Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No.

2 [Agustus 2012] 125-137


Pembuatan Tepung [Ramadhia dkk]

PEMBUATAN TEPUNG LIDAH BUAYA (Aloe vera L.)


DENGAN METODE FOAM-MAT DRYING

The Making of Aloe vera Powder (Aloe vera L.)


with Foam-mat Drying Method

Muflihah Ramadhia1*, Sri Kumalaningsih2, Imam Santoso2


1
Jurusan Teknologi Pertanian - Politeknik Negeri Pontianak, Kalimantan Barat
Jl. Akhmad Yani Pontianak 78124
2
Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya
Jl.Veteran Malang 65141
*Penulis Korespondensi: email ramadhia99@yahoo.com

ABSTRAK

Gel lidah buaya memiliki kandungan nutrisi yang kompleks namun mudah rusak sehingga
dipandang perlu untuk diolah lebih lanjut menjadi produk yang bernilai jual tinggi seperti
tepung. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kombinasi konsentrasi bahan pengisi/filler
(maltodekstrin) dan bahan pembusa (tween 80) yang tepat dalam pembuatan tepung lidah buaya
yang berkualitas dengan menggunakan metode foam-mat drying. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dua faktor, yaitu konsentrasi maltodekstrin (5%,
10%, 15 %) dan konsentrasi tween 80 (0.1%, 0.2%, 0.3%). Tepung lidah buaya terbaik diperoleh
pada konsentrasi maltodekstrin 15% dan tween 80 0.3% dengan komposisi kadar air 10.28%,
aktivitas penangkapan radikal bebas 36.63%, rendemen 8.33%, vitamin C 118.13mg/g, protein
4.70%, mineral 1.86%, lemak 0.30%, serat 0.27% dan berwarna putih kekuningan serta memiliki
gelembung-gelembung udara pada bagian permukaan mikrograf tepung. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan industri pembuatan tepung lidah buaya.

Kata kunci: tepung lidah buaya, bahan pengisi (maltodekstrin), bahan pembusa (tween 80), foam-
mat drying

ABSTRACT

Aloe vera gel contains nutrients that are complex but easily damaged so it is deemed necessary
for further processing into high value products such as powder. The study was conducted to determine
the combination of the concentration of the filler (maltodextrin) and foaming agent (tween 80) is right in
making a quality aloe vera powder using foam-mat drying. The design of the study is a randomized block
design of two factors, namely the concentration of maltodextrin (5%, 10%, 15 %) and the concentration of
tween 80 (0.1%, 0.2%, 0.3%). The best Aloe vera powder is obtained at a concentration of 15% maltodextrin
and 0.3% tween 80, which composition of the water content 10.28%, the activity of free radicals capture
36.63%, 8.33% yield, vitamin C 118.13 mg/g, protein 4.70%, minerals 1.86%, fat 0.30%, 0.27% fiber,
light beige-colored and has air bubbles on the surface micrograph of powder. The results of this study is
expected to be a reference in the development of Aloe vera powder manufacturing industry.

Keywords: aloe vera powder, filler (maltodextrin), foaming agent (tween 80), foam-mat drying

PENDAHULUAN berlendir. Tanaman lidah buaya sudah


banyak dikembangkan dan dibudidayakan
Lidah buaya (Aloe vera L.) merupakan di Indonesia, tetapi yang dikenal sebagai
tanaman asli Afrika, tepatnya Ethiopia, sentra lidah buaya adalah Kalimantan Barat.
tanaman ini termasuk kedalam golongan Tanaman ini telah lama dikenal karena
Liliaceae (March, 2006). Menurut Hamman kegunaannya sebagai tanaman obat untuk
(2008) ciri fisik dari tanaman ini adalah aneka penyakit (Misawaa et al., 2008), dan
daunnya berdaging tebal, panjang, mengecil semakin popular karena manfaatnya yang
kebagian ujungnya, berwarna hijau serta semakin luas yakni sebagai bahan baku untuk

125
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 2 [Agustus 2012] 125-137
Pembuatan Tepung [Ramadhia dkk]

aneka produk industri makanan, minuman, 2006). Selain itu peralatan yang digunakan
farmasi dan kosmetik. Fungsi tersebut tentunya lebih sederhana dibandingkan freeze dryer
tidak terlepas dari komponen nutrisi yang dan spray dryer, dengan demikian dapat
terkandung didalamnya. Menurut Hamman menghemat waktu dan biaya operasional,
(2008), komponen nutrisi yang terkandung pengeringan dengan metode ini memiliki
dalam lidah buaya terutama bagian gelnya biaya investasi yang jauh lebih rendah.
adalah asam amino, enzim-enzim, vitamin Bahan lain yang dibutuhkan dalam
diantaranya vitamin C, mineral, karbohidrat pengolahan gel lidah buaya menjadi
dan komponen spesifik senyawa antrakinon tepung dengan metoda foam-mat adalah
berupa aloin, barbaloin, asam aloetat, dan bahan pembusa (Kudra dan Ratti, 2008) dan
emodin dalam kadar yang sangat kecil. dalam penelitian ini bahan pembusa yang
Gel lidah buaya menurut Winarti digunakan adalah tween 80. Menurut Sankat
dan Nurjanah (2005), memiliki sifat yang dan Castaigne (2004) tween 80 selain sebagai
mudah rusak karena adanya kandungan bahan pembusa juga dapat berfungsi sebagai
nutrisi dan enzim. Sifat gel lidah buaya yang kapsulat, emulsifier dan mempercepat
mudah rusak mendorong dilakukannya proses pengeringan. Namun sejauh ini
upaya pengolahan menjadi bahan olahan belum diungkapkan berapa konsentrasi
seperti tepung. Upaya ini disamping untuk maltodekstrin dan tween 80 yang tepat untuk
mempertahankan kandungan nutrisi dalam pengolahan gel lidah buaya menjadi tepung
gel juga untuk memberikan nilai tambah serta belum diketahui bagaimana kualitas
karena penggunaan lidah buaya saat ini sangat tepung lidah buaya yang dikeringkan
beragam dari makanan, minuman, kosmetik dengan metoda foam-mat drying.
dan obat-obatan, sehingga lidah buaya tidak Berdasarkan pernyataan yang sudah
hanya dijual dalam bentuk pelepah segar diungkapkan sebelumnya maka gel lidah
yang relatif murah (Syahputra, 2008). buaya yang memiliki kandungan nutrisi
Gonnissen et al. (2008) menyatakan yang komplek dan mudah rusak dipandang
bahwa pengolahan tepung memerlukan perlu untuk diolah menjadi tepung lidah
filler sebagai pengisi dengan tujuan untuk buaya yang bernilai jual tinggi dengan kajian
mempercepat pengeringan, mencegah penggunaan konsentrasi maltodekstrin dan
kerusakan akibat panas, melapisi komponen tween 80 serta metode foam-mat drying.
flavour, meningkatkan total padatan, dan
memperbesar volume. Filler yang digunakan BAHAN DAN METODE
dalam pengolahan tepung dalam penelitian
ini adalah maltodekstrin. Menurut Sansone Bahan
et al. (2011) maltodekstrin merupakan gula Bahan utama yang digunakan dalam
tidak manis dan berbentuk tepung bewarna penelitian ini adalah pelepah lidah buaya yang
putih dengan sifat larut dalam air, memiliki berumur 10 bulan dengan berat 1 kg setiap
harga yang murah dan kemampuan pelepahnya dan diperoleh dari petani lidah
melindungi kapsulat dari oksidasi, buaya di Kelurahan Siantan Hulu Kecamatan
meningkatkan rendemen, kemudahan larut Pontianak Timur, Pontianak, Kalimantan
kembali dan kekentalan yang relatif rendah. Barat. Bahan-bahan seperti Maltodekstrin dan
Pembuatan tepung lidah buaya Tween 80 diperoleh CV. Panadia.
dalam industri umumnya menggunakan Bahan kimia untuk analisis diperoleh
metode freeze drying dan spray drying. dari CV. Panadia, dan laboratorium tempat
Namun produk tepung yang dihasilkan pengujian dilakukan. Bahan kimia dengan
harganya mahal karena tingginya biaya spesifikasi p.a (pro analisis) adalah: 1) DPPH
yang harus dikeluarkan untuk memenuhi (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl), metanol (Merck)
alat pengering seperti freeze dryer dan dan asam askorbat (Rheidel Hein) untuk
spray dryer (Latifah dan Apriliawan, 2009), analisis aktivitas penangkap radikal bebas;
membuat peneliti menggunakan metoda 2) amilum 1%, yodium 0.01 N, untuk analisa
pengeringan busa (foam-mat drying). Metoda vitamin C; 3) H2SO4, HgO, K2SO4, NaOH-
ini memungkinkan penggunaan suhu yang Na2S2O3, HCl 0,02 N untuk analisis protein;
lebih rendah, kualitas rasa, warna dan 4) dietil eter untuk analisis lemak; 5) antifoam
kandungan produk nutrisi produk akhir agent, asbes, H2SO4, NaOH, K2SO4, alkohol
yang lebih baik karena waktu pengeringan 95% untuk analisis serat kasar; 6) bahan analisis
yang relatif lebih singkat (Ratti dan Kudra, dengan kemurnian teknis adalah aquades.

