berburu, safari, fotografi, bulan
madu dan sebagainya. Jenis-jenis lain mungkin akan terus berkembang menurut
kebutuhan dan keinginan masyarakat yang semakin merasakan keperluan
berwisata.
e. Manfaat Pariwisata
Pariwisata yang paling pokok bermanfaat bagi orang secara pribadi-pribadi
sebagai sarana hiburan. Dalam waktu liburan umpamanya kita perlu melepaskan
diri dari suasana tegang dan kelelahan akibat pekerjaan sehari-hari. Berwisata ke
panti atau pegunungan akan menimbulkan rasa segar sehingga kita siap untuk
bekerja kembali.

21
Meskipun pada umumnya orang berwisata bertuuan untuk lepas dari rasa
lelah dan dari kegiatan rutin sehari-hari, namun bila diteliti motivasinya dapat
berbeda-beda. Ada orang berwisata karena semata-mata menghindari ketegangan
akibat pekerjaan, tetapi ada pula yang ingin memenuhi kepuasan intelektual. Bagi
kalangan tertentu berwisata sering diartikan mencari suasana baru yang sama sekali
berlainan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan meninggalkan kebiasaan sehari-
hari dan mengalami hal yang belum pernah dialami mereka berharap dapat
menumbuhkan rasa sukaria dan suasana bahagia.
Negara juga dapat menerima pajak-pajak dari sector usaha yang
bersangkut-paut dengan kepariwisataan. Dari pajak industry perhotelan saja tidak
sedikit yang disumbangkan kepada Negara. Selain itu juga di daerah tujuan wisata
yang baik mestinya tersedia took atau kios souvenir atau dijajakan oleh penjual
gendongan.
Dalam putaran selanjutnya, perusahaan-perusahaan tersebut akan
memerlukan makanan ternak, pupuk atau bahan-bahan baku dekorasi sehingga
menumbuhkan rangkaian kegiatan ekonomi lain.
Pengaruh pariwisata dalam bidang ekonomi ini lebih kentara di negara-
negara berkembang dan Negara maju. Kedatangan wisata asing ke Negara kita pada
tahun 1984 sebanyak 700.910 orang menunjukkan suatu kenaikan sejumlah 62.055
orang atau 9,7% dibandingkan dengan jumlah kedatangan tahun sebelumnya.
Berkat pemasaran dan promosi luar negeri yang semakin terarah maka citra
pariwisata Indonesia Nampak lebih mantap.
Disamping menggiatkan kehidupan ekonomi, pariwisata juga menjadi salah
satu pendorong dalam pengembangan seni budaya. Beberapa wisatawan, baik asing
maupun domestik sengaja mengunjungi suatu daerah hanya untuk menyaksikan
pertunjukan seni budaya.
Keinginan wisatawan untuk menyaksikan suatu seni budaya adalah
didorong oleh rasa ingin mengetahui, mengagumi atau menyelami seni, budaya dari
daerah yang dikunjungi.
Manfaat lain dari pariwisata adalah memperluas lapangan dan kesempatan
kerja. Kesempatan kerja dan kesempatan usaha tidak hanya pada sector pariwisata

22
semata, melainkan juga sector-sektor yang secara langsung atau tidak, berkaitan
dengan pengembangan industri pariwisata.
Selanjutnya tidak boleh dilupakan bahwa pariwisata turut memperluas nilai-
nilai pergaulan hidup dan pengetahuan. Secara khusus manfaat pariwisata domestic
dapat menerbitkan berbagai nilai pergaulan hidup, antara lain beruppa :
1. Timbulnya rasa cinta tanah air.
2. Menghilangkan rasa kedaerahan atau kesukuan yang berlebihan.
3. Memperluas penggunaan bahasa nasional.
4. Membantu tumbuhnya budaya Indonesia.
5. Merangsang majunya kesenian daerah, baik berupa ukiran, tarian, maupun
lukisan dan lain-lain.
6. Memajukan ekonomi dan membantu pemerataan pembangunan daerah.
7. Membantu pembentukan ‘nation building’.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Pariwisata
1. Faktor suasana
2. Faktor ekonomi masyarakat
3. Faktor komunikasi
4. Faktor keamanan
5. Faktor penyakit
6. Faktor teknologi angkutan
7. Faktor informasi
g. Perkembangan Pariwisata Internasional

