Anda di halaman 1dari 15

Soal 2021 → disesuaikan sama bahan baku teiba 2023

Soal 1
1. potensi pengembangan dan pemanfaatannya dari kelor?
Jawaban : ada di PPT Kelompok
Soal 2
2. Mengapa tahap pemilihan dan penyiapan bahan menjadi salah satu tahapan penting dalam proses ekstraksi? Apa strategi
pemilihan dan persiapan bahan untuk masing-masing ketiga tanaman diatas?
Jawaban :
Pemilihan dan penyiapan bahan merupakan hal utama dalam tahap ekstraksi karena seluruh proses ditentukan pada tahap ini.
Pemilihan bahan akan menentukan metode ekstraksi apa yang efektif untuk digunakan sehingga dapat menghasilkan produk
ekstrak yang baik. Apabila tahap ini sudah salah, maka tahap selanjutnya yang akan dilakukan pasti akan salah dan tidak
menghasilkan sesuatu yang baik. Ketepatan dalam memilih bahan untuk diekstrak juga merupakan hal penting guna mendapatkan
rendemen yang besar dan kemurnian yang tinggi (Nugroho, 2017).

Dari cahyani :
pentingnya pemilihan bahan
- pemanenan
perlu diperhatikan jenis bahan, memerhatikan umur buah, lebih baik langsung dr kebun kalo dari penjual susah ditelusurin umur
buah, bagian tanamanan yg diambil, jangan yg terkontaminasi,
- pengeringan
tujuan = mencegah pertumbuhan mikroba, diperhatikan jangan terlalu tinggi temp, karena bakal ngerusak. agar lebih cepet dijadiin
tipis dan kecil, dimanipulasi dengan lampu di ruang tertutup, divakum agar air tereduce

Soal 3
3. Metode apa yang dipilih untuk mengekstrak daun kelor? Apa pertimbangan dalam pemilihannya? Bagaimana kecenderungan
hasil kuantitatif dari metode yang dipilih?
Jawaban : Ada di PPT
- pertimbangkan juga suhu yang tinggi bakal merusak kandungan senyawa aktif sehingga metode yang cocok adalah
ekstraksi dingin
Soal 4
4. Potensi kandungan esensial dari tanaman obat dari pengembangan agroindustri Indonesia? Apa tantangan terbesar dalam
produksi kandungan esensial? Strategi yangdilakukan agar pengembangan agroindustri tanaman di Indonesia?
Jawaban :
● Potensi kandungan esensial dari tanaman obat
Indonesia memiliki banyak Sumber Daya Alam (SDA) tanaman obat yang dapat dijumpai di seluruh wilayahnya. Hal ini berbanding
lurus dengan potensi penggunaan tanaman obat. Namun, banyak kendala yang menghalangi potensi kandungan esensial dari
tanaman obat seperti yang dibahas pada poin selanjutnya.
● Tantangan terbesar
- Pengembangan obat berbasis kandungan esensial dari tanaman masih sulit untuk dikembangkan secara terpadu karena
ketersediaan tanaman belum besar, atau dalam kata lain belum dibudidayakan secara massal untuk tujuan produksi obat.
- Kebenaran khasiat dan kemanaan dari obat herbal masih belum dipercaya seluruhnya oleh masyarakat Indonesia karena
industri obat Indonesia masih jauh dari perhatian pemerintah sehingga dalam pemasarannya juga masih banyak kendala.
- Pengolahan produk obat herbal masih terbatas karena petani yang belum tercerdaskan sepenuhnya mengenai tata cara
penanaman dan pemanenan tanaman obat
● Strategi dalam pengembangan agroindustry tanaman di Indonesia
- Meningkatkan pemanfataan SDA tanaman obat di Indonesia
- Meningkatkan kebijakan pemerintah mengenai pemanfaatan tanaman herbal sebagai bahan baku produksi obat di
Indonesia
- Meningkatkan upaya pertumbuhan setiap industry sesuai dengan UU no.3 tahun 2014
- Menjadikan industry farmasi dan kosmetik menjadi salah satu industry strategis karena persebaran yang luas di Indonesia
- Melakukan standardisasi kepada seluruh produk obat herbal agar kandungan khasiat dapat dipatenkan dengan melakukan
serangkaian uji yang terpadu untuk menghasilkan penjaminan keamanan dan khasiat dari tanaman obat kepada masyarakat
- Melakukan pencerdasan kepada pihak yang terlibat dalam proses penanaman dan pemanenan tanaman herbal (Salim et al,
2017).
Soal 2022
Soal 1:
Ekstraksi merupakan tahap utama dalam pengolahan bahan alam dengan berbagai tujuannya. Pemilihan metode dapat didasarkan
pada beberapa alasan, seperti:
a. sifat bahan,
b. kestabilan metabolit sekunder,
c. rendemen dan kualitas yang diinginkan,
d. Penggunaan biaya dan waktu (efisiensi).
Dapatkah anda menjelaskan mengapa keempat alasan tersebut menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan metode ekstraksi?
Berikan contoh kasus untuk masing-masing alasan tersebut. (25%)
Jawaban :
a. Sifat bahan
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan sifat tertentu, terutama kelarutannya terhadap dua
cairan tidak saling larut yang berbeda. Pada umumnya ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut yang didasarkan
pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik. Bahan
yang akan diekstrak biasanya berupa bahan kering yang telah dihancurkan, biasanya berbentuk bubuk atau simplisia
(Sembiring, 2007). Contoh kasus:

Dalam melakukan ekstraksi maserasi dibutuhkan pelarut organik untuk bisa melarutkan secara maksimal. Pelarut yang
digunakan adalah pelarut etanol 96%. Etanol 96% dipilih sebagai pelarut dalam ekstraksi ini karena menurut penelitian yang
dilakukan oleh Yuswi (2017) menyatakan bahwa hasil uji perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan jenis pelarut etanol
96%. Hasil sampel perlakuan terbaik yaitu memperoleh rendemen sebesar 7.84 %. Sedangkan hasil sampel yang
menggunakan pelarut heksan memperoleh rendemen sebesar 0.92% dalam waktu yang sama yang digunakan untuk
memperoleh rendemen sebesar 7.84% dengan pelarut etanol 98%
(Anindita Kurniawat, 2019). Sifat bahan seperti tahan panas, tidak tahan panas, sifat fisika, kimia mempengaruhi metode
ekstraksi yang digunakan. Contohnya: untuk bahan yang bersifat termolabil akan lebih cocok menggunakan metode
ekstraksi dingin, karena bahan akan rusak jika menggunakan metode ekstraksi panas.
b. Kestabilan metabolit sekunder
Metabolit sekunder (MS) adalah molekul organik yang tidak memiliki peran secara langsung dalam pertumbuhan dan
perkembangan. Metabolit sekunder pada tumbuhan berfungsi spesifik namun tidak bersifat esensial. Metabolit sekunder
dapat disintesis oleh organ-organ tertentu tumbuhan, seperti akar, daun, bunga, buah, dan biji. Bagi tumbuhan
penghasilnya, MS berfungsi sebagai pertahanan terhadap organisme lain, sebagai atraktan untuk polinator dan hewan
penyebar biji, sebagai perlindungan terhadap sinar UV, dan sebagai penyimpanan. Contoh kasus: mengidentifikasi metabolit
sekunder sari buah naga merah. Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui jenis metabolit sekunder yang terkandung pada
sari buah naga (Hylocereus polyrhizus). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (Eka Widiya Wati, 2018) maka dapat
disimpulkan bahwa sari buah naga merah memiliki kandungan alkaloid, flavonoid, antosianin dan saponin. Zat Warna sari
buah naga merah lebih stabil disimpan pada suhu dingin (14°C) dibandingkan pada suhu ruang (30°C). Hal ini berpengaruh
pada suhu ekstraksi yang dibutuhkan. Jika suhu yang dibutuhkan adalah suhu tinggi, maka digunakan metode ekstraksi
panas, tetapi jika suhu yang dibutuhkan adalah suhu ruangan, maka metode ekstraksi yang digunakan adalah metode
ekstraksi dingin.
c. Rendemen dan kualitas yang diinginkan.
Rendemen merupakan perbandingan berat ekstrak yang dihasilkan dengan berat simplisia sebagai bahan baku. Semakin
tinggi nilai rendemen menunjukkan bahwa ekstrak yang dihasilkan semakin besar. Contoh kasus: perbandingan hasil
rendemen andrografolid dari herba sambiloto menggunakan metode ekstraksi maserasi dan refluks.