126
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 2 [Agustus 2012] 125-137
Pembuatan Tepung [Ramadhia dkk]

Alat maltodekstrin dan faktor kedua adalah tween


Alat-alat yang digunakan dalam 80. Data hasil kombinasi maltodekstrin dan
penelitian ini adalah tampah, blender, pisau, tween 80 yang diperoleh kemudian dilanjutkan
baskom, panci, timbangan, pengaduk, gelas dengan penentuan perlakuan terbaik.
ukur, mixer, loyang, oven pengering, ayakan Penentuan perlakuan terbaik menggunakan
100 mesh, bak besar, serbet, tissue, talenan, metoda indeks efektivitas dengan tujuan
pensil, penggaris, pipet ukur, kompor dan memperoleh konsentrasi maltodekstrin dan
pemanas air. tween 80 yang paling baik terhadap parameter
Alat-alat analisis yang digunakan uji tepung lidah buaya. Uji komposisi kimia
adalah timbangan digital (XP-1500, Jerman), yang dilakukan adalah: rendemen, uji aktivitas
tabung reaksi (Pyrex), gelas ukur 50 ml penangkapan radikal bebas, kadar abu, protein,
(Pyrex), erlenmeyer 250, 500 dan 600 ml vitamin C, lemak, mineral, serat, kadar air dan
(Pyrex), labu ukur 100 ml (Pyrex), pipet mikrostruktur sel.
mikro 10-100 µl (Soccorex), pipet volum 1
ml (Assistance), pipet volum 5 ml (HBG), HASIL DAN PEMBAHASAN
beaker glass 250 ml (Pyrex), rak kayu
tabung reaksi, Bubble Suck, buret, spatula, Komposisi Kimia Bahan Baku (Gel Lidah
spatula panjang, desikator (SIMAX), oven Buaya)
kadar air (Memmert tipe U.30, max. 220ºC), Sebelum gel lidah buaya diolah menjadi
cawan porselen, perangkat titrasi (Metrohm tepung, terlebih dahulu dilakukan uji terhadap
Herisau, Multi Burettte E 485, max. 25 komposisi kimiawi. Uji komposisi kimiawi gel
ml), muffle furnace (Naberterhm D-2804, lidah buaya sebagai bahan baku terdiri atas:
Lilienthal/Jerman Barat, max. 600ºC), cawan analisis aktivitas penangkapan radikal bebas,
pengabuan, soxhlet, pendingin balik, kertas vitamin C, protein, abu, lemak dan serat. Data
saring, pemanas Kjeldahl lengkap, labu hasil uji komposisi kimiawi gel lidah buaya
kjeldahl, alat distilasi lengkap, pipa kapiler sebagai bahan baku disajikan pada Tabel 1.
dan perangkat Scanning Electron Microscopy
(JSM T-100, JEOL, Jepang). Aktivitas Penangkapan Radikal Bebas
Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa
Metode aktivitas penangkapan radikal bebas yang
Penelitian pembuatan tepung gel terdapat pada gel lidah buaya sebesar
lidah buaya diawali dengan uji komposisi 69.26%. Data ini didukung oleh hasil
kimia dan aktivitas antioksidan pada bahan penelitian Padmarsari et al., (2006) yang
baku dengan tujuan untuk mengetahui memperoleh aktivitas penangkapan radikal
karakter gel lidah buaya sebagai bahan baku. bebas pada gel lidah buaya sebesar 68.33%.
Uji komposisi kimia pada gel lidah buaya Aktivitas penangkapan radikal bebas yang
sebagai bahan baku terdiri atas: uji aktivitas diperoleh pada gel lidah buaya hampir sama
penangkapan radikal bebas, kadar air, kadar dengan aktivitas penangkapan radikal bebas
protein, vitamin C, lemak, mineral dan serat. yang terdapat pada antioksidan yang bersifat
Langkah selanjutnya adalah pengolahan sintetik seperti BHA (Butil Hidroksil Anisole)
gel lidah buaya menjadi tepung. Bahan lain yaitu sebesar 68.9%.
yang ditambahkan dalam pengolahan ini
adalah maltodekstrin dengan konsentrasi Vitamin C
sebesar 5%, 10% dan 15%, dan tween 80 Vitamin C yang diperoleh pada gel
dengan konsentrasi 0.1%, 0.2% dan 0.3% lidah buaya sebagai bahan baku berdasarkan
dengan suhu pengeringan yang digunakan data pada Tabel 1. adalah sebesar 139.258
60oC. Pada tahapan ini rancangan penelitian mg/g. Data ini didukung oleh hasil penelitian
yang digunakan adalah Rancangan Acak Yasmin (2008) yang memperoleh vitamin C
Kelompok dua faktor. Faktor 1 adalah gel lidah buaya sebesar 138.467mg/g.

