Anda di halaman 1dari 92

ANALISIS FIQH MUAMALAH TERHADAP PEMBIAYAAN DAN

PENGAWASAN MUDHARABAH DI BNI SYARI’AH CABANG KOTA


MATARAM

Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram
Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

HALIMATUSSA’DIAH
NIM:152131094

JURUSAN MU’AMALAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MATARAM

2018

i
PERSETUJUAN

Skripsi Halimatussa’diah, NIM 15.2.13.1.094, yang berjudul


“ANALISIS FIQH MUAMALAH TERHADAP PEMBIAYAAN DAN
PENGAWASAN MUDHARABAH DI BNI SYARI’AH CABANG KOTA
MATARAM“ telah memenuhi syarat dan disetujui untuk dimunaqasyahkan.
Disetujui pada hari Rabu 10 Januari 2018

Dibawah bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Moh. Abdun Nasir, MA., Ph.d Naili Rahmawati, M. Ag


NIP: 197511042001121 NIP: 197909132009012008

ii
NOTA DINAS

Hal :Munaqasyah

Mataram, Rabu 10 Januari 2018


Kepada
Yth. Rektor UIN Mataram
di Mataram
Assalamu’alaykum Wr. Wb.

Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai masukan pembimbing


dan pedoman penulisan skripsi, kami berpendapat bahwa skripsi
Halimatussa’diah, NIM. 15.2.13.1.094 yang berjudul “ANALISIS FIQH
MUAMALAH TERHADAP PEMBIAYAAN DAN PENGAWASAN
MUDHARABAH DI BNI SYARI’AH CABANG KOTA MATARAM” telah
memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi Fakultas
Syari’ah UIN Mataram.

Demikian, atas perhatian Bapak Rektor disampaikan terimakasih.

Wassalamu’alaykum, Wr, Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Moh. Abdun Nasir, MA., Ph.D Naili Rahmawati, M. Ag


NIP: 197511042001121 NIP: 197909132009012008

iii
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Halimatussa’diah

NIM : 152131094

Program studi : Mu’amalah

Fakultas : Syari’ah

Universitas : UIN Mataram

Dengan sesungguh-sungguhnya menyatakan bahwaskripsi dengan


judul “ANALISIS FIQH MUAMALAH TERHADAP PEMBIAYAAN
PENGAWASAN MUDHARABAH DI BNI SYARI’AH CABANG KOTA
MATARAM” ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/ karya saya
sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
Apabila di belakang hari ternyata karya tulis ini tidak asli, saya siap
dianulir gelar kesarjanaan saya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN
Mataram.

Mataram, Rabu 10 Januari 2018


Saya yang menyatakan

Halimatussa’diah
Nim. 152131094

iv
PENGESAHAN

Skripsi dengan “ANALISIS FIQH MUAMALAH TERHADAP


PEMBIAYAAN DAN PENGAWASAN MUDHARABAH DI BNI
SYARI’AH CABANG KOTA MATARAM” yang diajukan oleh
Halimatussa’diah, NIM. 152131094, Jurusan Mu’amalah, Fakultas Syari’ah
UIN Mataram telah dimunaqasyahkan pada hari Jum’at, 10 Januari 2018 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum.

Dewan Munaqasyah

1. Ketua Sidang : Moh. Abdun Nasir, MA., Ph.D

Pemb. I NIP: 197511042001121 ( )

2. Sekretaris Sidang/ : Naili Rahmawati, M. Ag

Pemb. II NIP: 197909132009012008 ( )

3. Penguji I : Dr. Muh. Salahuddin, M. Ag

NIP:197608061999031002 ( )

4. Penguji II : Baiq. EL Badriati, M.E.I

NIP: 197812312008012028 ( )

Mengetahui
Dekan

Dr. H. Musawwar, M.Ag


NIP.1969123119980008

v
MOTTO:

         

tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari
Tuhanmu

۞AL BAQARAH:198۞

vi
PERSEMBAH

Dengan segala rasa kesyukuran kepada Ilaihi Rabbi, penyelesaian skripsi


ini peneliti persembahkan kepada:
1. Untuk Inak dan Amakku tercintayang telah menjadi motifasi dan
penyemangat terbesar dihidupku dalam menyelesaikan skripsi ini dan atas
dukungan materil, morilserta do’a ikhlas nan suci mereka yang tak pernah
putus kepada peneliti, sehinggadapat tetap tegar dalam melewati masa-
masa sulit penyelesaian tugas akhir perkuliahan ini.
2. Untuk keluarga besar dan sahabat senasib dan sepenanggungan yang dari
dulu telah menjadi kawan hidupku yang telah memberikan dukungan dan
semangat kepada peneliti agar tetap menjaga semangat dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Untuk teman-teman seperjuanganku khususnya saudara-saudaraku yang
ada dikelas MUAMALAH_D angkatan 2013yang tidak mungkin peneliti
sebutkan satu persatukarena selalu memberikan semangat dan motivasi
serta memberikanhiburan dengan canda tawa mereka.
4. Persembahan untuk almamaterku UIN Mataram yang telah menjadi
naunganku selama mencari ilmu.

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya tercurahkan bagi Allah, Tuhan semesta


alam peneliti lantunkan ucapan syukur yang tak terhinggaalhamdulillahhirabbil
alamin terucap dari diri yang penuh ke khilafan ini, karena atas rahmat, hidayah
serta inayah Allah SWT peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya. Kedua kalinya tak lupa juga shalawat serta salam teruntuk kepada
kekasih Allah, suri tauladan ummat Nabi besar Muhammad Saw.pembawa agama
islam sebagai rahmatan lil ‘alamiin.“Allahumshalli ‘ala syayidina Muhammad
waa ‘ala ali syayidina Muhammad.

Penyelesaian skripsi yang berjudul “Analisis Fiqh Muamalah Terhadap


Pembiayaan Akad Mudharobah Di BNI Syari’ah Cabang Kota Mataram” ini
adalah sebuah nikmat yang tiada bisa disangka oleh peneliti, namun dengan
ikhtiar, do’a dan tawakkal kepada Tuhan Yang Maha Esa Alhamdulillah
terselesaikan, walaupun masih jauh dari kata sempurna.

Berbicara tentang tujuan, maka penyusunan skripsi ini adalah tidak lain
untuk penyelesaian kewajiban tugas akhir perkuliahan pada Fakultas Syari’ah dan
Ekonomi Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, yang dalam hal ini
untuk menggapai gelar Sarjana Hukum (SH). Namun lebih jauh dari itu, dari
penyusunan skripsi ini, dari tahap awal sampai akhir penelitinya (pencarian data
dan penyusunan hingga akhir), peneliti mendapatkan banyak sekali pengalaman
bahkan ilmu baru yang tidak akan ditemukan dibangku perkuliahan melainkan
hanya akan diketahui oleh orang-orang yang terjun langsung dalam permasalahan
tersebut, makapuja dan puji syukur peneliti panjatkan atas itu semua.

Kemudian daripada itu semua, tiada kata yang lebih pantas kecuali
ucapan terimakasih yang peneliti peruntukkan khusus kepada:

1. Teruntuk Ibu dan Bapakku tercinta yang telah sedia menyayangi,


mengasihi dan merawatku hingga besar, memotipasi dan mendukungku
dengan dukungan materil ataupun moril yang sangat luarbiasa tanpa ingin

viii
balas jasa, tapi inshaaAllah kelak akan ku balas dengan caraku walaupun
pada hakikatnya tiada tara untuk membalas itu semua.
2. Keluarga besarku yang selalu memberiku semangat dengan cara mereka,
dan dengan segenap harapan penuh padaku.
3. Prof. Dr. H. Mutawalli, M.Ag, selaku rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Mataram, terimakasih telah memimpin kampus tercinta kita ini
yang sehingga akhirnya dapat bertranformasi dari Institute menjadi
Universitas.alhamdulillah.
4. Dr. H. Musawar, M.Ag, selaku dekan Fakultas Syariah dan Ekonomi
Islam UIN Mataram yang telah mempermudah dalam penyelesaian skripsi
ini
5. Bapak Saprudin., M.Si selaku Ketua jurusan Mu’amalah dan bapak
Gazali, SH., MH selaku sekretaris jurusan mu’amalah yang selalu
mendorong penliti agar supaya mempercepat penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Moh. Abdun Nasir, MA., Ph.D selaku pembimbing I, dan Ibu Naili
Rahmawati, M.Ag. Selaku pembimbing ke II yang telah memberikan
masukan dan arahan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaiakan
penyusunan skripsi ini.
7. Semua dosen jurusan mu’amalah dan fakultas syari’ah serta se-UIN
Mataram yang telah ihklas tanpa batas mengalirkan ilmunya kepada anak
didiknya, khususnya kepada peneliti.
8. Semua teman-teman senasib dan seperjuanganku, Mu’amalah kelas D
angkatan 2013, terimakasih sudah menjadi saudara baruku selama di dunia
akademisi, “U’re the best family for Me”.
9. Terimakasih kepada staf-staf dan pejabat-pejabat bank BNI Syari’ah
Cabang Mataram, yang telah menerima dan menyambut hangat
kedatangan peneliti, serta ikhlas dalam membagi data yang peneliti
perlukan walaupun data yang diberikan tidak semua seperti yang
diinginakan peneliti.

ix
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang
berlipat ganda dari Allah SWT.Dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi
semesta. Aaamiiin
Dalam hal ini peneliti juga menyadari bahwa skripsi ini adalah jauh dari
kata sempurna baik dari segi penyajian materi, susunan kata ataupun bahasa,
namun dari hal ini penliti akan terus belajar karena pada hakikatnya manusia
memanglah tempat khilaf dan dosa “al insanu minal khata’u wal nisyan” maka
dengan segala hormat peneliti sangatlah mengharapkan kepada semua pihak
untuk memberikan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan
penulisan dikemudian hari. Adapun harapan yang tidak pernah luput dari peneliti
adalah semoga karaya tulis ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua,
baik kepada instansi pemerintah, dunia akademisi serta pada lingkup dunia
praktisi terlebih lagi dalam hal menumbuhkan kesadaran masyarakat umum
tentang arti pentingnya perealisasian suatu aturan hukum.
Demikian kalam pengantar yang dapat peneliti sampaikan, ucapan syukur,
ucapan terimakasi serta harapan dan do’a semoga tersampaikan.Aamiin.

Mataram

HALIMATUSSA’DIAH
NIM.152131094

x
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ..........................................................................................

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................ii

NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................................iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.................................................... iv

PENGESAHAN ............................................................................................ v

HALAMAN MOTTO ................................................................................. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................vii

KATA PENGANTAR...............................................................................viii

DAFTAR ISI................................................................................................ ix

ABSTRAK .................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan dan Manfaat ........................................................................... 4
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian............................................... 5
E. Telaah Pustaka ................................................................................... 6
F. Kerangka Teoretik............................................................................ 10
1. Fiqh Muamalah .......................................................................... 10
2. Akad .......................................................................................... 15
a. Pengertian Akad ................................................................... 15
b. Unsur-unsur Akad ................................................................ 17
3. Pembiayaan Mudharabah .......................................................... 18
a. Pengertian Pembiayaan Mudharabah .................................. 18
xi
b. Mekanisme Pembiayaan....................................................... 19
c. Ketentuan Umum Pembiayaan Mudharabah ....................... 19
4. Pengertian dan Landasan Hukum Mudharabah......................... 21
a. Pengertian Mudharobah ....................................................... 21
b. Landasan Hukum Mudharabah............................................ 22
c. Rukun dan Syarat Pembiayaan Mudharabah....................... 23
d. Jenis Mudharabah ................................................................ 26
G. Metodelogi Penelitian ...................................................................... 27
1. Pendekatan Penelitian ................................................................ 27
2. Kehadiran Peneliti...................................................................... 27
3. Lokasi Penelitian........................................................................ 28
4. Sumber dan Jenis Data ............................................................... 28
5. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................... 30
6. Teknik Analisis Data.................................................................. 31
7. Validitas Data............................................................................. 31
8. Sistematika Penulisan ................................................................ 32
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN .............................................. 34
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................ 34
1. Profil bank BNI Syari’ah............................................................. 34
2. Visi dan Misi Bank BNI Syari’ah ............................................... 35
B. Produk yang ada di Bank BNI Syari’ah Cakranegara...................... 35
C. Mekanisme Pembiayaan di bank BNI Syari’ah Kantor Cabang Mataram 41
D. Unsur-unsur yang Terdapat dalam Pembiayaan Akad Mudharabah 42
E. Contoh Akad Pembiayaan Mudharabah......................................... 42
F. Jenis-jenis Golongan Nasabah yang Melakukan Akad Mudharabah 58
G. Sitem Pengawasan bank BNI Syari’ah Kantor Cabang Mataram terhadap
Uang Pinjaman yang Dilakukan oleh Nasabah. ............................... 59

BAB III PEMBHASAN ............................................................................. 61

A. Analisis Mekanisme Pembiayaan dan Pengawasan Akad Mudharabah di


Bank BNI Syari’ah Kantor Cabang Mataram. ................................. 61

xii
B. Analisis Tinjauan Fiqih Mu’amalah Terhadap Akad Pembiayaan
Mudharabah di BNI Syari’ah Cakranegara ..................................... 65

BAB IV PENUTUP .................................................................................... 71

A. KESIMPULAN ................................................................................ 71
B. SARAN ............................................................................................ 73

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 74

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii
ABSTRAK

Analisis Fiqh Muamalah Terhadap Transaksi Akad Mudharobah Di BNI Syari’ah


Cakranegara”adalah merupakan tema ataupun judul yang dianggakat oleh
peneliti disini. Adapun hal yang membuat peneliti tertarik dan untuk meneliti hal
ini adalah karena, untuk melihat, mencari tahu dan mengetahui bagaimana konsep
mudharabah yang sebenarnya di dalam teori fiqh muamalah, kemudian
mengkaitkannya dengan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada perjanjian
yang dibuat antara pihak bank sebagai debitur dan nasabah sebagai kreditur., yang
lebih terfokusnya adalah untuk meneliti bagaimana bentuk atau sistem
pengawasan pihak Bank terhadap nasabahnya, agar tidak menimbulkan sengketa
dikemudian hari.

Kemudian, berbicara mengenai metodelogi penelitian, maka dalam hal ini


pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Penelitian kualitatif,
sedang Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data
sekunder, sedangkan dalam pengumpulan datanya peneliti menggunakan dua
teknik teknik, yaitu teknik pengumpulan data dengan wanancara yang dalam hal
ini adalah pihak bank dan kedua adalah denagan dokumentasi

Adapun Intisar dari Penelitian ini adalah bahwa yang pertama, dalam hal
pembeayaan dengan akad Mudharabah, pihak bank melakukan penyaluran
permodalan dengan dua cara yaitu dengan pola non-cas (pemberian barang-
barang yang dibutuhkan nasabah) dan penyaluran modal dengan akad Wakalah.
Sedangkan dalam hal pengawasan terhadapa nasabahnya pihak bank BNI
Syari’ah cabang Cakranegara melakukan hal-hal seperti melakukan analisis awal
terhadap usaha nasabah, survey lapangan, survey lanjutan secara bertahap,
menggali informasi dengan warga setempat serta dengan melakukan pengecekan
terhadap barang atau hal apa yang diusahakan oleh Nasabah.