Rendemen andrografolid yang diperoleh dengan metode refluks sebesar 0,72%b/b danrendemen menggunakan metode
maserasi sebesar 0,62%b/b. Rendemen yang diperolehdengan menggunakan metode refluks lebih tinggi dibandingkan
maserasi. Hal ini dapat disebabkan tidak adanya bantuan gaya lain pada maserasi yang hanya dilakukan perendaman
sehingga osmosis pelarut ke dalam padatan berlangsung statis meskipun telah dilakukan pergantian pelarut dengan metode
remaserasi sedangkan pada metode refluks, adanya penambahan panas dapat membantu meningkatkan proses ekstraksi.
d. Penggunaan biaya dan waktu (efisiensi).
Maserasi sampel dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 75% karena memiliki kemampuan menyari dengan
polaritas yang lebar mulai dari senyawa nonpolar sampai dengan polar (Saifudin et al., 2011). Ekstraksi maserasi dilakukan
sebanyak 3 kali untuk mendapatkan data yang akurat. Nilai rendemen hasil ekstraksi maserasi dapat dilihat pada tabel 1.

Prinsip dari metode refluks adalah pelarut yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan
dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke
dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Selanjutnya, larutan disaring dengan
menggunakan kain saring. Filtrat diuapkan menggunakan rotary evaporator dan selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan
suhu 50°C selama 2 hari, sehingga diperoleh ekstrak kering. Hal ini dilakukan agar pelarut yang digunakan tidak tersisa
sehingga pelarut tidak mempengaruhi efektifitas dari sampel yang diuji. Selanjutnya ekstrak kering di dalam oven kurang
lebih 5 hari untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada ekstrak. Rendemen yang didapatkan berupa ekstrak kering.
Rendemen ekstrak etanol 75% tongkol jagung yang didapat dari hasil refluks dapat dilihat pada tabel 2.

Soal 2:
Perolehan rendemen dan kualitas yang diinginkan, menjadi salah satu indikator keberhasilan proses ekstraksi. Upaya apa saja
yang bisa dilakukan untuk meningkatkan perolehan keduanya tersebut untuk masing-masing jenis ekstraksi dingin dan panas yang
anda ketahui? Jelaskan dengan menyertakan data-data yang anda peroleh dari penelusuran literatur. (20%)
Jawaban :
Faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen pada maserasi dan sokletasi yaitu suhu yang digunakan untuk proses ekstraksi,
lamanya waktu ekstraksi, adanya sirkulasi pelarut dan bagian dari simplisia (Feby Kurnia, 2021).
Metode Ekstraksi Dingin (Maserasi)
Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan proses perendaman bahan dengan pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang
akan diambil dengan pemanasan rendah atau tanpa adanya proses pemanasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi
antara lain waktu, suhu, jenis pelarut, perbandingan bahan dan pelarut, dan ukuran partikel.