Tabel 1. Komposisi kimia gel lidah buaya sebagai bahan baku


Aktifitas
Vit C Protein Abu Lemak Serat Air
Bahan Penelitian Penangkapan
mg/g (%) (%) (%) (%) (%)
Radikal Bebas %
Gel Lidah Buaya 69.26 139.26 2.78 1.32 0.65 0.15 94.83

127
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 2 [Agustus 2012] 125-137
Pembuatan Tepung [Ramadhia dkk]

Kadar Protein Kadar Serat


Kadar protein yang diperoleh pada gel Kadar serat yang diperoleh pada gel
lidah buaya sebagai bahan baku berdasarkan lidah buaya sebagai bahan baku berdasarkan
data pada Tabel 1. adalah sebesar 2.78 %. Kadar data pada Tabel 1 adalah sebesar 0.15%.
protein ini lebih besar dari hasil penelitian Serat banyak membawa manfaat kepada
Taiwo et al. (2005), yang memperoleh kadar tubuh, di antaranya seperti mencegah
protein gel lidah buaya sebesar 1.39%. Hal konstipasi, kanker, memperkecil risiko sakit
ini disebabkan oleh perbedaan varietas lidah pada usus besar, membantu menurunkan
buaya yang digunakan dalam penelitian, kadar kolesterol, membantu mengontrol
umur fisiologis, penanganan bahan kadar gula dalam darah, mencegah wasir,
baku sebelum pengolahan dan peralatan membantu menurunkan berat badan dan
penelitian yang digunakan dalam analisis. masih banyak lagi (Susanto et al., 2004).
Pernyataan ini diukung oleh Supardjo (2010)
yang menyatakan bahwa jumlah nutrisi Efek Kombinasi Maltodekstrin dan
dalam tanaman berbeda-beda tergantung Tween 80 Terhadap Rendemen, Aktivitas
pada umur fisiologis, kondisi agronomis Penangkapan Radikal Bebas, Komposisi
dan lingkungan walaupun tanaman tersebut Kimia dan Karakterisasi Fisik Tepung
masih dalam varietas yang sama. Lidah Buaya
Tahapan dalam penelitian ini adalah
Kadar Air kombinasi penggunaan maltodekstrin dan
Kadar air yang diperoleh pada gel lidah tween 80 untuk mengetahui pengaruhnya
buaya sebagai bahan baku berdasarkan data terhadap aktivitas penangkapan radikal
pada Tabel 1. adalah sebesar 94.83%. Data ini bebas, komposisi kimia dan karakterisasi
didukung oleh hasil penelitian Padmadisastra fisik tepung lidah buaya yang dihasilkan.
et al. (2003) yang memperoleh kadar air gel Komposisi kimia tepung lidah buaya yang
lidah buaya sebesar 98.50%. Sebagian besar dihasilkan dari kombinasi maltodekstrin dan
komposisi gel lidah buaya terdiri atas air, tween 80 disajikan pada Tabel 2.
sisanya merupakan zat-zat nutrien yang
diperlukan oleh tubuh. Dalam pengolahan Rendemen
bahan baku berkadar air tinggi menjadi tepung Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat
diperlukan metode yang tepat. Pengeringan bahwa rendemen yang diperoleh pada
busa dapat mempercepat proses penguapan tepung lidah buaya berkisar antara
air dan dilakukan pada suhu rendah sehingga 5.07–8.33%. Hasil analisis sidik ragam
nilai gizi dapat dipertahankan. menunjukkan bahwa adanya interaksi
antara konsentrasi maltodesktrin dan tween
Kadar Abu 80 memberikan pengaruh sangat nyata
Kadar abu yang diperoleh pada gel (α 0.01) terhadap peningkatan rendemen
lidah buaya sebagai bahan baku berdasarkan tepung lidah buaya yang dihasilkan. Data
data pada Tabel 1 adalah sebesar 0.32 %. dalam Tabel 2 menunjukkan uji DMRT (α
Mineral umumnya dapat berfungsi untuk 0,01) terhadap peningkatan rendemen akibat
mencegah terjadinya alergi pada kulit dan peningkatan jumlah maltodesktrin dan
menjaga sistem keseimbangan tubuh. tween 80. Rendemen terendah diperoleh
pada kombinasi maltodekstrin 5% dan tween
Kadar Lemak 80 0.1% yaitu sebesar 5,07% dan rendemen
Kadar lemak yang diperoleh pada gel tertinggi pada kombinasi maltodekstrin 15%
lidah buaya sebagai bahan baku berdasarkan dan tween 80 0.3% yaitu sebesar 8.33%. Data
data pada Tabel 1 adalah sebesar 0.65 %. ini didukung oleh hasil penelitian Latifah
Menurut Hermanto et al. (2011), lemak dan Apriliawan (2009) yang memperoleh
merupakan zat makanan yang penting untuk rendemen pada pengolahan tepung lidah
menjaga kesehatan tubuh manusia, selain itu buaya sebesar 10.34 -11.37%. Kecenderungan
lemak juga merupakan sumber energi yang semakin tinggi konsentrasi maltodekstrin
lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan tween 80 dalam meningkatkan rendemen
dan protein. Menurut Raharjo (2004), satu pada tepung lidah buaya dapat dilihat pada
gram minyak atau lemak dapat menghasilkan Gambar 1.
9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein Berdasarkan Gambar 1 dapat
hanya menghasilkan 4 kkal/gram. dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi

128
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 2 [Agustus 2012] 125-137
Pembuatan Tepung [Ramadhia dkk]

Tabel 2. Efek kombinasi maltodekstrin dan tween 80 terhadap aktifitas penangkapan radikal
bebas dan nutrisi tepung lidah buaya
Aktifitas
Ren-
Penang- Pro- Le-
de- Vit C Abu Serat K.Air
No Perlakuan Penelitian kapan tein mak
men mg/g (%) (%) (%)
Radikal (%) (%)
(%)
Bebas (%)
1 A1BI (M5%:T 0.1%) 5.07a 24.81a 126.53a 3.29a 1.68a 0.23a 0.19a 12.32a
2 A1B2(M 5%:T 0.2%) 5.17b 27.34b 124.32b 3.33b 1.70ab 0.24b 0.20ab 12.28b
3 A1B3(M 5%:T 0.3%) 5.29c 28.53c 123.27c 3.34b 1.71b 0.24b 0.21b 12.10b
4 A2BI (M 10%:T 0.1%) 6.39d 28.93d 121.04d 4.14c 1.72b 0.25bc 0.22b 11.66c
5 A2B2(M 10%:T 0.2%) 6.48e 30.41e 121.10e 4.30d 1.75c 0.26bc 0.22b 11.55c
6 A2B3(M 10%:T 0.3%) 6.52f 33.39f 120.89f 4.36e 1.81d 0.26bc 0.23bc 11.54d
7 A3BI (M 15%:T 0.1%) 8.03g 34.34g 118.74g 4.52f 1.82de 0.26cd 0.25bc 10.34e
8 A3B2(M 15%:T 0.2%) 8.16h 35.58h 118.27h 4.70g 1.85de 0.29cd 0.26bc 10.35f
9 A3B3(M 15%:T 0.3%) 8.33i 36.63h 118.13i 4.70g 1.86e 0.30d 0.27c 10.28f
Keterangan: Angka rerata yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada uji Duncan 1%.

