Dokumen - Tips - Modul 1 Anemia KLP 2 1
Dokumen - Tips - Modul 1 Anemia KLP 2 1
Sistem Hematologi
MODUL 1
”ANEMIA”
Disusun Oleh :
KELOMPOK II
Tutor :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
Nama-nama Anggota Kelompok II
Kata sulit : -
Kata kunci :
Laki-laki 25 tahun
Mata kuning
Merasa lemah
Tidak ada riwayat demam
Sehari sebelumnya disengat serangga
Daftar Pertanyaan :
1. Apa itu anemia dan klasifikasi anemia ?
2. Bagaimana proses terjadinya Hematopoiesis (Eritropoiesis, Granulopoiesis,
Trombopoiesis ) ?
3. Jelaskan struktur dan fungsi hemoglobin !
4. Jelaskan patomekanisme gejala pada skenario ?
5. Apa Diferential Diagnosis pada scenario ?
6. Bagaimana Langkah – langkah penegakan diagnosis !
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Diferential Diagnosis Banding pada skenario?
1. Definisi Anemia dan Klasifikasi Anemia
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit
(red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer.
Menurut Kamus Kedokteran Dorland, anemia adalah penurunan dibawah normal
dalam jumlah eritrosit, hemoglobin atau volume sel darah merah (packed red cells) dalam
darah.(1) Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis, melainkan pencerminan dari
dasar perubahan patofisiologis, yang diuraikan oleh anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
teliti, serta didukung oleh pemeriksaan laboratorium.
Kriteria anemia menurut WHO (dikutip dari Hoftbrand AV, et al, 2001)(2)
Kelompok Kriteria Anemia (Hb)
Laki-laki dewasa < 13 g/dl
Wanita dewasa tidak hamil <12 g/dl
Wanita hamil < 11 g/dl
Gejala umum anemia muncul oleh karena hipoksia jaringan dan mekanisme
kompensasi tubuh terhadap berkurannya transport O2 akibat penurunan hemoglobin.
Mekanisme kompensasi yang dilakukan tubuh yaitu :
1. Peningkatan cardiac output dan sirkulasi darah
Anemia menimbulkan hipoksia jaringan, sehingga jantung melakukan kompensasi
untuk memenuhi O2 ke jaringan dengan meningkatkan kontraksinya ( tachycardia,
tachypneu )
2. Peningkatan pelepasan o2 ke jaringan.
Pada saat anemia maka terjadi penurunan transport O2 oleh hemoglobin, sehingga
gambaran klinis yang didapatkan dari pasien biasanya lelah, lemas , pucat
3. Volume darah total dipertahankan.
Pada saat terjadi anemia, terjadi pula pengurangan volume darah sehingga pasien
menunjukkan gejala hipotensi dan pucat pada pemeriksaan fisis
4. Redistribusi aliran darah ke organ-organ vital (misalnya otak, jantung)(2),( 3)
Klasifikasi Anemia
1. Karena kehilangan darah (blood loss). Misalnya pada perdarahan akut dan massif
2. Penurunan produksi eritrosit ( misalnya Anemia def. Fe, anemia megaloblastik, anemia
aplastik )
3. Proses penghancuran eritrosit yang meningkat (misalnya pada anemia hemolitik
intrakorpuskuler dan anemia ekstrakorpuskuler )
4. Anemia karena keganasan
5. Anemia karena penyakit kronik (penyakit ginjal)
Konsentrasi hemoglobin:
Dimana ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung
hemoglobin dalam jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia. Kadar MCV
yaitu 80 - 96 3 (fl), MCHC 32 - 38 % / MCH 27 - 32 pg
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi
normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Kadar MCV > 96 3 (fl),
MCHC 32 - 38 % / MCH 27 - 32 pg
a. Anemia Megaloblastik
1. Anemia defisiensi asam folat
2. Anemia defisiensi vitamin B 12
b. Anemia Non-Megaloblastik
1. Anemia pada penyakit hati kronik
2. Anemia pada hipotiroidisme
3. Anemia pada sindrom mielodisplastik
2. Hemopoeisis
Hemopoiesis adalah proses terbentuknya sel – sel darah. Sejak beberapa minggu pertama
gestasi, kantung kuning telur adalah tempat pertama terjadinya hemopoiesis. Sejak usia 6
minggu sampai bulan ke 6-7 masa janin, hati dan limfa merupakan organ utama yang berperan
dan terus memproduksi sel darah samapai sekitar 2 minggu setelah lahir. Sumsum tulang adalah
tempat yang paling penting sejak usia 6-7 bulan kehidupan janin dan merupakan satu-satunya
sumber sel darah yang baru selama masa anak dan dewasa yang normal. Sel-sel yang
berkembang terletak di luar sinus sumsum tulang, dansel yang matang dilepaskan ke dalam
rongga sinus, mikrosirkulasi sumsum tulang dan dengan demiian ke dalam sirkulasi umum
(Kapita Selekta Hematologi Edisi 4 ).