Pengaruh suhu dan waktu terhadap hasil rendemen bisa dilihat pada tabel di atas. Bisa disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu,
semakin tinggi pula hasil rendemen yang dihasilkan (sampai pada batas tertentu). Semakin lama waktu yang digunakan, semakin
tinggi pula hasil rendemen yang dihasilkan. Upaya untuk meningkatkan perolehan rendemen dan kualitas maserasi yang
diinginkan:
- Umumnya ekstraksi metode maserasi menggunakan suhu ruang pada prosesnya, namun dengan menggunakan suhu
ruang memiliki kelemahan yaitu proses ekstraksi kurang sempurna yang menyebabkan senyawa menjadi kurang terlarut
dengan sempurna. Dengan demikian perlu dilakukan modifikasi suhu untuk mengetahui perlakuan suhu agar
mengoptimalkan proses ekstraksi (Ningrum, 2017)
- Kelarutan zat aktif yang diekstrak akan bertambah besar dengan bertambah tingginya suhu. Akan tetapi, peningkatan suhu
ekstraksi juga perlu diperhatikan, karena suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada bahan yang sedang
diproses (Margaretta et al., 2011).
- Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam proses ekstraksi yaitu waktu maserasi. Semakin lama waktu maserasi yang
diberikan maka semakin lama kontak antara pelarut dengan bahan yang akan memperbanyak jumlah sel yang pecah dan
bahan aktif yang terlarut (Wahyuni dan Widjanarko, 2015). Kondisi ini akan terus berlanjut hingga tercapai kondisi
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam bahan dengan konsentrasi senyawa pada pelarut.

Metode Ekstraksi Panas (Soxhlet)


Metode ekstraksi panas merupakan metode ekstraksi yang menggunakan pemanasan dalam mengekstraksi simplisia dengan
pelarut yang lebih sedikit dan waktu yang digunakan lebih cepat. Metode ekstraksi panas contohnya adalah refluks dan sokletasi.
Upaya untuk meningkatkan persentase dan rendemen metode ekstraksi panas:
- Efektivitas ekstraksi suatu senyawa oleh pelarut sangat tergantung kepada kelarutan senyawa tersebut dalam pelarut,
sesuai dengan prinsip suatu senyawa akan terlarut pada pelarut dengan polaritas yang sama. Penggunaan jenis pelarut
dapat memberikan pengaruh terhadap rendemen senyawa yang dihasilkan (Anggitha, 2012). Jenis pelarut yang sering
digunakan untuk ekstraksi minyak yang bersifat non polar adalah n-hexan, isopropil alkohol, dan petroleum ether
(Sudarmadji et al., 1997).
- Waktu ekstraksi sangat berpengaruh terhadap rendemen minyak yang dihasilkan. Menurut Budiyanto et al. (2008) waktu
ekstraksi yang tepat akan menghasilkan senyawa yang optimal. Waktu ekstraksi yang terlalu lama akan menyebabkan
senyawa bioaktif mengalami kerusakan, sedangkan waktu ekstraksi yang terlalu singkat menyebabkan tidak semua
senyawa aktif terekstrak dari bahan. Pada proses penyarian, lama ekstraksi sangat berpengaruh terhadap hasil yang
diperoleh. Mardina, menyatakan bahwa semakin lama waktu ekstraksi, semakin tinggi rendemen yang diperoleh, karena
kesempatan bereaksi antara bahan dengan pelarut semakin lama sehingga proses penetrasi pelarut kedalam sel bahan
semakin baik yang menyebabkan semakin banyak senyawa yang berdifusi keluar sel