maltodekstrin dan tween 80 pada pengolahan sebesar 24.81% dan aktivitas penangkapan
tepung lidah buaya telah meningkatkan radikal bebas tertinggi pada kombinasi
rendemen. Hal ini disebabkan karena maltodekstrin 15% dan tween 80 0.3% yaitu
semakin banyak konsentrasi maltodekstrin sebesar 36.63%. Data ini didukung oleh
dan tween 80 yang ditambahkan akan hasil penelitian Rahayuni et al. (2002), yang
semakin besar total padatan yang diperoleh, memperoleh aktivitas penangkapan radikal
sehingga rendemen yang didapat juga akan bebas pada tepung lidah buaya dengan
mengalami peningkatan. kisaran antara 13.29 – 41.17%. Tingginya
Menurut Endang dan Prasetyastuti aktivitas penangkapan radikal bebas pada
(2010), peningkatan rendemen dipengaruhi tepung lidah buaya yang dihasilkan, selain
oleh banyaknya jumlah maltodesktrin yang karena adanya pengaruh penambahan
ditambahkan, karena semakin banyak maltodekstrin, juga disebabkan karena
maltodekstrin akan semakin besar total penambahan tween 80 yang berperan sebagai
padatan yang diperoleh. Selanjutnya, agen pembentuk busa untuk mempercepat
Estiasih dan Sofiah (2009) menyatakan proses pengeringan, sehingga tidak merusak
bahwa dalam pengolahan tepung yang senyawa–senyawa penting pada bahan yang
menggunakan bahan pembuih atau pembusa dikeringkan. Kecenderungan semakin tinggi
juga akan mempengaruhi jumlah rendemen konsentrasi maltodekstrin dan tween 80
yang diperoleh karena penggunaan dalam meningkatkan aktivitas penangkapan
bahan pembentuk buih atau busa dapat radikal bebas pada tepung lidah buaya
menyebabkan total padatan dalam produk dapat dilihat pada Gambar 2.
menjadi meningkat, sehingga menyebabkan Berdasarkan Gambar 2 dapat
rendemen bubuk juga meningkat. dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi
maltodekstrin dan tween 80 pada pengo-
Aktivitas Penangkapan Radikal Bebas lahan tepung lidah buaya meningkatkan
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat aktivitas penangkapan radikal bebas.
bahwa aktivitas penangkapan radikal Hal ini disebabkan karena maltodekstrin
bebas yang diperoleh pada tepung lidah merupakan bahan enkapsulat yang dapat
buaya berkisar antara 24.81 – 36.63 %. melindungi komponen nutrisi termasuk
Hasil analisis sidik menunjukkan bahwa aktivitas anti oksidan dan tween 80
adanya interaksi antara konsentrasi merupakan agen pembentuk busa yang
maltodesktrin dan tween 80 memberikan dapat mempercepat proses pengeringan
pengaruh sangat nyata (α=0,01) terhadap sehingga tidak menyebabkan kerusakan
peningkatan aktivitas penangkapan radikal nutrisi yang bersifat termosensitif.
bebas. Aktivitas penangkapan radikal Menurut Finotelli dan Rocha-Leão,
bebas terendah diperoleh pada kombinasi (2010) proses pengolahan dengan metoda
maltodekstrin 5% dan tween 80 0.1% yaitu mikroenkapsulasi yang menggunakan

129
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 2 [Agustus 2012] 125-137
Pembuatan Tepung [Ramadhia dkk]

Gambar 1. Efek kombinasi maltodekstrin dan tween 80 terhadap peningkatan rendemen


Keterangan: a. Maltodekstrin ( 5%,10%,15%) b. Tween 80 (0.1%, 0.2%, 0.3%)

Gambar 2. Efek kombinasi maltodekstrin dan tween 80 terhadap peningkatan aktifitas


penangkapan radikal bebas
Keterangan: a. Maltodekstrin ( 5%,10%,15%) b. Tween 80 (0.1%, 0.2%, 0.3%)

maltodekstrin sebagai kapsulat dapat C terendah diperoleh pada kombinasi


melindungi terjadinya pelepasan komponen maltodekstrin 15% dan tween 80 0.3% yaitu
nutrisi, melindungi senyawa-senyawa sebesar 118.13mg/g dan vitamin C tertinggi
penting seperti komponen antioksidan pada kombinasi maltodekstrin 5% dan tween
akibat suhu ekstrim, karena maltodekstrin 80 0.1% yaitu sebesar 126.53 mg/g. Data ini
memiliki kemampuan membentuk body didukung oleh hasil penelitian Camargo
dan memiliki daya ikat yang kuat terhadap et al. (2004) yang memperoleh penurunan
senyawa yang tersalut. Dinding kapsulat vitamin C pada pengolahan tepung lidah
seperti maltodekstrin dapat berfungsi buaya dari 224 mg/g menjadi 94.01 mg/g.
melindungi komponen yang sensitif seperti Data lain yang menyatakan tentang
komponen antioksidan, rasa, vitamin, warna kandungan vitamin C dalam tepung lidah
dan komponen nutrisi lainnya. buaya juga diungkapkan oleh Syahputra
Peningkatan aktivitas penangkapan (2008) yang memperoleh vitamin C dengan
radikal bebas selain dipengaruhi oleh kisaran 88–126.50 mg/g. Kecenderungan
penggunaan maltodekstrin, juga dipengaruhi semakin tinggi konsentrasi maltodekstrin
oleh penggunaan tween 80. Tween 80 dan tween 80 dalam menurunkan vitamin C
merupakan bahan yang berfungsi sebagai pada tepung lidah buaya dapat dilihat pada
agen pembentuk busa yang membantu Gambar 3.
mempercepat proses pengeringan tepung Berdasarkan Gambar 3 dapat dili-
sehingga semakin tinggi konsentrasi tween 80 hat bahwa semakin tinggi konsentrasi
semakin banyak busa yang terbentuk sehingga maltodekstrin dan tween 80 pada
dapat mempercepat proses pengeringan. pengolahan tepung lidah buaya akan
mempengaruhi vitamin C pada tepung.
Vitamin C Hal ini disebabkan karena semakin tinggi
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat konsentrasi tween 80 yang digunakan,
bahwa vitamin C yang diperoleh pada busa yang terbentuk akan semakin banyak
tepung lidah buaya berkisar antara 118.13– sehingga luas permukaan semakin besar
126.53mg/g. Hasil analisis sidik ragam yang mengakibatkan terjadinya proses
menunjukkan bahwa adanya interaksi antara oksidasi juga semakin besar, sedangkan
konsentrasi maltodesktrin dan tween 80 dengan adanya penambahan konsentrasi
memberikan pengaruh sangat nyata (α 0.01) maltodekstrin mampu melindungi vitamin
terhadap penurunan vitamin C. Vitamin C sehingga vitamin C yang terdapat dalam

