Oleh
AHMAD SANUSI
15.2.13.2.005
i
KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN HARTA
PENINGGALAN MENURUT ULAMA’ SYAFI’IYAH DAN
ULAMA’ HANAFIYAH
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum
Oleh
AHMAD SANUSI
15.2.13.2.005
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
iii
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Munaqasyah
Kepada
Yth. Rektor UIN Mataram
di Mataram
Pembimbing I Pembimbing II
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Apabila di belakang hari ternyata karya tulis ini tidak asli, saya siap
dianulir gelar keserjanaan saya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN
Mataram
Ahmad Sanusi
NIM. 15.2.13.2.005
v
PENGESAHAN
Dewan Munaqasah
Mengetahui
Dekan
vi
MOTTO
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
1. Kupersembahkan skripsi ini untuk ibu & bapak tercinta yakni bapak
Jamali (alm) dan ibu Hj. Fatimah, Terimakasih yang tiada terhingga
ananda ucapkan atas segala Kasih sayang, kerja keras dan Pengorbanan
yang engkau berikan kepada ananda sehingga ananda bisa
menyelesaikan Program Studi Sarjana I di Universitas Islam Negeri
Mataram,
2. Kepada ayahanda, ibunda, kakanda, ayunda, adindaku yang ada diwadah
organisasi himpunan mahasiswa islam (HMI) ananda ucapkan terima
kasih yang tak terhingga atas segala motivasi, suport, dan bantuan
sehingga ananda bisa menggunakan toga ini .
3. Kepada teman-teman AS Angkatan Kelas A 2013 banyak suka duka
yang kita alami bersama anada ucapkan terimakasih telah menemani
ananda sampai saat ini dikala susah maupun senang
4. Buat Teman- teman KKP diAik Bukak tahun 2016 terima kasih atas
dukungannya selama ini . Thank‟s For all My Friends.
5. Untuk Keluarga Besar ku terimakasih atas dukungan dan motivasi nya
selama ini dari awal sampai sekarang,
6. Buat pembimbing bapak Dr. H. Usman M.Ag. dan Dr. H. M. Sa‟id
Ghozali Lc. MA., terimakasih atas bimbingannya selama ini, tanpa
bimbingan dari bapak, ananda tidak akan dapat menyelesaikan tugas
akhir ini.
viii
KATA PENGANTAR
sang revolusioner sejati bagi dunia ini, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga,
Atas berkah dan rahmat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan
yang diharapkan, patutlah rasa syukur penulis panjatkan kepada-Nya serta rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik
tanpa adanya bantuan orang lain yang begitu berharga dan bermakna bagi penulis,
dengan demikian dalam kesempatan yang berharga ini penulis menghaturkan rasa
1. Pembimbing skripsi, Bapak Dr. H. Usman, M.Ag. Dan Bapak Dr. H.M.
ix
3. Dekan Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negri (UIN) Mataram, beserta
Fakultas Syari‟ah .
5. Rasa Ta‟zim dan terima kasih yang mendalam kepada kedua orang tua
saya, Bapak Jamali dan Ibu Hj. Fatimah yang telah memberikan motivasi
sayang serta do‟a munajatnya yang tak henti-henti kepada Allah SWT
dan juga atas perjuangan mereka yang telah mendidik dan mengajarkan
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah bersama-sama
berjuang dalam menuntut ilmu baik dalam suasana suka maupun duka di
terjaga selamanya.
sebutkan satu persatu, kepada semua pihak yang telah memotivasi dalam
memberikan inspirasi kepada penulis untuk mencapai suatu cita-cita dan telah
x
membantu baik secara langsung amupun tidak langsung, moril maupun
materil. Hanya ucapan terimakasih yang mapu penulis haturkan semoga segala
bantuan tersebut diterima sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT dengan
Akhirnya saran dan kritik yang konstruktif dan solutif dari semua pihak
akan diterima dengan baik, semoga Allah senantiasa meridhoi setiap langkah
kita. Amin.
xi
DAFTAR ISI
xii
3. Kewarisan dzawil arham ............................................................ 23
4. Dalil tentang dzawil arham tidak dapat bagian harta ................. 24
B. Konsep Dzawil Arham Menurut Hanafiyah ................................... 26
1. Pengertian Dzawil Arham .......................................................... 26
2. Dalil Tetang Dzawil Arham Bisa Mendapatkan Harta .............. 26
3. Cara Mendapatkan Warisan Dzawil Arham ............................... 32
4. Kelompok Dzawil Arham .......................................................... 39
5. Perbedaan Antara Mazhab Ahlu Al-Tanzil Dan
Mazhab Ahlu Al-Qorobah ......................................................... 42
6. Cara Mewarisi ............................................................................ 42
7. Syarat-Syarat Kewarisan Dzwil Arham ..................................... 44
C. Persamaan Dan Perbedaan Antara Syafi‟iyah Dan Hanafiyah
Tentang Konsep Dzawil Arham ...................................................... 47
1. Pengertian Dzawil Arham .......................................................... 47
2. Kewarisan Dan Ahli Waris ......................................................... 48
3. Kewarisan Dzawil Arham .......................................................... 49
4. Dalil-Dalil Tentang Dzawil Arham Dapat Menjadi Ahli Waris
Dan Tidak Dapat Menjadi Ahli Waris ......................................... 50
BAB III PENUTUP......................................................................................... 57
A. Kesimpulan ...................................................................................... 57
B. Saran ............................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
xiii
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang kewarisan yang sering membuaat orang-
orang bingung bagaimana mau melaksanakan dan menyelesaikan pembagian harta
peninggalan yang ditinggalkan oleh mayyit, yaitu tentang kewarisan dzawil
arham, apakah akan diberikan harta peninggalan tersebut atau tidak kepada
mereka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam dan lebih luas
argumentasi ulama‟ Syafi‟iyah dan ulama‟ hanafiayah tentang sisi perbedaan
mereka megenai dzawil arham dalam pembagian harta peninggalan dan
mempertimbangkan tingkat kekuatan argumentasi yang masing-masing mereka
gunakan dalam hal ini.
Kata kunci: Dzawil furudh Ashabah, Dzawil arham, Ulama‟ Syafi‟iyah dan
ulama‟ Hanafiyah
xiv
15
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah mahluk sosial yang tidak akan pernah dapat hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain atau makhluk lain, karenanya Allah menurunkan aturan
kepada manusia berupa al-Qur‟an dan al-Hadits sebagai penuntun dan pedoman
sumber-sumber hukum lainnya, seperti ijma‟ para ulama‟, qiyas, dan lain
sebagainya.
yang terkait dengan kehidupan duniawi yang dapat memberikan jalan yang baik
aturan-aturan dalam keluarga dan yang berhubungan dengan hal tersebut, seperti
hukum waris yang diaturnya secara detail. Masalah harta peninggalan orang yang
telah meninggal ini sangatlah sensitif dalam sebuah keluarga, sehingga sangat
diantisipasi dengan adanya aturan-aturan jelas dibidang harta, seperti dapat dilihat
dalam aturan jual beli, utang piutang, aturan hibah, wakaf, wasiat, mawaris dan
1
Muhamad bin Ibrahim bin Abdullah Atuwaijry. Hukum Waris. (Riyadh: Maktab Dakwah
dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2007) h.1.