Perbandingan Hasil Rendemen Metode Ekstraksi Panas dan Metode Ekstraksi Dingin (Maserasi dan Sokletasi).
Berdasarkan literatur dan grafik di bawah ini, hasil rendemen pada metode sokletasi lebih tinggi dari metode maserasi dengan
kadar pelarut yang sama. Dengan demikian, penulis akan menganalisis perbandingan metode maserasi dan sokletasi pada
rendemen ekstrak tanaman dengan pelarut etanol dan faktor yang mempengaruhi hasil rendemen dari kedua metode tersebut
dengan menggunakan metode studi literatur
Soal 3:
Dalam suatu kesempatan, anda yang tergabung dalam suatu tim riset diminta untuk melakukan proses ekstraksi senyawa
fikosianin dari mikroalga spirulina. Dalam percobaan yang dilakukan tim anda memilih jenis pelarut akuades dan Phosphate buffer
(PBS). Disamping jenis pelarut, perbandingan terhadap variasi rasio biomassa-pelarut juga dilakukan. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa penggunaan pelarut PBS pada ekstraksi yang dilakukan menghasilkan ekstrak fikosianin dengan nilai YPC
(yield) yang lebih tinggi daripada hasil ekstraksi menggunakan aquades terutama pada jumlah pelarut yang lebih banyak. Faktor
rasio biomassa-pelarut juga memberikan efek terhadap rendemen fikosianin yang diperoleh. Nilai yield terlihat meningkat seiring
dengan pertambahan jumlah pelarut.
a. Dapatkah anda menjelaskan secara teoritis, mengapa kedua jenis pelarut tersebut dipilih untuk ekstraksi fikosianin?
Mengapa penggunaan pelarut PBS menunjukkan hasil ekstraksi yang lebih tinggi? (10%)
b. Dapatkah anda menjelaskan secara teoritis bagaimana efek pertambahan jumlah pelarut ini dapat meningkatkan perolehan
yield? Apakah pertambahan jumlah pelarut yang besar selalu menjamin perolehan yield yang tinggi?(jelaskan) (10%)
Jawaban :
a. xx
Fikosianin merupakan senyawa protein yang termasuk kedalam kelompok fikobiliprotein berwarna biru digunakan sebagai
penyimpan cadangan nitrogen pada cyanobacteria. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fikosianin dapat digunakan sebagai
antioksidan (Estrada et al. 2001; Benedetti et al. 2004; Enriksen 2008; McCarty 2007), antiinflamasi (Romay et al. 2003; Jensen et
al. 2001; McCarty 2007), dan anti tumor (Jensen et al. 2001). Spirulina platensis mengandung pigmen fikosianin yang membantu
meningkatkan aktivitas unsur-unsur antibodi untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, maupun parasit, sehingga
tubuh memiliki daya tahan yang lebih kuat (Richmond 2004). Spirulina mengandung 20% fikosianin yang stabil pada pH 4,5-8,0
dengan suhu konstan 60°C dan peka terhadap cahaya (Cohen 1997), pigmen ini larut dalam air dan pelarut polar lainnya.
Perbedaan pelarut dan metode ekstraksi akan menghasilkan kuantitas dan kualitas fikosianin yang berbeda. Hasil penelitian
Silveira et al. (2007) menunjukkan bahwa fikosianin yang diekstrak menggunakan air dan buffer fosfat menghasilkan konsentrasi
C-phycocyanin yang berbeda yaitu 3,73 mg/mL dan 4,20 mg/mL.

Setyantini et al. (2014) menyatakan bahwa pelarut Na buffer fosfat mampu menarik fikosianin lebih efisien dibanding pelarut
lainnya karena memiliki tingkat kepolaran yang lebih tinggi sehingga rendemen fikosianin yang dihasilkan pada ekstraksi
menggunakan buffer fosfat lebih banyak dibandingkan air dan aseton.
b. xx
Faktor dasar yang mempengaruhi proses ekstraksi adalah pemilihan pelarut yang tepat. Pemilihan pelarut didasarkan pada
kelarutan senyawa yang diinginkan, interaksi sampel bahan-pelarut, dan sifat pelarut untuk dapat menyerap gelombang mikro.
Perbandingan bahan dan pelarut adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi zat bioaktif (Hernes dkk,
2018) serta mempengaruhi efisiensi proses ekstraksi suatu bahan (Arroy et al., 2017). Adapun rasio massa terhadap pelarut
menjadi hal penting yang harus diperhitungkan adalah kelarutan senyawa yang diinginkan, idealnya jumlah pelarut yang
ditambahkan harus cukup untuk melarutkan senyawa yang diinginkan (Silva dkk, 2017). Jumlah pelarut yang digunakan dan
ukuran partikel bahan ekstrak berpengaruh terhadap besarnya laju transfer massa antara padatan dan pelarut (Yeni dkk, 2014).
Jumlah pelarut berpengaruh pada tingkat kejenuhan pelarut, sehingga senyawa kimia dalam bahan tanaman akan terekstraksi
secara sempurna. Semakin tinggi jumlah pelarut yang digunakan, proses pengambilan senyawa yang diinginkan dalam pelarut
dapat berjalan optimal, namun setelah jumlah pelarut ditingkatkan pada jumlah tertentu maka peningkatan rendemen relatif kecil
dan cenderung bisa menjadi konstan (Noviyanty dkk, 2019).