Kata Kunci: Akad, Pembiayaan, Bank Syari’ah, Mudharabah, Wakalah

xiv
1

`BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang

dikutip oleh Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini, S.H, bank yang kegiatan

usahanya dilakukan berdasarkan Prinsip Syari’ah tersebut secara teknis yuridis

disebut “Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil”. Dengan dikeluarkannya

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, istilah yang dipakai ialah “Bank

Berdasarkan Prinsip Syari’ah”. Oleh karena pedoman operasi bank tersebut

adalah ketentuan-ketentuan syariah Islam, maka bank yang demikian itu

disebut pula “Bank Syari’ah”. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah, sebagaimana menurut definisi yang

disebutkan dalam Pasal 1 Angka 7 Undang-Undang tersebut, bank yang

menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syari’ah disebut Bank

Syari’ah1. Menurut Kazarian yang dikutip oleh Prof. Dr. Sutan Remy

Sjahdeini, S.H, Mudharabah adalah salah satu pembiayaan berdasarkan Prinsip

Syari’ah, yang juga digunakan sebagai pembiayaan perbankan syariah, yang

dilakukan oleh para pihak berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan (trust)

merupakan unsur yang terpenting dalam transaksi pembiayaan mudharabah,

yaitu kepercayaan dari shahib al-mal (pemilik modal) kepada mudarib(yang

mengelola modal) karena dalam pembiayaan mudharabah, shahib al-mal tidak

1
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syari’ah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h.
32
2

boleh meminta jaminan atau agunan dari mudarib dan tidak boleh ikut campur

di dalam pengelolaan proyek atau usaha yang notabene dibiayai dengan dana

shahib al-mal tersebut.2

Menurut Abdullah Saeed yang dikutip oleh Muslihun Muslim, kontrak

mudharabah dalam bank Islam menentukan jumlah modal yang dimaksudkan

untuk usaha yang akan dijalankan. Umumnya dana yang diberikan dalam

pembiayaan kontrak mudharabah tidak diberikan tunai (cash). Hal ini

memungkinkan pihak bank untuk senantiasa mengawasi dan mengelola usaha

tersebut. Karena dalam kontrak mudharabah pembelanjaan barang dagangan

telah ditentukan, pihak bank sendiri yang melakukan pembayaran secara

langsung kepada penjual. Dana yang diberikan oleh bank yang dijadikan

sebagai modal usaha bukan merupakan hadiah untuk mudharib dan dia

dilarang menggunakan itu untuk tujuan lain. Meskipun bank Islam

mengeluarkan pernyataan bahwa dana yang dipinjamkan melalui kontrak

mudharabah tidak boleh digunakan untuk tujuan lain selain yang telah

disebutkan di dalam kontrak, tampaknya dalam praktik tidaklah banyak

berarti.3

Dalam realita kehidupan masyarakat sekarang ini, banyak ditemukan

masalah-masalah yang terjadi antara bank dengan nasabah dalam hal akad yang

dibuat oleh kedua belah pihak yang tidak sesuai dengan isi perjanjian yang

dibuat. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, seperti

permasalahan yang terjadi dilapangan berdasarkan hasil wawancara dengan


2
Ibid.,h. 294.
3
Muslihun Muslim, Fiqh Muslim (Mataram: Lembaga Kajian Islam dan Masyarakat
(LKIM) IAIN Mataram, 2005), h. 197-198
3

bapak Sigit Arisman selaku Sales Marketing Assistant Oprasional di bank BNI

Syari’ah Kantor Cabang Mataram, dimana nasabah khususnya nasabah

mudharabah ditemukan tidak adanya transfaransi dalam melaporkan masalah

keuangan atau keuntungan yang didapatkan selama menjalankan usahanya,

seperti yang telah ditentukan pada akad. Yakni, ketika nasabah tersebut

mendapatkan keuntungan tidak melaporkannya kepada pihak bank, akan tetapi

ketika mengalami kerugian, maka baru melaporkannya kepada pihak bank.

Sehingga, dalam permasalahan yang diangkat oleh peneliti ini

mengindikasikan adanya unsur penipuan yang dilakukan oleh salah satu pihak.4

Oleh karena itu, dalam hal ini peneliti ingin memahami sejauhmana pihak bank

khususnya bank BNI Syari’ah Cakranegara Kota Mataram dalam mengawasi

isi perjanjian-perjanjian yang dibuat dengan nasabah, dan langkah-langkah apa

saja yang dilakukan oleh pihak bank dalam menyelesaikan masalah-masaalah

yang terjadi di lapangan dengan para nasabah serta bagaimana tinjauan

terhadap akad pembiayaan mudharabah dalam aspek fiqh muamalah.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik

mengangkat judul penelitian “Analisis Fiqh Muamalah Terhadap Pembiayaan

Mudharabah Di BNI Syari’ah Cakranegara” yang beralamat di Jl. Pejanggik

No 23 Cakranegara Kota Mataram, yaitu penelitian yang bermaksud untuk

melihat tentang bagaimana konsep mudharabah yang sebenarnya di dalam

teori fiqh mu’amalah, kemudian mengkaitkannya dengan permasalahan-

permasalahan yang terjadi pada perjanjian yang dibuat antara pihak bank

4
Sigit Arisman, Sales Marketing Assistant Oprasional, wawancara, jam 10.00,
Mataram 06 Desember 2017
4

sebagai debitur dan nasabahsebagai kreditur.Dalam perjanjian tersebut, lebih

memfokuskan bagaimana bentuk atau sistem pengawasan pihak bank terhadap

nasabahnya, agar tidak menimbulkan sengketa dikemudian hari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka

permasalahan yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mekanisme pembiayaan mudharabah di BNI Syari’ah Cabang

Mataram?

2. Bagaimana bentuk pengawasan terhadap pemanfaatan pembiayaan

mudharabah atas nasabah oleh pihak BNI Syari’ah Cabang Mataram?

3. Bagaimana tinjauan aspek fiqh muamalah terhadap akad pembiayaan

mudharabah di BNI Syari’ah Cabang Mataram?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Ada beberapa hal yang menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian

ini diantaranya.

a. Untuk mengetahui bagaimana proses pembiayaan mudharabah di BNI

Syari’ah Cabang Mataram.

b. Untuk mengetahui bagaimana bentuk pengawasan terhadap pembiayaan

mudharabah atas nasabah oleh pihak BNI Syari’ah Cabang Mataram.

c. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan aspek fiqh muamalah terhadap

pembiayaan mudharabah di BNI Syari’ah Cabang Mataram.


5

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dibagi menjadi dua. Kedua manfaat

tersebut, yaitu manfaat praktis dan manfaat teoretis. Manfaat secara praktis

yaitu,penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang bisa

dijadikan pegangan dan sebagai bekal dalam menerapkan disiplin ilmu yang

telah diperoleh dibangku perkuliahan, dapat meningkatkan pemahaman

terhadap permasalahan yang timbul dimasyarakat dan menemukan

pemikiran yang berguna dalam upaya pelaksanaan hukum di tengah

masyarakat yang sedang berkembang, dan juga untuk peneliti semoga

dengan adanya penelitian ini peniliti dapat menambah wawasan khusunya

mengenai Perbankan Syari’ah, untuk lembaga terkait semoga dengan

adanya penelitian lembaga keuangan syari’ah khususnya di bank BNI

Syari’ah Kantor Cabang Mataram lebih berhati-hati terhadap nasabah yang

bisa dikatakan “nakal” terhadap akad-akad yang telah dibuat.

Sedangkan untuk manfaat secara teoritis yaitu, penelitian ini

diharapkan dapat berfungsi sebagai salah satu bentuk pengkajian dan

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang perbankan dan keuangan,

khususnya pada perbankan syari’ah, serta dapat menambah wawasan

keilmuan dan informasi bagi lembaga masyarakat pada umumnya.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini memiliki batasan-batasan terhadap suatu

penelitian yang akan diteliti, agar penelitian yang dilakukan tidak keluar dari

fokus masalah yang akan diteliti. Adapun ruang lingkup penelitian yang akan
6

diteliti adalah aspek permasalahan, untuk mengetahui sejauhmana mekanisme

pembiayaan mudharabah di bank BNI Syari’ah Kantor Cabang Mataram,

pengawasan pihak bank dalam mengawasi usaha-usaha (sesuai isi akad) yang

dilakukan dengan para nasabah, tinjauan aspek fiqh muamalah terhadap

pembiayaan mudharabah di bank BNI Syari’ah Kantor Cabang Mataram, dan

juga sejauh mana para nasabah dalam melakukan dan

mempertanggungjawabkan serta menjalankan isi akad yang dilakukan dengan

pihak bank, dan yang menjadi subjek penelitian yang akan diteliti adalah pihak

bank yang bertanggungjawab dalam mengawasi usaha-usaha (isi akad) dalam

sebuah perjanjian dengan para nasabah.

Sedangkan yang menjadi setting lokasi/tempat penelitian adalahe bank

BNI Syari’ah Jl. Pejanggik No. 23 Cakranegara Kota Mataram. Peneliti

memilih lokasi ini karena merupakan salah satu lembaga keuangan syari’ah

yang ada di wilayah kota Mataram yang bekerjasama dengan Universitas Islam

Negeri (UIN) Mataram, yang dalam hal ini kebetulan tempat peneliti

mengenyam pendidikian dan untuk mempermudah peneliti memperoleh data

yang diinginkan.

E. Telaah Pustaka

Sebagai bahan rujukan yang relevan peneliti mengambil beberapa

penelitian yang terdahulu yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan

yaitu skripsi dari:

1. Garasi Exarami yang berjudul “Praktik Akad Mudharabah Dalam

Pelaksanaan Produk Investasi Online Di BRI Syari’ah Kecamatan


7

Masbagik Kabupaten Lombok Timur”. Adapun masalah yang dibahas di

dalam penelitian terdahulu ini adalah praktik yang dijalankan oleh

perusahaan BRI Syari’ah investasi online tidak memperaktikkan akad

mudharabah, dan yang dipraktikkan oleh perusahaan BRI Syari’ah

investasi online yang dilakukan secara online maupun manual tidak sesuai

dengan apa yang telah digariskan hukum Islam mengingat isi kontrak pada

lembar kontrak kerjasama tersebut tidak transparan mengenai jumlah total

keuntungan dari modal yang diinvestasikan, pembagian bagi hasil antara

perusahaan dengan investor, perusahaan tidak berdasarkan kepada

kemungkinan untung dan rugi sebagaimana yang biasa dilakukan pada

lembaga syari’ah bahwa pembagian keuntungan berdasarkan kemungkinan

untung dan rugi pada usaha yang dijalankan, namun pada perusahaan ini

sama halnya dengan lembaga konvensional pada umumnya seolah-olah

usaha yang dilakukan selalu untung dan tidak pernah akan mengalami

kerugian.5

Perbedaan dan persamaan tema karya ilmiah terdahulu dengan

penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu, dari segi permasalahan, dalam

penelitian yang diakukan oleh Garasi Exarami ini mengemukakan

mengenai isi kontrak kerjasama yang dilakukan oleh kedua belahpihak

tersebut tidak transparan mengenai jumlah total keuntungan dari modal

yang diinvestasikan dan kemungkinan untung dan rugi sebagaimana yang

biasa dilakukan pada lembaga syari’ah. Namun, pada perusahaan ini sama
5
Garasi Exarami, “Praktik Akad Mudharabah Dalam Pelaksanaan Produk Investasi
Online Di BRI Syari’ah Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur, (Skripsi, FSEI IAIN
Mataram)
8

halnya dengan lembaga konvensional pada umumnya seolah-olah usaha

yang dilakukan selalu untung dan tidak pernah akan mengalami kerugian.

Sehingga, dalam permasalahan yang diangkat oleh peneliti terdahulu ini

mengindikasikan adanya unsur penipuaan yang dilakukan oleh salah satu

pihak. Sedangkan, dalam penelitian ini permasalahan yang diangkat

hampir sama yaitu adanya wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu

pihak.

Terkait dengan obyek dan lokasi penelitian, dalam hal ini dapat

disimpulkan bahwa, obyek dan lokasi penelitian saat ini dengan penelitian

terdahulu berbeda, yaitu ada perusahaan BRI Syari’ah, yang belokasi di

BRI Syari’ah Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur. Sedangkan

obyek penelitian yang digunakan oleh penelitian ini adalah di BNI

Syari’ah yang berlokasi di Jl. Pejanggikk No. 23 Cakranegara Kota

Mataram. Sedangkan dilihat dari segi pendekatannya, sama-sama

menggunakan penelitian yang bersifat kualitatif.

2. Enik Citrawati, menulis tentang “Prinsip Perjanjian Bagi Hasil

Tangkapan Ikan Antara Pemilik Perahu dengan Nelayan di Desa Melase

kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat”.6 Dalam penelitian ini,

sebagian besar nelayan yang ada di Melase adalah nelayan yang

menangkap ikan dengan peralatan orang lain dengan sistem bagi hasil

tangkapan. Adapun prinsip-prinsip perjanjian bagi hasil yang mereka

sepakati adalah sebagai berikut:


6
Enik Citrawati, “Prinsip Perjanjian Bagi Hasil Tangkapan Ikan Antara Pemilik Perahu
dengan Nelayan di Desa Melase kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat, (Skripsi, FSEI
IAIN Mataram, 2010), h. 43
9

a. Bagi hasil dilakukan jika ikan hasil tangkapan nelayan tersebut

sudah dalam bentuk uang (dijual langsung oleh nelayan terlebih

dahulu).

b. Masing-masing pihak memperoleh bagian dengan ketentuan 50%

untuk nelayan dan 50% untuk pemilik modal tanpa dipotong biaya

apapun.

c. Jangka waktu perjanjian 1 sampai 5 tahun.

d. Pihak pemilik modal harus menyediakan semua kebutuhan nelayan

dalam aktivitas menangkap ikan, mulai dari sampan, jaring, mesin,

dan minyak tanah maupun bensin.

Sedangkan berdasarkan tinjauan hukum Islam, prinsip bagi

hasil yang diterapkan oleh para pemilik modal peralatan

penangkapan ikan dengan para nelayan Melase pada dasarnya tidak

melanggar hukum perjanjian bagi hasil yang dibolehkan dalam

Hukum Islam dengan alasan sebagai berikut; usaha bagi hasil

keuntungan yang mereka lakukan adalah usaha yang tidak dilarang

dalam Hukum Islam; mereka sama-sama mengerti dan rela

menerima prinsip-prinsip bagi hasil yang mereka tetapkan karena

sistem pembagian keuntungannya jelas dan gamblang, pelaksanaan

usaha yang dibagihasilkan jika dilihat dari segi waktu juga masih

ikatan waktu yang telah ditetapkan, dan belum ada salah satu pihak

yang melakukan penipuan, baik oleh pemilik modal maupun

nelayan.
10

Perbedaan tema karya ilmiah terdahulu dengan penelitian

yang akan peneliti lakukan yaitu, dari segi tema, penelitian

terdahulu membahas mengenai prinsip-prinsip perjanjian bagi

hasil serta implikasi yuridis (tinjauan hukum perjanjian islam)

terhadap prinsip-prinsip bagi hasil sedangkan dalam penelitian ini

hanya membahas mengenai analisis fiqh muamalah terhadap

pembiayaan dan pengawasan mudharabah di BNI Syari’ah.

