Madu adalah cairan manis yang dihasilkan oleh lebah madu. Madu memiliki
kandungan gizi seperti karbohidrat, protein, asam amino, vitamin dan mineral. Madu
memiliki rasa yang cenderung asam yang disebabkan oleh adanya asam organik. Suasana
asam pada madu sesuai untuk ditambahkan bahan lain seperti temulawak yang mengandung
kurkumin. Renny et al. (2010), minyak asiri dan kurkumin berperan meningkatkan kerja
organ pencernaan, mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah pankreas
yang mengandung enzim amilase, lipase dan protease untuk meningkatkan pencernaan bahan
makanan Sehingga dengan mengkombinasikan madu dan rempah-rempah seperti temulawak
diduga dapat menaikkan aktivitas antioksidannya.
1. Mengapa dalam metode enkapsulasi menggunakan metode foam mat drying?
Foam mat drying merupakan salah satu metode yang menggunakan suhu relatif
rendah sehingga warna, aroma, dan komponen gizi produk dapat dipertahankan. Metode
foam mat drying membutuhkan adanya bahan pengisi dan bahan pembusa untuk
mempercepat proses pengeringan tanpa merusak kandungan bahan, meningkatkan total
padatan, mencegah kerusakan akibat panas selama pengeringan, dan melapisi komponen
flavor. Kelebihan metode ini yaitu relatif sederhana dan prosesnya tidak mahal (Pratiwi,
2018). Menurut hasil penelitian Widarti et al. (2021) menunjukkan bahwa kadar air serbuk
bayam yang diperoleh dengan pengeringan menggunakan metode foam mat drying lebih
rendah yaitu berbeda 15-25% bila dibandingkan dengan kadar air dari serbuk bayam yang
diperoleh dari proses pengeringan konvensional (tanpa pembentukan foam).
Salah satu metode ekstraksi yang cocok digunakan untuk mengekstraksi senyawa aktif
dalam bahan alam yaitu metode ekstraksi Microwave Assisted Extraction (MAE). Ekstraksi
dengan metode MAE memanfaatkan radiasi gelombang mikro untuk mempercepat ekstraksi
selektif melalui pemanasan pelarut secara cepat dan efisien. Kelebihan dari ekstraksi
menggunakan metode MAE adalah waktu yang dibutuhkan untuk proses ekstraksi lebih
cepat dan penggunaan bahan kimia lebih sedikit (Amir et al., 2016). Ekstraksi dengan
metode MAE cocok untuk pengambilan senyawa yang bersifat termolabil karena memiliki
kontrol terhadap temperatur yang lebih baik dibandingkan proses pemanasan konvensional.
Hasil penelitian dari Putranto et al. (2018) menunjukkan hasil bahwa diperoleh total fenol
tertinggi dan IC50 terkecil dengan metode ekstraksi Microwave Assisted Extraction (MAE)
dibandingkan dengan metode ekstraksi konvensional tanpa panas (maserasi) dan dengan
panas (waterbath). Hal tersebut dikarenakan pemanasan dengan gelombang mikro
berdasarkan tumbukan langsung dengan material polar atau pelarut dan dipengaruhi oleh
dua fenomena yaitu konduksi ionik dan rotasi dipol yang berlangsung secara simultan.
Pemanasan terjadi melalui interaksi langsung antara material dengan gelombang mikro,
akibatnya transfer energi berlangsung lebih cepat dan berpotensi meningkatkan kualitas
produk.
3. RAK?
4. Alasan menggunakan faktor jenis ingredien tersebut (serbuk temulawak, mikrokapsul
temulawak)?
Proses ekstraksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran bahan, waktu ekstraksi,
suhu ekstraksi, jenis dan jumlah pelarut. Pemilihan jenis pelarut sesuai dengan prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar akan melarutkan senyawa polar. Senyawa kurkumin termasuk
senyawa polar dan dapat diekstrak dengan pelarut polar. Salah satu pelarut polar yang biasa
digunakan dalam industri pangan yaitu air. Berdasarkan penelitian Sa’adah & Hurhasnawati
et al. (2015) menyebutkan bahwa penggunaan air sebagai pelarut dipertimbangkan karena
mudah diperoleh, stabil, tidak beracun, tidak mudah menguap, dan mudah terbakar.