Berdasarkan data dari WTO pada tahun 1983 jumlah kunjungan wisatawan
asing internasional mengalami kenaikan 2,2% dari 287.488.000 orang pada tahun
1982 menjadi 293.870.000 orang pada tahun 1983. Pada tahun 1984 jumlah
tersebut meningkat lagi menjadi 300 juta. Bila dilihat dari tempat tujuan wisatawan
ternyata sebagian besar terpusat di kawasan Eropa (68,3%), dan dikawasan
Amerika (11,8%). Sedangkan yang berkunjung ke Asia Timur dan Pasifik hanya
8,9% dari jumlah tersebut.
Meski persentase kunjungan ke Asia Pasifik tampak lebih sedikit jumlahnya
dibandingkan ke Eropa, namun selama satu decade (1973-83) wisatawan yang

23
berkunjung ke sini meningkat lebih dari dua kali lipat. Kalau pada tahun 1973
hanya 11,3 juta pada tahun 1983 sudah meningkat menjadi 24,9 juta orang . Bila
dirinci lagi pertumbuhan yang terbesar jatuh pada kawasan Asia Selatan dengan
rata-rata 12,6% kemudian Asia Tenggara 10% dan berikutnya Asia Timun 8,5%.

Bagian B
Bab-bab sebelumnya mencoba menggambarkan profil pariwisata Indonesia.
Dibandingkan dengan Negari-negeri sesame ASEAN (kecuali Brunei) perkembangan
pariwisata Indonesia masih tertinggal. Para perencana negeri kita sebenarnya telah
lama mencoba mengembangkan pariwisata Indonesia agar negeri kita yang cantik ini
dikenal oleh dunia luar. Mereka menyelenggarakan pertemuan internasional sehingga
Indonesia dikenal sebagai salah satu Negara yang mempunyai potensi besar di bidang
pariwisata. Daya tarik utama pariwisata Indonesia adalah panorama alam dan
keanekaragaman budaya. Bali sudah terkenal sejak zaman sebelum perang dunia.
Daerah ini merupakan salah satu tujuan wisata yang terkenal di dunia. Hanya karena
pemerintah dahulu kurang mementingkan pariwisata sebagai salah satu sumber
penghasilan Negara maka pengembangan pariwisata Indonesia pada periode 1945-
1969 berjalan lamban, jumlah kunjungan wisatawan asing belum banyak. Apalagi
dalam sejarah perjalanan bangsa kita terdapat masa memisahkan diri dari pergaulan
dengan Negara barat. Tapi periode ini juga menghasilkan banyak hal yang menjadi
titik berpijak perkembangan pariwisata Indonesia. Prasarana dan organisasi
kepariwisataan di Indonesia mulai terbentuk sebelum tahun 1969.
Ketika pemerintah mulai melaksanakan pembangunan melalui rencana lima tahun,
perkembangan pariwisata mendapat perhatian yang lebih banyak. Meski pada waktu
iu penghasilan devisa dari pariwisata tidak berarti bila dibandingkan dengan
penghasilan devisa minyak bumi, tapi pemerintah telah merencanakan pengembangan
sector ini secara teratur. Dari pelita ke peliti perhatian terhadap pariwisata terus
meningkat. Ketika harga minyak dan gas bumi merosot tajam beberapa ahli ekonomi
mulai melirik ke sector pariwisata. Sector ini disebut-sebut sebagai primadona yang
diharapkan dapat menjadi salah satu penghasil utama devisa bagi negera,
menggantikan penurunan hasil devisa minyak bumi dan gas bumi. Usaha untuk

