BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
beras (7,38%) atau gandum (13,2%). Asam amino esensial yang terdapat
pada jamur tiram ada 9 jenis dari 20 asam amino yang dikenal yaitu
lysine, methionin, tryphtofan, theonin, valin, leusin, isoleusin, histidin, dan
fenilalanin. Asam amino ini menyerupai derivate protein yang dihasilkan
dari daging hewan (Tatang, 2013). Asam lemak yang dikandung jamur
tiram putih ini 86% lemaknya tidak jenuh dan 14% asam lemak jenuh.
Asam lemak yang dikandung jamur tiram putih diantarannya asam oleat,
formiat, malat, asetat dan asam sitrat. Jamur tiram putih juga
mengandung berbagai jenis vitamin, antara lain B1 (thiamine), B2
(riboflavin), niasin, dan biotin. Selain itu, jamur tiram putih juga
mengandung berbagai jenis mineral, antara lain K, P, Ca, Na, Mg dan Cu.
Kandungan serat pada jamur tiram antara 7,4-24,6% ini sangat baik bagi
sistem pencernaan manusia. Jamur tiram putih mempunyai kandungan
kalori yang sangat rendah, yaitu 100 kj setiap 100 g sehingga cocok bagi
pelaku diet (Erie, 2012). Jamur tiram juga mengandung vitamin penting,
terutama vitamin B, C dan D. Vitamin B1 (tiamin) 0,20 mg; B2 (riboflavin)
4,7-4,9 mg; niasin 77,2 mg dan provitamin D2 (ergosterol) dalam jamur
tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor,
Natrium, Kalsium dan Magnesium. Mineral utama tertinggi adalah : Zn,
Fe, Mn, Mo, Co, Pb. Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me mencapai 56-70%
dari total abu dengan kadar K mencapai 45%. Mineral mikro elemen yang
bersifat logam dalam jamur tiram kandungannya rendah, sehingga jamur
ini aman dikonsumsi setiap hari. Adanya serat yaitu lignoselulosa baik
untuk pencernaan (Sumarmi, 2006).
Kandungan nilai gizi jamur tiram putih dibandingkan dengan jamur
tiram lainnya dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan untuk melihat
kandungan gizi jamur tiram dalam 100 g bahan segar dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 1. Kandungan gizi jamur tiram putih dibanding jamur lain
Komposisi Jamur Jamur Tiram Jamur Tiram
Shiitake Putih Coklat
Protein (%) 17,50 27,00 26,60
Lemak (%) 8,00 1,60 2,00
Karbohidrat (%) 70,70 58,00 50,70
Serat (%) 8,00 11,50 13,30
Abu (%) 7,00 9,30 6,50
Kalori (Kal) 392,00 265,00 300,00
Sumber: Hendritomo (2010).
8
Kandungan gizi jamur tiram dapat dilihat pada Tabel 2.. Tabel 2.
Kandungan gizi per 100 gram jamur tiram dalam kondisi segar
Kandungan Gizi Jumlah
Serat (%) 1,56
Protein (%) 16
Lemak (%) 1,1
Kalsium (mg) 8,9
Besi (mg) 1,9
Fosfor (%) 17
Vitamin B (mg) 0,15
Vitamin B2 (mg) 0,75
Vitamin C (mg) 12,4
Mineral (mg) 45,65
Sumber: Shifriyah et al.,2012
Tabel 4. Kandungan asam amino esensial jamur tiram putih (mg/ 100
g protein)
No Asam Amino Esensial Kandungan
1. Alanine 7,0 g/100 g
2. Arginine 6,3 g/100 g
3. Cystine 0,6 g/100 g
4. Glycine 5,9 g/100 g
5. Histidine 2,4 g/100 g
6. Leucine 12,6 g/100 g
7. Lysine 6,3 g/100 g
8. Proline 5,4 g/100 g
9. Serine 6,3 g/100 g
10. Aspartic acid 9,3 g/100 g
11. Glutamic acid 17,0 g/100 g
12. Phenylalanine 4,1 g/100 g
13. Tyrosine 2,61 g/100 g
14. Trytophan 0,3 g/100 g
15. Methionine 2,1 g/100 g
16. Valine 6,3 g/100 g
17. Threonine 6,8 g/100 g
18. Isoleusine 0,3 g/100 g
Sumber : Food and Agriculture Organization (FAO), 2008.
lezat, tetapi juga berkhasiat karena kandungan nutrisi yang tinggi dan
mempunyai khasiat obat seperti antikanker, meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, antidiabetes, dan hipolipidemik. Pasaribu et al.