Dari segi subjek dan lokasi penelitian, yang menjadi subjek

penelitian terdahuluadalah para nelayan ikan yang berlokasi diDesa

Melase Kecamatan Batulayar, Kaupaten Lombok Barat. Sedangkan

penelitian saat ini yang menjadi subyek penelitiannya adalah bank

BNI Syari’ah yang berada di Jl. Pejanggik No. 23 Cakranegara

Kota Mataram. Sedangkan persamaan dari penelitian terdahulu

dengan penelitian sekarang ini adalah sama-sama menggunakan

akad Mudharabah.

F. Kerangka Teoretik

1. Fiqh Muamalah

Adapun pengertian Fiqh Muamalah menurut Abdul Rahman Ghazali

dkk, yaitu “hukum-hukum yang berkaitan dengan tindakan manusia dalam

persoalan-persoalan keduniaan, misalnya dalam persoalan jual beli, utang-

piutang, kerja sama dagang, perserikatan, kerja sama dalam penggarapan

tanah, dan sewa-menyewa.7

7
Abdul Rahman Ghazali dkk, Fiqh Mumalat, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010), h. 9
11

Ruang lingkup fiqh muamalah terbagi dua, yaitu ruang lingkup

muamalahmadiyah dan adabiyah.8

a. Ruang lingkup pembahasan muamalah madiyah ialah masalah jual beli

(al-ba’i/ al-tijarah), gadai (al-rahn), jaminan dan tanggungungan

(kafalah dan dhaman), pemindahan utang (al-hiwalah), jatuh bangkrut

(taflis), batasan bertindak (al-hajru), perseroan atau perkongsian (al-

syirkah), perseroan harta dan tenaga (al-mudharabah), sewa- menyewa

(al-ijarah), pemberian hak guna pakai (al-‘ariyah), barang titipan

(wadhi’ah), barang temuan (al-luqhatah), garapan tanah (al-muzara’ah) ,

sewa- menyewa tanah (al-mukhabarah), upah (ujrah al-‘amah), gugatan

(al-syuf’ah), sayembara (al-ji’alah), pembagian kekayaan bersama (al-

qismah), pemberian (al-hibah), pembebasan (al-ibra’), damai (al-

shulhu), dan ditambah dengan beberapa masalah kontemporer (al-

mu’ashirah/ al-muhadist), seperti masalah bunga bank asuransi kredit,

dan masalah-masalah baru lainnya.

b. Ruang lingkup muamalah yang bersifat adabiyah ialah ijab kabul, saling

meridhai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan

kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan, dan

segala sesuatu yang bersumber dari indra manusia yang ada kaitannya

dengan peredaran harta dalam hidup bermasyarakat.

8
ibid
12

Adapun yang menjadi prinsip-prinsip dalam muamalah yaitu:9

1) Prinsip Tauhid (Unity)

Menurut A.M. Hasan Ali Tauhid dapat diartikan sebagai suatu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Manusia dengan atribut yang

melekat pada dirinya adalah fenomena sendiri yang realitanya tidak

dapat dipisahkan dari penciptanya (Sang Khalik). Sehingga dalam

tingkatan tertentu dapat dipahami bahwa semua gerak yang ada di

alam semesta merupakan gerak dan “asma” (ism: singular) dari Allah

SWT.

2) Prinsip Halal

Mengapa harus dengan cara halal dan meninggalkan segala yang

haram dalam berinvestasi? Dalam kaitan ini, Dr. M. Nadratuzzaman

Husen dalam bukunya Gerakan 3H, Ekonomi Syari’ah seperti yang

dikutip oleh Dr. Mardani mengemukakan bahwa alasan mencari

rezeki (berinvestasi) dengan cara yaitu: (1) karena Allah

memerintahkan untuk mencari rezeki dengan jalan halal; (2) pada

harta halal mengandung keberkahan; (3) pada harta halal mengandug

manfaat dan maslahah yang agung bagi manusia; (4) pada harta halal

akan membawa pengaruh positif bagi pelaku manusia; (5) pada harta

halal melahirkan pribadi yang istiqomah, yakni yang sealau dalam

kebaikan, kesalehan, ketakwaan, keikhlasan, dan keadilan; (6) pada

harta halal akan membentuk pribadi yang mementingkan kehidupan


9
Mardani, Fiqh Ekonomi Syari’ah Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2013), h. 7-12
13

akhirat (zuhud), sederhana(wara’), selalu merasa cukup(qana’ah),

santun, dan suci dalam segala tindakan; (7) pada harta halal akan

melahirkan pribadi yang toleransi (tasamuh), berani menegakkan

keadilan, dan membela yang benar.

3) Prinsip Kemaslahatan Bersama (Maslahah)

Maslahah dalam konteks inventasi yang dilakukan oleh seseorang

hendaknya bermanfaat bagi pihak-pihak yang melakukan transaksi

dan juga harus dirasakan oleh masyarakat. Prinsip Maslaha

hmerupakan hal yang paling esensial dalam bermuamalah. Oleh

karena itu, pastikan bahwa investasi yang dilakukan itu dapat

memberikan dampak sosial dan lingkungan yang positif bagi

kehidupan masyarakat, baik untuk generasi saat ini maupun yang

akan datang. Seluruh investasi yang memungkinkan keuntungan yang

bersifat sementara, tetapi pada akhirnya akan mendatangkan kerugian

bagi semua pihak hendaklah ditinggalkan. Investasi seperti ini

dianggap oleh Allah SWT investasi yang merusak dan tidak

membawa maslahah kepada umat Islam pada khususnya, dan

masyarakat pada umumnya.

4) PrinsipBoleh (Ibahah)

Bahwa berbagai jenis muamalah, hukum dasarnya adalah boleh

sampai ditemukan dalil yang melarangnya. Namun demikian, kaidah-

kaidah umum yang berlaitan dengan muamalah tersebut harus

diperhatikan dan dilaksanakan.


14

5) Prinsip Kebebasan Berinteraksi

Prinsip muamalah selanjutnya yaitu prinsip kebebasan berinteraksi,

namun harus didasari prinsip suka sama suka (an taradhin minkum)

dan tidak ada pihak yang dizalimi dengan didasari oleh akad yang

sah.

6) Prinsip Kerja Sama (Coorporation)

Prinsip transaksi didasarkan pada kerja sama yang paling

menguntungkan dan solidaritas (persaudaraan dan saling membantu)

7) Prinsip Membayar Zakat

Mengimplementasikan zakat merupakan kewajiban seseorang muslim

yang mampu secara ekonomi, sebagai wujud kepedulian social

8) Prinsip Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dalam bermuamalah adalah terpenuhinya nilai-nilai

keadilan (justice) antara para pihak yang melakukan akad mumalah.

9) Prinsip Amanah (Trustworthy)

Prinsip amanah yaitu prinsip kepercayaan, kejujuran, tanggungjawab,

misalnya dalam hal membuat laporan keuangan, dan lain-lain.

10) Prinsip Komitmen Terhadap Akhlakul Karimah

Seorang pebisnis tulen harus memiliki komitmen kuat untuk

mengamalkan akhlak mulia, seperti tekun bekerja sambil

menundukkan diri (berdzikir kepada Allah), jujur dan dapat

dipercaya, cakap, dan komunikatif, sederhana dalam berbagai

keadaan, memberi kelonggaran orang yang dalam kesulitan


15

membayar utangnya, menghindari penipuan, kolusi dan manipulasi,

atau sejenisnya.

2. Akad

a. Pengertian Akad

Setidaknya ada dua istilah dalam al-Qur’an yang berhubungan

dengan perjanjian, yaitu al-‘aqdu (akad) dan al-‘ahdu (janji). Pengertian

akad secara bahasa adalah ikatan, mengikat. Dikatakan ikatan (al-rabth)

maksudnya adalah menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali yang

satu.10Kata al-‘aqdu terdapat dalam QS. al-Maaidah (5): 1, bahwa

manusia diminta untuk memenuhi akadnya. Menurut Faturrahman

Djamil, istilah al-‘aqdu ini dapat disamakan dengan istilah verbentenis

dalam KUH Perdata.11 Adapun istilah al-‘aqdu dapat disamakan dengan

istilah perjanjian atau overseen-komst, yaitu suatu pernyataan dari

seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu yang tidak

berkaitan dengan orang lain.Para ahli Hukum Islam (jumhur ulama)

memberikan definisi akad sebagai: “ pertalian antara ijab dan Kabul yang

dibenarkan oleh syara’ yang menimbulkan akibat hukum terhadap

objeknya”.12 Istilah ini terdapat dalam QS. Ali Imrani (3): 76, yaitu

10
Ghufron A. Mas’adi, Fiqih Muamalah Kontekstual, Cet. 1, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2002), h. 75
11
Faturrahman Djamil, “Hukum Perjanjian Syari’ah”, Dalam Kompilasi Hukum Perikatan
Oleh Mariam Darus Badruizaman Et Al., Cet, 1. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), h. 247-248
12
Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2013), h. 51
16

“sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)-nya dan bertakwa,

maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa”.13

Abdoerraoef mengemukakan terjadinya suatu suatu perikatan (al-

‘aqdu) melalui tiga tahap, yaitu sebagai berikut:14

1) Al ‘Ahdu (perjanjian), yaitu pernyataan dari seseorang untuk

melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dan tidak ada

sangkut pautnya dengan kemauan orang lain. Janji ini mengikat

orang yang menyatakan untuk melaksanakan janjinya tersebut,

seperti yang difirmankan oleh Allah SWT dalam QS. Ali Imran (3):

76.

2) Persetujuan, yaitu pernyataan setuju dari pihak kedua untuk

melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu sebagai reaksi

terhadap janji yang dinyatakan oleh pihak pertama. Persetujuan

tersebut harus sesuai dengan janji pihak pertama.

3) Apabila dua buah janji dilaksanakan maksudnya oleh para pihak,

maka terjadilah apa yang dinamakan ‘akdu’ oleh Al-Qur’an yang

terdapat dalam QS.al-Maaidah(5): 1. Maka, yang mengikat masing-

masing pihak sesudah pelaksanaan perjanjian itu bukan lagi

perjanjian atau ‘ahdu itu tetap ‘akdu’.

13
QS. al-Ali Imran [3]: 76. Pustaka Al Hanan, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surakarta:
CV. Al-Hanan, 2009), h. 59
14
Abdoerraoef, Al-Qur’an Dan Ilmu Hukum: A Comparative Study (Jakarta: Bulan Bintang,
1970), h. 122-123
17

b. Unsur-unsur Akad

Telah disebutkan sebelumnya, bahwa definisi akad adalah pertalian

antara ijab dan kabul yang dibenarkan oleh syara’ yang menimbulkan

akibat hukum terhadap objeknya. Dari definisi tersebut dapat diperoleh

tiga unsur yang terkandung dalam akad yaitu sebagai berikut:15

1) Pertalian ijab dan Kabul

Ijab adalah pernyataan kehendak oleh satu pihak (mujib) untuk

melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Kabul adalah

pernyataan menerima atau menyetujui kehendak mujib tersebut oleh

pihak lainnya (qabil). Ijab dan kabul ini harus ada dalam

melaksanakan suatu perikatan. Bentuk dari ijab dan kabul ini beraneka

ragam dan diuraikan pada bagian rukun akad.

2) Dibenarkan oleh Syara’

Akad yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan syari’ah

atau hal-hal yang diatur oleh Allah SWT dengan al-Qur’an dan Nabi

Muhammad SAW dalam Hadist. Pelaksanaan akad, tujuan akad,

maupun objek akad tidak boleh bertentangan dengan syari’ah. Jika

bertentangan, akan mengakibatkan akad itu tidak sah. Sebagai contoh,

suatu perikatan yang mengandung riba atau objek perikatan yang tidak

halal (seperti minuman keras), mengakibatkan tidak sahnya suatu

perikatan menurut Hukum Islam.

15
Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia …, h. 54
18

3) Mempunyai akibat hukum terhadap objeknya.

Akad merupakan salah satu dari tindakan hukum (tasharruf).

Adanya akad menimbulkan akibat hukum terhadap objek hukum yang

diperjanjiakan oleh para pihak dan juga memberikan konsekuensi hak

dan kewajiban yeng mengikat para pihak.

3. Pembiayaan

a. Pengertian Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan merupakan suatu pendanaan yang diberikan oleh pihak

bank untuk memfasilitasi suatu usaha atau pihak-pihak yang

membutuhkan (nasabah) yang didasarkan pada persetujuan atau

kesepakatan antara kedua belah pihak sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan. Selain idtu pembiayaan juga tidak sama dengan kredit

meskipun ada sedikit kesamaan yaitu samasama menyalurkan dana

kepada masyarakat akan tetapi di bank konvensional dana yang

diberikan kepada nasabah tidak jelas arahnya, sedangkan pembiayaan di

bank Syariah nasabah benar-benar dikontrol tentang penggunaan dana

untuk apa dan jenis usahanya selalu ditinjau, selain itu bank Syariah

juga lebih menguntungkan karena yang diberikan bank adalah

keuntungan bersih dengan melihat prosentase kesepakatan dari awal

akad.16

Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu

pendanaan yang dikeluarkan untuk melindungi investasi yang telah


16
Mirhanifa, “Analisis Mekanisme Pembiayaan Mudharabah Pada Pt. Bank Bni Syariah
Kantor Cabang Medan”. Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis Vol 14 No . 1 / Maret 2014,
Fakultas Ekonomi - Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara 137
19

direncanakan bank, dilakukan sendiriran maupun dijalankan oleh orang

lain. Dalam arti sempit pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan

pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti Bank

Syari’ah kepada nasabah.17

Menurut ketentuan Bank Indonesia, untuk penanaman di Bank

Syari’ah baik dalam rupiah maupun valita asing dalam bentuk

pembiayaan, piutang, qard, Surat Berharga Syari’ah (SBS), penempatan,

penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi

pada rekening administrative serta sertifikat wadi’ah Bank Indonesia.18

b. Mekanisme Pembiayaan Muddharabah

Pada sisi pembiayaan, akad mudharabah biasanya diterapkan pada

dua hal, yaitu:19

1) Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa

2) Investasi khusus, yang disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana

sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-

syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.

c. Ketentuan Umum Pembiayaan Mudharabah

Adapun ketentuan umum pembiayaan mudharabah yaitu sebagai

berikut; 20

17
Portal Hukum Indonesia, Manajemen Dana Bank Syari’ah,
http://www.suduthukum.com/2015/09/perlindungan-hukum.html,_diambil tanggal 06 Januari,
pukul 19.24 WITA.
18
Ibid
19
Sutan, Perbankan Syari’ah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 296
20
Fatwa DSN No. 02/DSN-MUI/IV/2000 dalam Abdul Ghofur Anshori, Perbankan
Syariah di Indonesia,(Yogyakarta:Gajah Mada University Press,2007), hlm.90
20

1) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul malatau

pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola

dana.

2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan

berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip

syari’ah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah

dengan pihak lain.

3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan

bukan piutang.

4) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan

dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungandengan

menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

6) Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah

tanpa persetujuan yang bersangkutan.

7) Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah pelaku selaku

pengelola modal harus diserahkan secara tunai, dan dapat berupa uang

atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Apabila

modal diserahkan secara bertahap, harus jelas tahapannya dan

disepakati bersama.

8) Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat

diperhitungkan dengan cara perhitungan dari pendapatan


21

proyek(revenue sharing) dan perhitungan dai keuntungan

proyek(profit sharing).

9) Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap

bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik modal

menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan

penyimpangan pihak nasabah.

10) Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan rumah

namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan usaha nasabah.