Pada grafik di atas dapat dilihat bawa rasio pelarut mempengaruhi hasil rendemen ekstrak (%) biji alpukat. Rendemen tertinggi
dihasilkan pada perlakuan rasio bahan dengan pelarut yaitu 1:15 sebesar 36,55% yang berbeda nyata dengan rasio bahan dengan
pelarut 1:10 sebesar 33,17% dan perlakuan rasio bahan dengan pelarut 1:5 yaitu 27,63%. Semakin tinggi jumlah pelarut yang
digunakan maka rendemen yang dihasilkan akan semakin tinggi. Hasil penelitian Inggrid dan Santoso (2014) yang meneliti tentang
ekstraksi antioksidan dan senyawa aktif dari buah kiwi (Actinidia deliciosa) menunjukkan bahwa perbandingan rasio bahan dengan
pelarut 1:15 menghasilkan rendemen tertinggi dibanding dengan rasio bahan dengan pelarut 1:10. Peningkatan rendemen ini
diakibatkan karena semakin tinggi jumlah pelarut yang digunakan, maka pengeluaran senyawa target ke dalam pelarut dapat
berjalan lebih optimal dan pelarut mengalami kejenuhan juga dapat dihindari.

Soal 4: ini bisa secara umum si


Jati belanda, mengkudu dan sambiloto merupakan sebagian dari jenis komoditi tanaman obat unggulan yang ditetapkan oleh
pemerintah melalui Ditjen POM. Pemanfaatan tanaman-tanaman tersebut ditinjau dari kandungan esensial yang dimiliki sangat
potensial
untuk dimanfaatkan sebagai produk obat herbal. Jika anda diminta untuk melakukan riset terkait proses ekstraksi untuk ketiga
bahan alam tersebut:
a. Deskripsikan tahap pemilihan dan penyiapan bahan apa sajakah yang menurut anda perlu dilakukan sebelum dilakukan
proses ekstraksi, untuk masing-masing bahan? (17%)
b. Jika anda diminta menentukan 2 metode dari pilihan metode ekstraksi berikut: maserasi, perkolasi, reflux dan Soxhlet,
jelaskanlah metode mana yang akan anda pilih untuk mengekstraksi masing-masing tanaman di atas? Berikan penjelasan
pertimbangan anda di dalam pemilihan metode tersebut dengan mengacu pada konsep teoritis atau hasil-hasil riset lain dari
berbagai sumber referensi ilmiah (18%)
Jawaban :
a. xxx
kalau berupa daun :
1. Pemilihan tumbuhan
Dalam pemilihan tumbuhan, ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: (Grace Litad, 2010).
a. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman jati belanda dilakukan secara mikroskopik dengan cara membandingkan tanaman jati belanda dengan
yang ada di buku acuan untuk mendeterminasi. Determinasi dilakukan dengan cara membandingkan ciri-ciri morfologi
tanaman jati belanda yang digunakan dengan buku acuan (Backer dan Bakhuizen van den Brink, 1963).
b. Pengumpulan bahan
Tumbuhan yang diambil berasal dari satu tempat. Apabila diambil dari tempat yang berbeda, maka akan mempengaruhi
kandungan pada tanaman tersebut. Waktu pengambilan daun dilakukan antara pukul 9 hingga 10 pagi. Daun yang diambil
adalah daun tua atau yang telah membuka sempurna, kurang lebih daun ke-4 sampai ke-8 dari pucuk daun.
2. Pembuatan serbuk daun
3. Pembuatan ekstrak kental daun