(2002) menyatakan bahwa jamur tiram putih dapat mencegah
timbulnya penyakit darah tinggi dan jantung serta dapat mengurangi
berat badan. Kandungan vitamin B-kompleks yang tinggi dapat
menyembuhkan anemia dan obat anti tumor serta dapat digunakan
untuk mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi dan pengobatan
kekurangan zat besi. Jamur tiram putih juga mengandung polisakarida,
khususnya beta-D-glukans yang positif sebagai anti tumor dan anti
virus (termasuk AIDS) (Khatun et al., 2007).
luka luar, anti tumor, anti oksidan, dan menurunkan kadar gula darah
karena meningkatkan produksi insulin (Hendra, 2005).
Menurut Synytsya et al (2009), jamur tiram atau dikenal dengan
genus Pleurotus merupakan sumber glukan biologis aktif. Secara parsial,
β-glukan dari Pleurotus sp. (pleuran) telah digunakan sebagai suplemen
karena aktivitas imunosupresifnya. Seperti komponen serat makanan,
polisakarida jamur tiram dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme
usus (probiotik), yakni sebagai prebiotik. Glukan biasanya diisolasi dari
bagian batang Pleurotus ostreatus dan Pleurotus eryngii dengan air
mendidih yakni ekstraksi alkali. Kandungan chitin ditemukan dalam
jumlah kecil sebagai komponen dinding sel kompleks kitin-glukan.
Surenjava (2005), menyampaikan hasil penelitiannnya bahwa beta glukan
yang berasal dari jamur shiitake (Lentinus edodes) mempunyai efek anti
tumor. Disebutkan oleh FDA, bahwa beta glukan termasuk kategori
Generally recogniced as safe serta tidak memiliki toksisitas atau efek
samping. β- Glukan memiliki berbagai aktivitas biologis sebagai
antitumor, antioksidan, antikolesterol, anti penuaan dini dan peningkat
sistem imun atau peningkat sistem kekebalan tubuh yang dikenal sebagai
imunomodulator. Selain itu, senyawa ini juga dapat dimanfaatkan sebagai
zat aditif dalam industri makanan.
Tabel 5. Perkiraan kandungan beta-glukan dari tubuh buah dari berbagai
jamur yang diukur dengan metode flurometric (Molleken et al., 2011).
Kandungan total beta-glukan g/100g berat kering
Jenis jamur
KOH- HCl- NaOH- Total
(badan buah)
fraction fraction fraction
Agaricus 1,46 0,72 0,42 2,60
bisporus
Flammulina 4,64 0,87 3,47 8,98
velutipes
Hypsizygus 4,59 0,89 3,62 9,10
tessulatus
Lentinula 4,53 0,56 4,47 9,57
edodes
Pleurotus 2,26 0,78 6,01 9,05
ostreatus
Pleurotus 3,07 0,55 9,84 13,45
eryngii
fisik. Diagram alir proses pembuatan tepung jamur tiram dapat dilihat
pada Gambar 4.
Penimbangan 300 g
Pencucian
Pendinginan
Kadar air tepung jamur tiram putih yang diperoleh pada Tabel 6
adalah sebesar 8,40 % sedangkan kadar air tepung yang diperoleh
dari penelitian Ardiansyah dkk. (2014), yaitu sebesar 7,29 %. Kadar
abu tepung jamur tiram yang telah dibuat adalah sebesar 6,62 %
sedangkan menurut penelitian Ardiansyah dkk. (2014), kadar abu
tepung jamur tiram putih yang diperoleh adalah sebesar 8,26 %. Kadar
protein tepung jamur tiram putih yang didapat berdasarkan Tabel 6
adalah sebesar 19,28 %, sedangkan pada penelitian Ardiansyah dkk.
