Anda di halaman 1dari 10

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

MIKROPALEONTOLOGI

JENIS-JENIS MIKROFOSIL

OLEH:
MUHAMMAD RESKY
D61116305

GOWA
2017
JENIS-JENIS MIKROFOSIL

Berdasarkan komposisi dinding cangkang

1. Siliceous Mikrofosil
Yaitu mikrofosil yang komposisi dinding cangkangnya berasal dari silikon

a. Radiolaria

Radiolaria, juga disebut Radiozoa, adalah protozoa dari diameter 0,1-0,2 mm yang
menghasilkan rangka mineral yang rumit, biasanya dengan kapsul pusat membagi sel ke bagian
dalam dan luar endoplasma dan ektoplasma. Mereka ditemukan sebagai zooplankton seluruh
samudera, dan sisa-sisa kerangka mereka membuat sebagian besar dari sampul dasar laut sebagai
cairan mengandung silika. Karena mereka cepat turn-over spesies, mereka
adalah fosil diagnostik penting yang ditemukan dari Kambrium dan setelahnya. Beberapa fosil
radiolaria umum termasuk Actinomma, Heliosphaera dan Hexadoridium.

Fosil radiolaria dikenal sebagai penunjuk untuk mengenali lingkungan pengendapan laut
dalam. Hal tersebut bukan berarti radiolaria hidup di laut dalam, tetapi cangkang radiolaria yang
telah mati jatuh sampai ke dasar samudra. Hal ini lantaran cangkang tubuh radiolaria terbuat dari
bahan silika (SiO2) yang secara kimiawi tahan terhadap pengaruh kondisi lingkungan laut dalam.
Menurut suatu teori, nun jauh di kedalaman laut, terdapat bidang maya yang disebut CCD
(Carbonate Compensation Depth). Di bawah kedalaman bidang CCD ini – berada pada
kedalaman antara 3000 hingga 4000 m – terjadi laju pelarutan partikel bahan karbonat yang lebih
cepat daripada laju pengendapannya. Jadi, para plankton yang cangkang tubuhnya terbuat dari
bahan karbonat (kalsit, CaCO3) seperti cangkang foraminifera hancur dan larut begitu melewati
CCD. Sedangkan radiolaria yang ‘tulang belulang’nya terbuat dari silika bisa bertahan dan
sukses bersemayam di lantai samudra.

Tumpukan cangkang radiolaria akan membentuk sedimen dan selanjutnya terkompaksi


(terpadatkan) menjadi lapisan batuan yang disebut chert. Bila di dalam sedimen chert masih
tersimpan jejak radiolaria, batuannya disebut ‘radiolarian chert’ atau ‘radiolarite.’ Kita menyebut
batuan ini sebagai ‘rijang’. Rijang juga biasa terbentuk di dekat gunung api bawah laut di
pematang tengah samudra. Lava yang keluar dan bersentuhan langsung dengan air laut segera
membeku berbentuk seperti bantal. Lava bantal ini sering berdampingan dan menjari jemari
dengan rijang seperti yang dapat dijumpai di Karangsambung, Jawa Tengah.

b. Diatom

Diatom (dari bahasa Yunani dia yang berarti ' through ' dan tomos yang berarti ' cutting ')
adalah suatu kelompok besar dari algaplankton yang termasuk paling sering ditemui.
Kebanyakan diatom adalah bersel tunggal, walaupun beberapa membentuk rantai atau koloni.
Sel diatom dilapisi dinding sel unik yang terbuat dari silika. Diatom memiliki klorofil dan
mampu berfotosintesis.

Beberapa spesies dari diatoms dapat bergerak lambat di permukaan dan yang lainnya
tidak, cara bergerak diatom sangat unik bila dibandingkan dengan mikroorganisme lainnya, dari
dalam menuju keluar kerangkanya diatom mensekresikan air yang memungkinkanya meluncur
din atas batu ataupun pasir. semua jenis diatom adalah mikroorganisme fotosintetik yang
memiliki pigmen kuning (carotenoid) dan hijau (klorofil a dan b) yang mampu menghasilkan
produk fotosintetik yang sangat besar yaitu 20 – 25 % dari total produk fotosintetik yang
dihasilkan di bumi. Oleh sebab itu diatom memerankan fungsi penting dalam rantai fofosintetik
di bumi. Tetapi beberapa spesies dari diatoms tidak memiliki pigmen warna dan hidup di
permukaan melekat pada substrat seperti rumput laut dan batu sebagai heterotrop.