2
M. Zein, Satria Efendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer. (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 223.
1
2
Ilmu tentang harta peninggalan ini termasuk ilmu yang amat mulia,
ilmu tersebut, hingga Allah sendiri yang menentukan bagian masing-masing dan
Allah pun yang menerangkan bagian masing-masing ahli waris, sebagian besar
diterangkan dalam beberapa ayat secara jelas, karena harta itu sendiri kerap kali
menjadi sumber ketamakan bagi manusia. Sebagian besar dari harta warisan itu
adalah untuk keluarga baik pria maupun wanita, besar maupun kecil, yang lemah
Karena itulah Allah swt. yang langsung mengatur sendiri secara tertib
di antara semua keluarga yang tergolong sebagai ahli waris sesuai dengan tingkat
mereka.3
Ilmu mawaris adalah salah satu cabang ilmu tentang hukum keluarga
dalam Islam yang `membahas tentang tata cara pembagian harta peninggalan
kepada kerabat yang ditinggalkan dengan aturan yang sudah ditentukan. Aturan
tersebut datang dari sumber hukum utama di dalam Islam, yaitu al-Qur‟an dan al-
Sunnah
klasik berbahasa arab tentang hasil-hasil ijtihad dan fatwa-fatwa para Ulama‟
masa lampau. Dengan situasi seperti ini agak berat bagi pembaca untuk
3
Muhamad bin Ibrahim bin Abdullah Atuwaijry. Hukum Waris. (Riyadh: Maktab Dakwah
dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2007),h. 1.
3
berbahasa Indonesia, bahasa arab atau lainnya, termasuk berupa terjemahan dari
kitab-kitab berbahasa arab, sehingga mudah bagi para peneliti sekarang untuk
warisan tersebut.
keluarga, karena menyankut masalah harta benda yang akan dibagi kepada ahli
oleh seseorang yang telah meninggal dunia untuk dibagi kepada ahli warisnya
atau kepada keluarga dekat yang ditinggalkannya sesuai dengan bagian masing-
4
Beni Ahmad Saebani, Fiqh Mawaris. (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 16.
4
yang telah meninggal dunia kepada ahli warisnya atau keluarganya.Di dalam
ahli warisnya yang apabila tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah
meninggal dunia yang akan beralih dan dipindah kepada orang lain yang masih
Kerabat terbagi menjadi tiga golongan, yaitu dzawil furudh,7 ashabah8 dan
dzawil arham. Ulama‟ sepakat bahwa golongan dzawil furudh dan dzawil ashabah
menjadi ahli waris yang mewarisi harta pusaka orang yang meninggal. Adapun
dzawil arham terdapat perbedaan cara pandang para ulama‟ terhadap nash-nash
dalam menjadikan mereka sebagai ahli waris. Misalnya cucu yang dari garis anak
memperoleh harta warisan dan ada juga sebagian ulama‟ yang berpendapat tidak
Perbedaan yang terjadi mengenai dzawil arham ini bisa membuat orang
5
Ibid. h. 13.
6
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Warisan di Indonesia, (Bandung : Sumur Bandung), h. 12.
7
Dzawil Furudh adalah ahli waris yang mendapatkan warisan dengan cara mendapatkan
bagian masing-masing yang telah dijelaskan didalam al-Qur‟an dan/atau al-hadits.
8
Asabah adalah ahli waris yang mendapatkan warisan dengan mendapatkan sisa dari
pembagian harta peninggalan yang telah diberikan bagian masing-masing kepada dzawil furudh
yang ada.
5
apa itu dzawil arham. Perbedaan itu tentu tidak terlepas dari argumentasi-
tentang konsep dzawil arham sebagai objek penelitian untuk mencari landasan
hukum para ulama‟ tersebut dalam memberikan hasil ijtihad mereka tentang
dzawil arham. Dzawil arham juga pernah menjadi bahan diskusi para sahabat
dalam menentukan hukumnya, Zaid bin Tsabit, Ibnu Abbas, Umar Bin Khatab,
Ibnu Mas‟ud dan ali bin Abi Thalib, namun juga menghasilkan perbedaan hasil
argumen yang dianggap tepat terkait dengan konsep dzawil arham menurut
pendapat dan atau pandangan para ulama‟, yaitu dengan mengumpulkan dan
mencari tahu semua pendapat para ulama‟ dan dalil yang dijadikan landasan
B. Rumusan Masalah
Hanafiyah?
1. Tujuan Penelitian
6
dzawil arham
2. Manfaat Penelitian
dzawil arham.
D. Kajian Pustaka
hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu,
celah dalam penelitian sebelumnya, dan menjadi tolak ukur untuk mempertegas
7
penemuan-penemuan lain.9
berkaitan dengan materi yang peneliti teliti, yang menjadi bahan kajian penulis
sebelum penulisan skripsi ini adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh para
Ahli dalam masalah waris dan kebetulan memiliki kmiripan dengan judul
proposal penelitian yang peneliti lakukan, adapun hasil penelitian yang dimaksud
1. Judul Skripsi “Kedudukan dan bagian Ahli waris pengganti dalam hukum
Islam”. 2014.10
memiliki sisi kesamaan yaitu tentang munculnya istilah dzawil arham, yang
menurutnya pada awalnya ahli waris pengganti tidak dikenal dalam konsep
Hukum kewarisan Islam yang ada dalam kitab-kitab fiqh yang kemudian hal ini
dianggap dapat menimbulkan rasa ketidakadilan bagi para ahli waris pengganti,
sehingga atas dasar inilah kemudian dilakukan ijtihad guna untuk menyelesaikan
adanya unifikasi atau penyatuan berbagai aturan dalam hukum Islam yang
mengatur tentang kedudukan juga bagian yang didapat oleh ahli waris pengganti
oleh hakim dalam memenuhi rasa keadilan bagi para ahli waris pengganti.
Tentang Penetapan Ahli Waris Dzawil Arham Yang Mendapatkan Seluruh Harta
Warisan Si Pewaris”11
Kesimpuan dari penelitian tersebut yang terkait dengan penelitian ini adalah
bahwa memiliki sisi kesamaan yaitu tentang kedudukkan dzawil arham sebagai
ahli waris diakui oleh Al-Quraan sebagaimana terdapat dalam Surat Al-Anfal ayat
75, serta Hadist Nabi SAW tentang perkara pemberian harta peninggalan Tsabit
bin ad-Dahdah yang jatuh kepada anak laki-laki saudaranya yaitu Abu Lubabah.