(2014), yaitu sebesar 17,75 %. Kadar lemak tepung jamur yang
diperoleh dalam penelitian adalah 6,23 % sedangkan pada penelitian
Ardiansyah dkk. (2014), yaitu sebesar 1,97 %. Menurut Riansyah dkk.
(2013), semakin tinggi suhu yang digunakan selama proses
pengeringan bahan pangan menyebabkan kadar air menurun namun
kadar lemak semakin meningkat.
Kadar karbohidrat tepung jamur tiram putih berdasarkan Tabel 6
sebesar 59,47 % sedangkan kadar karbohidrat jamur tiram putih segar
menurut Sumarmi (2006), yaitu 56,6 %. Komposisi gizi lain yang
terkandung dalam tepung jamur tiram putih adalah serat pangan. Serat
kasar tepung jamur tiram putih yang diperoleh sebesar 16,25 %
sedangkan menurut Fanggidae (2008), kadar serat kasar jamur tiram
putih segar adalah sebesar 13,98 %.
3. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mutu tepung jamur
Daya simpan jamur tiram putih terbilang mudah sekali rusak
setelah dipanen jamur tiram menjadi mudah berubah warna dan keriput.
17
Seperti dikemukakan oleh Arianto dkk. (2009), jamur tiram memiliki umur
simpan yang pendek atau cepat mengalami kerusakan. Produk
hortikultura seperti buah dan sayur adalah produk yang masih melakukan
aktivitas metabolisme setelah dipanen. Kerusakan produk dapat
disebabkan kontaminasi mikroba, pengaruh suhu dan udara, serta kadar
air. Menurut Widyastuti dkk (2012) melalui penelitiannya, jamur tiram
dapat diolah menjadi tepung yang bertujuan agar dapat memperpanjang
daya simpan jamur tiram. Hasil pengeringan yang dilakukan peneliti
dengan suhu 400C selama 24 jam menunjukkan warna tepung yang relatif
putih dan halus. Rata-rata bobot kering tepung jamur tiram putih sekitar
11% dari bobot basah dan cukup mudah untuk dimasukkan ke dalam
kapsul. Proses pengeringan jamur tiram ini memerlukan kombinasi suhu
dan lama pengeringan yang tepat agar menghasilkan output berupa
tepung yang halus dan hasil yang baik. Tepung jamur tiram ini nantinya
dapat diaplikasikan untuk olahan daging tiruan, nugget, sosis, dan flake.
Pada olahan daging tiruan dengan substitusi tepung jamur tiram, daging
tiruan yang dihasilkan tidak mengandung lemak hewani dan tidak
mengandung kolesterol sehingga baik untuk kesehatan (Widyastuti dkk ,
2012).
media pemanas.
3. Rotary dryer Alat pengering yang berbentuk sebuah
drum dan berputar secara kontinyu yang
dipanaskan dengan tungku atau gasifier.
4. Tray Dryer Pengeringan jenis kabinet atau rak adalah
(Pengering dengan meletakkan material yang akan
Kabinet) dikeringkan pada baki yang lansung
berhubungan dengan media pengering.
5 cm 1 mm 500 nm 5 nm
Gambar 5. Struktur foam di berbagai skala panjang, mulai dari sebelah kiri
pada maskroskopik dan penurunan secara bertahap ke nanometric (Anne-
Laure et al, 2014).
Struktur busa tergantung pada ukuran gelembung dan fraksi cair.
Struktur ini mulai dari skala panjang pada skala molekul (nm) dan naik
ke skala makroskopis (Gambar 5). Mulai skala panjang yang paling
kecil, pada skala nanometer, ada antarmuka gas-cair dimana stabilisator
teradsorpsi. Dimana dua antarmuka berada di dekat ada lapisan-lapisan
24
dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi
mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk
berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan
pangan. Pada metode foam mat drying hal yang sangat berpengaruh
terhadap kadar air adalah penambahan bahan pembusa, suhu
pengeringan, dan lama pengeringan. Kadar air yang rendah akan
menghasilkan produk bubuk yang remah dan lebih tahan lama.
Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang
menunjukan banyaknya air yang terkandung di dalam bahan. Kadar
air biasanya dinyatakan dengan persentase berat air terhadap bahan
basah atau dalam gram air untuk setiap 100 gram bahan yang
disebut dengan kadar air basis basah (bb). Berat bahan kering atau
padatan adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan
beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap atau konstan
(Safrizal, 2010).