Diatoms memiliki ukuran 10 – 20 micronmeter hingga beberapa millimeter. Diatom


dikalasifikasikan kedalam 2 kelas yang di bedakan berdasakan struktur dan evolusinya , yaitu

Centrics yaitu diatom yang memiliki bentuk simetri radial : Diatom tipe sirkular
berbentuk bulat, tersusun simetris radial, dan merupakan tipe yang lebih primitive dibanding tipe
pinnate,contohnya adalah Melosira sp, Thallassioria sp, Coscinodiscus,dll.

Pennates adalah diatom yang memiliki bentuk simetri lateral memiliki bentuk
memanjang simetris bilateral, tersusun atas raphe (ruas) dan sebagian memiliki raphe yang semu
disebut pseudoraphe, contohnya, Pinnularia sp, Navicula sp, Grammatophora sp.

Ada beberapa hal menarik dari diatom ini, yaitu dinding sel diatom sebagian besar
tersusun dari silica (SiO2) berupa material seperti kaca. Cangkang kaca ini atau disebut dengan
fructule tebuat dari dua buah cangkang atas dan bawah yang saling menyatu dengan yang lain,
salah satu bagian terpasang pada bagian yang satunya. Biasanya berbentuk flat, bundar atau
memanjang. Fructule memiliki hiasan khusus berupa pori pori dan ornament yaitu pola yang
mendetail, pola yang bermacam – macam berguna untuk menidentifikasi berbagai jenis dari
diatoms, selain itu pola pola yang ada pada cangkangnya membuat diatom terlihat sangat indah
dibawah mikroskop.

Diatom dapat di gambarkan seperti petridisk yang terdiri dari dua bagian, bagian atas di
sebut dengan epiteca dan bagian bawah di sebut hipoteka dan diantara kedua struktur tersebut
terdapat celah yang sebut rafe.

Habitat dari diatom adalah hampir di semua jenis perairan, mulai dari perairan laut dan
air tawar, selain itu diatom dapat di temukan dalam semua jenis kondisi air, dari mulai yang
tercemar hingga air yang paling bersih. Dalam suatu perairan diatom akan hidup dan terus
memperbanyak diri, dengan keragaman jenisnya, Jika kondisi lingkungan di perairan terserbut
berubah spesies yang tidak tahan terhadapa perubahan lingkungan akan hilang, dan akan muncul
spesies baru yang akan mengisi lingkungan terserbut, dan kualitas air dapat dijadikan inidator
terhadap keberagaman diatom di lingkungan tersebut. Kualitas air yang semakin baik maka
keragaman spesies yang ada di lingkungan tersebut tinggi, dan sebaliknya dengan kualitas air
yang tidak baik atau tercemar polutan maka keragaman diatom akan rendah, itu lah mengapa
dalam beberapa tulisan diatom disebut sebagai indikator perairan bersih. Selain itu ada beberapa
factor internal yang dapat mempengaruhi jumlah diatom di perairan Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat diatom yang dikandung pada sebuah perairan diantaranya faktor fisik
seperti cahaya, temperatur, kekeruhan, dan lainnya. Sedangkan faktor kimia yang berpengaruh
antara lain kadar oksigen, karbon dioksida, pH, dan adanya unsur hara.

c. Silicoflagelata & Ebridians

Silicoflagellata tersebar secara luas di seluruh dunia, hidup pada zona neritik dan juga
perairan dingin. Silicoflagellata adalah plankton laut yang mampu memperoleh energi baik
sesara autotrof maupun heterotrof. Silicoflagellata merupakan fitoplankton yang berukuran
sangat kecil yakni 6-20μm. Tubuh organisme ini berbentuk seperti lempeng bintang dengan
pseudopodia yang muncul dari permukaan tubuhnya dan membentuk duri. Selnya memiliki
banyak plastida kecil yang berbentuk bulat (Roger, 1988). Pergerakan tubuhnya dilakukan
dengan bantuan salah satu flagella yang panjang. Flagella terletak didekat salah satu duri pada
permukaan tubuhnya. Duri pada kerangka pada organisme ini berfungsi untuk mengapung
diperairan. Kerangka Silicoflagellata biasanya terdiri 1-2% dari komponen mengandung silika
sedimen laut.