130
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 2 [Agustus 2012] 125-137
Pembuatan Tepung [Ramadhia dkk]

lidah buaya tidak mengalami kerusakan maltodekstrin dan tween 80 dalam


secara keseluruhan. meningkatkan kadar protein pada tepung
Menurut Estiasih dan Sofiah (2009), lidah buaya dapat dilihat pada Gambar 4.
penurunan atau kerusakan vitamin C Berdasarkan Gambar 4 dapat
pada bahan yang dikeringkan dengan dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi
menggunakan metoda foam-mat drying dengan maltodekstrin dan tween 80 pada pengolahan
bahan pembusa disebabkan karena vitamin C tepung lidah buaya akan meningkatkan
adalah senyawa yang termosensitif terhadap kadar protein pada tepung yang dihasilkan.
panas dan mudah mengalami oksidasi karena Hal ini disebabkan karena penambahan
adanya oksigen. Selain itu penurunan vitamin konsentrasi maltodekstrin di dalam adonan
C pada pengolahan tepung lidah buaya juga dapat meningkatkan jumlah protein di dalam
disebabkan karena metoda pengeringan produk dan penambahan tween 80 akan
yang digunakan adalah metoda pembusaan mempercepat proses pengeringan sehingga
yang mengakibatkan luas permukaan bahan senyawa yang sensitif terhadap panas seperti
menjadi lebih tinggi, sehingga kontak produk protein semakin banyak yang terlindungi.
dengan udara semakin tinggi pula yang Menurut Sadeghi et al. (2008),
memungkinkan terjadinya proses oksidasi maltodekstrin umumnya dihasilkan dari
terhadap vitamin C akan lebih mudah hidrolisis pati jagung dengan asam atau
terjadi. Proses mikroenkapsulasi dapat enzim. Pati jagung diketahui mengandung
membantu menstabilkan vitamin C karena sejumlah protein sekitar 9.2%, sehingga
mikroenkapsulasi dapat melindungi vitamin dimungkinkan terjadi peningkatan sejumlah
C, sehingga tidak mengakibatkan vitamin protein akibat semakin tingginya jumlah
ini rusak secara keseluruhan oleh panas atau maltodekstrin yang ditambahkan. Tween
faktor-faktor lainnya (Wilson and Shah, 2007). 80 merupakan bahan pembusa yang bersifat
inert dan tidak berpengaruh secara fisiologis
Kadar Protein terhadap nutrisi bahan olahan, sehingga
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat penambahan tween 80 kedalam bahan
bahwa kadar protein yang diperoleh olahan tidak merusak komponen nutrisi
pada tepung lidah buaya berkisar antara seperti protein.
3.29 – 4.70%. Hasil analisis sidik ragam
menunjukkan bahwa adanya interaksi Kadar Abu
antara konsentrasi maltodesktrin dan tween Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat,
80 memberikan pengaruh sangat nyata (α bahwa kadar abu yang diperoleh pada
0.01) terhadap jumlah kadar protein. Kadar tepung lidah buaya berkisar antara
protein terendah diperoleh pada kombinasi 1.68–1.86%. Hasil analisis sidik ragam
maltodekstrin 5% dan tween 80 0.1% yaitu menunjukkan bahwa adanya interaksi
sebesar 3.29% dan kadar protein tertinggi antara konsentrasi maltodesktrin dan tween
pada kombinasi maltodekstrin 15% dan 80 memberikan pengaruh nyata (α=0.01)
tween 80 0.3% yaitu sebesar 4.70%. Data ini terhadap peningkatan kadar abu. Kadar
didukung oleh hasil penelitian Adesuyi et abu terendah diperoleh pada kombinasi
al. (2012) yang memperoleh kadar protein maltodekstrin 5% dan tween 80 0.1% yaitu
pada tepung lidah buaya sebesar 4.73%. sebesar 1.68% dan kadar abu tertinggi pada
Kecenderungan semakin tinggi konsentrasi kombinasi maltodekstrin 15% dan tween

Gambar 3. Efek kombinasi maltodekstrin dan tween 80 terhadap penururnan vitamin c pada
tepung lidah buaya
Keterangan: a. Maltodekstrin ( 5%,10%,15%) b. Tween 80 (0.1%, 0.2%, 0.3%)

131
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 2 [Agustus 2012] 125-137
Pembuatan Tepung [Ramadhia dkk]

80 0.3% yaitu sebesar 1.86 %. Data hasil teroksidasi menjadi mineral bervalensi lebih
penelitian ini didukung oleh Syahputra tinggi, namun tidak mempengaruhi nilai
(2008) yang memperoleh kadar abu pada gizinya. Meskipun beberapa komponen
tepung lidah buaya dengan kisaran 1.18 – pangan rusak dalam proses pemanasan
1.88 %. Metoda pengeringan busa menurut pangan, proses tersebut tidak mempengaruhi
Rajkumar et al. (2007) akan menghasilkan kandungan mineral dalam bahan pangan.
produk yang dapat diterima oleh konsumen Mineral yang terdapat pada lidah buaya
dari segi kualitas karena rasa dan nutrisi terdiri atas sodium, potassium, natrium,
yang lebih baik. Kecenderungan semakin kalsium, magnesium, kalium, zat besi dan
tinggi konsentrasi maltodekstrin dan tween chromium (Antia, 2006).
80 dalam meningkatkan kadar abu pada
tepung lidah buaya dapat dilihat pada Kadar Lemak
Gambar 5. Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat
Semakin tinggi konsentrasi malto- bahwa kadar lemak yang diperoleh pada
dekstrin dan tween 80 yang ditambahkan tepung lidah buaya berkisar antara 0.23 – 0.30
maka kadar abu tepung lidah buaya juga %. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
semakin meningkat. Hal ini disebabkan bahwa adanya interaksi antara konsentrasi
karena maltodekstrin dan tween 80 juga maltodesktrin dan tween 80 memberikan
mengandung mineral sehingga peningkatan pengaruh nyata (α=0.01) terhadap peningkatan
konsentrasi maltodekstrin dan tween 80 kadar lemak. Kadar lemak terendah diperoleh
menyebabkan peningkatan kadar abu pada pada kombinasi maltodekstrin 5% dan tween
tepung lidah buaya. 80 0.1% yaitu sebesar 0.23% dan kadar lemak
Kadar abu umumnya dinyatakan tertinggi pada kombinasi maltodekstrin 15%
sebagai mineral yang terkandung dalam dan tween 80 0.3% yaitu sebesar 0.30%. Data
suatu bahan. Mineral tidak terpengaruh penelitian ini didukung oleh hasil penelitian
secara signifikan dengan perlakuan kimia Nelson and Cox (2008) yang memperoleh
dan fisik selama pengolahan, dengan adanya kadar lemak pada tepung lidah buaya
oksigen, beberapa mineral kemungkinan sebesar 0.27%. Kecenderungan semakin