24
menerobos jalan pintas pembangunan kepariwisataan Indonesi menghadapi berbagai
hambatan. Kemauan politik pemerintah merupakan unsur penting dalam mempercepat
pengembangan kepariwisataan di Indonesia. Kemauan politik ini perlu disertai oleh
sikap sadar wisata di segenap lapisan masyarakat. Penumbuhan sikap sadar wisata di
masyarakat luas tidak mudah. Upaya tersebut memerlukan waktu dan ketekunan. Di
samping itu kemauan politik pemerintah belum disertai dengan pendanaan yang
cukup. Dana untuk pemasaran misalnya, sangat kecil dibandingkan dengan Negara-
negara lain. Tenaga terampil dibidang pariwisata di Indonesia juga masih kurang,
sehingga mutu prosuk wisata di negeri kita juga masih rendah. Baik di bidang
pelayanan angkutan, perhotelan, restoran dan cenderamata kita belum mampu bersaing
dengan Negara-negara lain di kawasan ASEAN. Akibatnya, jumlah kunjungan
wisatawan asing ke negeri kita masih dibawah satu juga orang. Untunglah masa tinggal
mereka cukup lama sehingga prolehan devisa dari sector ini pada tahun 1986 telah
melebihi lima ratus juta dollar.
Akibat pembangunan ekonomi tingkat kemakmuran rakyat Indonesia bertambah
baik. Penduduk makin bertambah banyak yang mampu berwisata. Pariwisata domestic
di Indonesia merupakan potensi besar jika perencanaan pengembangan pariwisata ini
dilakukan dengan cermat, niscaya akan dapat meratakan pembangunan meningkatkan
rasa cinta tanah air dan sekaligus memperbesar arus pariwisata penduduk kita.
Program pembangunan pariwisata dalam cabinet pembangunan V di bidang produk
pariwisata pada dasarnya mempunyai 3 sasaran utama yaitu :
 Peningkatan mtu produk dan peningkatan pelayanan pariwisata
 Peningkatan jumlah produk pariwisata
 Penciptaan iklim usaha yang sehat dan iklim investasi pariwisata yang
menarik

Untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan


yang meliputi :
 Peningkatan pengetahuan dan keterampilan teknis para pelaku usaha pariwisata
antara lain melalui diklat, kursus, seminar dan lokakarya.
 Peningkatan koordinasi lintas sektoral.

25
 Standarisasi produk wisata melalui klarifikasi.
 Menggalakan bidang usaha pariwisata, melalui diregulasi dan dibirokratisasi
(penyederhanaan perizinan) pemberian fasilitas (incentive) dan kemudahan.

Bagian C
a. Industri Pariwisata
Industri pariwisata terdiri atas berbagai komponen yang merupakan mata
rantai yang panjang. Komponen tersebut antara lain adalah : biro perjalanan, hotel,
restoran, usaha angkutan cenderamata dan banda udara. Bila wisatawan menikmati
suatu produk wisata sebagai suatu kesatuan tentulah wajar apabila masing-masing
komponen ini menjadi kerjasama yang serasi.
Industri pariwisata memerlukan investasi yang cukup besar. Industri ini
dimasukkan dalam industri yang mempunyai risiko tinggi, karena amat peka
terhadap perubahan keadaan seperti ketidak-stabilan politik, penularan penyakit
dan lain-lain.
b. Usaha Perhotelan
Usaha perhotelan merupakan unsur penting dalam industry pariwisata
Indonesia. Sekitar 32% dari devisa yang dihasilkan dalam bidang pariwisata
mengalir ke sector perhotelan. Karena itu tidaklah mengherankan hija bidang usaha
ini di negeri kita 10 tahun terakhir tumbuh pesat. Industri perhotelan mencapai
puncak kejayaan pada tahun 1981. Pada waktu itu tingkat penghunian kamar hotel
berbintang mencapai 60% sedangkan hotel non-bintang 50%, bahkan hotel-hotel
berbintang tiga ke atas mencapai tingkat penghunian sekitar 80%.
Penanaman modal dibidang usaha perhotelan cukup besar. Saat ini biaya
penanaman model hotel bintang 3,4, dan 5 untuk satu kamar mencapain 60-130
juta, sedangkan hotel bintang 1 dan 2 sekitar 20-45 juta. Untuk hotel non-bintang
biaya penanaman modal untuk satu kamar mencapai 8-20 juta.
Masalah yang dihadapi bidang usaha perhotelan saat ini terutama adalah
tingkat penghunian kamar yang rendah, biaya operasional besar, tingkat suku bunga
tinggi, serta tenaga pimpinan tingkat atas dan menengah masih kurang.
Meski pada saat ini bidang usaha perhotelan dapat dikatakan lesu, tapi
menurut perkiraan Lembaga Studi Pariwisata Indonesia (LSPI) prospek bidang