2. Phosphatic Mikrofosil
Yaitu mikrofosil yang komposisi dinding cangkangnya berasal dari calcium karbonat.

a. Conodonta

Conodonta adalah chordata yang telah punah dan menyerupai belut. Makhluk ini
diklasifikasikan ke dalam kelas Conodonta. Selama bertahun-tahun, hanya fosil gigi makhluk ini
yang ditemukan (dan disebut elemen conodont), hingga akhirnya suatu hari fosil conodont yang
bergigi ditemukan. Hingga kini, informasi mengenai jaringan lembut conodont masih kurang
banyak diketahui. Hewan ini juga disebut Conodontophora (pembawa conodont) untuk
menghindari ambiguitas

3. Calcareous mikrofosil
Yaitu Mikrofosil yang komposisi dinding cangkangnya berasal dari calcium karbonat.

a. Foraminifera

Foraminifera, Atau Disingkat Foram, Adalah Grup Besar Protista Amoeboid Dengan
Pseudopodia. Cangkang Atau Kerangka. Foraminifera Merupakan Petunjuk Dalam Pencarian
Sumber Daya Minyak, Gas Alam Dan Mineral.
Foraminifera Merupakan Makhluk Hidup Yang Secara Taksonomi Berada Di
Bawah Kingdom Protista, Filum Sarcomastigophora, Subfilum Sarcodina, Superkelas
Rhizopoda, Kelas Granuloreticulosea, Dan Ordo Foraminiferida. Foraminifera Berdasarkan Cara
Hidupnya Dibagi Menjadi Dua Kelompok, Yaitu Foraminifera Yang Hidup Di Dasar Laut
(Benthonic Foraminifera) Dan Foraminifera Yang Hidup Mengambang Mengikuti Arus
(Panktonic Foraminifera). Foraminifera Bentonik Pertama Mulai Hidup Sejak Zaman Kambrium
Sampai Saat Ini, Sedangkan Foraminifera Planktonik Hidup Dari Zaman Jura Sampai Saat Ini.
Foraminifera, Sekalipun Merupakan Protozoa Bersel Satu, Merupakan Suatu Kelompok
Organism Yang Sangat Komplek. Foraminifera Dibagi Menjadi 12 Subordo Oleh Loeblich Dan
Tappan (1984) Dan Lebih Dari 60,000 Spesies Telah Terindentifikasi Hidup Selama
Fanerozoikum (Phanerozoic, Dari Kira-Kira 542 Juta Tahun Yang Lalu Sampai Sekarang).

a) Foraminifera Bentonik

Sebagai Indikator Lingkungan Pengendapan

Foraminifera gampingan yang berbentuk cakram dan berukuran relatif besar (foram
besar), menunjukkan laut dangkal, dekat pantai dan beriklim tropis sampai subtropis. contoh:
famili camerinidae, peneroplinidae, alveolinidae, amphisteginidae, calcarinidae, dan
planorbulinidae. famili yang sudah punah & diduga hidup dalam kondisi yang sama adalah
orbitoididae, discocyciclinidae, dan miogypsinidae.