Eritropoiesis
Eritropoiesis adalah proses pembentukan sel darah merah. Sel darah memulai
kehidupannya di dalam suatu tipe sel yang disebut sel stem hematopoietic pluriprotein yang
membentuk sel proeritroblas. Sel proeritroblas ini terbentuk dan beberapa kali membelah
sampai membentuk sel darah merah yang matur.Sel generasi pertama disebut basophil
eritroblas.Generasi berikut sel sudah dipenuhi hemoglobin sampai kosentrasi sekitar 34%,
nucleus memadat menjadi kecil dan sisanya diabsorsi dari sel. Pada saat yang sama
reticulum endoplasma di reabsorsi. Sel pada tahap ini disebut retikulosit karena masih
mengandung sejumlah kecil materi basofilik. Materi basofilik yang tersisa dalam retikulosit
normalnnya akan menghilang dalam waktu 1-2 hari dan kemudian menjadi eritrosit dewasa.
Leukopoiesis
Trombopoiesis
Mata kuning
Jika ada sengatan serangga, dapat menyebabkan toksin dalam darah. Toksin
tersebut mengakibatkan destruksi eritrosit, sehingga hemoglobin pecah dan terjadi lisi
pada hem (ini disebut hemolisis). Jika terjadi hemolisis dalam waktu lama (terus-
menerus), maka akan terjadi anemia yang dikenal dengan anemia hemolitik. Hem yang
lisis dapat menjadi bilirubin yang dikonversi di hati dari pecahan hem + globin, karena
ada toksis pada darah, maka hem akan banyak yang lisis sehingga produksi bilirubin
meningkat => hiperbilirubinemia di hati. Jika bilirubin meningkat di hati, maka terjadi
aliran balik yang mengakibatkan bilirubin ke darah dan mengikuti sirkulasi sampai ke
kulit dan mata => ikterus.
Lemah
Anemia
Eritrosit & Hb
pucat
O2
Metabolisme anaerobik
Energi Pusing
Kelemahan
Lelah
6. Diferential Diagnosis
A. Anemia Megaloblastik
Defenisi
Anemia Megaloblastik ialah anemia yang khas ditandai oleh adanya sel megaloblast
dalam sumsum tulang. Sel Megaloblast adalah sel precursor eritrosit dengan bentuk sel
yang besart disertai adanya kesenjangan pematangan sitoplasma dan inti, dimana
sitoplasma maturasinya normal tetapi inti besar dengan susunan kromosom yang
longgar. Anemia Megaloblastik disebabkan oleh gangguan pembentukan DNA pada inti
eritroblast, terutama akibat defisiensi Vit. B12 dan Asam Folat.
Etiologi
Penyebab Anemia Megaloblastik adalah sebagai berikut :
1. Defisiensi Vit, B12, dapat disebabkan :
a. Asupan Kurang
b. Malabsorpsi
c. Gangguan Metabolisme seluler
d. Infeksi
2. Defisiensi Asam Folat, dapat disebabkan karena :
a. Asupan Kurang
b. Peningkatan Kebutuhan
c. Gangguan Metabolisme Folat
d. Penurunan cadangan folat pada hati
Patomekanisme
Anemia Megaloblastik disebabkan oleh terjadinya defisiensi Vit. B12 dan Asam
Folat, dimana Vit.B12 dan asam folat berfungsi dalam pembentukan DNA inti sel, serta
khusus untuk Vit. B12 penting dalam pembentukan myelin. Akibat gangguan sintesis
DNA pada inti eritroblast ini maka maturasi inti lebih lambat sehingga kromatin lebih
longgar dan sel menjadi lebih besar karena pembelahan sel lambat.