Gambar 4. Efek kombinasi maltodekstrin dan tween 80 terhadap peningkatan kadar protein
tepung lidah buaya
Keterangan: a. Maltodekstrin ( 5%,10%,15%) b. Tween 80 (0.1%, 0.2%, 0.3%)

Gambar 5. Efek kombinasi maltodekstrin dan tween 80 terhadap peningkatan kadar abu tepung
lidah buaya
Keterangan: a. Maltodekstrin ( 5%,10%,15%) b. Tween 80 (0.1%, 0.2%, 0.3%)

132
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 2 [Agustus 2012] 125-137
Pembuatan Tepung [Ramadhia dkk]

tinggi konsentrasi maltodekstrin dan tween meningkatkan kadar serat pada tepung lidah
80 dalam meningkatkan kadar lemak pada buaya terlihat pada Gambar 7.
tepung lidah buaya dapat dilihat pada Peningkatan kadar serat ini disebabkan
Gambar 6. selain karena penambahan maltodekstrin dan
Semakin tinggi konsentrasi malto- tween 80 juga disebabkan oleh sifat serat lidah
dekstrin dan tween 80 yang ditambahkan buaya yang stabil terhadap panas. Menurut
maka kadar lemak tepung lidah buaya juga Endang dan Prasetyastuti (2010) serat yang
semakin meningkat. Hal ini disebabkan terkandung dalam lidah buaya adalah serat
karena maltodekstrin dan tween 80 juga yang bersifat larut air seperti glukomanan.
mengandung lemak sehingga peningkatan Menurut Wang dan Johnson (2006),
konsentrasi maltodekstrin dan tween 80 glukomanan merupakan serat yang stabil.
menyebabkan peningkatan lemak pada
tepung lidah buaya. Kadar lemak yang Kadar Air
dihasilkan pada tepung lidah buaya dalam Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat
penelitian ini terbilang rendah. Rendahnya bahwa kadar air yang diperoleh pada
kadar lemak pada tepung lidah buaya yang tepung lidah buaya berkisar antara
dihasilkan selain disebabkan rendahnya 10.28-12.32%. Hasil analisis sidik ragam
kadar lemak yang terdapat pada bahan baku menunjukkan bahwa adanya interaksi
juga dapat disebabkan terjadinya proses antara konsentrasi maltodesktrin dan
oksidasi. Proses oksidasi terjadi jika sejumlah tween 80 memberikan pengaruh sangat
oksigen berhubungan dengan lemak. nyata (α=0.01) terhadap penurunan kadar
Molekul oksigen terikat pada ikatan ganda air. Kadar air terendah diperoleh pada
dari asam-asam lemak tidak jenuh. Ikatan kombinasi maltodekstrin 15% dan tween
ganda asam lemak tidak jenuh mengalami 80 0.3% yaitu sebesar 10.28% dan kadar air
proses oksidasi akan dipecah membentuk tertinggi pada kombinasi maltodekstrin 5%
asam lemak rantai pendek, aldehida, dan dan tween 80 0,1% yaitu sebesar 12.32%.
keton. Senyawa-senyawa tersebut yang Data ini didukung oleh hasil penelitian
menimbulkan bau dan rasa yang kurang Rahayuni et al. (2002) yang memperoleh
enak (Hermanto et al., 2011). kadar air pada pengolahan tepung lidah
buaya dengan kisaran antara 10.13-10.33%
Kadar Serat dan penelitian Adesuyi et al. (2012) yang
Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat memperoleh kadar air sebesar 11.71%.
bahwa kadar serat yang diperoleh pada Kecenderungan semakin tinggi konsentrasi
tepung lidah buaya berkisar antara 0.19– maltodekstrin dan tween 80 dalam
0.27%. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan menurunkan kadar air pada tepung lidah
bahwa adanya interaksi antara konsentrasi buaya dapat dilihat pada Gambar 8.
maltodesktrin dan tween 80 memberikan Berdasarkan Gambar 8 dapat
pengaruh nyata (α=0.01) terhadap pening- dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi
katan kadar serat. Kadar serat terendah maltodekstrin dan tween 80 pada pengolahan
diperoleh pada kombinasi maltodekstrin tepung lidah buaya akan menurunkan kadar
5% dan tween 80 0.1% yaitu sebesar 0.19% air pada tepung yang dihasilkan. Penambahan
dan kadar serat tertinggi pada kombinasi partikel padatan seperti maltodekstrin didalam
maltodekstrin 15% dan tween 80 0.3% yaitu adonan dapat mempercepat waktu pencapaian
sebesar 0.27%. Kecenderungan semakin tinggi kadar air kesetimbangan (konstan), karena
konsentrasi maltodekstrin dan tween 80 dalam peningkatan konsentrasi maltodekstrin

Gambar 6. Efek kombinasi maltodekstrin dan tween 80 terhadap peningkatan kadar lemak
tepung lidah buaya
Keterangan: a. Maltodekstrin ( 5%,10%,15%) b. Tween 80 (0.1%, 0.2%, 0.3%)

133
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 2 [Agustus 2012] 125-137
Pembuatan Tepung [Ramadhia dkk]

mengakibatkan penurunan kadar air. Selain itu efektifitas yaitu metoda pembobotan
penurunan kadar air pada tepung lidah buaya (Susrini, 2005). Bobot diberikan oleh panelis
disebabkan karena maltodekstrin memiliki sesuai dengan tingkat kepentingan setiap
struktur molekul yang sederhana, sehingga parameter. Perlakuan yang memiliki nilai
air terikat dan air bebas dapat dengan mudah produk tertinggi merupakan perlakuan
dikeluarkan pada proses pengeringan. Faktor terbaik. Metode ini ditentukan berdasarkan
penyebab penurunan kadar air pada tepung parameter yang dianalisa. Parameter
lidah buaya juga diungkapkan oleh Ratti dan tersebut meliputi: aktivitas penangkap
Kudra (2006), yang menyatakan semakin banyak radikal bebas, rendemen, vitamin C,
jumlah tween 80 yang digunakan, semakin protein, abu, lemak, serat dan kadar air.
memperbesar luas permukaan dan memberikan Skor penilaian perlakuan terbaik terhadap
struktur berpori pada bahan, sehingga akan pengolahan tepung lidah buaya terdapat
menyebabkan kecepatan proses pengeringan, pada perlakuan (A3B3), yaitu lidah buaya
karena sistem transportasi dipercepat dalam yang ditambahkan maltodekstrin sebesar
mengeluarkan air yang terdapat dalam bahan 15% dan tween 80 sebesar 0.3%. Hasil analisa
pada proses penguapan. Rendahnya kadar air terbaik tepung lidah buaya di sajikan pada
pada produk terutama tepung adalah suatu hal Tabel 3.
yang dipersyaratkan untuk dipenuhi. Menurut Berdasarkan data dalam Tabel 3 dapat
Baianu et al. (2003), air merupakan komponen dilihat bahwa kombinasi maltodekstrin 15%
yang penting dalam bahan makanan karena dan tween 80 0.3% memiliki nilai produk
air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, (Nh) tertinggi yakni 0.85 berdasarkan sifat
cita rasa dari makanan tersebut. Kadar air juga kimia tepung lidah buaya, sehingga dalam
mempengaruhi daya simpan bahan pangan penelitian pembuatan tepung lidah buaya
karena dapat menghambat pertumbuhan dengan mengkombinasikan maltodekstrin
mikroorganisme. dan tween 80, maka perlakuan A3B3 dipilih
sebagai perlakuan terbaik untuk dilanjutkan
Penentuan perlakuan terbaik terhadap pada analisis warna dan mikrostuktur sel.
tepung lidah buaya Rerata komposisi kimiawi tepung lidah
Penentuan perlakuan terbaik terhadap buaya berdasarkan perlakuan terbaik
tepung lidah buaya dengan metode indeks disajikan pada Tabel 4.