26
usaha perhotelan di Indonesia di masa datang cukup baik, asalkan berbagai pihak
berusaha keras mengatasi kendala-kendala yang dihadapi bidang usaha ini.
Jumlah hotel bintang dan kamar hotel bintang pada tahun 1993 sebanyak
56,8 unit dengan 50.583 kamar, sehingga terjadi kenaikan sebanyak 53 unit (10,3%)
terhadap tahun 1992 yaitu sebanyak 515 unit, sedangkan jumlah kamar terjadi
kenaikan sebanyak 5.338 (11,8%) terhadap periode 1992 dengan jumlah 45-245
buah kamar.
c. Usaha Restoran
Restoran terutama di kota-kota besar tumbuh bagaikan cendawan di musim
hujan. Hamper setiap hari terlihat restoran baru di buka, lengkap dengan berbagai
makanan yang menarik. Pertumbuhan restoran di Indonesia berhubungan dengan
perubahan pola hidup masyarakat baik kebiasaan untuk makan di luar rumah
maupun kebiasaan berwisata. Sejak sepuluh tahun terakhir ini di kalangan sebagian
masyarakat makan di luar rumah baik bersama keluarga, teman atau relasi dagang
sudah merupakan hal yang biasa. Akibat kebutuhan di luar ini restoran pun tumbuh
dengan pesat.
Meski kebutuha makan di luar rumah meningkat, namun tak jarang pula ada
restoran yang bangkrut. Banyak orang yang mengira bidang usaha restoran
merupakan bidang usaha yang sederhana. Bila makanannya enak tentu dicari orang.
Sekarang ini dalam masa perdagangan yang penuh persaingan usaha restoran
tidaklah sesederhana itu lagi. Makanan yang enak saja tidaklah cukup, perlu
dipikirkab letak yang strategis, tarif yang rasional, mutu pelayanan yang baik dan
yang paling penting lagi adalah teknik pemasaran yang jitu.
Menurut data Direktorat Jenderal Pariwisata pada tahun 1983 terhadap 1143
restoran dengan 76.623 kursi. Sekarang jumlah tersebut tentu telah jauh berubah.
Dibandingkan dengan Negara lain.
Upaboga (gastronomi) merupakan salah satu daya tarik di bidang
pariwisata. Negeri kita mempunyai aneka ragam budaya dengan jenis makanan
yang berbeda-beda. Keunian masakan masing-masing daerah merupakan daya tarik
pula. Ditinjau dari segi jenis menu, masakan Indonesia kaya akan variasi. Selera
konsumen belakangan ini ternyata lebih menyukai makanan spesifik, baik makanan

27
daerah atau makanan internasional. Restoran yang menyediakan menu lengkap
mulai tertinggal perkembangannya dari restoran spesifik. Mungkin konsumen
mencari jenis makanan yang tidak biasa mereka nikmati sehari-hari di rumah.
Pembinaan usaha restoran secara lebih terarah baru dilaksanakan dalam
kabinet pembangunan V yakin pada tahun 1991 antara lain melalui kegiatan
klasifikasi yang dikelompokkan menjadi 3 kegiatan yaitu : Talam Selaka, Talam
Gangsa, Talam Kencana.
d. Usaha Biro Perjalanan
Bidang biro perjalanan merupakan salah satu unsur penting dalam industri
pariwisata. Biro perjalanan memberikan pelayanan jasa untuk mempermudah
kegiatan wisata. Berdasarkan ruang lingkup usaha bisa dibedakan apa yang disebut
‘agen’ dan ‘biro perjalanan’. Agen perjalanan memberikan jasa dalam menjualkan
tiket angkutan seperti kereta api, bis, pesawat terbang, kapal laut dan akomodasi,
seperti hotel dan sebagainya.
Pada tahun 1983 terdapat 185 biro perjalanan, 112 cabang biro perjalanan
dan 144 agenda perjalanan di Indonesia. Kegiatan biro perjalanan dibagi dalam
inbound (memasukkan wisatawan asing) atau outbound (mengirimkan wisatawan
Indonesi keluar negeri). Kebanyakan biro perjalanan dahulu lebih mengutamakan
kegiatan outbound karena usaha ini segera menghasilkan uang kontan, disamping
keuntungan yang diperoleh cukup besar.
e. Usaha Cenderamata
Usaha cenderamata merupakan salah satu mata rantai dalam kegiatan
industri pariwisata. Usaha ini merupakan bidang yang penting karena dapat
menyerap banyak tenaga kerja.
Di Negara kita usaha cenderamata juga sudah mulai tumbuh. Terutama di
Bali di maju pesat. Tetapi jika dibandingkan negeri lain bisnis cenderamata di
negeri kita masih lemah.
Pemerintah telah mencoba untuk merangsang bisnis cenderamata ini
dengan mendirikan gedung pusat disain. Diharapkan gedung ini dapat membantu
para pengrajin dalam menciptakan disain yang disukai oleh wisatawan. Hanya
usaha ini belum banyak membuahkan hasil. Usaha cenderamata di negeri kita