Diantaranya juga adalah mengenai faktor-faktor dzawil arham berhak atas harta
peninggalan seorang ahli waris yaitu menurut penelitian ini ada dua faktor utama,
yang pertama faktor adanya hubungan nasab, yang kedua tidak adanya kelompok
ahli waris dzawil furudh (dzul fardin) dan kelompok ahli waris ashabah.
pada masalah pandangan para Ulama‟ tentang apa itu dzawil arham dengan
masing-masing dalil yang mereka gunakan, tetapi penelitian dari Taufiq Tahrir
Yufuf Lubis tersebut hanya pokus pada masalah analisis putusan tentang dzawil
memiliki sisi kesamaan dengan penelitian saya yaitu tentag konsep dzawil arham,
tetapi hanya pokus pada konsep kompilasi hukum islam yang berlaku di
Perbedaanya dengan penelitian yang saya teliti adalah, bahwa penelitian ini
ditetapkan
hak kepemilikan atas harta bagi setiap manusia, baik laki-laki maupunperempuan
Seperti yang kita ketahui bahwa di dalam Al Qur‟an telah ditentukan adanya
ahli waris Ashabah dan ahli waris Dzawil Furudl saja. Ahli waris Ashabah adalah
ahli waris yang mendapatkan bagian sisa, ahli waris Dzawil Furudl adalah ahli
apabila pada saat pewaris meninggal dunia tidak meninggalkan seorangpun ahli
waris, maka harta warisannya wajib diserahkan kepada Baitul Maal untuk
4. Judul Tesis “Tinjauan Ahli Waris Pengganti dalam Hukum kewarisan Islam
12
Taufiq Tri Kusnanto, “Kedudukan Cucu Sebagai Ahli Waris Pengganti Berdasarkan
Ketentuan Kompilasi Hukum Islam”, Universitas Diponegoro. 2007.
13
Pasnelyza Karani “Tinjauan Ahli Waris Pengganti dalam Hukum kewarisan Islam dan
Hukum Kewarisan KUH Perdata”Universitas Diponegoro Semarang. 2010.
10
yaitu memiliki sisi kesamaan yaitu berbicara sedikit mengenai konsep.Ahli Waris
Dzawil Arham menurutnya adalah ahli waris yang mempunyai hubungan darah
dengan pewaris melalui anggota keluarga dari pihak perempuan, yang termasuk
dalam kategori ini misalnya cucu dari anak perempuan, anak saudara perempuan,
anak perempuan saudara laki-laki, anak perempuan paman, paman seibu, saudara
pendapat Para ulama berbeda dalam menentukan apakah ahli waris Dzawil Arham
Pendapat pertama, mengatakan bahwa ada atau tidak ada ahli waris dzawil
furudl maupun ahli waris asabah, ahli waris dzawil arham tidak dapat mewaris.
Apabila tidak ada ahli waris dzawil furudl maupun ahli waris asabah, harta
Beberapa ulama yang berpendapat seperti ini, Zaid bin Tsabit, Ibnu Abbas, Imam
Pendapat kedua, mengemukakan bahwa apabila tidak ada ahli waris dzawil
furud maupun ahli waris asabah, ahli waris dzawil arham dapat mewaris.Lebih
jauh dikatakan bahwa dzawil arham lebih berhak untuk menerima harta warisan
dzawilarham dari pada Baitul Maal. Pendapat ini merupakan jumhur ulama
diantaranya , Umar bin Khatab, Ibnu Mas‟ud dan Ali bin Abi Thalib, Imam Abu
Hanifah, Ahmad bin Hambal r.a. Dari kedua pendapat tersebut dapat satu hal yang
11
jelas bagi kita yaitu sepanjang masih ada ahli waris dzawil furud atau ahli waris
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah, penelitian ini hanya
pokus pada masalah tinjauan hukum tentang dzawil arham yang sesuai dengan
E. Kerangka Teori
kandungan ibu, kemudian istilah itu mutlak ditunjukkan kepada kerabat, baik
kerabat dari pihak ayah ataupun ibu, karena kata “ar-rahim” meliputi mereka
semua. Penggunaan kata arham bagi keluarga atau kerabat sangat populer, baik
bukan termasuk golongan ahli waris ashabu al-furudh dan bukan juga termasuk
golongan ahli waris ashabah seperti paman dari pihak ibu, bibi dari pihak bapak,
cucu-cucu (laki-laki dan perempuan) dari jalur anak perempuan dan lain
sebagainya.15
Menurut Otje Salman dan Mustofa Haffas, dzawil arham adalah mereka
yang tidak termasuk orang-orang yang tidak mendapatkan bagian waris, yang
jumlahnya telah ditentukan oleh Qur‟an dan sunnah dan juga tidak termasuk
14
Muhammad Ali as-Shabuni, Hukum Waris dalam Syari‟at Islam, h. 199.
15
Muhammad Ali as-Shobuni. Tafsir ayatil ahkam, (Jakarta: dinamik Berkah Utama), h.
280.
12
dengan orang yang mati, namun ia tidak mendapatkan warisan, baik dari jalan
ashabul furudl ataupun ashabah, maka orang tersebut dinamakan dzawil arham.
Misalnya bibi dari piak ayah, paman dan bibi dari pihak ibu, anak laki-laki dari
Dzawil Arham disebut juga oleh Ahlus sunnah dengan istilah mawali atau
ahli waris pengganti. Dzawil Arham menurut Alus sunnah adalah laki-laki dan
perempuan yang tidak berlaku ketetuan didalam al-Qur‟an tentang bagian seorang
laki-laki sama dengan bagian dua orang perempuan pada kasus tertentu.17
Mawali Ialah Ahli waris pengganti. Yang dimaksud adalah ahli waris yang
diperoleh orang yang digantikan tersebut. Sebabnya ialah karena orang ang
digantikan itu adalah orang yang seharusnya menerima warisan kalau dia masih
hidup, tetapi dalam kasus bersasngkutan dia telah meninggal terlebih dahulu.18
mengikuti perbedaan pendapat yang timbul dikalangan para sahabat r.a. dalam
ada golongan ashabul furudl atau gologan ash-habah, diserahakan kepada baitul
dikhususan buat kepentingan dzawil arham. Konsepsi ini merupakan pendapat dua
16
R Otje Salman dan Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam, h. 53.
17
Zaiuddin Ali, Pelaksanaan Hukum Waris DiIndonesia, h. 62.
18
Sajuti Thalib, Hukum kewarisan Islam diIndonesia, h. 80.
13
Imam, yaitu Imam Syafi‟i dan Imam Maliki r.a. Pendapat kedua Imam tersebut
disandarkan kepada sebagian sahabat, seperti Zaid bin Tsabit dan Ibnu Abbas r.a.
Kelompok kedua, mengakui kewarisan dzawil arham, apabila tidak ada ahli
warits dari golongan ashabul furudh dan golongan ashabul ash-habah. Menurut
pandangan mereka, dzawil arham lebih berhak mewarisi daripada yang lain, sebab
didahulukan daripada baitul mal. Pendapat ini merupakan pendapat dua Imam,
yakni Abu Hanifah dan Ahmad bin Hambal r.a.. Pendapat kedua tersebut
disandarkan kepada Ali bin Abi thalib k.w., Umar bin Khatthab, Ibnu Rusyd, dan
Shabat besar radiyallahu anhum lainnya. Dan pendapat inilah yang lebih banyak
F. Metode Penelitian
19
Muhammad Ali as-Shabuni, Hukum Waris dalam Syari‟at Islam, h. 201.
20
Ibid., h.201.
14
teori.21
2. Sumber Data
diperoleh dari bahan- bahan pustaka adalah berupa sumber data primer
Data primer adalah data yang data yang diperoleh langsung dari
Data skunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak
kontemporer.