Sel eritroblast dengan ukuran yang lebih besar serta susunan kromatin yang lebih
longgar disebut sebagai sel megaloblast. Sel megaloblast ini fungsinya tidak normal,
dihancurkan saat masih dalam sumsum tulang sehingga terjadi eritropoiesis inefektif
dan masa hidup eritrosit lebih pendek yang berujung pada terjadinya anemia.
Manifestasi klinis
Secara hematologik anemia defisiensi Vit. B12 dan Asam Folat memberikan
gambaran yang sama, tetapi defisiensi Vit. B12 disertai kelainan neurologik.
Gejala klinis yang biasanya muncul pada Anemia Megaloblastik adalah sebagai berikut :
1. Tubuh lemah, tidak bertenaga dan pucat.
2. Anemia karena eritropoiesis yang efektif
3. Ikterus ringan akibat pemecahan globin
4. Glositis dengan lidah berwarma merah, halus seperti daging, stomatitis angularis, dan
nyeri
5. Selain mengurangi pembentukan sel darah merah, kekurangan vit. B12 juga
mempengaruhi system saraf dan menyebabkan :
Kesemutan di tangan dan kaki
Hilangnya rasa ditungkai, kaki dan tangan
Pergerakan yang kaku
6. Purpuran trombositopeni karena maturasi megakariosit terganggu
7. Pada defisiensi Vit. B12 dijumpai gejala neuropati sebagai berikut :
Neuropati perifer : Mati Rasa, terbakar pada jari
Kerusakan columna Posterior : gangguan posisi, Vibrasi
Kerusakan columna Lateralis
Spastisitas dengan deep reflex hyperaktif dan gangguan serebrasi
Gejala lainnya :
Buta warna tertentu termasuk warna kuning dan biru
Luka terbuka di lidah atau lidah seperti terbakar
Penurunan Berat badan
Warna kulit menjadi lebih gelap
Penurunan fungsi intelektual
Pemeriksaan Khusus
Untuk membedakan anemia defisiensi asam folat dan Vit. B12 dilakukan pemeriksaan
khusus :
1. Pengukuran kadar vit. B12 serum dan asam folat serum : Vitamin B12<100 pg/ml,
folat , 3 ng/ml
2. Respon terhadap replacement therapy dengan folat/B12 fisiologik
3. Ekskresi methymalonic acid (FIGLU) urine meningkat pada defisiensi folat
4. Tes supresi deoxyuridine, baik pada defisiensi B12 atau asam folat dijumpai supresi.
5. Tes untuk menilai absorpsi vit. B12 yaitu Schilling test
Terapi
Terapi utama anemia defisiensi vit. B12 dan defisiensi asam folat adalah terapi ganti
dengan vit. B12 dan asam folat meskipun demikian terapi kausal dengan perbaikan gizi
dan lain-lain harus tetap dilakukan.
1. Untuk defisiensi vit. B12 : hydroxycobalamin IM 200 mg/hari atau 1000 mg
diberikan tiap minggu selama 7 minggu. Dosis pemeliharaan 200 mg/bulan atau 100
mg tiap 3 bulan
2. Untuk defisiensi asam folat : berikan asam folat 5 mg/hari selama 4 bulan
3. Respon terhadap terapi : retikulosit mulai naik hari 2-3 dengan puncak pada hari 7-8.
Hb harus naik 2-3 g/dltiap 2 minggu.
B. Anemia Hemolitik
Definisi
Patofisiologi
Penatalaksanaan:
- Tranfusi darah periodik.
- Bila sudah berat sebaiknya dilakukan spleenoktomi, dengan indikasi penderita yang
sudah dewasa muda.
- Dilanjutkan dengan imunisasi dan pemberian “anafilaksis penicillin” untuk
pemberian jangka panjang.
C. Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah suatu penyakit pansitopenia dengan aplasia sumsum
tulang. Tidak ada leukemia, sel-sel cancer atau abnormal cell di peredaran darah tepi atau
di sumsum tulang. Anemia aplastik adalah suatu kegagalan penyakit karena kegagalan
pembentukkan sel-sel darah akibat penurunan bilangan pluripotensial stem sel.
Etiology
Patomekanisme
Mekanisme terjadinya anemia aplastik diperkirakan melalui :
1. Kerusakan sel induk
2. Kerusakan lingkungan mikro
3. Mekanisme imunologik
Gejala klinik
Anemia
Pendarahan gusi
Infeksi (mulut)
Ecchymoses
Epistaxis
Lymphadenopathy & Hepatosplenomegaly (jarang)
Lab
Pansitopenia
Absence of retikulosit
Aplastic sumsum tulang dengan pertambahan jaringan lemak
Penatalaksanaan
Terapi suportif
Terapi suportif misal dengan tranfusi sel darah merah atau trombosit perlu
dilakukan untuk mengantikan sel darah merah yang hilang.
Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang sangat baik, jika dilakukan pada saat penderita
berusia kanak-kanak. Saudara kandung atau saudara kembar atau orang tua
biasanya memiliki kecocokan sumsum tulang lebih besar dari pada pendonor yang
tidak memiliki hubungan darah. Usia dan kecocokan sumsum tulang akan sangat
menentukan keberhasilan transplantasi hingga 80%. Semakin tua usia penerima
donor akan semakin meningkatkan resiko penolakan terhadap sumsum tulang
pendonor.
Terapi imunosupresif
Pada penderita anemia aplastik yang telah melewati masa kanak-kanak dan tidak
mungkin lagi dilakukan tranplantasi sumsum tulang, terapi imusupresif dengan
mengomsumsi obat, misal antithymocyte globulin, siklosporin A dan
oxymethalone menjadi pilihan terbaik.
Prognosis
6. Langkah-langkah diagnostic :
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik
Ditemukan adanya ikterus
Penurunan tekanan darah
Nyeri punggung dan nyeri lambung
c. Pemeriksaan laboratorium
Darah tepi : Hb Ü, retikulosit Ü, jumlah trombosit normal.
Apus : banyak normoblast (sel darah merah yang berinti), anisostosis,
piokilositosis, sel target pear drop.
Sumsum tulang : Hb F = 30-50 % (N = < 7 %)
Tes Coombs : (+) antibodi rendah
Penatalaksanaan
Imunoglobulin dosis tinggi intravena (500 mg/kg BB/hari selama 1-4 hari)
mungkin mempunyai efektivitas tinggi dalam mengontrol hemolisis. Namun efek
pengobatan ini hanya sebentar (1-3 minggu) dan sangat mahal harganya. Dengan
demikian pengobatan ini hanya digunakan pada situasi gawat darurat dan bila
pengobatan dengan prednison merupakan kontraindikasi.
Asam folat
Asam folat adalah vitamin yang terdapat pada sayuran mentah, buah segar dan daging;
tetapi proses memasak biasanya dapat merusak vitamin ini
Cyanocobalamin
Sianokobalamin merupakan bentuk utama vitamin B12. Beberapa bahan dan produk nabati
yang mengandung vitamin B12 adalah sayuran dari daun komprey, oncom dari bungkil
kacang tanah, tempe, tauco dan kecap.
Zat Besi
Jumlah seluruh besi di dalam tubuh orang dewasa terdapat sekitar 3.5 g, di mana 70
persennya terdapat dalam hemoglobin, 25 persennya merupakan besi cadangan (iron
storage) yang terdiri dari feritin edan homossiderin terdapat dalam hati, limfa dan sum-sum
tulang. Sumber besi di antaranya adalah: telur, daging, ikan, tepung, gandum,roti sayuran
hijau, hati, bayam, kacang-kacangan, kentang, jagung dan otot.
DAFTAR PUSTAKA
(1)
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi V. Jakarta : Internal Publishing, 2009
(2)
Materi Kuliah Anemia
(3)
Kapita Selekta Hematologi Edisi 4
(4)
Fisiologi Guyton Edisi 11
(5)