Assemblage (Kumpulan) yang sama dgn di atas tetapi ditambah dengan bentuk foram
sesil carpentaria, serta rupertia dan cupularia dari bryozoa dan sedikit foram plangtonik
menunjukkan lingkungan terumbu.Kumpulan fosil yang hampir semuanya terdiri dari bentuk-
bentuk arenaceous seperti hormosina, cyclammina, haplophragmoides, trochammina, gaudryna
dan verneullina, seringkali dihubungkan dengan lingkungan turbidit, pengendapan pada mulut
suatu delta yang besar, serta pengendapan kembali suatu longsoran lempung.

b) Foraminifera Plangtonik

Sebagai Indikator Lingkungan

Golongan Plangton Banyak Hidup Pada Kedalaman 30 Meter Di Bawah Permukaan


Laut. Jarang Yang Hidup Pada Kedalaman Di Bawah 100 Meter Dan Hanya Beberapa Saja
Yang Dapat Hidup Di Bawah 200 Meter Seperti Globorotalia Menardii Yang Berdinding Tebal
Dan Sphaeroidinella Dehiscens Yang Dapat Hidup Pada Kedalaman Sekitar 300 Meter.

Rasio Plangtonik Dan Bentonik Dapat Menunjukkan Kedalaman Tertentu:

Environment Depth In Meters % Pelagic/Benthic Ratio

Inner Shelf 0-20 Meter 0-20%

Middle Shelf 20-100 Meter 20-50%


Outer Shelf 100-200 Meter 20-50%

Upper Slope 200-500 Meter 30-50%

Lower Slope 500-2000 Meter 50-100%

Foraminifera Plangtonik
Sebagai Indikator Suhu Purba

• Murray (1897) membuat tabel dari spesies-spesies foram plangton yang hidup di air panas
dan dingin:

- Tropical: Globigerinoides sacculifer (Brady), Globorotalia cultrata (d’Orbigny),


Globorotalia tumida (Brady), Pulleniatina obliqueloculata (Parker & Jones), Sphaeroidinella
dehiscens (Parker & Jones).

- Temperate: Globorotalia hirsuta (d’Orbigny), Globorotalia inflata (d’Orbigny),


Globorotalia truncatulinoides (d’Orbigny).

- Subartic: Globigerina bulloides d’Orbigny, Globigerina pachyderma (Ehrenberg),


Globigerina quinqueloba Natland.

- Arctic (Anarctic): Globigerina pachyderma (Ehrenberg).

b. Calcareous alga

Adalah alga yang menyimpan atau mengendapkan kalsium karbonat di dalam


jaringannya biologi dari calcareous alga

1) Aquatik
2) Autotrophic
3) Tumbuhan Nonvascular
4) Thallus
5) Chlorophyl

Jika alga mati, dia akan meninggalkan fosil “skeleton” yang sebenarnya bukanlah skeleton
sesungguhnya, tetapi endapan kalsium karbonat yang terbentuk seperti skeleton. Skeleton-
skeleton inilah yang nantinya akan membentuk sedimen pada tropikal lagoon dan reef Ostracoda,
Pteropoda, Bryozoa

Klasifikasi
1) Phylum Cyanophyta (blue-green algae): Girvanella, Renalcia, Sphaerocodium
(Cambrian-Paleogen)
2) Phylum Rhodophyta (red algae): Solenopora, Parachatetes, Archaeolithophyllum,
Cunelphycus, Lithothamnium, Lithophyllum, Corallina (Cambrian-Recent)
3) Phylum Chlorophyta (green algae): Eugonophyllum, Halimeda, Diplopora (Cambrian-
Recent)
4) Phylum Charophyta

4. Organic-walled Mikrofosil
Yaitu Mikrofosil yang komposisi dinding cangkangnya berasal dari bahan organik.

a. Dinoflagelata

Tubuhnya organisme ini dikelilingi oleh selulosa. Noctiluca miliaris kebanyakan hidup di
air laut. Noctiluca miliaris dapat memancarkan sinar (bioluminense) apabila tubuhnya terkena
rangsangan mekanik.