28
agaknya masih terbilang kerdil. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain :
kurang modal, sewa ruang tingg, jumlah produk sedikit dan tidak ada standar.
Karena selama ini usaha cenderamata lebih banyak digeluti oleh pengusaha modal
lemah dan menengah.
f. Peluang di Bidang Pariwisata
Mungkin banyak pembaca yang merasa bahwa peluang untuk berusaha di
bidang pariwisata di Indonesia saat ini tidaklah cerah. Industri pariwisata memang
menunjukkan kecenderungan meningkat. Di masa depan jumlah kunjungan
wisatawan asing maupun kegiatan pariwisata domestic diperkirakan akan terus
berkembang.

4. Buku 4

BUKU 4 BAB 2. DASAR DAN KONSEP PARIWISATA.


2.01. Pariwisata, Suatu Industri?
Sering diperbincangkan umum, apakah pariwisata itu suatu industri serupa kelompok usaha seperti
industri baja, industri mobil, industri elektronik, dan sebagainya.Sebagian sebab dari masalah
adalah bahwa industri umum diidentifikasikan dengan manufacturing atau usaha produksi barang.
Bagi orang politik, industri dihubungkan dengan kuota ekpor/impor tarif, tenaga kerja dan
pentingnya untuk ekonomi nasional. Masalah lain adalah bahwa industri pariwisata bukan satu
industri, tetapi dalam realita, suatu kumpulan bisnis yang masing-masing menjual jasa pariwisata.

2.02. definisi industri pariwisata


Di dalam undang-undang nomor 9 tahun satu sembilan sembilan puluh tentang kepariwisataan
disebut dalam pasal 1 ayat 5 :
usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau
menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata usaha barang pariwisata dan usaha
lain yang terkait di bidang tersebut. untuk keperluan menulis buku ini definisi yang dipakai adalah
industri pariwisata adalah suatu susunan organisasi baik pemerintah maupun swasta yang terkait
dalam pengembangan produksi dan pemasaran produk suatu layanan untuk memenuhi kebutuhan
dari orang yang sedang berpergian (pelancong, musafir).

29
2.031. jenis usaha pariwisata
Jenis usaha yang bersangkutan dengan perjalanan pariwisata cukup besar. usaha itu dapat dibagi
dalam dua kolongan yaitu yang pertama usaha yang tidak ada apabila tidak ada perjalanan.
Kedua usaha yang ada dan bersangkutan dengan pariwisata bila ada pariwisata.
Ketiga menjadi golongan a dan golongan b
Gol A : akomodasi, transportasi dan jasa pelayanan
Gol B : transportasi, jasa makanan, fasilitas rekreasi budaya, terus hiburan,pengecer.
2.03. siapakah wisatawan?
pariwisata yang merupakan suatu fenomena multi dimensi anal menumbuhkan kita petualangan
romantic dan tempat-tempat exotic dan juga meliputi realita ke dunia seperti bisnis kesehatan dan
lain-lain.
kata pariwisata sehari melanjutkan bidang perjalanan dan juga pertumbuhan meningkat dari orang-
orang yang sedang makan perjalanan biasanya disebut tulis atau wisatawan.
Wisatawan mancanegara adalah setiap orang yang bukan penduduk indonesia yang melakukan
perjalanan atau per singgah and sementara ke wilayah geografis indonesia untuk keperluan apapun
kecuali mencari penghasilan ataupun nafkah. maksud tujuan tersebut adalah untuk mengunjungi
atau menghadiri bisnis dan kerabat atau teman.
Adanya konferensi rumah 1963. oleh united nations konferensi internasional travel and turis dan
definisi nya yaitu setiap orangnya mengunjungi suatu negara bukan gimana ya bermukim lagi
setiap keperluan yang bukan untuk mendapatkan penghasilan disebut visitor atau pengunjung. visit
order ya udah dua kelompok travel yang pertama ada wisatawan yang kedua ada pelancong. untuk
wisatawan itu sendiri pengunjung sementara yang tinggal suatu negara lebih dari 24 jam dan
motivasinya itu biasanya untuk liburan bisnis keluarga seminar dan lainnya. sementara pelancong
pengunjung sementara yang melawat kurang dari 24 jam di daerah tujuan kunjungannya dan tidak
menginap termasuk penumpang kapal pesiar.
Motivasi kunjungan yang digunakan di indonesia adalah :
1. Bisnis
2. Official mission atau dinas resmi
3. Convention atau pertemuan intensif
4. Holiday berlibur
5. Education pendidikan