21
Sutrisno Hadi, Metodologi Research 1. h. 82.
22
Suharsimi Arikunto, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT
Rineka3 Cipta, h. 171.
15
a. Reduksi Data
penelitian.
b. Display Data
c. Penarikan Simpulan
Pada tahap terakhir ini, setelah melalui proses reduksi data dan
dibutuhkan peneliti.
hal atau literature yang berupa catatan, trankrip, buku, surat kabar,
5. Validitas Data
penelitian.
data yang tepat, salah satau caranya adalah dengan proses triangulasi
yang lain diluar data itu untuk keperluan pemeksriksaan atau sebagai
analisis data, dan dalam hal ini teknik yang digunakan adalah
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
G. Sistematika Pembahasan
a. Bab I Pendahuluan.
25
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet Pertama, (jakarta : Persada Press, 2009).
h. 143.
26
Ibid. h. 154.
18
b. Bab II Pembahasan.
Dalam bab ini diuraikan tentang temuan studi berupa kesimpulan dari
BAB II
diqh dari murid Imam Abu Hanifah yang masih ada. Dalam perantaunnya
tersebut, beliau juga sempat mengunjungi Persia, dan beberapa tempat lain. 27
Setelah wafat Imam Malik (179 H), beliau kemudian pergi ke Yaman,
menetap dan mengajarkan ilmu di sana, bersama Harun al-Rasyid yang telah
Baghdad. Imam Syafi‟i memenuhi undangan tersebut. Sejak saat itu beliau
dikenal secara lebih luas, dan banyak orang belajar kepadanya. Pada waktu
Tak lama setelah itu, Imam Syafi‟I kembali ke Mekkah dan mengajar
rombongan jama‟ah hajji yang datang dari berbagai penhuru. Melalui mereka
27
Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqih Lima Mazhab. (Jakarta: Lentera, 2008) h.xxix
19
20
Pada tahun 198 H, beliau pergi ke negeri Mesir. Beliau mengajar di masjid
Amru bin As. Beliau juga menulis kitab al-Um, Amali Kubra, kitab Risalah,
ilmu dan manfaat kepada banyak orang. Kitab-kitab beliau hingga kini masih
dibaca orang, dan makam beliau di Mesir sampai detik ini masih ramai
diziarahi orang.
karyanya sampai saat ini dan dijadikan rujukan oleh peneliti dalam penelitian
ini adalah : Ali As‟ad, Al-Bakri bin Arif, Ibrahim al-Bajuri, Sayyid Sabik dan
Yang dimaksud dengan ahli waris dzawil arham adalah orang-orang yang
bagianya dalam al-Qur‟an dan/atau Hadits Nabi sebagai dzawil furudh dan
tidak pula termasuk sebagai Ashabah. Bila kerabat yang menjadi ashabah
laki-laki dalam garis keturunan laki-laki, maka dzawil arham itu adalah
yang tidak disebutkan ketentuan bagian mereka didalam al-Qur‟an dan al-
Sunnah, bukan termasuk orang yang mendapatkan dengan jalan furudh dan
bukan pula dengan jalan ashabah. Maka setiap orang yang dekat lagi
28
Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqih Lima Mazhab. h.xxx
29
Amir Syarifuddin. Garis-Garis Besar Fiqh.(Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
2003) h.169.
21
ashabah, maka mereka adalah dzawil arham. Seperti: kholah, „ammah, anak
laki-laki saudara perempuan, anak laki-laki dari anak perempuan, dan lain-
lain.30
َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ اب ُف ُس ْوضُ َوآل َع ْ الا ْز َحام ُه ُُم َّالر ًْ َن َل ْي ُس ْىاب َا
ُ ِ ص َح
َ
ِ ص َباة كا لخ ِال ُوالع َّم ِتواوال ِدال َبن
اث ِ ِ ِ ذَ ِو
َ
َوغ ْي ِر ِه ُم
31 ْ
Artinya: Dzawil arham adalah mereka yang bukan tergolong ashabu al-
furudh dan bukan juga termasuk golongan Ashabah seperti paman dari pihak
ibu, bibi dari pihak bapak, cucu-cucu dari anak perempuan dan lain
sebagainya.
Dalam penjelasan ini dzawil arham adalah mereka yang tidak termasuk
ditentukan oleh Qur‟an dan sunnah dan juga tidak termasuk golongan
orang yang mati, namun ia tidak mendapatkan warisan, baik dari jalan
arham. Misalnya bibi dari pihak ayah, paman dan bibi dari pihak ibu, anak
laki-laki dari saudara perempuan, cucu laki-laki dari anak perempuan dan
sebagainya.
30
Muhammad Ali al-Shabuniy.Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010) h.159.
31
Muhammad Ali as-Shobuni. Tafsir ayatil ahkam, (Jakarta: dinamik Berkah Utama), h.
280.
22
selain mereka. Lafaz ulul arham itu pengertianya bersifat umum, meliputi
semua keluarga, baik mereka dari golongan dzawil farudh atau ash-habah
atau diluar keduanya, asal masih termasuk kerabat. Dengan demikian lafadh
“Kerabat dari jihat manapun lebih berhak mewarisi daripada yang lainnya,
hubungan kerabat dengan yang mati, berilah mereka warisan dan tidak boleh
32
Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Al-Anshori Al-Qurthubi. Al-jami‟ al-
Ahkami Al-Qur‟an, (Bairut Libanon: darul kutubi „ilmiyah), h. 83.
33
Ibid. h. 159.
34
Sayyid Syabik. Fiqh al-Sunnah. (Kairo: Darul Fath, 2009) h. 307.
23
anaknya.
bawah.
anaknya.
bawah.
Saudara laki-laki atau perempuan (kandung, seayah, seibu) dari ibu dan
seterusnya ke bawah
tetapi tidak ada dzawil furudh dan ashabah, maka harta tersebut dipindahkan
kepada baitul mal orang muslim, yaitu untuk kemaslahatan orang muslim secara
sebagian para sahabat, seperti Zaid bin Sabit dan Ibnu Abbas dalam sebagian
riwayat.35
Menurut Ali al-As‟ad dalam bukunya adalah, apabila seluruh ahli waris
tidak ada, maka menurut asal madzhab adalah Dzawil Arham tidak bisa dijadikan
Ahli waris; dan bila hanya ada bagian Ahli Waris maka kelebihan hartanya tidak
dikembalikan kepada yang ada itu lagi; tetapi semuanya ini menjadi milik baitul
Artinya: Kemudian jika Baitul Mal tidak tertib, maka kelebihan harta bisa
dikembalikan lagi kepada ahli waris yang ada selain suami/istri dengan
malnya tidak terorganisir dengan baik, maka harta tersebut tidak boleh diserahkan
oleh dzawil furud, kecuali tidak boleh diserahkan kepada suami atau istri, karena
sebab penyerahannya harus kepada kerabat, bukan karena sebab pertalian suami-
istri, Seperti seorang istri adalah anak perempuan paman dari garis bapak atau
anak perempuan bibik dari garis ibu, maka cara penyelesaiannya adalah di berikan
35
Ibid. h. 160.