Jika nasabah cedera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau

mdembayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban, maka ia

dapat dikenai sanksi administrasi.21

4. Pengertian dan Landasan Hukum Mudharabah

a. Pengertian Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau

berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah

proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.

Dan secara teknis, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara

dua pihak dimana pihak pertama (shohibul maal) menyediakan

seluruh (100%) modal, sedangkan pihak kedua menjadi pengelola.

Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan

dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal

selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola. Jika

21
Sutan, Perbankan Syari’ah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 296
22

kerugian akibat dari kelalaian pengelola, si pengelola harus

bertanggung jawab atas kerugian tersebut.22.

Menurut M. Nejatullah Siddiqi seperti yang dikutip oleh

Muslihun Muslim dalam mudharabah, pihak yang menyediakan

modal dan pihak menjalankan usaha tersebut bisa saja terdiri atas

beberapa orang yang menyediakan modal dan dijalankan oleh

beberapa orang lainnya, atau modal dari seseorang sedangkan yang

menjalankannya beberapa orang dan sebaliknya.23

b. Landasan Hukum Mudharabah

1) QS. al-Muzzammil: 2024

        

“…dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian

karunia Allah…” (al-Muzzammil: 20)25

2) QS. al-Baqarah:19826

       

“tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil


perniagaan) dari Tuhanmu…” (al-Baqarah: 198).27

22
Sohari Sahrani, Fikih Muamalah (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 187
23
M. Nejatullah Siddiqi dalam Muslihun Muslim, fiqh Muslim, (Mataram: Lembaga Kajian
Islam dan Masyarakat (LKM) IAIN Mataram, 2005), h. 189
24
QS. al-Muzzammil [73]: 20
25
Lajnah Pentashihan Mushap al-Qur’a Kementrian Agama RI, Mushap Al-Qur’an Standar
Indonesia, (Jakarta: PT Pustaka Abdi Bangsa, 2012), h. 575
26
QS. al-Baqarah [2]:198
27
Lajnah Pentashihan Mushap al-Qur’a Kementrian Agama RI, Mushap Al-Qur’an Standar
Indonesia, (Jakarta: PT Pustaka Abdi Bangsa, 2012), h. 31
23

c. Rukun dan Syarat Pembiayaan Mudharabah

Dibawah ini adalah beberapa rukun dan syarat dalam pembiayaan

mudharabah yang dimuat dalam fatwa DSN no. 7 DSN-MUI/IV/2000

tentang mudharabah.28

a) Penyedia dana (shahib al-maal) dan Pengelola (mudharib) , yaitu

orang yang dibolehkan untuk menjalin akad mudharabah, dan harus

memenuhi empat kriteria diantaranya:(1) orang yang merdeka maka

budak tidak dibenarkan untuk bertransaksi tanpa seijin tuannya, (2)

telah baligh bagi laki-laki telah diketahui sampai mencapai umur lima

belas tahun atau telah bermimpi junub sedang pada wanita ditandai

dengan mulainya siklus datang bulan (haidh), atau hamil atau telah

berumur lima belas tahun, (3) berakal sehat maka orang yang

mengalami gangguan jiwa atau serupa tidak sah akad perniagaanya,

(4) dan kriteria terakhir ialah mampu membelanjakan hartanya dengan

baik.

b) Modal, ialah harta milik pihak pertama (pemodal) kepada pihak

kedua (pelaku usaha) guna membiayai usaha yang dikerjakan oleh

pihak kedua. Para ulama telah menyebutkan sejumlah persyaratan

bagi harta yang menjadi modal akad mudharabah diantaranya

diketahui jumlah modalnya oleh kedua belah pihak supaya tidak

menimbulkan perselisihan dalam pembagian keuntungan, hal ini

karena konsekwensi akad mudharabah yang mengembalikan modal

28
Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000
24

kepada pemodal lalu kedua belah pihak berbagi keuntungan.

Persyaratan berikutnya ialah penyerahan modal kepada pelaku usaha

dan pelaku usaha tersebut sepenuhnya diberi kebebasan untuk

menggunakan modal tersebut untuk membiayai usaha yang

dilakukannya.

c) Ijab dan kabul, pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para

pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan

kontrak (akad), Ijab ialah perkataan yang diucapkan oleh pihak

pertama yang menghendaki terjalinnya akad mudharabah, Sedangkan

qobul merupakan jawaban yang mengandng persetujuan yang diucap

pihak kedua atau yang mewakilinya. Tidak ada kata-kata khusus

dalam hal ini sebagaimana amalan ibadah layaknya sholat, haji dan

sebagainya namun mudharabah merupakan wujud interaksi sesama

manusia, sehingga teknisnya yang menunjukan kesepakatan kedua

belah pihak dapat diungkapkan apa saja sesuai kebiasaan yang

berlaku baik bisa berupa lisan maupun tulisan

d) Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai

kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi:

a) Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan

hanya untuk satu pihak.

b) Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui

dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam


25

bentuk persentase (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan.

Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.

c) Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari

mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian

apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian,

atau pelanggaran kesepakatan.

e) Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), dalam menjalin akad

mudharabah umumnya ulama membagi atas dua bagian yakni

Mudharabah al muthlaqah (mudharabah bebas). Adalah sistem

mudharabah, yang dalam hal ini, pemilik modal (shahib al mal atau

investor) menyerahkan modal kepada pengelola tanpa pembatasan

jenis usaha, tempat dan waktu, ataupun dengan siapa pengelola

bertransaksi. Jenis ini memberikan kebebasan kepada

mudharib (pengelola modal) untuk melakukan apa saja yang

dipandang dapat mewujudkan kemaslahatan. Kemudian ada pula

Mudharabah al muqayyadah (mudharabah terbatas). Dalam hal ini,

pemilik modal (investor) menyerahkan modal kepada pengelola dan

menentukan jenis usaha, tempat, waktu, ataupun pihak-pihak yang

dibolehkan bertransaksi dengan mudharib. Sebagai perimbangan

(muqabil) modal yang disediakan oleh penyedia dana, harus

memperhatikan hal-hal berikut:


26

a) Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur

tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan

pengawasan.

b) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola

sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan

mudharabah, yaitu keuntungan.

c) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari’ah Islam dalam

tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah, dan harus

mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas itu.

d. Jenis Mudharabah

Secara umum mudharabah terdiri dari dua jenis, yaitu: 29

1) Mudharabah muthlaqah

Mudharabah Muthlaqahdisebut al-mudarabah al-muthlaqah atau

mudharabah yang mutlak atau tidak terbatas apabila rabb-ul

malmenyerahkan sepenuhnya kepada pertimbangan mudarib untuk ke

dalam bidang bisnis apa uang rabb-ui mal akan ditanamkan.

2) Mudharabah muqayyadah

Mudharabah muqayyaadah adalah mudharabah dimana pemilik dana

memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai

tempat, cara dan atau obyek investasi.

Seiring dengan perkembangannya, Ada satu jenis mudharabah lagi

yaitu “Mudharabah Musytarakah”. Mudharabah musytarakah adalah

29
Sutan, Perbankan, h. 296
27

bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau

dananya dalam kerjasama investasi.

G. Metodelogi Penelitian

Untuk memperoleh hasil yang sempurna dalam suatu penelitian

diperlukan metode yang mendukung. Adapun metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan

pada metodelogi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah

manusia.30 Pada pendekatan ini, peneliti menekankan sifat realitas yang

terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dan subjek yang

diteliti. Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui proses

transaksi akad mudharabah di BNI Syari’ah Cakranegara serta bagaimana

pengawasan terhadap pembiayaan atas nasabah oleh pihak bank BNI

Syari’ah Cakranegara.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti disini maksudnya peran dan upaya peneliti untuk

memperoleh data. Berkenaan dengan hal tersebut, dalam pengumpulan data

peneliti berusaha menciptakan hubungan yang baik dengan informan yang

menjadi sumber data, agar data yang diperoleh benar-benar akurat dan valid.

Untuk itu, sebelum peneliti hadir di lapangan peneliti mengajukan surat izin

30
Lexy J. Moleon, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, Cet. 20), h. 9-10.
28

penelitian terlebih dahulu, untuk memperoleh ijin dari lokasi penelitian yang

diteliti.

3. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian yang akan dilakukan yakni di

BNI Syari’ah Jl. Pejanggik No. 23 Cakranegara Kota Mataram.

4. Sumber dan Jenis Data

a. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah dari pegawai

Lembaga-lembaga yang berkaitan dengan tema penelitian, yakni bagian:

pertama, Teller untuk mengetahui produk-produk yang terdapat dalam

pembiayaan mudarabah di bank BNI Syari’ah Kantor Cabang Mataram,

kedua, bagian Sales Marketing Assistant Operasional untuk mengetahui

mengenai pembiayaan mudharabah di bank BNI Syari’ah Kantor Cabang

Mataram.

b. Jenis Data

Salah satu tujuan pokok dari suatu penelitian adalah

terungkapnya data-data yang valid terkait dengan tema yang diteliti. Oleh

karena itu jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama, atau

dengan kata lain data yang pengumpulannya dilakukan sendiri oleh

peneliti secara langsung seperti hasil wawancara. Sumber pertama

dalam penlitian ini yakni bapak Sigit Arisman bagian Sales Marketing
29

Assistant Oprasional, yaitu pada bagian khusus pembiayaan

mudharabah, dan bapak Fadhilat Azhari bagian Teller di bank BNI

Syari’ah Kantor Cabang Mataram.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua, maksudnya

data ini diperoleh dari buku-buku, majalah, ataupun data-data yang

terkait. Adapun data-data yang peneliti gunakan terdiri dari beberapa

buku, yakni buku dari Abdoerraoef. Al-Qur’an Dan Ilmu Hukum: A

Comparative Study, Abdul Rahman Ghazali dkk. Fiqh Muamalat,

Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000. Faturrahman Djamil.

“Hukum Perjanjian Syari’ah”. Dalam Kompilasi Hukum Perikatan

Oleh Mariam. Gemala Dewi. Hukum Perikatan Islam Di

IndonesiaGhufron A. Mas’adi.Fiqih Muamalah Kontekstual,

Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah, Buku II Tentang Akad, Bab 1

Pasal 20 Butir (1), Lajnah Pentashihan Mushap al-Qur’an Kementrian

Agama RI. Mushap Al-Qur’an Standar Indonesia, Mardani. Fiqh

Ekonomi Syari’ah Fiqh Muamalah, Muhammad Syafi’i Antonio.Bank

Syari’ah Dari Teori Ke Praktik, Sutan Remy Sjahdeini.Perbankan

Syari’ahSohari Sahrani.Fikih Muamalah. Selain itu, data kedua

peneliti peroleh dari website resmi dari bank BNI Syari’ah.Kemudian

untuk fatwa ulama’ seperti: Fatwa DSN-MUI No. 07 DSN-

MUI/IV/2000 tentang mudharabah, Fatwa DSN No. 02/DSN-

MUI/IV/2000 tentang Kententuan Umum Pembiayaan Mudharabah.


30

Data berikutnya yang peneliti gunakan yakni QS. al-Muzzamil [73]:

20, QS. al-Baqarah [2]: 198.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian dalam memperoleh

data. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah suatu tanya jawab secara tatap muka yang

dilaksanakan oleh pewawancara dengan orang yang diwawancari

(reponden) dengan pihak bank, yakni salah satu teller yang ada di bank

BNI Syari’ah Cakranegara, yaitu Fadilat Azhari Hidayat untuk

memperoleh informasi yang dibutuhkan mengenai produk-produk yang

ada di bank BNI Syari’ah dan bapak Sigit Arisman bagian Sales

Marketing khusus bagian pembiayaan mudharabah. Dalam hal ini

peneliti menggunakan tekhnik wawancara non struktur supaya tidak

terikat dengan pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya oleh

peneliti.

b. Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung

ditujukan kepada subjek peneliti, akan tetapi diperoleh melalui data dari

pihak bank BNI Syari’ah Cakranegara mengenai struktur organisasi di

bank BNI Syari’ah kantor cabang Mataram. Yakni berupa data: Struktur

kepegawaian bank BNI Syari’ah Kantor Cabang Mataram, mengenai


31

pembiayaan mudaharabah di bank BNI Syari’ah Kantor Cabang

Mataram.

6. Tehnik Analisis Data

Analisis data merupakan proses yang tidak pernah selesai. Proses

analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di

lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Proses analisis data juga

merupakan suatu pekerjaan untuk menemukan tema-tema dan merumuskan

hipotesa-hipotesa, meskipun sebenarnya tidak ada formula yang pasti untuk

dapat digunakan untuk merumuskan hipotesa.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

analisis data yang bersifat induktif, yaitu kesimpulan yang bersifat khusus

ke umum, peristiwa yang konkrit kemudian ditarik kesimpulan secara

umum berdasarkan kenyataan dilapangan. Yakni, dimulai dari pengambilan

data awal di bank BNI Syari’ah yang sifatnya adalah data-data khusus yang

berkenaan dengan masalah pembiayaan mudharabah yang kemudian akan

disimpulkan dalam bentuk kesimpulan umum karena data khusus tersebut

akan dielaborasiakan dengan praktik yang ada dilapangan. Tujuan yang

dicapai dalam analisis induktif ini adalah untuk mengupas tema yang akan

diteliti.

7. Validitas Data

Validitas data merupakan unsur utama yang berkaitan dengan

penelitan kualitatif, karena keabsahan data yang dimaksud untuk

mengetahui tingkat validitas data yang diperoleh dengan kenyataan yang


32

ada di lapangan. Untuk mendapatkan data-data yang valid, maka peneliti

menggunakan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Peer Review atau kajian oleh teman sejawat

Teknik ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil

akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat,

hal ini dimaksud untuk memperoleh masukan-masukan yang menambah

kevalidan dan kesempurnaan hasil penelitian.

b. Menambah Referensi

Teknik ini sangat diperlukan untuk mendapatkan data dan

informasi yang benar-benar valid.

c. Perpanjangan Kehadiran Peneliti, upaya ini dilakukan apabila inforamasi

yang didapatkan oleh peneliti kurang.

d. Triangulasi, diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada.

8. Sistematika Penulisan

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan. Dalam

penulisannya peneliti berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi

UIN Mataram.Untuk memudahkan penulisan dan pembahasan mengenai

penelitian ini. Adapun urutan dan tata letak masing-masing pembahasannya

yaitu:

Pada BAB I dalam bab ini peneliti mengungkapkan konteks

penelitian yang berkaitan dengan tema yang diangkat oleh peneliti, dalam
33

bab ini juga terdapat fokus kajian, tujuan dan manfaat penelitian ini, telaah

pustaka, kerangka teoritik yang dijadikan acuan teori dalam membantu

penelitian ini. Dalam bab ini juga terdapat serangkaian metode penelitian

yang digunakan seperti pendekatan penelitian, sumber dan jenis data, teknik

pengumpulan data (observasi, wawancara, dan dokumentasi), analisis data,

validitas data (peer review atau kajian oleh teman sejawat, menambah

refrensi, kehadiran peneliti, dan triangulasi).

BAB II dalam bab ini peneliti memaparkan gambaran lokasi

penelitian (Bank BNI Syari’ah Cakranegara Kota Mataram) bentuk

kerjasamanya serta temuan-temuan dalam melakukan penelitian.

BAB III berisi tentang pembahasan dari penelitian yang termasuk

didalamnya adalah analisa peneliti didalam melakukan penelitian lapangan

yang berdasarkan dari temuan-temuan yang sudah dipaparkan pada bab

sebelumnya.