30
6. Ade kunjungan keluarga atau kawan

2.04. destinasi pariwisata


perencanaan pengembangan dan pemasaran suatu destinasi memerlukan kerjasama arab dari
pejabat pemerintah dan juga memerlukan pakar ekonomi sosiologi purbakala dan banyak
profesional lainnya.
destinasi merupakan suatu kawasan spesifik yang dipilih oleh seorang pengunjung yang dapat
tinggal selama waktu tertentu. kata destinasi dapat membingungkan juga karena digunakan untuk
suatu kawasan terencana yang sebagian atau seluruhnya dilengkapi self kontainer dengan amini
tas dan pelayanan produk wisata.

2.05 atraksi dan ciri destinasi


atraksi dan ciri destinasi adalah penting untuk keperluan rekreasi belanja hiburan terbentuk lainnya
dari suatu hiburan. jelas tidak hanya kualitas atraksi tetapi juga kualitas mempengaruhi keputusan
wisatawan untuk berkunjung khususnya kunjungan liburan.sebaliknya wisatawan untuk
berkunjung bisnis atau kunjungan barat ke tidak dapat dipengaruhi oleh usaha promosi wisata
seperti kunjungan berlibur.
PATA 1967 menghasilkan urutan :
1. Masyarakat ramah dan hangat
2. Akomodasi nyaman
3. Pemandangan alam yang indah
4. Harga yang layak
5. Adat istiadat dan kehidupan masyarakat.

American express 1977 membelikan urutan :


• Pemandangan alam yang indah
• Sikap ramah penduduk lokal
• Akomodasi layak
• Istirahat dan santai
• Tarif penerbangan

penduduk hongkong menurut PATA 1984 memberikan urutan:


1. pemandangan yang indah

31
2. Masyarakat ceramah dan hormat
3. Akomodasi baik modern
4. Tidak mahal untuk dikunjungi
5. Stabilitas politik dari negara yang dikunjungi

Perencanaan dan pengembangan suatu destinasi meliputi sebagian besar dari sumber daya fisik
atau komponen produk wisata tidak kurang penting adalah analisis para pengunjung potensial,
bijaksana harga dan spek financial yang menentukan kelayakan ekonomi dan pengembangan.
Dalam keinginan untuk mengembangkan wilayah menjadi sesuatu daerah tujuan wisata diperlukan
suatu surf pasar dan surf potensi wisata sebagai aktivitas persiapan perkembangan wilayah. kedua
macam penelitian tersebut perlu dilakukan bersamaan dani juga analisis pasar dan analisis potensi
wisata. apabila hasil analisis tersebut memuaskan maka persiapan diteruskan dengan perencanaan
konseptual.
Buku ini memberikan gambaran dan keterangan mengenai hal-hal dalam bidang pemasaran yang
perlu disurvei dan dianalisis. dari pembentukan suatu daerah tujuan wisata adalah mengidentifikasi
apa daya tarik daerah itu dan apa yang harus dilakukan untuk menjual saya tarik tersebut pada
salon-salon pengunjung pertanyaan yang harus kita jawab ya itu apa yang akan diinginkan kenapa
potensi wisata yang dapat dikembangkan? dengan kata lain kita tidak akan mengembangkan
potensi wisata dan kemudian burung mencari pasar wisatanya.pembangunan hendaklah dilakukan
setelah diketahui apa yang ingin dibeli pengunjung.
2.06. tujuan dan sasaran pengembangan pariwisata
direktorat jenderal pariwisata dibentuk untuk memenuhi kebutuhan sasaran nasional dan
pelaksanaan kebijaksanaan umum kepariwisataan. di antara terjun dan sasaran tersebut termasuk
sasaran internasional sasaran dalam negeri. sasaran tersebut tersiar dalam undang-undang nomor
5 tahun 1992 tentang kepariwisataan. mengenai in bon turis wisata mancanegara konser atau
kendal bisa terjadi dengan lembaga-lembaga lain yang seperti misalnya mengenai keamanan
negara pencegahan penyelundupan perlindungan lingkungan dan reservasi sumber daya atau
budaya. birokrasi dapat pula memperlambat kelancaran pengembangan pariwisata mbak adanya
badan penasihat pengembangan pariwisata daerah bab pada dapat membantu kelancaran
pelaksanaan tugas dinas pariwisata daerah diparda.