Gambar 7. Efek kombinasi maltodekstrin dan tween 80 terhadap peningkatan kadar serat tepung
lidah buaya
Keterangan: a. Maltodekstrin ( 5%,10%,15%) b. Tween 80 (0.1%, 0.2%, 0.3%)

Gambar 8. Efek kombinasi maltodekstrin dan tween 80 terhadap peningkatan kadar air tepung
lidah buaya
Keterangan: a. Maltodekstrin ( 5%,10%,15%) b. Tween 80 (0.1%, 0.2%, 0.3%)

134
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 2 [Agustus 2012] 125-137
Pembuatan Tepung [Ramadhia dkk]

Warna Mikrostruktur Sel


Warna tepung lidah buaya yang Tepung lidah buaya yang dihasilkan
dihasilkan berdasarkan perlakuan terbaik berdasarkan perlakuan terbaik (A3B3)
(A3B3) dalam penelitian ini adalah putih kemudian dianalisis mikrostruktur selnya
kekuningan. Warna tepung lidah buaya dengan Scanning Electron Micoroscopy (SEM),
yang dihasilkan disajikan pada Gambar 9. yang dilakukan pada perbesaran 5000 kali.
Warna putih kekuningan yang terbentuk Mikrograf SEM tepung lidah buaya disajikan
berhubungan dengan reaksi pencoklatan pada Gambar 10.
enzimatik dari senyawa fenolik, reaksi Berdasarkan Gambar 10, mikrograf
pencoklatan non enzimatik terutama reaksi tepung lidah buaya pada bagian
Maillard serta degradasi klorofil kulit lidah permukaanya terdapat gelembung-
buaya. Reaksi pencokletan non enzimatis yang gelembung udara, hal ini disebabkan pada
terjadi pada tepung lidah buaya dipengaruhi pengolahan tepung lidah buaya dalam
oleh konsentrasi maltodekstrin dan suhu penelitian ini sebelumnya telah ditambahkan
pengeringan yang digunakan. Menurut bahan pembusa, sehingga memudahkan
Sadeghi et al. (2008), maltodekstrin merupakan penguapan air pada saat pengeringan,
gula tidak manis yang berbentuk tepung akibatnya ruang yang semula ditempati air
bewarna putih dengan sifat larut dalam air kini menjadi kosong dan membentuk rongga.
yang dihasilkan dari hidrolisis pati jagung Menurut Ratti dan Kudra (2006) pengeringan
dengan asam atau enzim. Gula yang terdapat dengan penggunaan bahan pembusa akan
pada gel lidah buaya dan maltodekstrin dapat lebih mudah larut dalam air karena memiliki
menyebabkan terjadinya reaksi pencoklatan densitas yang rendah.
non enzimatik. Reaksi pencokelatan ini
biasanya disebut reaksi Maillard.

Tabel 3. Skor penilaian perlakuan terbaik


tepung lidah buaya (A3B3)
Perlakuan Skor
A1BI (M 5%:T 0.1%) 0.22
A1B2(M 5%:T 0.2%) 0.32
A1B3(M 5%:T 0.3%) 0.31
A2BI (M 10%:T 0.1%) 0.32
A2B2(M 10%:T 0.2%) 0.53
A2B3(M 10%:T 0.3%) 0.71 Gambar 9. Warna tepung lidah buaya
A3BI (M 15%:T 0.1%) 0.73 berdasarkan perlakuan terbaik

A3B2(M 15%:T 0.2%) 0.82


A3B3(M 15%:T 0.3%) 0.85*
*Perlakuan terbaik
Tabel 4. Rerata komposisi kimiawi tepung
lidah buaya pada perlakuan A3B3
Parameter Nilai

Aktivitas penangkapan radikal 36.63


bebas (%)
Rendemen (%) 8.33
Vitamin C (mg/g) 118.13
Protein (%) 4.70
Abu (%) 1.86
Lemak 0.30
Serat (%) 0.27 Gambar 10. Mikrostuktur sel tepung lidah
Air (%) 10.28 buaya berdasarkan perlakuan terbaik

135
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 2 [Agustus 2012] 125-137
Pembuatan Tepung [Ramadhia dkk]