36
Muhammad Ali al-Shabuniy.Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010) h.159.
37
Sayyid Abu Bakar, I‟anah al-Thalibin, (Surabaya: al-Hidayah). H. 225.
25
Dzawil Arham ada sebelas, yaitu: cucu dari anak wanita, anak saudar
wanita, anak wanita saudara lelaki, anak wanita saudara ayah, saudara lelaki ayah
seibu, saudara lelaki ibu, saudara wanita ibu, saudara wanita bapak, ayahnya ibu,
a. Bahwa dasar dalil tentang kewarisan itu diambil dari nash yang qot‟i,
yaitu al-Qur‟an dan Sunnah Nabi SAW, dan nash yang menunjukkan
tentang kewarisan dzawil arham ini tidak ditemukan didalam dua nash
itu tidak punya nash dan dalil, maka jika dzawil arham diberikan warisan,
ملا اسخفتى فيمن جسك عمخه وخالخه الغيرزفع زاسه الي السماء فقال اللهم زجل
جسك عمخه وخالخه ال وازث له غيرهما جم قال اًن السائل قال ها اها ذا قال ال
ميراث لهما
Artinya: Rasulullah SAW pernah memberikan fatwa kepada seseorang
yang meninggal, yang hanya punya „ammah/bibik (garis bapak)
dan Kholah/bibik (garis ibu), tidak ada yang lain selain
keduanya. Maka Nabi SAW berdo‟a kepada Allah SWT untuk
meminta petunjuk tentang masalah ini, Nabi bersabda: Ya
Allah, ada seorang laki-laki yang meninggal dengan
meninggalkan seorang bibik (garis bapak) dan bibik (garis ibu),
dia tidak punya ahli waris selain keduanya, Malaikat Jibril
memberitahukan bahwa tidak ada bagian bagi keduanya, dan
38
Ibrahim Al Bajuri, Al-Bajuri Ala Ibnu Qasim Al Gozi,(Surabaya : Nurul huda). Juz 2 h.
75.
39
Ali As‟ad. Terjemah fathul Mu‟in, (Yogyakarta: Menara Kudus) h. 414.
26
yang menguatkan itu hukumnya batil. Karena itu, pada dasarnya dzawil
c. Apabila harta pusaka itu diserahkan kepada baitul mal, manfaat dan
faidahnya sangat besar dan menjadi milik bersama seluruh ummat Islam.
Imam Abu Hanifah, pendiri mazhab Hanafi, adalah Abu Hanifah An-
Nukman bin Tsabit bin Zufi At-Tamimi. Beliau masih mempuyai pertalian
hubungan kekeluargaan dengan Ali bin Abi Thalib ra. Imam Ali bahkan
pernah berdo‟a bagi Tsabit, yakni agar Allah memberkahi keturunannya. Tak
40
Al-Sayyid al-Bakriy bin „Arif. I‟anatu al-thalibin, (Surabaya: Al-Hidayah) juz. 3, h. 225.
41
Muhammad Ali al-Shabuniy.Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010) h. 160.
27
heran jika kemudian dari keturunan Tsabit ini, muncul seorang ulama‟ besar
menghabisi masa kecil sampai tumbuh dewasa disana. Sejak masih kanak-
kanak beliau telah mengkaji dan mengahfal al-Qur‟an. Beliau dengan tekun
al-Qur‟an beliau sempat berguru kepada Imam Asin, seorang ulama‟ terkenal
pada masa itu. Beliau juga belajar fiqih pada ulama‟ yang paling terpandang
pada masa itu, yakni Hummad bin Abu Sulaiman, tidak kurang dari 18 tahun
dikuburan khizra. Pada tahun 450 H/1066 M, didirikan lah sebuah sekolah
yang bernam Jami‟ Abu Hanifah. Sepeninggalan beliau, ajaran beliau tersebar
melalui murid-murid beliau yang cukup banyak. Seperti Abu Yusuf, Abdullah
bun Mubarak, Waki‟ bin Jarah ibn hasan as-Saybani dan lain-lain. Sedang
saat ini dan dijadikan rujukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah:
42
Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqih Lima Mazhab. (Jakarta: Lentera, 2008) h.xxv
28
43
وذوو ألازحام كل قسيب ليس بري سهم وال عصبت
Artinya: Dzawil arham adalah setiap kerabat yang bukan termasuk orang
mendapatkan ashabah.
ٍ۬ ض ُہ أم َأ أو َلىُ ب َب أع
ض ِفى ِك َخـ ِب
ََُُْ ْ أ
ُ ٱۡل أز َحام َب أع وأولىا
ِ ِ
َّ
44
ُٱلل ِه
Artinya: Dzawil arham itu lebih utama diberikan kepada mereka dari
kitab Allah.
daripada selain mereka. Lafaz ulul arham itu pengertianya bersifat umum,
meliputi semua keluarga, baik mereka dari golongan ashabul farudh atau
ayat tersebut berkata: “Kerabat dari jihat manapun lebih berhak mewarisi
lain”.45
pertama sebutkan, yakni intisari maksud ayat, tapi justru dari tuntunan ayat
45
Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010) h.161.
46
Surat al-Nisa‟ [4]: 7.
30
keluarga dan kerabat mereka, entah yang didapatkan itu sedikit ataupun
dzawil arham itu adalah bagian dari kerabat, dengan begitu mereka sangat
dan al-Muakhat dalam agama, atau dengan sebab al-Hijrah dan al-Nashrah
bukan selain mereka saja yang pernah disebutkan bagiannya dalam ayat-
maka ayat yang kami sebutkan ini sungguh menjadi petunjuk yang jelas
47
Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010) h.163.
48
Ibid., h. 161.
31
َ َ ْ َ َ َ َ ُ ْ ُ َ ُ َ َ ْ َ َ َ ُ َ ْ ٌ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َّ ْ ُ َ ّ َ َّ َ ُ ا
جًل َهل َكُ أخبرنا ي ِزيد بن هارون أخبرنا حميد عن بك ِر ب ِن عب ِد الل ِه اْلزِن ِي أن ر
َ َْ َ
َ ْلاخ َو َأ ْع َطى ْال َخ َال َة نص َ َ َّ َ ْ ُ َ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ َ ُ َ َّ َ َ َ َ َ
يب ِ ِ يب ص ِ ن وترك عمته وخالته فأعطى عمر العمة
ُْْ
)ت (رواه الدارمي ُ ِ ْلاخ
golongan dzawil arham itu dapat menerima harta warisan selama tidak
adanya ahli waris dari golongan dzawil furudh dan golongan ashabah.
d. Dalil yang digunakan juga dari sebuah riwayat:49 bahwa seorang laki-laki
meninggal, dan dia tidak punya ahli waris melainkan hanya ada paman
daris garis ibunya (al-Khal). Maka Abu Ubaidah bin Jarah melapor kepada
Sayyidina Umar bin al-Khattab untuk menanyai tentang hal tersebut, maka
Artinya: Paman (dari garis ibu) adalah ahli waris orang yang tidak punya
ahli waris.
49
Abu Abdullah Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Majah (Daru Ihya‟ al-Kutub al-
„Arabiyah), h. 914.