BAB IV berisi penutup yang memuat kesimpulan, saran dan kritik

atas penelitian ini.


34

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil bank BNI Syari’ah Kantor Cabang Mataram.

Bank BNI Syari’ah Cabang Mataram merupakan salah satu

lembaga keuangan syari’ah yang merupakan salah satu dari cabang pusat

bank BNI Syari’ah yang ada di Jakarta dan tersebar luas diberbagai

wilayah di Indonesia termasuk di kota Mataram yang berada di Jl.

Pejanggik No 23 Cakranegara Kota Mataram. . Dasar Hukum Pendirian

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum & HAM Nomor: AHU-

15574, AH.01.01.TAHUN 2010, TANGGAL 25 MARET 2010. Bank

BNI Syari’ah Cabang Kota Mataram ini beroprasi pada bulan Juni 2014. 31

Adapaun segmen usaha pembiayaan yang dijalankan oleh bank

BNI Syari’ah Cabang Kota Mataram ini tidak jauh beda yang ada di bank

BNI Syari’ah pusat, yakni: 1) bisnis komersial, 2) bisnis consumer dan

ritel, 3) bisnis mikro, 4) bisnis tresuri dan internasional. Begitu juga

dengan kegiatan usahanya, yaitu bergerak di bidang Usaha Perbankan

Syari’ah (UPS) sesuai dengan Anggaran Dasar BNI Syari’ah No. 160

tanggal 22 Maret 2010. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai bank

BNI Syari’ah ini dapat diakses melalui website resmi bank BNI Syari’ah,

31
Sigit Arisman, Sales Marketing Assistant Operasional, wawancara, Jam 10.00 am,
Mataram 06 Desember 2017
35

yaitu www.bnisyariah.co.id, dan juga bisa lewat email

info@bnisyariah.co.id.32

2. Visi dan Misi Bank BNI Syari’ah

Adapun yang menjadi visi dari bank BNI Syariah adalah “Menjadi

bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan dan kinerja”.

Dan mempunyai misi yaitu; Memberikan kontribusi positif kepada

masyarakat dan peduli pada kelestarian lingkungan, memberikan solusi

bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan syariah, memberikan

nilai investasi yang optimal bagi investor, menciptakan wahana terbaik

sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi bagi pegawai

sebagai perwujudan ibadah, menjadi acuan tata kelola perusahaan yang

amanah.33

B. Produk-Produk yang ada di Bank BNI Syari’ah Cakranegara.

Adapun produk-produk yang terdapat di bank BNI Syari’ah,

yakni:34

1. BNI Syariah Wirausaha

Wirausaha iB Hasanah (WUS) adalah fasilitas pembiayaan produktif yang

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan usaha-usaha produktif

(modal kerja dan investasi) yang tidak bertentangan dengan syariah dan

ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Keunggulan: - Proses lebih

32
http://www.bnisyariah.co.id/id/personal/segmen_usaha_prmbiayaan/bnigiroibhasanah
33
http://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/profilbnisyariah/bnigiroibhasanah
34
http://www.bnisyariah.co.id/id/personal/produk_produkbnisyariah/bnigiroibnisyariah
36

cepat dengan persyaratan yang mudah sesuai dengan prinsip syariah. -

Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 7 (tujuh) tahun.

2. BNI Syariah Valas.

Pembiayaan Valas iB Hasanah adalah pembiayaan yang diberikan oleh

unit operasional dalam negeri kepada nasabah pembiayaan dalam negeri,

dalam bentuk mata uang valuta asing. Keunggulan Persyaratan yang

mudah sesuai dengan prinsip syariah. Jangka waktu pembiayaan

disesuaikan dengan jenis pembiayaannya. Pembiayaan dapat diberikan

untuk keperluan modal kerja dan atau investasi dengan minimal sebesar

US$ 25,000.000,-

3. BNI Syariah Koprasi Karyawan/Koperasi Pegawai (Kokar/Kopeg)

Pembiayaan Kerjasama Koprasi Karyawan/Koperasi Pegawai

(Kopkar/Kopeg)iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan mudharabah

produktif dimana BNI Syariah sebagai pemilik dana menyalurkan

pembiayaan dengan pola executing kepada Koperasi Karyawan

(Kopkar)/Koperasi Pegawai (kopeg) untuk disalurkan secara prinsip

syariah ke end user/pegawai. Persyaratan Kopkar/kopeg Koperasi telah

beroperasi komersial selama sekurang-kurangnya 3 tahun. Mempunyai

legalitas usaha lengkap dan masih berlaku.

4. BNI Syariah Dealer iB Hasanah.

Pola kerjasama pemasaran dealer dilatarbelakangi oleh adanya potensi

pembiayaan kendaraan bermotor secara kolektif yang melibatkan end

user dalam jumlah yang cukup banyak. Hal tersebut membutuhkan


37

tenaga yang cukup besar dalam hal penyaluran, pemantauan, atau

penyelesaian pembiayaannya. Manfaat Bagi Dealer: Membantu

meningkatkan penjualan kendaraan bermotor dengan cara penyaluran

pembiayaan kendaraan bermotor yang dibiayai oleh Bank.

5. BNI Syariah Tunas Usaha.

Tunas Usaha iB Hasanah (TUS) adalah pembiayaan modal kerja dan atau

investasi yang diberikan untuk usaha produktif yang feasible namun

belum bankable dengan prinsip syariah dalam rangka mendukung

pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 6 tahun 2007. Keunggulan –

Proses lebih cepat dengan persyaratan yang mudah sesuai dengan prinsip

syariah. – Jangka waktu pembiayaan tidak melebihi 3 tahun.

6. BNI Syariah Usaha Kecil

Usaha Kecil iB Hasanah adalah pembiayaan syariah yang digunakan

untuk tujuan produktif (modal kerja maupun investasi) kepada pengusaha

kecil berdasarkan prinsip-prinsip pembiayaan syariah. Keunggulan

Persyaratan yang mudah sesuai dengan prinsip syariah. Jangka waktu

pembiayaan sampai dengan 7 (tujuh) tahun. Plafond pembiayaan sampai

dengan Rp.10 (sepuluh) Milyar. Pembayaran angsuran dapat dilakukan di

seluruh Kantor Cabang BNI.

7. BNI Syariah Linkage

Pembiayaan Kerjasama Linkage Program iB Hasanah adalah fasilitas

pembiayaan dimana BNI Syariah sebagai pemilik dana menyalurkan

pembiayaan dengan pola executing kepada Lembaga Keuangan Syariah


38

(LKS) (BMT, BPRS, KJKS, dll) untuk diteruskan ke end user

(pengusaha mikro, kecil, dan menengah syariah). Kerjasama dengan LKS

dapat dilakukan secara langsung ataupun melalui Lembaga Pendamping.

Manfaat Bagi Lembaga Pendamping.

Khusus untuk produk-produk yang berhubungan dengan

pembiayaan akad mudharabah yang ada di bank BNI Syari’ah Cabang

Mataram ini, berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti

dengan salah satu pegawai bank BNI Syari’ah Kantor Cabang Mataram

yakni pak Sigit Arisman selaku Sales Marketing Asisstant Operasional

khusus menangani masalah pembiayaan mudharabah terdapat dua

produk pembiayaan, yaitu:35

1. Pembiayaan Produktif

Pada pembiayaan produktif ini, difokuskan untuk pembiayaan

investasi dan modal kerja dan termasuk kedalam program mikro, yaitu

usaha-usaha yang tergolong kecil. Contoh pembiayaan produktif ini,

seperti ketika nasabah ingin membuat usaha berupa toko atau warung.

Dalam hal ini, pihak bank terkadang tidak langsung memberikan

sejumlah uang dibuthkan, akan tetapi pihak bank membelikan gedung

atau ruko, rumah, dan tempat-tempat yang akan digunakan sebagai

tempat usaha. Misalkan, dalam akadnya nasabah ingin membuat toko,

maka bank akan membelikan material-material bangunan seperti

genteng, semen, pasir, batako, kayu, dan material bangunan lainnya

35
Sigit Arisman, Sales Marketing Assistant Operasional, wawancara, Jam 10.00 am ,
Mataram 06 Desember 2017.
39

yang diperlukan sepenuhnya. Dan juga, barang-barang yang akan

dijual (isi toko). Dalam pembiayaan produktif ini biasanya menangani

modal diatas satu miliar. Besar kecilnya usaha yang dijalankan oleh

nasabah dalam pembiayaan produktif ini biasanya tidak berpengaruh,

akan tetapi dilihat dari perjalanan usaha yang dijalankan minimal

sudah berjalan selama 2 tahun, jika modalnya di bawah Rp.

25.000.000,- akan ditangani oleh usaha mikro (usaha menengah

kebawah). Jadi, yang menentukan jenis usaha yang akan dijalankan

oleh nasabah pada pembiayaan ini adalah bank sesuai dengan akad

yang telah disepakati, sehingga pihak bank sudah menyediakan data-

data berupa ijin usaha, SIUP, PDP, selama usaha-usaha tersebut tidak

bertentangan dengan Syari’at Islam.

2. Pembiayaan Konsumtif

Dalam pembiayaan konsumtif ini berfokus pada usaha yang

menjerumus ke pembiayaan pada bidang agraria seperti renovasi

rumah, pembelian rumah, baik untuk pembelian rumah second atau

pembelian asset-aset tanah dan juga pembelian rumah baru,

sehingga bank akan lebih mudah untuk kerjasama langsung dengan

developer bangunan yang akan membangun. Untuk konsumer

pembatasan antara gaji yang bisa dipotong biasanya maksimal

40%, jika gajinya Rp. 1.000.000.,- maka pihak bank akan

memotong Rp. 400.000,- sebagai angusuran ke bank dan sisanya

untuk konsumer.
40

Keunggulan dari pembiayaan konsumtif ini adalah sebagai

berikut:36

a) Proses lebih cepat dengan persyaratan yang mudah sesuai

dengan prinsip syariah.

b) Maksimum Pembiayaan sd Rp. 25 Milyar.

c) Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 15 tahun kecuali

untuk pembelian kavling maksimal 10 tahun atau disesuaikan

dengan kemampuan pembayaran.

d) Jangka waktu sd 20 tahun untuk nasabah fixed-income.

e) Uang muka ringan yang dikaitkan dengan penggunaan

pembiayaan.

f) Harga jual tetap tidak berubah sampai lunas.

g) Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara otomatis

atau dapat dilakukan di seluruh Kantor Cabang BNI Syariah

maupun BNI Konvensional.

Namun secara khusus bentuk-bentuk Pembiayaan di Bank BNI

Syari’ah Kantor Cabang Mataram menurut pak Sigit Arisman adalah

sebagai berikut:37

1. Modal Kerja, yakni pembiayaan dengan memberikan pinjaman

kepada nasabah dengan akad mudharabah biasanya digunakan

untuk akad modal kerja. Misalkan nasabah membutuhkan modal

36
http://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/bnigriyaibhasanah
37
Sigit Arisman, Sales Marketing Assistant Operasional, wawancara, Jam 10.00 am ,
Mataram 06 Desember 2017.
41

untuk membangun toko maka bank akan membiayai dengan cara

membelikan bahan-bahan bangunan dan bahan-bahan yang

dibutuhkan lainnya dilihat dari rincian Rencana Anggaran Biaya

(RAB) 100% akan diberikan oleh bank, dan pada saat mendapat

atau perhitungan keuntungan maka harus dilaporkan ke bank dan

memberikan profit ke bank sesuai dengan kesepakatan akad yang

telah ditentukan diawal.

2. Modal Usaha, yakni pembiayaan yang memberikan sepenuhnya

kekuasaan kepada nasbah untuk membelanjakan uang yang

diberikan oleh bank.

3. Koperasi, Mekanisme pembiayaan untuk koprasi meliputi

pemberian kepada anggota, sehingga uang yang diberikan oleh

bank hanya akan berputar kepada para anggota koprasi tersebut

dengan menggunakan akad mudharabah.

C. Mekanisme Pembiayaan Akad Mudharabah di bank BNI Syari’ah Kantor

Cabang Mataram.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan pak Sigit

Arisman selaku Sales Marketing Assistant Operasional, yakni adapun

mekanisme dalam melakukan pembiayaan akad Mudharabah di bank BNI

Syari’ah kantor cabang Mataram yakni:38

1. Pada saat pencairan, bank akan membantu nasabah untuk langsung

ditransferkan kepada rekening suplier, jika nasabah membutuhkan bahan

38
Ibid
42

bangunan, maka bank akan langsung menghubungi supplier, jadi nasabah

akan mendapatkan bahan bangunan yang dibutuhkan tanpa diberikan uang

cash oleh bank.

2. Bagi nasabah yang kesulitan melakukan proses pertransferan, maka bank

akan memberikaan akad wakalah, yaitu bank memeberikan kuasa penuh

kepada nasabah untuk membelanjakan barang-barang yang dibutuhkan

D. Unsur-unsur yang Terdapat dalam Pembiayaan Akad Mudharabah.

Unsur-unsur yang terdapatdalam Pembiayaan Akad Mudharabah

berdasarkan penjelasan pak Sigit Arisman, yaitu:39

1. Harga Jual
2. Harga Beli
3. Marginprofit
4. Jumlah bagi hasil
5. Jangka waktu pembiayaan
6. Pinjam pembiayaan
E. Contoh Akad Pembiayaan Mudharabah
Adapun contoh dari akad pembuatan pembiayaan Mudharabah adalah sebagai
berikut:40

AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH

Nomor: .....

BISMILAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

“Hai orang-orang yang beriman, sempurnakanlah segala janji……..” (Surat Al-

Maaidah 5 : 1)
39
ibid
40
http://www.nasrulloh.com/2010/10/contoh-akad-pembiayaan-murabahah.html
43

“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu makan harta sesama kamu dengan

jalan bathil, kecuali melalui perniagaan yang berlaku suka sama suka di antara

kamu” (Surat an-Nisaa’ 4 : 29)

“Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu” (Surat

al-Baqarah 2 : 198)

AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH ini dibuat dan ditandatangani pada

hari ini, hari ...................tanggal...., bulan.........., tahun ........Pukul ................ Wib

oleh dan antara pihak-pihak:

1. PT BANK SYARIAH XYZ, di .................. yang dalam hal ini diwakili oleh

................. Selanjutnya disebut “BANK”.

2. .................................................dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama

........., selanjutnya disebut “MUDHARIB” atau “NASABAH”.

Para pihak terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa, dalam rangka menjalankan dan memperluas kegiatan usahanya,

NASABAH memerlukan sejumlah dana, dan untuk memenuhi hal tersebut

NASABAH telah mengajukan permohonan kepada BANK untuk

menyediakan Pembiayaannya, yang dari pendapatan/keuntungan usaha itu

kelak akan dibagi di antara NASABAH dan BANK berdasarkan prinsip

bagi hasil (syirkah)

2. Bahwa, terhadap permohonan NASABAH tersebut BANK telah

menyatakan persetujuannya, baik terhadap kegiatan usaha yang akan

dijalankan NASABAH maupun terhadap pembagian

pendapatan/keuntungan berdasarkan prinsip bagi hasilnya (Syirkah)


44

Selanjutnya kedua belah pihak sepakat menuangkan Akad ini dalam Akad

Pembiayaan Mudharabah (selanjutnya disebut “Akad”) dengan syarat-syarat serta

ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

Pasal 1

DEFINISI

1. Mudharabah : Akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan

pengelola (mudharib) untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan.