32
saling keterkaitan antara usaha wisata dan usaha wisata dengan pancong atau wisatawan perlu
dikenal di dalam konsep keterkaitan usaha dan organisasi wisata digolongkan sebagai berikut:
adanya penyedia jasa wisata langsung usaha pendukung wisata, organisasi pengembangan wisata.
2.07.1. golongan penyedia jasa wisata langsung
golongan ini meliputi usaha yang menyangkut perjalanan seperti penerbangan hotel transportasi
darat lokal bos perjalanan restoran dan tokoh eceran. Usaha-usaha ini memberikan layanan
aktivitas dan produk kepada orang yang melakukan perjalanan. golongan usaha ini yang dikenal
oleh wisatawan dan oleh masyarakat umum sebagai usaha wisata.
2.07.2. golongan usah pendukung wisata
golongan ini meliputi usaha jasa khusus seperti terorganisir atau travel reset firm.
2.07.3. golongan organisasi pengembangan wisata
golongan ini sangat berbeda dengan dua golongan pertama yakni meliputi kesulitan perencanaan
badan pemerintah lembaga financial developer the property lembaga latihan dan pendidikan.
proses pengembangan suatu kawasan wisata utama dapat meminta waktu 15 sampai 20 tahun
sebelum berkembang lengkap. keputusan dan hasil dari studi pengembangan pariwisata sifatnya
adalah berjangka panjang bukan seperti dua golongan terdahulu dan sasarannya adalah pada
operasi.
2.08. tiga bidang pariwisata
dalam usaha pariwisata terdapat tiga bidang ngapain terkait jatuh tergantung anda datang ke
perpaduan yaitu :
1. Perencanaan pariwisata
2. Pemasaran pariwisata
3. Pengelolaan pariwisata

2.09. aktivitas pariwisata


pariwisata adalah suatu aktivitas dunia yang paling besar menghasilkan devisa dan menyebabkan
banyak yang dampak pada lingkungan dan pada cara hidup masyarakat.
2.10. kitab fungsional pariwisata
Pariwisata adalah topik yang amat kompleks menyangkut berbagai bidang disiplin bahas dedi
pariwisata foto dilakukan dengan menggunakan sistem.
atraksi adalah pergerakan pariwisata tanpa atas wisata tidak ada pariwisata tidak diperlukan
transportasi tes lagi patokannya akomodasi dan pelayanan jasa pendukung wisata.setiap komponen

33
utama perlu diteliti dan dianalisis sebab komponen-komponen itu salam berkaitan dan
ketergantungan dan juga ada perpaduan. salah satu contohnya adalah pertunjukan ramayana yang
terletak di jogjakarta. hal semua tidak luput dari atraks,i promosi, pasar transportasi fasilitas dan
pelayanan.

34
BAB III
PEMBAHASAN
A. BUKU 1

Penulis menjelaskan penjelasan dengan sangat lengkap. Penjelasan dijelaskan secara


umum dan juga secara khusus. Penjelasan mengenai kuliner dibahas dengan mendetail dan
terstruktur. Isi dari buku ini juga mengambil banyak kutipan mengenai hal yang dibahas.
Penulisan juga mudah dipahami oleh pemula yang ingin mengenal kuliner.

B. BUKU 2

Kelebihan:
1. Buku ini sudah baik karena menjelaskan apa itu dokumen perjalanan dan apa saja
dokumen perjalanan yang digunakan.
2. Buku ini membahas secara detail mengenai paspor, mulai dari jenisnya, fungsinya,
jangka waktu dan lainnya. Hal ini sangat baik karena sangat membantu pembaca
mengetahui jelas mengenai paspor.