Karakteristik dari dinoflagelata, hanya sekitar setengah dari spesies dinoflagelata yang
mengandung pigmen yang dapat berfotosintesis, sementara yang lain adalah hetertotrop. Hanya
dinoflagelata yang mampu untuk fotosintesis yang dibahas disini. Adanya dua pola pigmentasi
adalah hal yang umum terjadi pada dinoflagelata. Banyak dinoflagelata yang mcmiliki klorofil A
dan C2 dan peridinin, sementara yang lain memiliki klorofil A, Ci dan C2 dan fucoxanthin.
Keberadaan pigmen yang ada pada sedikit dinoflagelated yang lain akan dibicarakan kemudian.
Karbohidrat disimpan scbagai zat tepung, tetapi keberadaan lemak mungkin lebih penting
sebagai cadangan. Sel dari dinofelgelatri tidak dilingkupi olch dinding tetapi memiliki sebuah
theca sebagai pokok membran sel, yang mana terdiri dari piling yang tenuri dari selulosa.
Nukleus dan koroplast memiliki sifat yang tidak biasa.

Kebanyakan dinoflagelata adalah sel biflagelata solitary. Dua tipe dasar teteh dapat
dibedakan. Desmokontt memilild dua anterior flagelata ; satu flagellum mungkin melingkari
diatas permukaan sel Dinokont memiliki segala insert yang lateral; satu flagelum adalah seperti
pita dan melingkari sel pada sebuah lekukan dan flagellum yang lain berkembang terbaik. Tipe
sel dinikont dibagi oleh lekukan ekuatorial atau korset kedalam epiconc dan hypocone.
Flagellum posterior berkembang sampai ke tempat penurunan yang disebut sulcus. Nama
dinoflagelata berasal dari gerakan berputar dari sel swimming. Meskipun kcbunyakan
dinoflagelata adalah flagelata uniselular, koloni dari sel flagelata, sel non-flagelata, pengumpulan
palmelloid, dan filamen adalah diketahui. Sel vegetatif non flagelata menunjukkan reproduktif
membentuk dinokonta
b. Spora & Polen

Spora dan pollen memiliki lingkungan pengendapan yang berbeda dengan mikrofosil
yang lain. Misalnya saja, foraminifera bentonik atau planktonik biasa terendapkan di lingkungan
shelf, batial, abisal dan transisi (jumlahnya relatif sedikit). Yang paling dominan menjadi penciri
lingkungan pengendapan terutama adalah foraminifera bentonik karena hidupnya yang
menambat di bawah permukaan air, sedangkan foraminifera planktonik hidupnya mengambang
atau melayang di perairan sehingga sulit untuk menjadi penciri lingkungan pengendapan, lebih
cocok menjadi penentu umur kapan sedimen diendapkan. Sedangkan hubungan antara
perbandingan jumlah foraminifera planktonik dan bentonik adalah, semakin besar nilai
perbandingan foraminifera planktonik berbanding bentonik maka lingkungan pengendapannya
akan semakin dalam (marine yang lebih dalam). Jumlah kehidupan foraminifera di laut atau
marine sangat dipengaruhi oleh intensitas sinar matahari yang masuk, okesigen maupun
kandungan nutrisi di laut.

Selanjutnya nannoplankton biasanya terendapkan di lingkungan marine dimana dia hidup


tidak menambat dengan ukurannya yang sangat kecil. Radiolaria biasa terendapkan di
lingkungan batial hingga abisal dan hidup menambatkan diri di bawah permukaan air. Kemudian
diatomea yang berasal dari tanaman diatomea banyak terendapkan di lingkungan transisi hingga
marine. Spora dan pollen sendiri merupakan mikrofosil penciri lingkungan darat hingga transisi.
Fosil spora dan pollen, yang pada umumnya terendapkan pada sedimen berbutir halus.
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. (2016, 2 Agustus). Radiolaria. Diperoleh 8 September 2017, dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Radiolaria

Alyarisnanda20. (2016, 8 Februari). Parasitologi Flagellata. Diperoleh 8 September 2017, dari


http://alyarisnanda20.blogspot.co.id/2016/02/parasitologi-flagellata.html

Wikipedia.(2016, 5 Oktober). Diatom. Diperoleh 8 September 2017, dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Diatom

Wikipedia. (2016, 3 November). Foraminifera. Diperoleh 8 September 2017, dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Foraminifera

Maryonami. (2016, 10 April). Jenis-Jenis Mikrofosil. Diperoleh 8 September 2017, dari


https://maryonayomi.blogspot.com/2016/04/jenis-jenis-mikrofosil.html

Anda mungkin juga menyukai