2. Syari’ah adalah : Hukum Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan ar-

Ra’yu dan mengatur segala hal yang mencakup bidang ‘ibadah mahdhah

dan ‘ibadah muamalah.

3. Pembiayaan adalah : Pagu atau plafon dana yang disediakan BANK untuk

digunakan sebagai modal bagi NASABAH dalam menjalankan dan

memperluas usahanya, sesuai dengan permohonan yang diajukannya

kepada BANK.

4. Bagi hasil atau Syirkah adalah: Pembagian atas pendapatan/keuntungan

antara NASABAH dan BANK yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan

antara NASABAH dengan BANK.

5. Nisbah adalah : Bagian dari hasil pendapatan/ keuntungan yang menjadi

hak NASABAH dan BANK yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan

antara NASABAH dengan BANK.

6. Dokumen Jaminan adalah :Segala macam dan bentuk surat bukti tentang

kepemilikan atau hak-hak lainnya atas barang yang dijadikan jaminan dan
45

akta pengikatannya guna menjamin terlaksananya kewajiban NASABAH

terhadap BANK berdasarkan Akad ini.

7. Jangka Waktu Akad adalah : Masa berlakunya Akad ini sesuai dengan

yang ditentukan dalam Pasal 3 Akad ini.

8. Hari Kerja Bank adalah :Hari Kerja Bank Indonesia

9. Pendapatan adalah : Seluruh penerimaan yang diperoleh dari hasil usaha

yang dijalankan oleh NASABAH dengan menggunakan modal yang

disediakan oleh BANK sesuai dengan Akad ini.

10. Keuntungan adalah: Pendapatan sebagaimana dimaksud dalam butir 8

Pasal 1 Akad ini dikurangi biaya-biaya sebelum dipotong pajak.

11. Pembukuan Pembiayaan adalah: Pembukuan atas nama NASABAH pada

BANK yang khusus mencatat seluruh transaksi NASABAH sehubungan

dengan Pembiayaan, yang merupakan bukti sah dan mengikat NASABAH

atas segala kewajiban pembayaran, sepanjang tidak dapat dibuktikan

sebaliknya dengan cara yang sah menurut hukum.

12. Cedera Janji adalah: Peristiwa atau peristiwa-peristiwa sebagaimana yang

tercantum dalam Pasal 8 Akad ini yang menyebabkan BANK dapat

menghentikan seluruh atau sebahagian pembiayaan, dan menagih dengan

seketika dan sekaligus jumlah kewajiban NASABAH kepada BANK

sebelum Jangka Waktu Akad ini.


46

Pasal 2

PEMBIAYAAN DAN PENGGUNAANNYA

BANK berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menyediakan fasilitas

Pembiayaan kepada NASABAH sampai sejumlah Rp. ................ ( .............. )

secara sekaligus atau bertahap sesuai dengan permintaan NASABAH yang

semata-mata akan dipergunakan untuk ...................................

sesuai dengan Rencana kerja yang disiapkan oleh NASABAH yang disetujui

BANK, yang dilampirkan pada dan karenanya merupakan satu kesatuan yang tak

terpisahkan dari Akad ini.

Pasal 3

JANGKA WAKTU

Pembiayaan yang dimaksud dalam Akad ini berlangsung untuk jangka waktu ......

(...........) bulan terhitung sejak tanggal Akad ini ditandatangani, serta berakhir

pada tanggal ....... bulan ........ Tahun ...

Pasal 4

PENARIKAN PEMBIAYAAN

Dengan tetap memperhatikan dan menaati ketentuan-ketentuan tentang

pembatasan penyediaan dana yang ditetapkan oleh yang berwenang, BANK

berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk mengizinkan NASABAH menarik

Pembiayaan, setelah NASABAH memenuhi seluruh prasyarat sebagai berikut :

1. Menyerahkan kepada BANK Permohonan Realisasi Pembiayaan yang

berisi rincian barang yang akan dibiayai dengan fasilitas Pembiayaan, serta

tanggal dan kepada siapa pembayaran tersebut harus dilakukan. Surat


47

Permohonan tersebut harus sudah diterima oleh BANK selambat-

lambatnya 5 (lima) hari kerja Bank dari saat pencairan harus dilaksanakan.

2. Menyerahkan kepada BANK seluruh dokumen NASABAH, termasuk dan

tidak terbatas pada dokumen-dokumen jaminan yang berkaitan dengan

Akad ini.

3. Bukti-bukti tentang kepemilikan atau hak lain atas barang jaminan, serta

akta-akta pengikatan jaminannya.

4. Terhadap setiap penarikan sebagian atau seluruh Pembiayaan, NASABAH

berkewajiban membuat dan menandatangani Tanda Bukti Penerimaan

uangnya, dan menyerahkannya kepada BANK.

5. Sebagai bukti telah diserahkannya setiap surat, dokumen, bukti

kepemilikan atas jaminan, dan/atau akta dimaksud oleh NASABAH

kepada BANK, BANK berkewajiban untuk menerbitkan dan menyerahkan

Tanda Bukti Penerimaannya kepada NASABAH.

Pasal 5

KESEPAKATAN BAGI HASIL

1. NASABAH dan BANK sepakat, dan dengan ini mengikatkan diri satu

terhadap yang lain, bahwa Nisbah dari masing-masing pihak adalah :a......

% (......persen) dari pendapatan/keuntungan untuk NASABAH; b. ..... %

(......persen) dari pendapatan/keuntungan untuk BANK


48

2. NASABAH dan BANK juga sepakat, dan dengan ini saling mengikatkan

diri satu terhadap yang lain, bahwa pelaksanaan Bagi Hasil (Syirkah) akan

dilakukan pada tiap-tiap ..................

3. BANK berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menanggung

kerugian yang timbul dalam pelaksanaan Akad ini, kecuali apabila

kerugian tersebut terjadi karena ketidakjujuran dan/atau kelalaian

NASABAH sebagaimana yang diatur dalam Pasal 11, dan/atau

pelanggaran yang dilakukan NASABAH atas syarat-syarat sebagaimana

diatur dalam Pasal 12 Akad ini.

4. BANK baru akan menerima dan mengakui terjadinya kerugian tersebut,

apabila BANK telah menerima dan menilai kembali segala perhitungan

yang dibuat dan disampaikan oleh NASABAH kepada BANK, dan BANK

telah menyerahkan hasil penilaiannya tersebut secara tertulis kepada

NASABAH.

5. NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri, untuk menyerahkan

perhitungan usaha yang dibiayai dengan fasilitas Pembiayaan berdasarkan

Akad ini, secara periodik pada tiap-tiap bulan, selambat-lambatnya pada

hari ke ........ bulan berikutnya.

6. BANK berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk melakukan

penilaian kembali atas perhitungan usaha yang diajukan oleh NASABAH,

selambat-lambatnya pada hari ke ........ sesudah BANK menerima

perhitungan usaha tersebut yang disertai data dan bukti-bukti lengkap dari

NASABAH.
49

7. Apabila sampai hari ke ........., BANK tidak menyerahkan kembali hasil

penilaian tersebut kepada NASABAH, maka BANK dianggap secara sah

telah menerima dan mengakui perhitungan yang dibuat oleh NASABAH.

8. NASABAH dan BANK berjanji dan dengan ini saling mengikatkan diri

satu terhadap yang lain, bahwa BANK hanya akan menanggung segala

kerugian, maksimum sebesar pembiayaan yang diberikan kepada

NASABAH tersebut pada Pasal 2.

Pasal 6

PEMBAYARAN KEMBALI

NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk mengembalikan

kepada BANK, seluruh jumlah pembiayaan pokok dan bagian

pendapatan/keuntungan yang menjadi hak BANK sampai lunas sesuai dengan

Nisbah sebagaimana ditetapkan pada Pasal 5 Akad ini, menurut jadwal

pembayaran sebagaimana ditetapkan pada lampiran yang dilekatkan pada dan

karenanya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dari Akad ini.

Setiap pembayaran kembali oleh NASABAH kepada BANK atas pembiayaan

yang diberikan oleh BANK dilakukan di kantor BANK atau di tempat lain yang

ditunjuk BANK, atau dilakukan melalui rekening yang dibuka oleh dan atas nama

NASABAH di BANK.

1. Dalam hal pembayaran dilakukan melalui rekening NASABAH di BANK,

maka dengan ini NASABAH memberi kuasa yang tidak dapat berakhir

karena sebab-sebab yang ditentukan dalam pasal 1813 Kitab Undang-


50

Undang Hukum Perdata kepada BANK, untuk mendebet rekening

NASABAH guna membayar/melunasi kewajiban NASABAH kepada

BANK.

2. Apabila NASABAH membayar kembali atau melunasi pembiayaan yang

diberikan oleh BANK lebih awal dari waktu yang diperjanjikan, maka

tidak berarti pembayaran tersebut akan menghapuskan atau mengurangi

bagian dari pendapatan/keuntungan yang menjadi hak BANK

sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Akad ini.

Pasal 7

BIAYA, POTONGAN, DAN PAJAK

1. NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menanggung

segala biaya yang diperlukan berkenaan dengan pelaksanaan Akad ini,

termasuk jasa Notaris dan jasa lainnya, sepanjang hal itu diberitahukan

BANK kepada NASABAH sebelum ditandatanganinya Akad ini, dan

NASABAH menyatakan persetujuannya.

2. Setiap pembayaran kembali/pelunasan NASABAH sehubungan dengan

Akad ini dan Akad lainnya yang mengikat NASABAH dan BANK,

dilakukan oleh NASABAH kepada BANK tanpa potongan, pungutan,

pajak dan/atau biaya-biaya lainnya, kecuali jika potongan tersebut

diharuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


51

3. NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri, bahwa terhadap

setiap potongan yang diharuskan oleh perundang-undangan yang berlaku,

akan dilakukan pembayarannya oleh NASABAH melalui BANK.

Pasal 8

JAMINAN

Untuk menjamin tertibnya pembayaran kembali/pelunasan Pembiayaan tepat pada

waktu dan jumlah yang telah disepakati kedua belah pihak berdasarkan Akad ini,

maka NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menyerahkan

jaminan dan membuat pengikatan jaminan kepada BANK sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Akad ini.

Jenis barang jaminan yang diserahkan adalah berupa :

Pasal 9

KEWAJIBAN NASABAH

Sehubungan dengan penyediaan pembiayaan oleh BANK berdasarkan Akad ini,

NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk :

1. mengembalikan seluruh jumlah pokok Pembiayaan berikut bagian dari

pendapatan/keuntungan BANK sesuai dengan Nisbah pada saat jatuh

tempo sebagaimana ditetapkan pada Lampiran yang diletakkan pada dan

karenanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Akad ini.

2. memberitahukan secara tertulis kepada BANK dalam hal terjadinya

perubahan yang menyangkut NASABAH maupun usahanya.


52

3. melakukan pembayaran atas semua tagihan dari Pihak Ketiga dan setiap

penerimaan tagihan dari Pihak Ketiga disalurkan melalui rekening

NASABAH di BANK. membebaskan seluruh harta kekayaan milik

NASABAH dari beban penjaminan terhadap pihak lain, kecuali

penjaminan bagi kepentingan BANK berdasarkan Akad ini.

4. mengelola dan menyelenggarakan pembukuan Pembiayaan secara jujur

dan benar dengan iktikad baik dalam pembukuan tersendiri.

5. menyerahkan kepada BANK perhitungan usahanya secara bulanan yang

difasilitasi pembiayaannya berdasarkan Akad ini, selambatnya tanggal

……… bulan berikutnya. menyerahkan kepada BANK setiap dokumen,

bahan-bahan dan/atau keterangan-keterangan yang diminta BANK kepada

NASABAH.

6. menjalankan usahanya menurut ketentuan-ketentuan, atau tidak

menyimpang atau bertentangan dengan prinsip-prinsip Syari’ah.

Pasal 10

PERNYATAAN PENGAKUAN NASABAH

NASABAH dengan ini menyatakan pengakuan dengan sebenar-benarnya,

menjamin dan karenanya mengikatkan diri kepada BANK, bahwa :

1. NASABAH adalah Perorangan/Badan Usaha yang tunduk pada hukum

Negara Republik Indonesia;

2. pada saat ditandatanganinya Akad ini, NASABAH tidak dalam keadaan

berselisih, bersengketa, gugat-menggugat di muka atau di luar lembaga


53

peradilan atau arbitrase, berutang kepada pihak lain, diselidik atau dituntut

oleh pihak yang berwajib baik pada saat ini atau pun dalam masa

penundaan, yang dapat mempengaruhi asset, keadaan keuangan, dan/atau

mengganggu jalannya usaha NASABAH;

3. NASABAH memiliki semua perijinan yang berlaku untuk menjalankan

usahanya;

4. orang-orang yang bertindak untuk dan atas nama serta mewakili dan/atau

yang diberi kuasa oleh NASABAH adalah sah dan berwewenang, serta

tidak dalam tekanan atau paksaan dari pihak mana pun;

5. NASABAH mengijinkan Bank pada saat ini dan untuk masa-masa selama

berlangsungnya Akad, untuk memasuki tempat usaha dan tempat-tempat

lainnya yang berkaitan dengan usaha NASABAH, mengadakan

pemeriksaan terhdap pembukuan, catatan-catatan, transaksi, dan/atau

kegiatan lainnya yang berkaitan dengan usaha berdasarkan Akad ini, baik

langsung maupun tidak langsung.

Pasal 11

CEDERA JANJI

Menyimpang dari ketentuan dalam Pasal 3 Akad ini, BANK berhak untuk

menuntut/menagih pembayaran dari NASABAH dan/atau siapa pun juga yang

memperoleh hak darinya, atas sebagian atau seluruh jumlah kewajiban

NASABAH kepada BANK berdasarkan Akad ini, untuk dibayar dengan seketika

dan sekaligus, tanpa diperlukan adanya surat pemberitahuan, surat teguran, atau

surat lainnya, apabila terjadi salah satu hal atau peristiwa tersebut di bawah ini:
54

1. NASABAH tidak melaksanakan pembayaran atas kewajibannya kepada

BANK sesuai dengan saat yang ditetapkan dalam Pasal 5 dan/atau Pasal 3

Akad ini;

2. dokumen, surat-surat bukti kepemilikan atau hak lainnya atau barang-

barang yang dijadikan jaminan, dan/atau pernyataan pengakuan

sebagaimana tersebut pada Pasal 10 Akad ini ternyata palsu atau tidak

benar isinya, dan/atau NASABAH melakukan perbuatan yang melanggar

atau bertentangan dengan salah satu hal yang ditentukan dalam Pasal 9

dan/atau Pasal 12 Akad ini;

3. sebahagian atau seluruh harta kekayaan NASABAH disita oleh pengadilan

atau pihak yang berwajib;

4. NASABAH berkelakuan sebagai pemboros, pemabuk, ditaruh di bawah

pengampuan, dalam keadaan insolvensi, dinyatakan pailit, atau dilikuidasi;

Pasal 12

PELANGGARAN

NASABAH dianggap telah melanggar syarat-syarat Akad ini bila terbukti

NASABAH melakukan salah satu dari perbuatan-perbuatan atau lebih sebagai

berikut:

1. menggunakan pembiayaan yang diberikan BANK di luar tujuan atau

rencana kerja yang telah mendapatkan persetujuan tertulis dari BANK;


55

2. melakukan pengalihan usahanya dengan cara apa pun, termasuk dan tidak

terbatas pada melakukan penggabungan, konsolidasi, dan/atau akuisisi

dengan pihak lain.