Kekurangan:
3. Tidak semua subbab dijelaskan secara rinci seperti menjelaskan paspor.

C. BUKU 3
1. Keunggulan

 Secara seluruh teori yang tercantum dalam buku ini sudah bagus, sebab terdapat
banyak menceritakan sejarah dari pariwisata itu sendiri, dan juga tahap-tahap
perkembangan dari industri pariwisata. Walaupun menceritakan terkait sejarah,
tidak lupa juga buku ini di dukung oleh list data-data terkait pariwisata yang ada.
 Jika dibandingkan dengan buku yang lain, buku ini sangat simple sebab selain
isinya yang ringkas dan kompleks, buku ini juga langsung pada bahasan inti
sehingga buku memiliki ketebalan tipis yang mudah dibawa.

35
 Secara EYD buku ini juga telah baik pada setiap paragraph ataupun kalimatnya,
seperti contohnya setiap paragraph selalu ditab, itu salah satu syarat dalam
penulisan karya.
 Setiap pembahasan pada bab nya dilengkapi gambar terkait pembahasan dan
pariwisata yang dari dulu sudah ada. Sehingga pembaca pun akan merasa lebih
interes atau menarik dengan buku ini.
 Buku ini dapat dijadikan referensi baik untuk digunakan dalam belajar mengajar
ataupun sebagai referensi dalam sebuah penelitian.
 Buku ini mengajak kita untuk mengetahui perkembangan dari pariwisata baik
dalam negeri atau pun dari luar negeri, sehingga kita dapat membandingkan atau
mengevaluasi dengan perkembangan pariwisata saat ini.
 Pada pembahasan dibuku pada bagian C, ada diterangkan terkait macam-macam
industri pariwisata. Dan didalamnya ada membahas mengenai usaha restoran
sesuai dengan bidang bahasan saat ini , yang mana hal ini menjadi salah satu
keunggulan buku ini. Buku ini tidak terlalu sempit pembahasan nya, sebab buku
ini membahas dari berbagai bidang baik ekonomi, budaya, komunikasi, penyakit,
suasana. Sehingga hal ini menjadi salah satu keunggulan dalam buku ini yang
tidak terdapat di buku pembanding.
2. Kelemahan

 Buku terakhir dicetak pada tahun 1996, sehingga data yang tercantum dalam
buku mengutip data lama belum yang terkini. Akan lebih baik jika buku direvisi
dan menambahkan data terbaru terkait kemajuan pariwisata saat ini. Karena
selang 23 tahun lalu dari tercetaknya buku, pasti sudah banyak mengalami
perubahan pada bidang pariwisata sekarang ini. Sehingga hal tersebut perlu kita
ketahui bersama-sama agar industry pariwisata negera kita bisa lebih
berkembang dengan tambahan inovasi-inovasi anak muda zaman sekarang.
 Buku belum memiliki status ISBN, tetapi hanya ada keterangan nomor kode
penerbit. Hal ini disebabkan tahun dicetaknya buku keterangan ISBN belum
berlaku saat itu. Tapi hal ini tida mengurangi kualitas dari isi buku.

36
D. BUKU 4
Buku ini sangat layak dijadikan sebagai pedoman untuk perencanaan pariwisata
dan pengembangan destinasi pariwisata untuk pemula. karena di buku ini kita diajarkan
bagaimana cara kita untuk mengambil langkah dasar untuk memahami konsep pariwisata
itu sendiri, kemudian kita juga diberi tahu perencanaan dalam pengembangan pariwisata,
kemudian buku ini juga menjelaskan apa sajakah faktor perencanaan pengembangan itu
sendiri. Sehingga buku ini sangat lengkap dan jelas. Menggunakan bahasa ilmiah sehingga
pembaca mudah memahami isi dari buku.yang terpenting adalah buku ini memberikan
gambaran kan keterangan mengenai hal-hal dalam bidang pemasaran yang perlu di survei
dan dianalisis.

37
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah kedepannya dengan sumber-
sumber yang lebih banyak.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini untuk kedepannya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis khususnya para pembaca yang budiman. Sekian
penutup dari kami.

38
DAFTAR PUSTAKA

1.

2.

3. Samsuridjal dan Kaelany. Peluang di Bidang Pariwisata. 1996. Jakarta :PT. Mutiara

Sumber Widya

4.

39

Anda mungkin juga menyukai