SIMPULAN Gonnissen Y, Remon JP and Vervaet


C. 2008. Effect of maltodextrin
Kombinasi konsentrasi antara mal- and superdisintegrant in directly
todekstrin dan tween 80 serta metode compressible powder mixtures
pengeringan (foam-mat drying) yang tepat prepared via co-spray drying.
akan menghasilkan tepung lidah buaya yang European Journal of Pharmaceutics and
berkualitas dari segi nutrisi dan kenampakan Biopharmaceutics 68:277–282
(warna sesuai putih kekuningan) Hamman JH. 2008. Compotition and
Application of Aloevera Leaf Gel.
DAFTAR PUSTAKA Molecules 13:1599-1616
Hermanto S, Muawanah A dan Wardhani P.
Adesuyi AO, Awosanya OA, Adaramola 2011. Analisis Tingkat Kerusakan Lemak
FB and Omeonu AI. 2012. Nutritional Nabati dan Lemak Hewani Akibat
and Phytochemical Screening of Aloe Proses Pemanasan. Jurnal Kimia UIN
barbadensis. Current Research of Journal Syarif Hidayatullah Jakarta 42:262 – 268.
Biological Science 4(1): 4-9 Iswari K. 2007. Kajian Pengolahan Bubuk Instant
Antia BS, Akpan EJ, Okon PA and Umoren Bubuk Wortel Dengan Metoda Foammat
IU. 2006. Nutritive and Anti-Nutritive Drying. Balai Pengkajian Teknologi
Evaluation of Sweet Potatoes (Ipomoea Pertanian Sumatera Barat. Buletin
batatas) Leaves. Pakistan Journal of Teknologi Pascapanen Pertanian 3:37-41
Nutrition 5(2):166-168 Kudra T and Ratti C. 2008. Process and
Baianu CI, Pessen H and Kumosinski TF. 2003. Energy Optimization in Drying
Physical Chemistry of Food Sciences: Advanced Foamed Material. Вестник ТГТУ Том
Techniques, Structures, and Applications. 14. № 4. Transactions TSTU: 812-819
Volume 2. Wiley-VCH. Wienhelm Kudra T and Ratti C. 2006. Foam-mat drying:
Camargo GA, Morreti RH and Carlos ASL. energy and cost analyses. Canadian
2004. Quality of dried tomato pre Biosystems Engineering 48:3.27- 3.32
treated by osmotic dehydration, Latifah dan Apriliawan A. 2009. Pembuatan
antioxidant appilication and addition Tepung Lidah Buaya Dengan Berbagai
of tomato concentrat. Proceedings of Macam Metoda Pengeringan.
the 14th International Drying Simposium Rekapangan:Jurnal Teknologi Pangan : 70-80
(IDS 2004):2207-2215 March. 2006. Aloe the Health and Healing.
Cruz RMS, Vieira MC and Silva Translate by Ed Madyakurt, 4th
CLM. 2008. Effect of heat and Edition. APB Paris Francis
thermosonication treatments on Miladi S and Damak M. 2008. In Vitro
watercress (nasturtium officinale) Antioksidant Activities of Aloe Vera
vitamin C degradation kinetics. Leaf Skin Extracts. Journal de la Société
Innovative Food Science and Emerging Chimique de Tunisie 10:101-109
Technologies 9:483–488. Misawaa E, Tanakaa M, Nomaguchia K,
Endang SS dan Prasetyastuti. 2010. Pengaruh Yamadaa M, Toidaa T, Takaseb M,
Pemberian Juice Lidah Buaya (Aloe Iwatsukia K and Kawadac T. 2008.
vera L.) terhadap Kadar Lipid Administration of phytosterols
Peroksida (MDA) pada Tikus Putih isolated from Aloe vera gel reduce
Jantan Hiperlipidemia. Jurnal Farmasi visceral fat mass and improve
Kedokteran 3(1):353-362 hyperglycemia in Zucker diabetic fatty
Estisasih T dan Sofiah E. 2009. Stabilitas (ZDF) rats. Obesity Research & Clinical
Antioksidan Bubuk Keluwak Selama Practice 2: 239—245
Pengeringan dan Pemasakan. Jurnal Nelson DL and Cox MM. 2008. Lehninger
Teknologi Pertanian 10 (2):115-122 Principles of Biochemistry. 5th Ed. W.H.
Finotelli PV and Rocha-Leão MHM . 2010. Freeman and Company. Madison
Microencapsulation of Ascorbic Avenue, New York, pp: 343.
Acid in Maltodextrin and Capsul Omaye S. 2004. Food and Nutritional Toxicology
Using Spray-Drying. Proceedings Aloe vera. CRC Press, Boca Raton
2nd Mercosur Congress on Chemical Padmadisastra Y, Sidik dan Ajizah S. 2003.
Engineering 4th Mercosur Congress on Formulasi sediaan cair gel lidah buaya
Process Systems Engineering (Aloe vera Linn) sebagai minuman

136
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 2 [Agustus 2012] 125-137
Pembuatan Tepung [Ramadhia dkk]

kesehatan. Simposium Nasional Kimia Manusia. Laboratorium Fakultas


Bahan Alam III. Bandung Peternakan Jambi
Padmarsari FXW, Dewi YSK dan Rahayuni Susanto M. Susan dan Jovita. 2004. Hubungan
T. 2006. Aktivitas antioksidan dan antara Dislipidemia dengan Penyakit
kemampuan pemerangkapan radikal Jantung Koroner pada Pasien Penyakit
bebas pada eksternal Aloe vera. Journal Jantung Periode Oktober 2000-2004.
MIPA 35(1):101-113 Meditek 12 (31):216-219
Prakash A. 2001. Antioxidant Activity. Susrini. 2005. Index Efektivitas: Suatu
International Journal Agricultural Food Pemikiran tentang Alternatif untuk
Chem 44 : 701-705 Memilih Perlakuan Terbaik pada
Rahayuni T, Sutardi dan Umar S. 2002. Penelitian Pangan. Edisi Ketiga dengan
Mikroenkapsulasi Ekstrak Lidah Buaya Perbaikan. Program Studi Hasil
Uji Karakteristik Mikroenkapsulasi Ternak. Universitas Brawijaya. Malang
dan Efektifitas Antioksidannya. Jurnal Syahputra. 2008. Pembuatan Tepung Lidah
Agrosains 15 (3) : 391-402. Buaya. Fakultas Teknologi Pertanian.
Raharjo S. 2004. Kerusakan Oksidatif pada Universitas Sumatera Utara. Medan
Makanan. Pusat Studi Pangan dan Gizi Taiwo VO. Olukunle OA. Ozor IC and
UGM. Yogyakarta Oyejobi AT. 2005. Consumption
Ratti C and Kudra T. 2006. Drying of foamed of Aqueous Extract of Raw Aloe
biological materials: opportunities and vera Leaves: Histopathological and
challenges. Journal Drying Technology Biochemical Studies in Rat and Tilapia.
24(9): 1101–1108 African Journal of Biomedical Research 4 :
Sadeghi A, Shahidi F, Mortazavi SA and 169-178
Mahalati MN. 2008. Evaluation Wang W and Johnson A. 2006. Aloe
of Different Parameters Effect on vera Introduction. http://www.
Maltodextrin Production by “-amylase cybercolloids. net/library/konjac/
Termamyl 2-x. World Applied Sciences introduction.php. Dilihat 10 April 2012.
Journal l3(1):34-39. Wilson N and Shah NP. 2007. Micro-
Sankat C and Castaigne F. 2004. Foaming and encapsulation of Vitamins. Review
drying behaviour of ripe bananas. LWT Paper. ASEAN Food Journal 14 (1):1-14.
- Food Science and Technology 37: 517–525 Winarti C dan Nurjanah N. 2005. Peluang
Sansone F, Mencherini T, Picerno P, d’Amore tanaman rempah dan obat sebagai
M. Aquino RP and Lauro MR. 2011. sumber pangan fungsional. Jurnal
Maltodextrin/pectin microparticles by Litbang Pertanian 24(2):47-55
spray drying as carrier for nutraceutical Yasmin AC. 2008. Efek Pemanasan terhadap
extracts. Journal of Food Engineering 105 : Komponen Nutrisi Tepung Lidah
468–476 Buaya. Buletin Teknologi Pertanian.
Supardjo. 2010. Sapanin Peran dan Universitas Sumatera Utara. Medan.
Pengaruhnya terhadap Temah dan

137

Anda mungkin juga menyukai