Pengertian kandungan air meliputi : (Suyitno, hal.69)
1. Kandungan air, jumlah air yang terdapat dalam bahan dan
dinyatakan dalam persen basis basah (wet basis) atau basis
kering (dry basis). Kadar air dala wet basis maksimum teoritis
adalah < 100%. Sedang kadar air dry basis dapat >100%.
2. Kandungan air keseimbangan, yaitu kandungan air didalam bahan
yang berada dalam keseimbangan termodinamik dengan kondisi
udara sekeliling dan dinyatakan dalam persen basis basah dan
basis kering.
Kandungan air keseimbangan suatu bahan merupakan fungsi
dari temperatur dan kelembaban relatif udara sekitarnya. Pengukuran
kandungan air keseimbangan sama dengan pengukuran kandungan
air, perbedaannya yaitu bahan yang akan diukur harus sudah berada
dalam keseimbangan. Dengan keadaan udara disekitarnya dengan
cara mengalirkan udara sampai dicapai keseimbangan termodinamik.
Bila jenis bahan basah dikeringkan, berarti terjadi penguapan air dari
bahan itu melewati permukaannya. Penguapan air ini terhenti bila
tingkat kebasahan permukaan samadengan kebasahan udara
sekitarnya. Tidak ada lagi sejumlah energi yang bisa berpindah dari
luar kedalam ataupun sebaliknya. Namun walau sudah dikeringkan
31
hingga bahan mencapai kadar air yang minimum, kadar airnya pun
akhirnya bisa meningkat lagi bila kontak dengan udara yang
kebasahannya tinggi untuk menjadi seimbang. Keadaan inilah yang
disebut kadar air keseimbangan. Berbagai cara diketahui untuk
menentukan kandungan air secara kuantitatif.
Pemilihan cara untuk menentukan kandungan air dari suatu
bahan tergantung dari beberapa faktor:
a. Bentuk dari air yang terkandung pada bahan (cair atau uap)
b. Hakekat dari bahan (mudah dioksidasi atau mudah hancur)
c. Kandungan relatif pada bahan
d. Kecepatan penentuan yang diinginkan
e. Ketelitian yang diinginkan.
Penambahan partikel padatan seperti maltodekstrin didalam
adonan dapat mempercepat waktu pencapaian kadar air
kesetimbangan (konstan), karena peningkatan konsentrasi
maltodekstrin mengakibatkan penurunan kadar air (Ramadhia et al.,
(2012).
2. Daya Serap Air
Daya serap air atau indeks penyerapan air adalah sifat suatu
bahan untuk dapat berinteraksi dengan air. Makin besar daya serap
air suatu bahan, makin sempurna pula proses pengolahan yang
dilakukan terhadap bahan tersebut. Hal ini dicirikan dengan
konsistensi serbuk halus, bebas dari gumpalan-gumpalan, serta
mudah disendok (Mayasari dan Zakaria, 2001). Menurut Endriyani
(2012) yang mneyatakan bahwa kemampuan menyerap air pada
produk berhubungan dengan kemampuan mengikat air bahan
pengikat yang digunakan.
Menurut Taruna et al., (2014), daya serap air suatu bahan
umumnya tergantung pada sifat fisikokimia dan komposisi dari bahan
tersebut. Daya serap air suatu bahan dipengaruhi oleh komponen-
komponen penyusunnya seperti protein dan karbohidrat (Mirdhawati,
2004). Selain itu, Astawan dan Hazmi (2016) juga menyatakan bahwa
kandungan asam glutamat, asam aspartat dan lisin dapat
meningkatkan kemampuan daya serap air.
3. Densitas Kamba (bulk density)
32
warna LAB pada proses segmentasi dan proses color moments. LAB
dapat memberikan pandangan serta makna dari setiap dimensi yang
dibentuk, yaitu besaran L* untuk mendeskripsikan kecerahan warna, 0
untuk hitam dan 100 untuk putih. Dimensi a* mendeskripsikan jenis
warna hijau-merah, dimana angka negatif a* mengindikasikan warna
hijau dan sebaliknya a* positif mengindikasi warna merah. Dimensi b*
untuk jenis warna biru-kuning, dimana angka negatif b* 14
mengindikasikan warna biru dan sebaliknya b* positif
mengindikasikan warna kuning (Carvalho et al., 2015).