50
Abu Isa Muhamad bin „Isa bin Surah, Sunan al-Tirmizi, h. 421.
51
Sunan Abu Dawud, (Bairut: Maktabah al-„Asriyyah), h. 123.
32
Maka cerita ini dan apa yang telah diberitahukan oleh Umar al-
faruq dari nabi SAW menjadi dalil tentang kewarisan dzawil arham,
karena al-khal (Paman dari garis bapak) bukan lah termasuk dzawil furudh
dari Nabi SAW bahwa al-Khal (paman dari garis Ibu) adalah termasuk ahli
waris ketika tidak ada ahli waris yang lebih utama untuk mewarisi harta
peninggalan.52
daripada baitul mal orang muslim.53 Oleh karena itu, sesungguhya baitul
mal orang muslim berhubungan dengan mayit dengan satu hubungan saja
muslim.
dalam dua hubungan yang pertama hubungan keislaman dan yang kedua
dua sisi, maka sesungguhnya lebih kuat daripada orang yang memiliki
hubungan kekerabatan hanya dari satu sisi seperti saudara sekandung yang
52
Muhammad Ali al-Shabuniy.Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010) h.. 162.
53
Abdullah bin Mahmud bin Maudud. Al-Ikhtiyar lita‟lili al-Mukhtar. (Libanon: Bairut,
2005) h. 113.
33
hubungan kekerabatannya dari dua sisi yaitu dari sisi bapak dan sisi ibu
kecuali bahwa kekerabatannya itu lebih jauh dari semua kerabat yang ada.
mal.54
agama Islam, dan mereka pun (dzawil arham) dekat dengan orang yang
meninggal dari segi kekerabatan. Orang yang memiliki kedekatan dari dua
sisi lebih utama dari pada yang dekatnya hanya dari satu sisi.
menurut jumuhur ulama‟ mereka berbeda pendapat tentang jalan dan cara mereka
54
Abdullah bin Mahmud bin Maudud. Al-Ikhtiyar lita‟lili al-Mukhtar. (Libanon: Bairut,
2005) h. 112.
55
Muhammad Ali al-Shabuniy.Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010) h. 164.
34
Adapun mazhab yang pertama yaitu mazhab ahlu Al-rohim mereka berkata
kerabat yang lebih dekat dengan kerabat yang lebih jauh, tidak juga diantara
yang laki-laki dan yang permpuan,maka setiap dzawil arham itu mendapatkan
warisan dengan jalan satu nasab, dan itu dibenarkan menurut kebanyakan
bibik dari garis bapak, bibik dari garis ibu dan anak saudara seibu, maka
Maka dinamakan mazhab ini dengan mazhab Ahlu al-rahim karna mereka
berpendapat bahwa tidak boleh membedakan yang satu dengan yang lain
dalam pembagian harta peninggalan, dan tidak boleh juga memandang sisi
Mazhab ini tidak terlalu populer bahkan lemah dan tidak banyak dipakai
karna orang yang berpendapat tentang hal itu, mereka tidak membuatnya
dengan kaidah-kaidah ilmiah karna itu dia tidak terlalu banyak dipakai. Dan
tidak ada seorang fuqaha‟ dan imam mujtahid pun yang menggunakannya.
56
Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010) h.163. h.164.
35
Adapun mazhab yang kedua yaitu mazhab ahlu al-Tanzil, mazhab ini di
namakan mazhab ahlu al-tanzil karna mereka menempatkan posisi ahli waris
dzawil arham pada posisi ahli waris asalnya. Mereka tidak memandang ahli
waris yang ada, akan tetapi mereka memandang pada yang ahli waris yang
yang ada pada bagiannya seperti bagian ahli waris pada asalnya.
Mazhab ini dianut oleh imam ahmad R.ha karena itu di anut oleh ulama‟-
ulama‟ muataakhirin dari kalangan mazhab syafi‟I dan mazhab maliki karena
itu kami perlu memberikan contoh untuk menjelaskan tentang mazhab ini 57
57
Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010). h.165.
36
/ Saudari Sekandung
/ Saudara Sebapak
laki dari saudari seibu, dan anak perempuan paman sekandung. Maka
saudari sebapak 1/6 yang menyamai 2/3, anak laki-laki dari saudari
memandang pada asalnya. Maka seakan akan orang yang mati tersebut
saudari sebapak 1/6 bagian saudari seibu 1/6 dan untuk paman
kepada furu‟ nya maka yang jadi ahli waris mereka adalah yaitu yang
58
Muhammad Sulaiman al-Mannanniy. Al-Jauharah al-Nairah ala syarhi mukhtashar al-
Quduri fi furu‟I al- Hanafiyah. h. 148.
37
mendapatkan warisan dari furu‟nya dan yang terhijab itu di hijab oleh
Saudari seibu
perempuan
59
Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010). h.165.
38
Saudari sekandung
Saudari seibu
Maka yang menjadi ahli waris dalam masalah ini cucu perempuan dari
sekandung mengambil bagian ibunya dan untuk anak saudari seibu dan
d. Seseorang yang mati dengan meninggalkan bibik dari garis bapak dan
bibik dari garis ibu, maka untuk bibik dari garis bapak mendapatkan
2/3 dan untuk bibik dari garis ibu mendapatkan 1/3. Sesungguhnya
seakan akan yang mati tersebut adalah bapak dan ibu. Maka untuk
bapak mendapatkan 2/3 dan untuk ibu 1 / 3 , karna bibik dari garis
saudari bapak dan bibik dari garis ibu menujukkan kepada ibu, karna
2/3
Bibik dari garis bapak / bapak
60
Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010). h. 166.
39
dari garis bapak dan bibik dari garis ibu dan tidak ada ahli waris lain
kecuali ada nash - nash yang umum, tidak ada yang menjelaskan
61
Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010). h. 167.
40
ashbul furud dan ashabah itu telah dijelaskan bagian bagian mereka
dan furd-furd mereka dengan jelas. Tidak ada jalan bagi kita untuk
ini.
diberikan kepada yang berhak yaitu laki-laki yang paling dekat dengan
orang yang meninggal, mazhab ini dinamakan dengan mazhab ahlu al-
dalam pembagian ashabah. Mazhab ini dianut oleh Ali bin Abi Thalib
62
Muhammad Sulaiman al-Mannanniy. Al-Jauharah al-Nairah ala syarhi mukhtashar al-
Quduri fi furu‟I al- Hanafiyah. h. 148.
41
arham menjadi 4 bagian. Mazhab ini menjadikan setiap bagian dzawil arham
yaitu :
kebawah
terus kebawah
1) Kakek yang tidak shahih dan terus keatas, sperti bapaknya ibu, dan
2) Nenek yang tidak shahih dan terus keatas, seperti ibu bapaknya si ibu
63
Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010). h. 167.