kalau padat, berair


1. Pemilihan tumbuhan
Dalam pemilihan tumbuhan, ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Keaslian tumbuhan yang diperoleh. Cara mengetahui tanaman yang diperoleh asli/sesuai dengan yang diharapkan yaitu
dengan melakukan determinasi. Determinasi dilakukan di empat-tempat resmi seperti pusat penelitian, pusat studi, maupun
badan pemerintah.
b. Tumbuhan yang diambil berasal dari satu tempat. Apabila diambil dari tempat yang berbeda, maka akan mempengaruhi
kandungan pada tanaman tersebut.
2. Preparasi tanaman/bahan

Dalam preparasi tanaman/bahan, langkah-langkah yang dilakukan adalah bahan dicuci, dikeringkan, dipotong dan diserbukkan.
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan kandungan air pada tanaman serta mencegah adanya jamur dan bakteri. Air pada
tanaman dapat menyebabkan reaksi enzimatik sehingga berpengaruh pada metabolit. Hal yang perlu diperhatikan saat
mengeringkan tanaman adalah stabilitas kandungan yang akan diambil.Apabila kandungan yang tidak stabil, bahan ditutup dengan
kain hitam pada saat akan disinari dengan sinar matahari. Adapun cara lain dalam pengeringan dengan dilakukan di dalam
ruangan yang posisinya dekat dengan sinar matahari. Setelah bahan cukup kering, selanjutnya bahan tersebut dipotong-potong
agar memudahkan pada saat diserbukkan. Bahan yang sudah dipotong lalu di oven dengan suhu yang tidak terlalu tinggi agar
tidak merusak senyawa yang terkandung. Selanjutnya bahan diserbukkan. Tujuan diserbukkan agar luas permukaannya
bertambah luas dan kontak dengan pelarutnya semakin tinggi (menaikkan efektivitas saat ekstraksi). Masing-masing metode
ekstraksi menggunakan 40 gram serbuk daun mengkudu dan 400 mL pelarut metanol teknis masing-masing dilakukan tiga kali
replikasi. Pada maserasi dilakukan selama 4x24 jam dengan penggantian pelarut sebanyak 400 mL setiap 24 jam. Pada metode
soklet, dilakukan pada suhu 60-65°C hingga cairan dalam tube extractor menjadi jernih.
b. xx
Ekstraksi adalah metode isolasi suatu senyawa berdasarkan sifat kelarutan senyawa tersebut terhadap dua pelarut yang tidak
saling bercampur dengan tujuan mengambil suatu zat dari bahannya (Brown,1993). Maserasi merupakan salah satu jenis ekstraksi
padat cair, yaitu dengan cara merendam beberapa menit jaringan tumbuhan yang telah diblender dalam pelarut yang sesuai
kemudian disaring dengan corong Buchner dan akhirnya dievaporasi untuk mendapatkan ekstrak pigmen (Arisandi, 2006).
Pemilihan metode maserasi dikarenakan senyawa polifenol rentan terhadap panas sehingga tidak bagus menggunakan metode
Soxhlet. Penggunaan ekstraksi dengan metode soxhlet dapat merusak senyawa polifenol dalam daun teh (Cheong dkk., 2005
dalam Hukmah, 2007). Karena daun jati belanda mengandung senyawa polifenol, dan karena senyawa polifenol rentan terhadap
panas sehingga tidak bagus menggunakan metode ekstraksi panas, maka 2 metode ekstraksi yang akan dipilih untuk
mengekstraksi senyawa ini adalah maserasi dan perkolasi yang merupakan metode ekstraksi dingin.