Menurut Widyastuti dkk (2012) melalui penelitiannya, jamur tiram
dapat diolah menjadi tepung yang bertujuan agar dapat
memperpanjang daya simpan jamur tiram. Hasil pengeringan yang
dilakukan peneliti dengan suhu 400C selama 24 menunjukkan warna
tepung yang relatif putih dan halus. Menurut penelitian Ardiansyah et
al., (2014) menunjukkan bahwa warna tepung jamur tiram paling putih
terdapat pada perlakuan kontrol dengan karakteristik warna putih 7
(4.34). Penyerapan air yang besar pada proses pengeringan tepung
jamur tiram akan mengakibatkan penyusutan volume yang lebih besar
dan menyebabkan intensitas peningkatan warna coklat pada tepung
jamur tiram yang dihasilkan.
5. Aktivitas Air (Aw)
Menurut Taib et al. (1988 : 9) aktivitas air atau water activity (aw)
adalah jumlah air bebas bahan yang dapat digunakan mikroba untuk
pertumbuhannya. Untuk memperpanjang daya tahan suatu bahan,
maka sebagian air pada bahan dihilangkan sehingga mencapai kadar
air tertentu. Daya tahan bahan dipengaruhi oleh jumlah kandungan
air pada bahan sehingga tidak ada mikroba yang bisa hidup pada
bahan.
Aktivitas air disebut juga perbandingan antara tekanan uap air
suatu larutan dengan tekanan uap air murni pada suhu yang sama.
Untuk memperpanjang daya tahan bahan suatu bahan, sebagian air
dalam bahan harus dihilangkan dengan beberapa cara tergantung
dari jenis bahan. Untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
6. Kadar Protein
34
E. Analisis Keputusan
Keputusan merupakan tindakan untuk memilih satu alternatif pilihan
atau solusi untuk mewujudkan keinginan. Pengambilan keputusan
meliputi tujuan (objective) yang akan diraih, keterbatasan atau
kelangkaan (constraints/ scarcity) yang menjadi hambatan utama
pencapaian tujuan, faktor ketidakpastian dan resiko (uncertanty and risk),
tingkat preferensi atas masalah dan tujuan (optimalisation or satisfaction),
keharusan untuk menentukan alternatif tindakan atau pilihan solusi
(alternative solutions), keberadaan konsekuensi atas setiap alternatif
solusi (consequences), kriteria penentuan alternatif yang sesuai antara
hal yang diharapkan dengan kenyataan (Dermawan, 2005).
Analisis keputusan adalah dasar untuk memilih penentuan alternatif
terbaik. Setiap alternatif yang diperkirakan ditetapkan untuk memiliki hasil
yang diperkirakan. Keputusan yang dilakukan adalah dengan evaluasi
nilai numeris, evaluasi ini umumnya diekspresikan melalui nilai financial,
maka yang dilakukan adalah dengan membandingkan aspek kualitas,
kuantitas, dan aspek finansial (Dermawan, 2005).
F. Landasan Teori
Mekanisme Putih Telur sebagai Foaming Agent
35
PROTEIN
MENANGKAP UDARA
PERBAIKAN
BUIH
TIRISAN
GEL. BUIH
PECAH
Gambar 9. Mekanisme pembentukan busa putih telur (Stadelman dan
Cotterill, 1995 dalam Djaeni dkk., 2016
G. Hipotesis
Diduga tepung jamur tiram putih dengan menggunakan konsentrasi
putih telur dan maltodekstrin memberikan karakteristik fisikokimia dan
hasil tepung terbaik.
37
BAB III
BAHAN DAN METODE
Keterangan :
A1B1 = Jamur tiram putih dengan konsentrasi maltodekstrin sebanyak
10% dan putih telur sebanyak 6%.
39
b. Prosedur Analisa
1. Rendemen
Jamur tiram segar dibersihkan dari kotoran-kotorannya, ditimbang 100
g, dipotong-potong, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 40
o C selama 24 dan 48 jam lalu digiling sampai halus dengan grinder.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam desikator sampai dingin,
kemudian ditimbang.