42
Bagian ketiga yaitu kerabat yang memiliki hubungkan kepada orang tua si
mayit yaitu
2) Anak perempuan saudara sekandung atau sebapak atau seibu dan anak
3) Anak laki-laki saudara seibu dan anak anak mereka terus kebawah,
seperti anak laki-laki saudara seibu, cucu laki-laki saudara seibu atau
Bagian keempat kerabat yang memilik hubungkan kepada kakek dan atau
1) Bibik – bibik dari jalan bapak simayit sekandung atau sebapak atau
sibapak, paman (dari jalan bapak) siibu, bibik ( dari jalan bapak) siibu,
64
Muhammad Sulaiman al-Mannanniy. Al-Jauharah al-Nairah ala syarhi mukhtashar al-
Quduri fi furu‟I al- Hanafiyah, h. 138.
65
Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010). h. 168.
43
dan bibik (dari jalan ibu) si ibu, dan bibik (dari jalan ibu) sekandung
atau sebapak.
kebawah
bapak) si nenek, paman dan bibik (dari jalan ibu) dan bibik dari jalan
dihubungkan kepada kakek dan nenek simayit yaitu bibik dari jalan
bapak sekandung atau sebapak atau seibu, paman dari jalan bapak
seibu,paman dan bibik dari jalan ibu, dan anak-anak tiap-tiap dari
mereka .
6. Perbedaan antara mazhab ahlu al-Tanzil dan mazhab ahlu al- Qorobah
66
Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010) h.163. h. 169.
44
kedekatannya seperti ahli waris dzawil furud dan ashobah .berbeda dengan
kerabat yang terkuat dan satu bagian laki-laki sama dengan dua bagian
7. Cara mewarisi
bagian simayit atau furu‟nya, maka jika tidak ada maka dikembalikan ketempat
asalnya, jika tidak ada maka furu‟ saudaranya, jika tidak ada maka furu‟ dari
paman-pamannya (dari jalan bapak dan ibu), jika tidak ada maka anak-anak
mereka dan orang yang dihukum seperti mereka seperti anak perempuan paman
Maksud dari pada mazhab ahlu al-qorobah ini adalah setiap bagian-bagian
menghijab yang kedua, yang kedua menghijab yang ketiga, begitulah yang terjadi
pada ashobah bin nafsi. Karena itulah para fuqaha‟ dari mazhab hanafi
nafsi, yaitu mendahulukan furu‟nya si mayit daripada ashabul furud dan ashobah,
seperti cucu dari anak perempuan dan terus kebawah kemudian asal-asal simayit
seperti kakek dan nenek yang tidak shahih dan terus keatas, kemudian furu‟ kedua
67
Ibid., h. 169.
45
orang tuanya seperti anak saudari – saudarinya dan anak perempuan saudara-
saudaranya dan terus kebawah, kemudian furu‟ kakek dan neneknya dari enam
urutannya.
dzawil arham yang paling dekat dengan mayyit adalah kakek (bapaknya ibu),
kemudian anak laki-laki atau perempuan dari anak perempuan, kemudian anak
laki-laki atau perempuan dari saudari, kemudian anak perempuan dari saudara,
kemudian bibik dari jalan bapak, kemudian bibik dari jalan ibu, kemudian anak-
Ada pula yang mengatakan yang paling dekat adalah, anak laki-laki atau
perempuan dari anak perempuan, kemudian kakek (bapaknya ibu). Dan ada pula
yang berkata yang terdekat adalah anak laki-laki atau anak perempuan dari anak
perempuan, kemudian anak laki-laki atau perempuan dari saudari, kemudian anak
perempuan saudara, kemudian kakek (bapaknya ibu), kemudian bibik dari jalan
bapak, kemudian bibik dari jalan ibu, kemudian anak-anak mereka yang telah
disebutkan.
a. Tidak adanya dzawil furud, karena jika ada dzawil furud, maka dzawil
68
Muhammad Sulaiman al-Mannanniy. Al-Jauharah al-Nairah ala syarhi mukhtashar al-
Quduri fi furu‟I al- Hanafiyah,h. 267.
46
jalan rad, dan rad itu urutannya sebelum diserahkan kepada dzawil
arham.69
b. Tidak adanya ashabah, karena jika ada ashabah maka akan mengambil
dzawil furudnya.
Adapun apabila ada salah satu dari suami atau istri, maka dia akan
dzawil arham, karena rad untuk salah satu suami atau istri itu urutanya
terakhir dari pada dzawil arham, karena itu sisanya diserahkan kepada
dzawil arham.
Apabila hanya ada satu orang dzawil arham dari kelompok mana
saja dari empat kelompok yang yang sudah dibahas, entah dia laki-laki
atau perempuan, maka dia akan mendapatkan semua harta, atau dia akan
mendapatkan sisa jika disana ada salah satu dari suami atau istri.
Jika yang ada dari dzawil arham itu ada beberapa orang, maka cara
anak perempuan cucu perempuan dari anak perempuan dan dari pada
69
Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010). h. 171.
47
seperti ahli waris dzawil furudh dan ahli waris ashabah. Misalnya ada
perempuan dari anak laki-laki dan anak laki-laki cucu laki-laki dari
mayyit dengan derajat yang sama, bukan karena anak perempuan cucu
karena ahli waris dan anak laki-laki cucu laki-laki dari anak
paling dekat dengan ahli waris yaitu anak perempaun cucu perempuan
70
Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010). h. 170.
48
dan anak perempuan saudara sebapak, maka harta itu semuanya untuk
laki-laki saudara sebapak yang lain, maka harta itu untuk keduanya
sekandung yang lain, dan cucu perempuan anak laki-laki paman sekan
dung yang lain juga, maka harta peninggalan tersebut dibagi rata
diantara semua anak perempuan itu, karena sama dari kekerabatan dan
derajat.
71
Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010). h. 171.
49
Dzawil Arham
pendapat yang sama mengenai apa itu dzawil arham, tanpa ada perbedaan
dan/atau al-Hadits Nabi sebagai dzawil furudh dan tidak pula sebagai asabah.
golongan dzawil arham. Bila diperhatikan tentang kerabat yang menjadi asabah
adalah semua dari laki-laki dalam garis keturunan laki-laki, maka dzawil
arham itu adalah perempuan atau laki-laki melalui garis keturunan perempuan.
Dari segi ahli waris dan jumlahnya yang tergolong sebagai ahli waris dzawil
bahwa kerabat yang menjadi ahli waris dalam golongan dzawil arham ini
siapa saja yang termasuk golongan dari dzawil arham tersebut, maka
pembahasannya selesai, tidak ada tindak lanjut lagi. Adapun ulama‟ hanafiyah
bagian-bagian juga seperti apa yang telah disebutkan pada pembahasan yang
sudah lewat.
kewarisan dzawil arham. Menurut ulama‟ Syafi‟iyah adalah jika terdapat harta
peninggalan orang yang meninggal, tetapi tidak ada shahibul furudh dan
ashabah, maka harta tersebut diserahkan kepada baitul mal orang muslim, yaitu
72
Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010). h. 167.