untuk mengkudu
Perbedaan metode ekstraksi menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p < 0,05) pada pengujian susut pengeringan dan
rendemen. Rendemen tertinggi ditunjukkan pada metode ekstraksi soklet. Metode soklet merupakan metode ekstraksi yang
menggunakan pelarut yang selalu baru dengan bantuan alat khusus dan berjalan secara kontinyu, sehingga dapat meminimalisir
terjadinya kejenuhan dan menyebabkan senyawa yang tersari semakin banyak. Hasil analisa statistik susut pengeringan dan
rendemen pada metode maserasi dan MAE (Microwave Assisted Extraction) menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan
(p>0,05) karena kedua metode tersebut memiliki prinsip yang sama yaitu perendaman sehingga ketika konsentrasi di dalam sel
dan diluar sel setimbang (jenuh) tidak akan terjadi perpindahan massa lagi dari dalam sel simplisia ke pelarut. Masing-masing
ekstrak dilakukan uji kualitatif sebagai uji pendahuluan pada uji kuantitatif. Hasil uji kualitatif ekstrak daun mengkudu menunjukkan
hasil positif senyawa fenolik yaitu terbentuknya warna coklat kehitaman. Perubahan warna terjadi karena senyawa fenol bereaksi
dengan FeCl3 membentuk senyawa kompleks. Senyawa kompleks dapat berwarna karena adanya transisi elektron dan ion pusat
akibat adanya ligan (Sahoo dkk, 2012). Baku pembanding yang digunakan adalah asam galat, hasil pengujian menunjukkan
terbentuknya warna biru setelah penambahan dengan FeCl3.

Untuk Sambiloto
Pada ekstraksi sambiloto, dipilih 2 metode ekstraksi, yaitu maserasi dan refluks. Refluks merupakan metode ekstraksi dengan
bantuan pemanasan. Faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi diantaranya jumlah pelarut dan waktu ekstraksi. Optimasi
jumlah pelarut dalam ekstraksi andrografolid menggunakan metode refluks dengan perbandingan jumlah pelarut etanol 96%
sebanyak 1:2, 1:3, 1:4, 1:5 dan 1:6.

Catatan UTS CAH

● bahan alam = seluruh organisme yg tlh diproses, bagian dr organisme, komponen tunggal
● target → senyawa metabolit = produk intermediet/produk antara yg dihasilkan selama proses metabolisme
- primer = dr pertumbuhan, perkembangan, dr hasil metabolisme utama, berfungsi utama pada fase pertumbuhan, jumlah
banyak, berat molekul tinggi, struktur molekul umumnya sama
- sekunder = sebagai agen penunjang, imunitas,
● alkaloid
- senyawa metabolit sekunder mengandung atom N dalam struktur kimia
- ada senyawa yg ada nitrogen blm tentu punya alkaloid
- umumnya memberikan rasa pahit
- ex: nikotin, capsaicin, kafein
● flavonoid : polifrenol, banyak di buah n sayur, flavonol yg sering ditemuin dibanding flavone,
● non flavonoid
● tahap sizing → dicacah mempermudah proses pengurangan air dalam bahan meningkatkan penetrasi prinsip dasar
ekstraksi
● dasar pemilihan metode, sifat bahan, kestabilan metabolit sekunder, rendemen dan kualitas yg diinginkan, biaya waktu
efisiensi teknik ekstraksi yg ideal
● dibutuhkan beberapa pengulangan untuk dapat mengetahui apakah metode sudah ideal atau blm
● teknik duplo dapat dipakai namun kalo duplo di hari yg sama, dibuat berbeda hari
● ekstraksi blm murni masih ada kandungan lain jadi dibutuhin isolasi
● teknik isolasi → memurnikan dr proses ekstraksi dapat berbentuk fraksi atau senyawa tunggal
● prinsip proses isolasi
- terdapat proses fraksinasi atau pembagian kelompok kemudian fase akhirnya memisahkan sebuah senyawa dari kelompok
terpilih
- senyawa pembanding merupakan senyawa murni untuk dibandingkan dengan hasil yg udah di ekstrak dan diisolasi

Anda mungkin juga menyukai