3. menjalankan usahanya tidak sesuai dengan ketentuan teknis yang

diharuskan oleh BANK;

4. melakukan pendaftaran untuk memohon dinyatakan pailit oleh pengadilan;

5. lalai tidak memenuhi kewajibannya terhadap pihak lain;

6. menolak atau menghalang-halangi BANK dalam melakukan pengawasan

dan/atau pemeriksaan sebagaimana diatur dalam Pasal 13 Akad ini.

Pasal 13

PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN

Atas kesepakatan kedua pihak, BANK atau Kuasanya dapat untuk melakukan

pengawasan dan pemeriksaan atas pembukuan dan jalannya pengelolaan usaha

yang mendapat fasilitas pembiayaan dari BANK berdasarkan Akad ini, serta hal-

hal lain yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengannya, termasuk dan

tidak terbatas pada membuat photo copynya.

Pasal 14

ASURANSI

NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menutup asuransi

berdasar Syari’ah atas bebannya terhadap seluruh barang yang menjadi jaminan

atas Pembiayaan berdasar Akad ini, pada perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh

BANK, dengan menunjuk dan menetapkan BANK sebagai pihak yang berhak

menerima pembayaran claim asuransi tersebut (bankers claus)


56

Pasal 15

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam memahami atau menafsirkan

bagian-bagian dari isi, atau terjadi perselisihan dalam melaksanakan

Perjanjian ini, maka NASABAH dan BANK akan berusaha untuk

menyelesaikannya secara musyawarah untuk mufakat.

2. Apabila usaha menyelesaikan perbedaan pendapat atau perselisihan

melalui musyawarah untuk mufakat tidak menghasilkan keputusan yang

disepakati oleh kedua belah pihak, maka dengan ini NASABAH dan

BANK sepakat untuk menunjuk dan menetapkan serta memberi kuasa

kepada BADAN ARBITRASE SYARIAH NASIONAL (BASYARNAS)

untuk memberikan putusannya, menurut tata cara dan prosedur

berarbitrase yang ditetapkan oleh dan berlaku di badan tersebut.

3. Putusan BADAN ARBITRASE SYARIAH NASIONAL(BASYARNAS)

bersifat final dan mengikat.

Pasal 16

LAIN-LAIN

......................................................

......................................................

......................................................

......................................................

......................................................
57

Pasal 17

PEMBERITAHUAN

Setiap pemberitahuan dan komunikasi sehubungan dengan Akad ini dianggap

telah disampaikan secara baik dan sah, apabila dikirim dengan surat tercatat atau

disampaikan secara pribadi dengan tanda terima ke alamat di bawah ini :

NASABAH :

Alamat :

B A N K : PT BANK SYARIAH XYZ

Alamat:

Pasal 18

PENUTUP

1. Apabila ada hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam

Akad ini, maka NASABAH dan BANK akan mengaturnya bersama secara

musyawarah untuk mufakat dalam suatu Addendum.

2. Tiap Addendum dari Akad ini merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan dari Akad ini.

3. Surat Akad ini dibuat dan ditandatangani oleh NASABAH dan BANK di

atas kertas yang bermaterai cukup dalam rangkap 2 (dua) yang masing-

masing berlaku sebagai aslinya bagi kepentingan masing-masing pihak.

F. Jenis-jenis Golongan Nasabah yang Melakukan Akad Mudharabah


58

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pak Sigit Arisman di dalam

pembiayaan akad mudharabah terdapat golongan-golongan nasabah yang

dinamakan dengan golongan colectibility, yaitu kelas-kelas nasabah yang

membedakan nasabah satu dengan nasabah yang lain dan juga akan

berpengaruh kepada kepercayaan bank untuk memberikan pembiayaan, yaitu:41

1. Golongan colectibility satu, yakni golongan nasabah yang dilihat dari

usahanya tidak bertentangan dengan Syari’ah dan tidak pernah melakukan

tunggakan kepada bank. Bisa dikatakan pada colectibility satu ini golongan

nasabah yang usahanya lancar.

2. Golongan colecttibilty dua, yakni golongan nasabah yang pernah melakukan

tunggakan atau pernah terlambat membayar lewat tanggal yang telah

ditentukan, akan tetapi masih bisa dipertimbangkan oleh bank dengan

alasan-alasan yang jelas.

3. Golongan colectibility tiga, yakni golongan nasabah yang melakukan

tunggakan hampir tiga bulan atau lebih.

4. Golongan colectibility empat dan lima, yakni golongan nasabah yang

usahanya macet, sehingga bank tidak akan lagi memberikan pinjaman.

Untuk mengetahui nasabah yang melakukan akad mudharabah

termasuk kedalam colectibility satu, dua, tiga, empat dan lima, maka bank

sudah mempunyai data dari Information Bank Indonesia (IBI) yang sudah

terkonect dengan semua bank tentang data-dat para nasabah yang

bermasalah dengan pembiayaan. Akan tetapi untuk nasabah yang baru


41
Sigit Arisman, Sales Marketing Assistant Operasional, wawancara, Jam 10.00 am ,
Mataram 06 Desember 2017.
59

pertama kali melakukan akad pembiayaan mudharabah maka data nasabah

tersebut tidak akan muncul di IBI, dan dapat dilihat dari mutasi rekening

pinjaman nasabah tersebut.

G. Sistem Pengawasan yang dilakukan oleh bank BNI Syari’ah Kantor

Cabang Mataram terhadap Pembiayaan Akad Mudharabah.

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan oleh bank dalam melakukan

pengawasan terhadap akad-akad yang dibuat dengan nasabah adalah sebagai

berikut:42

1. Melakukan analisa awal, hal ini dilakukan pada tahapan awal pengawasan

terhadap usaha yang dilakukan oleh nasabah berasarkan data-data nasabah

tersebut.

2. Melakukan survey lapangan, merupakan pengawasan dengan memeriksa

langsung ke tempat usaha yang dijalankan oleh nasabah.

3. Melakukan survey secara bertahap, satu bulan setelah usaha dijalankan,

tiga bulan kemudian, dan enam bulan kemudian. Survey secara bertahap

ini dilakukan agar dapat dilihat tahapan perkembangan usaha yang

djalankan oleh nasabah.

4. Menggali informasi dengan warga sekitar. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui kebenaran usaha yang dijalankan oleh nasabah berdasarkan

akad yang dibuat dengan pihak bank. Biasanya dalam tahapan ini pihak

bank menggali informasi atau menanyakan langsung kepada tetangga-

tengga atau kerabat-kerabat terdekat dari nasabah yang bersangkutan.

42
Ibid
60

5. Memeriksa dan mengecek barang-barang yang diusahakan. Pihak

melakukan pengecekan terhadap barang-barang yang ada ditempat usaha

nasabah, apakah barang-barang yang terdapat ditempat usaha nasabah

tersebut sudah sesuai atau tidak berdasarkan di dalam akad. Dan juga

memeriksa kelengkapan barang-barangnya.

Dari cara-cara bank dalam melakukan pengawasan terhadap usaha

nasabah tersebut diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa bank

sudah melakukan tindakan-tindakan yang tepat dalam menjegah terjadinya

suatu pemyimpangan yang dilakukan oleh nasabah yang bisa saja terjadi

dikemudian hari setelah pembuatan akad, karena pengawasan yang

dilakukan oleh bank tersebut tidak hanya dilakukan sekali saja, akan tetapi

pengawasan tersebut dilakuakn secara bertahap selama dijalankannya

usaha tersebut oleh nasabah.


61

BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Mekanisme Pembiayaan dan Pengawasan Mudharabah di Bank


BNI Syari’ah Kantor Cabang Mataram.
Dengan mengkaji, membandingkan, dan meneliti maka peneliti

melakukan tinjauan berdasarkan berbagai literatur serta praktek dan aktualisasi

yang terjadi berdasar literatur yang mengambil objek riset pada bank BNI

Syari’ah Cabang Mataram serta melakukan wawancara kepada pihak-pihak

yang terlibat dalam aktualisasi di bank BNI Syariah Cabang Mataram maka

peneliti menemukan data-data sebagai berikut:

Secara teoritis, mekanisme pembiayaan mudharabah diterapkan pada dua

hal yaitu: 1) pembiayaan modal kerja seperti modal kerja perdagangan dan

jasa, dimana bank sebagai shohib al-maal menyalurkan dananya ke nasabah

sebagai mudharib dalam bentuk modal kerja. Pada pembiayaan modal kerja ini

bank menyerahkan sepenuhnya usaha apa yang akan dijalankan oleh nasabah,

yang mana keuntungannya didasarkan pada prinsip bagi hasil sehingga baik

bank ataupun nasabah sama-sama mendapatkan keuntungan dan tidak ada yang

merasa dirugikan dan seandainya dalam pelaksanaan usaha tidak memperoleh

keuntungan maka baik nasabah ataupun bank akan sama-sama menanggungnya

sehingga dalam pembiayaan ini prinsip keadilan bagi keduanya. contoh; ketika

nasabah menbutuhkan modal untuk usaha warung makan dan usaha jasa

bengkel motor, maka bank akan memberikan modal yang dinginkan dan

nasabah akan mengelola modal yang diberikan oleh bank tersebut dengan

keuntungan yang telah ditentukan oleh kedua belah pihak, 2) investasi khusus,
62

dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-

syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.

Adapun mekanisme pembiayaan mudharabah di bank BNI Syari’ah

Kantor Cabang Mataram, yakni sebagai berikut:

1. Pada saat pencairan, bank akan membantu nasabah untuk langsung

ditransferkan kepada rekening suplier, jika nasabah membutuhkan bahan

bangunan, maka bank akan langsung menghubungi suplier, jadi nasabah

akan mendapatkan bahan bangunan yang dibutuhkan tanpa diberikan uang

cash oleh bank.

2. Bagi nasabah yang kesulitan melakukan proses pertransferan, maka bank

akan memberikaan akad wakalah, yaitu bank memeberikan kuasa penuh

kepada nasabah untuk membelanjakan barang-barang yang dibutuhkan.

Jadi, menurut analisa peneliti terhadap mekanisme peminjaman uang kepada

nasabah yang dilakukan oleh pihak bank BNI Syari’ah Kantor Cabang

Mataram tidak langsung memberikan dana kepada nasabah akan tetapi

pembiayaan yang dilakukan oleh bank BNI Syari’ah Cabang Mataram

pertama-tama melakukan pengecekan history atau rekam jejak dari nasabah

atau pengecekan golongan dari nasabah tersebut dan hal ini sudah bisa

meringankan para nasabah khususnya nasabah yang bisa dikatakan

tergolong awam terhadap kemajuan teknologi dan juga tindakan bank

sudah bisa meminimalisir terjadinya kerugian yang besar dipihak bank yang

bisa saja terjadi dikemudian hari.


63

Dari penelususran yang dilakukan peneliti untuk pengawasan

pembiayaan mudharabah, peneliti tidak menemukan teori khusus

mengenai pengawasan pembiayaan mudharabah atas nasabah yang

dilkakukan oleh bank-bank syari’ah, akan tetapi pengawasan secara

keseluruhan dari usaha-usaha yang dilakukan bank syari’ah oleh Otoritas

Jasa Keuangan (OJK), seperti melakukan pengawasan langsung dapat

berupa pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus dengan tujuan untuk

mendapatkan gambaran tentang keadaan keuangan bank dan untuk

memantau tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku serta

untuk mengetahui apakah terdapat praktik-praktik yang tidak sehat yang

membahayakan kelangsungan usaha bank, pengawasan tidak langsung

(off-site supervision), OJK melakukan pengawasan tidak langsung melalui

alat pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan bank, laporan

hasil pemeriksaan, dan informasi lainnya. Laporan berkala tersebut dapat

berupa laporan bulanan, triwulan, semesteran, dan tahunan.

Sedangkan tahapan-tahapan yang dilakukan oleh bank BNI

Syari’ah Cabang Kota Mataram dalam melakukan pengawasan terhadap

akad-akad yang dibuat dengan nasabah adalah sebagai berikut:

1. Melakukan analisa awal, hal ini dilakukan pada tahapan awal

pengawasan terhadap usaha yang dilakukan oleh nasabah berasarkan

data-data nasabah tersebut.

2. Melakukan survey lapangan, merupakan pengawasan dengan memeriksa

langsung ke tempat usaha yang dijalankan oleh nasabah.


64

3. Melakukan servey secara bertahap, satu bulan setelah usaha dijalankan,

tiga bulan kemudian, dan enam bulan kemudian. Survey secara bertahap

ini dilakukan agar dapat dilihat tahapan perkembangan usaha yang

djalankan oleh nasabah.

4. Menggali informasi dengan warga sekitar. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui kebenaran usaha yang dijalankan oleh nasabah berdasarkan

akad yang dibuat dengan pihak bank. Biasanya dalam tahapan ini pihak

bank menggali informasi atau menanyakan langsung kepada tetangga-

tengga atau kerabat-kerabat terdekat dari nasabah yang bersangkutan.

5. Memeriksa dan mengecek barang-barang yang dusahakan. Pihak

melakukan pengecekan terhadap barang-barang yang ada ditempat usaha

nasabah, apakah barang-barang yang terdapat ditempat usaha nasabah

tersebut sudah sesuai atau tidak berdasarkan di dalam akad. Dan juga

memeriksa kelengkapan barang-barangnya.

Jadi menurut analisa peneliti pada BNI Syari’ah kantor cabang Mataram,

dalam melakukan pengawasan terhadap usaha yang dijalankan oleh

nasabah sudah tepat, karena yang sering terjadi dilapangan biasanya para

nasabah dalam melaporkan perkembangan usahanya khususnya dalam

melaporkan keuntungannya seringkali tidak jujur atau tidak

melporkannya langsung kepada pihak bank, akan tetapi nasabah baru

melaporkannya kepada pihak bank ketika telah terjadi kerugian terhadap

usaha yang dijalankan. Sehingga salah satu tujuan dari bank Islam,

khususnya di bank BNI Syari’ah kantor cabang Mataram, yakni


65

pembagian keuntungan berdasarkan akad dibuat diawal (profit sharing)

oleh nasabah dengan pihak bank tidak terealisasikan.

B. Analisis Fiqih Mu’amalah Terhadap Akad Pembiayaan dan Pengawasan

Mudharabah di BNI Syari’ah Cakranegara

Ulama mengajukan beberapa syarat terhadap rukun-rukun yang melekat

dalam akad mudharabah:

1. Untuk shahib al-mal dan mudharib, syarat keduanya adalah harus mampu

bertindak layaknya sebagai majikan dan wakil.

Praktik yang dilakukan oleh bank BNI Syari’ah dalam memberikan

pembiayaan mudharabah kepada nasabah hanya sebatas akad kerja sama

dimana antara kedua belah pihak harus memenuhi hak dan kewajiban

masing-masing, dan pihak bank tidak ikut campur atas usaha yang

dijalankan oleh nasabah pihak bank hanya akan mengawasi usaha yang

dijalankan oleh nasabah secara bertahap.

2. Sighat atau ijab dan qabul harus diucapkan oleh kedua pihak untuk

menunjukkan kemauan mereka, dan terdapat kejelasan tujuan mereka dalam

melakukan sebuah kontrak.