51
Apabila seluruh ahli waris tidak ada, maka dzawil arham tidak bisa
dijadikan Ahli waris; dan bila hanya ada bagian Ahli waris maka kelebihan
hartanya tidak dikembalikan kepada yang ada itu lagi; tetapi semuanya ini
menjadi milik baitul mal (harta negara). Kemudian jika baitul mal tidak tertib,
maka kelebihan harta bisa dikembalikan lagi kepada ahli waris yang ada selain
apabila tidak ada ahli warits dari golongan ashabul furudl dan golongan
4. Dalil-dalil tentang dzawil arham dapat menjadi ahli waris dan tidak dapat
terkait dengan kewarisan dzawil arham dengan dalil yang berbeda dan masuk
hanafiyah lebih masuk akal dan memberikan kemaslahatan yang lebih besar
Syafi‟iyah berpendapat bahwa dzawil arham tidak dapat menjadi ahli waris
a. Bahwa dasar dalil tentang kewarisan itu diambil dari nash yang qot‟i, yaitu
al-Qur‟an dan Sunnah Nabi SAW, dan nash yang menunjukkan tentang
kewarisan dzawil arham ini tidak ditemukan didalam dua nash tersebut (al-
Qur‟an dan al-Sunnah). Dengan itu kewarisan dzawil arham itu tidak punya
nash dan dalil, maka jika dzawil arham diberikan warisan, maka hukumnya
batil.
Kholah/bibik (garis ibu), tidak ada yang lain selain keduanya. Maka Nabi
SAW berdo‟a kepada Allah SWT untuk meminta petunjuk tentang masalah
ini, Nabi bersabda: Ya Allah, ada seorang laki-laki yang meninggal dengan
meninggalkan seorang bibik (garis bapak) dan bibik (garis ibu), dia tidak
tidak ada bagian bagi keduanya, dan Nabi bertanya: kemanakah orang
bertanya tadi?, maka berkata seseorang: inilah saya wahai Rosulullah. Dan
Nabi pun bersabda: Keduanya (amah dan kholah) tidak mendapatkan harta
warisan. Maka tidak boleh diberikan harta peninggalan itu kepada dzawil
menguatkan itu hukumnya batil. Karena itu, pada dasarnya dzawil arham
73
Al-Sayyid al-Bakriy bin „Arif. I‟anatu al-thalibin, (Surabaya: Al-Hidayah) juz. 3, h.
225.
53
c. Apabila harta peninggalan itu diserahkan kepada baitul mal , manfaat dan
faidahnya sangat besar dan menjadi milik bersama seluruh ummat Islam.
75 َّ ٍ۬ ض ُہ أم َأ أو َلى ب َب أع
ُض ِفى ِك َخـ ِب ٱلل ِه
ََُُْ ْ أ
ُ ٱۡل أز َحام َب أع وأولىا
ِ ِ
Artinya: dzawil arham itu lebih utama diberikan kepada mereka dari pada
Allah.
selain mereka. Lafaz ulul arham itu pengertianya bersifat umum, meliputi
semua keluarga, baik mereka dari golongan ashabul farudh atau ash-habah
atau diluar keduanya, asal masih termasuk kerabat. Dengan demikian lafadh
74
Muhammad Ali al-Shabuniy.Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010) h.160.
75
QS. al-Anfal [8]: 75.
54
berkata: “Kerabat dari jihat manapun lebih berhak mewarisi daripada yang
kelompok pertama maksudkan, yakni intisari maksud ayat, tapi justeru dari
76
Ibid., h.161.
77
Surat al-Nisa‟ [4]: 7.
78
Muhammad Ali al-Shabuniy, Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010), h.161.
55
keluarga dan kerabat mereka, entah yang didapatkan itu sedikit ataupun
dzawil arham itu adalah bagian dari kerabat, dengan begitu mereka sangat
Ayat ini juga menasakh praktik waris mewarisi yang pernah dilakukan
pada permulaan datangnya islam yaitu dengan sebab al-Mualat dan al-
Muakhat dalam agama, atau dengan sebab al-Hijrah dan al-Nashrah (Hijrah
dan Pertolongan).
kewarisan bagi semua kerabat, bukan kepada beberapa golongan saja, maka
ayat yang kami sebutkan ini sungguh menjadi petunjuk yang jelas tentang
79
Ibid., h.163.
56
golongan dzawil arham itu dapat menerima harta warisan selama tidak
adanya ahli waris dari golongan dzawil furudh dan golongan ashabah.
d. Dalil yang digunakan juga dari sebuah riwayat, bahwa seorang laki-laki
dan dia tidak punya ahli waris melainkan hanya ada paman daris garis
ibunya (al-Khal). Maka Abu Ubaidah bin Jarah melapor kepada Sayyidina
Umar bin al-Khottob untuk menanyai tentang hal tersebut, maka Sayyidina
81
الخال وازث من ال وازث له
Artinya: Paman (dari garis ibu) adalah ahli waris orang yang tidak punya
ahli waris.
Maka qisah ini seperti apa yang telah diberitahukan oleh Umar al-faruq
dari nabi SAW menjadi dalil tentang kewarisan dzawil arham, karena al-
khal (Paman dari garis bapak) bukan lah termasuk dzawil furudh dan bukan
bahwa al-Khal (paman dari garis Ibu) adalah termasuk ahli waris ketika
tidak ada ahli waris yang lebih utama untuk mewarisi harta peninggalan. 82
80
Ibid., h. 162.
81
Sunan Abu Dawud, (Bairut: Maktabah al-„Asriyyah, 2010), h. 123.
82
Muhammad Ali al-Shabuniy.Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-
Islamiyah, 2010) h.. 162.
57
daripada baitul mal orang muslim. Oleh karena itu, sesungguhya baitul mal
orang muslim berhubungan dengan mayit dengan satu hubungan saja yaitu
kekerabatan. Siapa saja yang memiliki sistim kekerabatan dari dua sisi,
kekerabatan hanya dari satu sisi seperti saudara sekandung yang apabila
kekerabatannya dari dua sisi yaitu dari sisi bapak dan sisi ibu maka begitu
lebih rajih (kuat dan akurat) dan rasional, karena memang merupakan
yang mereka kemukakan lebih kuat dan akurat, juga tampak lebih adil, apalagi
harus terjamin pengelolaannya, adil, dan amanah; adil dalam memberi kepada
setiap yang berhak, dan tepat guna dalam menyalurkan harta baitul mal.
khususnya pada masa kita sekarang ini. Tidak ada jawaban lain untuk
pertanyaan seperti itu kecuali: "telah lama tiada". Terlebih lagi pada masa kita
yang tidak memiliki kekuatan. Sungguh tepat apa yang digambarkan seorang
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah membandingkan kedua pendapat tersebut, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa :
1. Ulama‟ Syafi‟iyah berpendapat ketika tidak adanya ahli waris dari dzawil
ulama‟ Hanafiyah berpendapat ketika tidak adanya ahli waris dari dzawil
furudh dan ashabah maka harta tersebut dibagi kepada kerabat dzawil
arham yang masih hidup, karena ahli waris dzawil arham adalah bagian dari
tersebut.
hanafiyah ialah pada nama dan golongan kerabat yang termasuk dzawil
arham atau yang tidak disebutkan bagiannya di dalam al-Qur‟an atau al-
B. SARAN
1. Sebaiknya orang yang hendak membagi harta peninggalan yang disitu terdapat
59
60
DAFTAR PUSTAKA
Basyir, Ahmd azhar. Hukum Waris Islam, Yogykarta: UII Press, 2001.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
64
65
66