Bobot kering
Rendemen = x 100 %.
Bobot basah
2. Warna dan Derajat Putih (Colour reader: Saito et al, 2004;
Gaurav, 2003)
Pengukuran warna dan derajat putih pada tepung jamur tiram
dilakukan dengan colour reader (Minolta CR-10). Sebelumnya colour
reader dilakukan dengan standarisasi dengan porselen putih. Nilai
standart porselen putih, yaitu L=94,35 ; a=-5,75 dan b=6,5. Ujung
colour reader ditempelkan pada permukaan bahan yang diukur.
Pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali pada bagian yang berbeda
agar data yang diperoleh lebih akurat. Nilai yang tertera pada colour
reader ditulis dan dilakukan pengolahan data menggunakan rumus
sebagai berikut:
L = Standar L + dL
a = Standar a + da
b = Standar b +db
W = 100-{ ( 100−l ) 2+(a 2+b 2) } 0,5
dimana:
L = Kecerahan warna, menunjukkan warna hitam hingga putih, nilai
0100
42
B−C
Kadar air ( % )= X 100 %
B−A
Keterangan:
A = Berat cawan kosong (g)
B = Berat cawan + sampel awal (g)
C = Berat cawan + sampel kering (g)
5. Kadar Abu (AOAC, 2005)
Analisa kadar abu dilakukan menggunakan metode pengabuan
kering. Prinsip analisis ini yaitu membakar bahan atau mengabukan
pada suhu tinggi (sekitar 3500C), dan menimbang zat yang tertinggal
setelah pengabuan tersebut. Cawan yang akan digunakan
dikeringkan dengan oven pada suhu 100-1050C, selama 30 menit
atau sampai diperoleh berat cawan yang tetap. Cawan didinginkan
dalam desikator selama 30 menit dan timbang sebagai (A). Timbang
sampel sebanyak 1 gram dan dimasukkan dalam cawan yang telah
dikeringkan sebagai (B). Cawan yang berisi sampel dimasukkan
dalam tanur pengabuan dan dibakar pada suhu 4000C, sehingga
diperoleh abu yang berwarna abu-abu atau diperoleh berat kosntan.
Suhu tanur dinaikkan menjadi 5500C dan dipertahankan selama 12-
24 jam. Sampel yang telah diabukan , didinginkan dalam desikator
selama 30 menit dan ditimbang sebagai (C). Perhitungan kadar abu,
yaitu sebagai berikut:
C− A
Kadar abu ( % )= X 100 %
B−A
Keterangan:
A = Berat cawan kosong (g)
B = Berat cawan + sampel awal (g)
C = Berat cawan + sampel kering (g)
6. Kadar Protein (Sudarmadji dkk., 1997)
Prosedur analisis kadar protein yaitu sebanyak 0,1 g tepung
jamur dimasukkan dalam labu Kjedhal 100 ml. Tambahkan 2 ml
H2SO4 dan 0,9 g selenium sebagai katalisator dan destruksi selama
60 menit. Sampel yang telah dilakukan dekstruksi akan dilakukan
destilasi. Hasil distilat yang diperoleh dimasukkan dalam erlenmeyer
yang telah berisi 15 ml larutan asam borat 4 % dan telah diberi
indicator campuran (2-3 tetes methyl red dan methyl blue). Distilat
44
11.
47
DAFTAR PUSTAKA
Sortasi
Peletakan foam pada loyang
Pencucian
Tepung jamur tiram
Pengamatan:
1. Kadar protein Analisa
2. Warna dan
Pengecilan ukuran (3 mm)
derajat putih
3. Kadar karbohidrat
Jamur tiram dan air Penghancuran dengan hand mixer 4. Kadar lemak
(1:1) 5. Kadar protein
Blansing rebus suhu 700Cselama 3 menit terlarut
6. Kadar aktivitas air
7. Kadar air bahan
8. Kadar betaglukan
9. Kadar abu
Gambar 10. Diagram Alir Proses Pembuatan10.
Tepung
Daya Jamur Tiram Putih
serap air
11. Densitas kamba