Dalam bank BNI Syari’ah Cabang kota Mataram, bank sebagai shahib al-

mal tidak menentukkan usaha apa yang akan dijalankan oleh mudharib akan

tetapi yang menentukan adalah mudharib sendiri dengan ketentuan-

ketentuan yang diberikan oleh pihak bank.

3. Modal adalah sejumlah uang yang diberikan oleh shahibul mal kepada

mudharib untuk tujuan investasi dalam akad mudharabah. Modal


66

disyaratkan harus diketahui jumlah dan jenisnya (mata uang), dan modal

harus disetor tunai kepada mudharib.

Dalam praktik di lapanngan pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh

BNI Syaria’ah cabang Mataram kepada nasabah merupakan salah satu

pengaplikasian dari prinsip ekonomi syari’ah dimana uang para nasabah

yang dikelola oleh bank harus memutar agar uang para nasabah tersebut

tidak mengedap pada satu tempat saja, sehingga produk mudharabah

merupakan salah satu wadah untuk memutarkan uang para nasabah tanpa

membungakannya (melakukan riba).

Sebagian ulama membolehkan modal berupa barang inventori ataupun

aset perdagangan, bahkan madzhab Hambali membolehkan penyediaan aset

non-moneter (pesawat, kapal, alat transport) sebagai modal. Modal tidak

dapat berbentuk hutang (pada pihak ketiga atau mudharib), modal harus

tersedia untuk digunakan dalam bentuk tunai atau aset. Selain itu, modal

harus diserahkan/dibayarkan kepada mudharib dan memungkinkan baginya

untuk menggunakannya.

4. Keuntungan adalah jumlah yang dapat sebagai kelebihan dari modal,

keuntungan adalah tujuan akhir dari kontrak mudharabah. Syarat

keuntungan yang harus terpenuhi adalah: kadar keuntungan harus

diketahui, berapa jumlah yang dihasilkan. Keuntungan tersebut harus

dibagi secara proporsional kepada kedua pihak, dan proporsi (nisbah)

keduanya harus sudah dijelaskan pada waktu melakukan kontrak. Shahibul


67

mal berkewajiban untuk menanggiang semua kerugian dalam akad

mudaharabah sepanjang tidak diakibatkan kelalaian mudharib.

5. Pekerjaan atau usaha perniagaan adalah kontribusi mudharib dalam

kontrak mudharabah yang disediakan sebagai pengganti untuk modal yang

disediakan oleh shahibul mal, pekerjaan dalam konteks ini berhubungan

dengan manajemen kontrak mudharabah. Syarat yang harus dipenuhi

adalah: usaha perniagaan adalah hak eksklusif mudharib tanpa adanya

inventaris dari pihak shahibul mal, walaupun madzhab Hanbali

membolehkan shahibul mal memberikan kontribusi dalam pekerjaan

tersebut.

Adapun yang menjadi prinsip-prinsip dalam muamalah menurut

Dr. Mardani yaitu:

1. Prinsip Halal

Mengapa harus dengan cara halal dan meninggalkan segala yang

haram dalam berinvestasi? Dalam kaitan ini, Dr. M. Nadratuzzaman

Husen dalam bukunya Gerakan 3H, Ekonomi Syari’ah seperti yang

dikutip oleh Dr. Mardani mengemukakan bahwa alasan mencari

rezeki (berinvestasi) dengan cara yaitu: (1) karena Allah

memerintahkan untuk mencari rezeki dengan jalan halal; (2) pada

harta halal mengandung keberkahan; (3) pada harta halal mengandug

manfaat dan maslahah yang agung bagi manusia; (4) pada harta halal

akan membawa pengaruh positif bagi pelaku manusia; (5) pada harta

halal melahirkan pribadi yang istiqomah, yakni yang sealau dalam


68

kebaikan, kesalehan, ketakwaan, keikhlasan, dan keadilan; (6) pada

harta halal akan membentuk pribadi yang mementingkan kehidupan

akhirat (zuhud), sederhana (wara’), selalu merasa cukup (qana’ah),

santun, dan suci dalam segala tindakan; (7) pada harta halal akan

melahirkan pribadi yang toleransi (tasamuh), berani menegakkan

keadilan, dan membela yang benar.

Prinsip ini diterapkan oleh bank BNI Syari’ah Cabang Mataram,

yakni dapat dilihat pada saat penentuan usaha yang akan dijalanakan

oleh nasabah pada saat, jika usaha tersebut dilarang oleh Syari’ah

maka bank tidak akan membiayai usaha tersebut sehingga

berorientasi keuntungan dan falah (kebahagiaan dunia dan akhirat

sesuai ajaran Islam).

Jadi tindakan yang telah dilakukan bank BNI Syari’ah Cabang

Mataram dalam menentukan usaha yang akan dijalankan oleh

nasabah sudah tepat, karena agar tidak menjalankan usaha yang

dilarang agama.

2. Prinsip Kemaslahatan Bersama (Maslahah)

Maslahah dalam konteks inventasi yang dilakukan oleh seseorang

hendaknya bermanfaat bagi pihak-pihak yang melakukan transaksi

dan juga harus dirasakan oleh masyarakat.

Prinsip kemaslahatan ini pada bank BNI Syari’ah Cabang Mataram

ditunjukkan dengan perputaran dana para nasabah yang dilakukan

oleh pihak bank agar tidak mengendap pada satu wadah saja, oleh
69

karena itu maka bank menempatkan dana para nasabah tersebut pada

usahaa-usaha yang produktif termasuk untuk pembiayaan

mudharabah sehingga bisa juga dipergunakan oleh masyarakat yang

lain tanpa memakai perangkat suku bunga.

Prinsip ini sudah bisa membantu para masyarakat, khususnya untuk

masyarakat menengah kebawah dalam meningkatkan ekonomi

mereka.

3. Prinsip Kerja Sama (Coorporation)

Prinsip transaksi didasarkan pada kerja sama yang paling

menguntungkan dan solidaritas (persaudaraan dan saling membantu).

Prinsip ini bisa ditemukan dengan salah satu prinsip yang diterapkan

di bank BNI Syari’ah yaitu hubungan dengan nasabah dalam bentuk

kemitraan.

Jadi bank BNI Syari’ah Cabang Mataram dalam bekerjasama

menempatkan nasabah sebagai partner kerja bukan seperti halnya

pembantu dengan majikan sehingga dalam hal ini kedua belah pihak

mempunyai kesetaraan derajat yang mempunyai hak dan kewajiban

masing-masing pihak yang harus dipenuhi.

4. Prinsip Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dalam bermuamalah adalah terpenuhinya nilai-nilai

keadilan (justice) antara para pihak yang melakukan akad mumalah.

Keadilan tidak selamanya dijalankan oleh bank BNI Syari’ah Cabang

Kota Mataram, hal ini terlihat ketika penandatangan akad, karena


70

akad-akad yang dibuat ditentukan oleh pihak bank saja, dan nasabah

diharuskan untuk mematuhi ketentuan-ketentuan tersebut dan jika

terjadi suatu masalah pada akad yang sudah ditandatangani oleh

nasabah dikemudian hari, maka yang harus bertanggungjawab adalah

dari pihak nasabah.

Jadi prinsip ini lebih menguntungkan pihak bank saja.

5. Prinsip Amanah (Trustworthy)

Prinsip amanah yaitu prinsip kepercayaan, kejujuran, tanggungjawab,

misalnya dalam hal membuat laporan keuangan, dan lain-lain.

Untuk prinsip amanah ini bank BNI Syari’ah Cabang Kota Mataram,

tidak sepenunya teralisasikan, akan tetapi yang tidak amanah dan

tidak jujur kadang dilakukan oleh salah satu pihak yakni pada pihak

nasabah dalam melaporkan keuangan atau keuntungan yang

didapatkan.
71

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka hasil dari

kesimpulan yang peneliti dapatkan yaitu sebagai berikut:

1. Mekanisme dalam melakukan pembiayaan dan pengawasan akad

Mudharabah di bank BNI Syari’ah kantor cabang Mataram yakni: Pada

saat pencairan, bank akan membantu nasabah untuk langsung ditransferkan

kepada rekening suplier, jika nasabah membutuhkan bahan bangunan,

maka bank akan langsung menghubungi supplier, jadi nasabah akan

mendapatkan bahan bangunan yang dibutuhkan tanpa diberikan uang cash

oleh bank. Kemudian bagi nasabah yang kesulitan melakukan proses

pertransferan, maka bank akan memberikaan akad wakalah, yaitu bank

memeberikan kuasa penuh kepada nasabah untuk membelanjakan barang-

barang yang dibutuhkan.

2. Sedangkan Pengawasan terhadap pembiayaan mudharabah atas nasabah

adalah sebagai berikut:

a. Melakukan analisa awal, hal ini dilakukan pada tahapan awal

pengawasan terhadap usaha yang dilakukan oleh nasabah berasarkan

data-data nasabah tersebut.

b. Melakukan survey lapangan, merupakan pengawasan dengan memeriksa

langsung ke tempat usaha yang dijalankan oleh nasabah.


72

c. Melakukan survey secara bertahap, satu bulan setelah usaha dijalankan,

tiga bulan kemudian, dan enam bulan kemudian. Survey secara bertahap

ini dilakukan agar dapat dilihat tahapan perkembangan usaha yang

djalankan oleh nasabah.

d. Menggali informasi dengan warga sekitar. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui kebenaran usaha yang dijalankan oleh nasabah berdasarkan

akad yang dibuat dengan pihak bank. Biasanya dalam tahapan ini pihak

bank menggali informasi atau menanyakan langsung kepada tetangga-

tetangga atau kerabat-kerabat terdekat dari nasabah yang bersangkutan.

e. Memeriksa dan mengecek barang-barang yang diusahakan. Pihak

melakukan pengecekan terhadap barang-barang yang ada ditempat usaha

nasabah, apakah barang-barang yang terdapat ditempat usaha nasabah

tersebut sudah sesuai atau tidak berdasarkan di dalam akad. Dan juga

memeriksa kelengkapan barang-barangnya.

3. Aspek fiqh muamalah terhadap akad pembiayaan mudharabah di bank BNI

Syari’ah Kantor Cabang Mataram.

a. Prinsip Prinsip Halal, sudah sesuai dengan prinsip muamalah, karena

dijalankan oleh bank BNI Syari’ah Cabang Kota Mataram.

b. Prinsip Kemaslahatan Bersama (Maslahah), sudah tepat dengan prinsip

muamalah¸ hal ini dilihat dari perputaran dana nasabah yang dilakukan

oleh pihak bank BNI Syari’ah Cabang Kota Mataram agar bisa juga

digunakan untuk masyarakat.


73

c. Prinsip Kerja Sama (Coorporation), sudah dijalanakan oleh bank BNI

Syari’ah Cabang Kota Mataram, yaitu hubungan dengan nasabah dalam

bentuk kemitraan.

d. Prinsip Keadilan (Justice), prinsip ini tidak sesuai dengan prinsip

muamalah karena, lebih menguntungkan salah satu pihak dalam hal

menentukan ketentuan-ketentuan yang dicantumkan didalam akad, yakni

yang lebih diuntungkan adalah pihak bank.

e. Prinsip Amanah (Trustworthy), tidak sesuai karena yang tidak amanah

dalam menjalankan prinsip ini adalah dari pihak nasabah, karena kadang

nasabah tidak jujur kepada pihak bank dalam melaporkan masalah

keuangan atau keuntungkan selama menjalankan usaha.

B. SARAN

1. Pemilahan Nasabah berdasarkan tujuan masing-masing baik yang sekedar

mengamankan hartanya bank syariah bisa menerapkan akad utang piutang

tanpa bunga dan nasabah yang bertujuan mencari keuntungan dengan

investasi melalui perbankan.

2. Perbankan syariah langsung terjun ke sektor riil serta memiliki berbagai unit

usaha yang nyata dan menguntungkan, maka dengan ini pula bank akan

membuka lowongan kerja baru untuk melengkapi potensi sumber daya

manusia bagi bisnis bank

3. Perbankan menerapkan mudharabah sepihak dengan menerima investasi

untuk kemudian membiayai unit usaha riil bank dan tidak menyalurkan lagi

ke nasabah dengan skema mudharabah kedua.


74

DAFTAR PUSTAKA

Muslihun Muslim, Fiqh Muslim. Mataram: Lembaga Kajian Islam dan


Masyarakat LKIM) IAIN Mataram, 2005.

Abdul Rahman Ghazali dkk, Fiqh Mumalat. Jakarta: Prenadamedia Group, 2010.

Abdoerraoef, Al-Qur’an Dan Ilmu Hukum: A Comparative Study. Jakarta: Bulan


Bintang, 1970.

Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqg Muamalah. Yogyakarta: Pusataka Pelajar,


2010.

Enik Citrawati, “Prinsip Perjanjian Bagi Hasil Tangkapan Ikan Antara Pemilik
Perahu dengan Nelayan di Desa Melase kecamatan Batulayar Kabupaten
Lombok Barat, (Skripsi, FSEI IAIN Mataram, 2010)

Fatwa DSN No. 02/DSN-MUI/IV/2000 dalam AbdulPerbankan Syariah di


Indonesia. Yogyakarta:Gajah Mada University Press,2007.

Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000

Faturrahman Djamil, “Hukum Perjanjian Syari’ah”, Dalam Kompilasi Hukum


Perikatan Oleh Mariam Darus Badruizaman Et Al., Cet, 1. Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2001.

Garasi Exarami, “Praktik Akad Mudharabah Dalam Pelaksanaan Produk Investasi


Online Di BRI Syari’ah Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur,
(Skripsi, FSEI IAIN Mataram)

Ghufron A. Mas’adi, Fiqih Muamalah Kontekstual, Cet. 1, Jakarta: Rajagrafindo


Persada, 2002.

Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group, 2013

Lajnah Pentashihan Mushap al-Qur’a Kementrian Agama RI, Mushap Al-Qur’an


Standar Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Abdi Bangsa, 2012.

Lexy J. Moleon, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, Cet. 20.

Mardani, Fiqh Ekonomi Syari’ah Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana


Prenadamedia Group, 2013.
75

M. Nejatullah Siddiqi dalam Muslihun Muslim, fiqh Muslim. Mataram: Lembaga


Kajian Islam dan Masyarakat (LKM) IAIN Mataram, 2005.

Mirhanifa, “Analisis Mekanisme Pembiayaan Mudharabah Pada Pt. Bank Bni


Syariah Kantor Cabang Medan”. Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis Vol
14 No . 1 / Maret 2014, “Fakultas Ekonomi - Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara 137

Portal Hukum Indonesia, Manajemen Dana Bank Syari’ah,


http://www.suduthukum.com/2015/09/perlindungan-hukum.html,_diambil
tanggal 06 Januari, pukul 19.24 WITA.

http://www.bnisyariah.co.id/id/personal/segmen_usaha_prmbiayaan/bnigiroibhasa
nah

http://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/profilbnisyariah/bnigiroibhasanah
http://www.bnisyariah.co.id/id/personal/produk_produkbnisyariah/bnigiroibnisyar
iah.

http://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/bnigriyaibhasanah

QS. al-Ali Imran [3]: 76.

QS. al-Muzzammil [73]: 20

QS. al-Baqarah [2]:198

Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syari’ah. Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.

Sohari Sahrani, Fikih Muamalah. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

Sigit Arisman, Sales Marketing Assistant Operasional, wawancara, Jam 10.00 am


Mataram 06 Desember 2017

Veithzal Rivai, Islamic Banking. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.


76
77
78

Anda mungkin juga menyukai